Anda di halaman 1dari 13

ISSUE HIV TERBARU

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
AHMAD PRIYANI
1202126
2.4

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2014

A. LATAR BELAKANG

Kami mengangkat masalah HIV/AIDS dalam Makalah ini kami ingin mengetahui
lebih jauh tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah AIDS tersebut. Seperti
yang kita ketahui bersama, HIV/AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan
belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun
waktu yang datang.
Selain itu HIV/AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik
maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak,
elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap
penyakit HIV/AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung
karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang
yang mengetahui dirinya mengidap penyakit HIV/AIDS akan merasakan penderitaan batin
yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah HIV/AIDS adalah suatu
masalah besar dari kehidupan kita semua.
Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai
bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu
memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah ini.

Sejauh ini belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS ini, bahkan
penyakit ini belum tentu bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita tidak perlu takut, dengan
membiasakan berperilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh
ajaran agama, maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.
B. MASALAH/ISSUE HIV AIDS
Studi Terbaru: Racun Lebah Ternyata Mampu Membunuh Virus HIV AIDS
Dan TANAMAN GERANIUM , OBAT HIV AIDS MASA DEPAN

C. PEMBAHASAN

Studi Terbaru: Racun Lebah Ternyata Mampu


Membunuh Virus HIV AIDS

Salah satu hal yang menyebabkan virus HIV sangat sulit dihancurkan adalah karena
ukurannya yang begitu kecil. Bahkan lebih kecil daripada sel darah. Maka dari itu virus
tersebut begitu cepat menyerang sel darah putih tanpa bisa dihentikan.
Namun para peneliti tentunya tidak menyerah untuk menemukan cara agar bisa
menghancurkan virus HIV. Salah satunya adalah dengan lebah.
Penelitian dari Washington University School of Medicine dan dikepalai oleh Joshua L
Hood sudah membuktikan kalau virus HIV akhirnya bisa dibunuh dengan racun dari
sengatan lebah.
Secara detail, di dalam racun sengatan lebah ada senyawa berupa peptida beracun
yang disebut dengan melittin. Senyawa itulah yang menyerang dan membunuh virus HIV.
Sayangnya, menyerang virus HIV tidak semudah yang dibayangkan. Karena ukuran
yang kecil dan gerakan yang cepat, ada pelindung pada virus HIV yang membuatnya
susah mati.
Namun dengan teknologi nanopartikel, peneliti berhasil mengirim melittin ke tubuh
virus HIV secara langsung. Selain itu, serangan melittin pada virus HIV tidak akan
membahayakan sel-sel sehat di sekitarnya.

"Kami membentuk melittin seperti pori-pori yang sangat kecil yang menyerang
pelindung virus, mengupasnya dan akhirnya membunuh sepenuhnya," papar Hood,
seperti yang dikutip dari The Week.

Sebuah survei yang dilakukan amfAR, Yayasan Penelitian AIDS, menunjukkan bahwa
lebih dari 34 juta orang hidup dengan HIV / AIDS di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut,
3,3 juta orang berusia di bawah 15 tahun. Setiap hari, hampir 7.000 orang terinfeksi HIV
di seluruh dunia.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa racun lebah dapat membunuh virus HIV.
Nanopartikel membawa toksin yang ditemukan pada racun lebah mampu menghancurkan
sel HIV sementara meninggalkan yang lain secara utuh. Para peneliti di Washington
University School of Medicine di St Louis mengatakan bahwa mereka telah menemukan
cara efektif untuk menghancurkan virus HIV dengan menggunakan toksin yang
ditemukan dalam racun lebah. Racun yang disebut melittin tersebut dapat menghancurkan
HIV dengan menyodok lubang lapisan pelindung di sekitar virus.
Menurut menurut US News & World Report, penelitian tersebut diterbitkan pada hari
Kamis di jurnal Antiviral Therapy yang menyatakan bahwa teknik ini tidak hanya dapat
menghancurkan virus yang menyebabkan AIDS, tetapi juga meninggalkan sekitar sel
utuh. Para peneliti berharap teknologi nanopartikel dapat dimasukkan ke dalam gel vagina
untuk mencegah penyebaran HIV di daerah yang memiliki tingkat infeksi tinggi.
Bagaimana Nanopartikel dan Racun Lebah Dapat Menghancurkan HIV?
Nanopartikel Mikroskopis memiliki sifat yang unik dan menarik. Dalam biomedis,
mereka digunakan untuk mengangkut protein penting di seluruh tubuh. Prinsip racun
lebah adalah melittin, yang merupakan protein kecil. Para peneliti menggunakan
nanopartikel untuk mendistribusikan melittin dalam penelitian laboratorium.
Sama seperti ketika lebah menyuntikkan racun ke dalam kulit Anda dengan
menggunakan alat penyengatnya, melittin racun mampu menyodok lubang di lapisan
pelindung dari HIV dan virus lainnya.

Kami menyerang properti fisik yang melekat dari HIV, kata Dr Joshua L. Hood,
seorang instruktur penelitian di kedokteran di Washington University, dalam siaran pers.
Secara teoritis, tidak ada cara bagi virus untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Virus
harus memiliki lapisan pelindung, membran berlapis ganda untuk menutupinya,
jelasnya.
Ketika peneliti meletakkan racun ke dalam nanopartikel, ditemukan bahwa hal
tersebut tidak membahayakan sel-sel normal karena bumper pelindung ditambahkan ke
permukaan nanopartikel. Oleh karena sel HIV lebih kecil dari sel-sel biasa, mereka
menggeser antara bumper sementara meninggalkan yang sehat, sel-sel normal utuh.
Pada saat ini, pengobatan HIV lebih banyak berfokus pada kemampuan menghambat
HIV untuk mereplikasi, tetapi tidak ada tindakan untuk menghentikan infeksi awal. Akan
tetapi para peneliti mengatakan bahwa karena nanopartikel campuran racun menyerang
bagian penting dari struktur HIV, mereka dapat langsung membunuh seseorang bahkan
sebelum berkesempatan untuk menginfeksi.
Bagaimana

Lebah

Racun

Nanopartikel

Dapat

Membantu

Menghentikan

Penyebaran HIV?
Para peneliti mengatakan bahwa nanopartikel racun lebah dapat digunakan dalam gel
vagina untuk membantu mencegah penyebaran HIV, misalnya saja di negara berkembang,
seperti bagian Afrika yang memiliki tingkat HIV yang tinggi. Selain itu, nanopartikel
racun lebah ini juga dapat digunakan oleh orang-orang yang menginginkan perlindungan
HIV, tetapi tidak kontrasepsi.
Hood menjelaskan, Kami juga akan mencari ini untuk pasangan di mana hanya salah
satu pihak yang mengidap HIV, dan mereka ingin punya bayi. Partikel-partikel sendiri
sebenarnya sangat aman untuk sperma, dan untuk alasan yang sama mereka aman untuk
sel vagina. Selain melalui tindakan pencegahan, Hood juga melihat adanya potensi untuk
mengobati infeksi HIV. Dia berteori bahwa nanopartikel bisa disuntikkan ke dalam darah
seseorang untuk membersihkan sel-sel HIV dari aliran darah. Teknologi ini juga dapat
digunakan untuk memerangi penyakit menular lainnya, seperti hepatitis B dan C, karena
virus berbagi membran pelindung mirip dengan virus HIV.

Dr George Krucik, direktur Healthline tentang konten klinis, mengatakan bahwa


sementara ini penelitian nanopartikel bukanlah hal yang baru. Akan ada banyak penelitian
lebih lanjut yang diperlukan sebelum hasil ini dapat dimanfaatkan pada orang. Teknologi
pengiriman ini menjanjikan dapat menghancurkan virus yang beredar yang belum masuk
sel, sehingga dalam teori mereka bisa mencegah virus dari menginfeksi sel, ungkap Dr
George. Percobaan laboratorium ini dikenal sebagai bukti studi konsep, yang
menunjukkan kelayakan teknologi. Penggunaan teknologi ini pada manusia belum
dieksplorasi dan akan memerlukan tahun studi dan uji klinis untuk melihat apakah mereka
efektif pada orang hidup nyata, tambahnya.
Studi ini dicobakan pada tumit bayi Mississippi dengan HIV yang tampaknya telah
sembuh. Sang ibu didiagnosis mengidap HIV selama persalinan dan bayinya menerima
pengobatan tiga jenis obat hanya dalam waktu 30 jam setelah lahir, sebelum akhirnya
hasil tes menyatakan bahwa bayi tersebut terinfeksi. Bayi yang sekarang berumur 2 tahun,
telah menerima pengobatan selama sekitar satu tahun dan tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi.
Saat ini racun lebah juga sedang dipelajari untuk digunakan dalam obat-obatan
penghilang rasa sakit dan dan sebagai krim anti penuaan.

Meskipun penelitian ini baru dilakukan di dalam laboratorium dan belum


diujicobakan pada makhluk hidup, Hood menganggapnya sebagai salah satu penemuan
besar yang diharapkan bisa bermanfaat di dunia medis.
Seiring dengan penelitian obat-obat di Indonesia, melalui berita tersebut di atas dalam
suratkabar Koran Tempo, ternyata Universitas Airlangga melalui Direktur Lembaga
Penyakit Tropis Unair, Nasronuddin, mengatakan pihaknya menemukan obat untuk
menangkal virus perontok kekebalan tubuh itu dari lebah.
Dalam berita lima paragraf tersebut, pada teras berita disebutkan sengatan lebah
mampu membunuh HIV dalam tubuh pasien yang terpapar. Selanjutnya dia pun berkata
Saya optimis dan yakin pengobatan sangat lebah ini bisa membunuh virus HIV.
Selanjutnya pada alinea kedua dijelaskan bagaimana proses sengatan lebah yang akan
merambatkan nano molekuler yang masuk ke aliran darah dan mencari sela yang terpapar

virus/HIV. Sel-sel tubuh yang terpapar virus dikejar dan dibunuh racun lebah tanpa
mempengaruhi sel lain yang masih sehat. Selain nano molukuler, sengatan lebah yang
mengandung propolis

yang

berfungsi menaikan daya

tahan

tubuh penderita

(pengidap, pen) sekaligus.


Alinea berikut dijelaskan bahwa sengatan lebah juga bisa menyembuhkan penyakit
lain seperti gangguan tuli konduksi, penyakit malaria dan sebagainya.
Agaknya, ada yang luput dari perhatian pada berita tersebut sehingga menimbulkan
pertanyaan bagi pembaca. Paparan yang perlu diketahui pembaca adalah :
Bagaimana pengobatan lebah ini dilakukan?
Di bagian mana racun lebah disengatkan ketubuh pasien HIV?
Berapa lama pengobatan ini dilakukan?
Pertanyaan tersebut seakan tampak sepele, namun sangat penting untuk diketahui.
Jurnalis tidak jeli melihat pernyataan yang disampaikan narasumber. Padahal jika jurnalis
kritis, pertanyaan tersebut dapat ditanyakan oleh narasumber. Namun bisa saja jurnalis
tidak mengemukakan pernyataan narasumber padahal pernyataan yang dimaksudkan
sebenarnya ada.
Akibat tidak adanya kejelasan informasi narasumber, dikhawatirkan masyarakat dapat
mempercayai begitu saja informasi yang tidak lengkap itu. Lebih jauh dapat juga orang
yang kebetulan menekuni bidang perlebahan membuka layanan klinik pengobatan
sengatan lebah, karena dipercaya dapat mengobati penyakit tertentu dan membunuh HIV.
Namun, jika berita yang disampaikan jurnalis dengan jelas dan tidak menimbulkan
pertanyaan, tentu khalayak bisa dengan mudah paham dan tidak percaya begitu saja pada
pengobatan-pengobatan sengatan lebah yang kemungkinan menjamur karena dipercaya
dapat memperlambat laju pertumbuhan HIV. Selain itu, berita tersebut juga bisa
menimbulkan harapan semu bagi pembaca jika memang pengobatan tersebut tidak benarbenar terbukti.

Tanaman Geranium, Obat AIDS Masa Depan

Geranium adalah salah satu dari sekelompok sekitar 300 spesies tumbuhan abadi
atau semak dalam keluarga Geraniaceae. Tumbuhan ini sebagian besar asli ke Afrika
Selatan. Warna bunga Geranium terdiri dari warna putih, merah muda, merah dan
ungu. Sebagian besar spesies dari Geranium yang dibudidayakan adalah hibrida. Tanaman ini
memiliki bunga ganda dan campuran warna serta kelopak bunga. Selain dengan cara stek
batang, Geranium juga dapat diperbanyak menggunakan biji. Tanaman ini sebagian besar
diperbanyak dengan cara stek batang. Kebanyakan tumbuhan Geranium mekar saat tengah
musim panas, tetpi ada pula beberapa spesies yang mekar di musim semi dan musim
gugur. Tanaman ini tumbuh 6 inci sampai 4 meter tergantung pada varietas. Tumbuhan ini
dapat tumbuh dengan baik pada penyinaran cahaya matahari yang penuh serta tanah yang
kering
Tanaman geranium (Pelargonium sp.) umumnya dimanfaatkan sebagai anti nyamuk.
Namun sebuah studi baru dari German Research Centre for Environmental Health di Munich
mengindikasikan, tanaman ini juga dapat menjadi kunci pengobatan generasi baru HIV.
Studi tersebut menemukan, ekstrak dari tanaman geranium memiliki kemampuan untuk
menginaktivasi HIV-1 dan mencegah virus untuk masuk ke sel manusia. Seperti yang
diketahui, HIV dibagi menjadi dua tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan tipe yang
paling bertanggung jawab atas kasus AIDS.
Para peneliti mengatakan, ekstrak dari tanaman geranium berpotensi menjadi
pengobatan baru AIDS karena mengandung senyawa anti-HIV-1 kelas baru. Khususnya pada

bagian akar, tanaman geranium mengandung senyawa yang menyerang HIV-1 dan mencegah
virus untuk berreplikasi dalam tubuh manusia.
Mereka juga menemukan, senyawa tersebut dapat melindungi darah dan sel imun dari
infeksi virus. Caranya yaitu dengan menahan partikel HIV pada sel manusia, sehingga secara
efisien mencegah virus tersebut masuk ke dalam sel.
Sejumlah uji klinis telah menunjukkan bahwa tanaman tersebut aman digunakan pada
manusia. Bahkan di Jerman, tanaman tersebut sudah mendapatkan izin penggunaan sebagai
obat herbal.
Ketua studi Profesor Ruth Brack-Werner mengatakan, ekstrak geranium sangat
menjanjikan sebagai pengembangan pengobatan yang berasal dari tumbuhan, khususnya
untuk melawan HIV-1. "Ekstrak melawan HIV-1 dengan cara yang berbeda dengan obat-obat
HIV-1 sebelumnya dalam penggunaan klinis, sehingga ekstrak pun bisa dikatakan sebagai
jenis terapi yang bernilai," jelas Brack-Werner.
Menurut dia, ekstrak geranium merupakan kandidat yang menjanjikan untuk
perbaikan pilihan pengobatan anti-HIV-1. Bahkan ekstrak memiliki beberapa keunggulan,
antara lain menggunakan sumber daya terbatas, mudah diproduksi, dan tidak butuh
pendinginan.
"Selanjutnya, kami harus menguji keamanannya sebagai pengobatan HIV-1 pada manusia,"
ujarnya.
Menurut WHO, lebih dari 35 juta orang di dunia terinfeksi HIV, khususnya HIV-1.
Tanpa terapi, HIV dapat merusak sistem imun yang kelamaan menjadi AIDS. Kondisi
tersebut diketahui mematikan karena pasien sangat mudah terkena penyakit lainnya.

Bagi penderita HIV-AIDS jangan bergembira dahulu, karena butuh waktu agar obat
anti HIV-AIDS yang sebenarnya diciptakan. Hal ini tentunya harus menunggu
pengembangan-pengembangan dari penemuan senyawa tersebut agar bisa diberikan kepada
manusia, terutama bagi para penderitanya yang tersebar di seluruh dunia. Setidaknya ada tiga
tahap yang harus dilalui sebelum senyawa (obat) tersebut digunakan masyarakat luas, yaitu 3

hingga 4 tahun harus diujicobakan pada hewan. Kemudian pada 4 hingga 5 tahun harus
diujicobakan pada relawan manusia, lalu 2 tahun hingga 3 tahun untuk proses registrasi,
sebelum akhirnya diproduksi dalam jumlah banyak (metrotvnews.com).

Harapan kita semua, terutama bagi penderita HIV-AIDS agar dapat sembuh dan dapat
hidup normal lagi, dengan kabar ini mungkin akan memberikan sedikit angin segar bagi
mereka para psakitan dan kita masyarakat pada umumnya. Tapi penulis mengkhawatirkan
pola prilaku sosial manusia akan menjadi-jadi jika penemuan itu berhasil menciptakan obat
anti HIV-AIDS. Kita semua tahu bahwasanya salah satu penularan penyakit tersebut adalah
melalui hubungan kelamin, terutama hubungan kelamin yang sering bertukar pasangan
ataupun melalui sex bebas. Tentunya hal tersebut tidak lain karena terciptanya gaya hidup
bebas dalam segala hal, termasuk dalam hubungan sex. Nah jika sekarang masih banyak yang
mengkhawatirkan ataupun takut jika menjalankan gaya hidup bebas tersebut, konon lagi jika
obat tersebut berhasil diciptakan, maka mungkin tidak akan ada lagi kekhawatiran akan
penyakit tersebut. Hal ini akan membawa kepada dekadensi moral dan kekacauan
kemanusiaan. Dimana sekarang kita melihat saat obat penangkal untuk penyakit tersebut
belum berhasil ditemukan, dimana masih banyak kekhawatiran akan terjangkitnya penyakit
tersebut, tetapi masih banyak pergaulan sex bebas dan hubungan diluar nikah terjadi, baik di
dunia barat, atau di daerah kita sendiri.

D.

KESIMPULAN DAN SARAN


a. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah di atas itu, Penelitian dari Washington University School of

Medicine dan dikepalai oleh Joshua L Hood sudah membuktikan kalau virus HIV akhirnya
bisa dibunuh dengan racun dari sengatan lebah, Secara detail, di dalam racun sengatan lebah
ada senyawa berupa peptida beracun yang disebut dengan melittin. Senyawa itulah yang
menyerang dan membunuh virus HIV , Namun dengan teknologi nanopartikel, peneliti
berhasil mengirim melittin ke tubuh virus HIV secara langsung. Selain itu, serangan melittin
pada virus HIV tidak akan membahayakan sel-sel sehat di sekitarnya.

Geranium adalah salah satu jenis bunga yang berbentuk kecil dan biasanya tumbuh
bergerombol. Bunga ini memiliki warna ungu, biru, pink, atau putih. Selama ini bunga
geranium diketahui sebagai tanaman yang bisa mencegah gigitan nyamuk. Namun baru-baru
ini peneliti menemukan bahwa ekstrak bunga geranium dipercayai bisa menyembuhkan
AIDS. kita harus Waspada terhadap Virus HIV AIDS. Di atas juga menjelaskan tentang
pengertian HIV AIDS, asal usul-nya, cara penularannya, masa inkubasinya, gejalanya hingga
yang beriso tinggi terkena HIV AIDS. Kita sebagai orang yang sehat harus waspada terhadap
virus tersebut, kalau bisa kita juga jangan sampai terlibat/terkena virus HIV AIDS.
b.

Saran

Saran saya , dengan ditemukannya tanaman geranium sebagai obat hiv aids, semoga
penderita hiv aids dapat disembuhkan dan dapat berkurangnya jumlah penderita hiv aids
diindonesia maupun didunia .
Harapan kita semua, terutama bagi penderita HIV-AIDS agar dapat sembuh
dan dapat hidup normal lagi, dengan kabar ini mungkin akan memberikan sedikit angin segar
bagi mereka para psakitan dan kita masyarakat pada umumnya. Tapi penulis
mengkhawatirkan pola prilaku sosial manusia akan menjadi-jadi jika penemuan itu berhasil
menciptakan obat anti HIV-AIDS. Kita semua tahu bahwasanya salah satu penularan
penyakit tersebut adalah melalui hubungan kelamin, terutama hubungan kelamin yang sering
bertukar pasangan ataupun melalui sex bebas. Tentunya hal tersebut tidak lain karena
terciptanya gaya hidup bebas dalam segala hal, termasuk dalam hubungan sex. Nah jika
sekarang masih banyak yang mengkhawatirkan ataupun takut jika menjalankan gaya hidup
bebas tersebut, konon lagi jika obat tersebut berhasil diciptakan, maka mungkin tidak akan

ada lagi kekhawatiran akan penyakit tersebut. Hal ini akan membawa kepada dekadensi
moral dan kekacauan kemanusiaan. Dimana sekarang kita melihat saat obat penangkal untuk
penyakit tersebut belum berhasil ditemukan, dimana masih banyak kekhawatiran akan
terjangkitnya penyakit tersebut, tetapi masih banyak pergaulan sex bebas dan hubungan
diluar nikah terjadi, baik di dunia barat, atau di daerah kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://internasional.kompas.com/read/2013/03/11/16124238/Kabar.Gembira.Racu
n.Lebah.Mampu.Bunuh.HIV
http://health.detik.com/read/2013/03/11/123038/2191240/763/studi-racun-lebahbisa-membunuh-hiv
http://www.merdeka.com/sehat/racun-sengatan-lebahuh-membunuh-virushiv.html
http://palingseru.com/20476/racun-sengatan-lebah-bisa-bunuh-virus-hiv
http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/18/sengatan-lebah-bisa-matikan-virushiv
http://sehatnesia.com/199/racun-lebah-mampu-membunuh-hiv/
http://health.kompas.com/read/2014/02/02/0934016/Tanaman.Geranium.Obat.AI
DS.Masa.Depan
http://kikiseflymulyanti.blogspot.com/2014/02/tanaman-geranium-obat-aids.html
http://www.pemkomedan.go.id/new/berita-bunga-geranium-dipercayasembuhkan-aids.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Geranium

Anda mungkin juga menyukai