Anda di halaman 1dari 48

IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,
perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia,
pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan.
Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya kuantitas
maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan
dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang
dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya.
Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban merupakan
suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal penyidikan yang harus
dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah selanjutnya dalam proses
penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan
menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan
identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan
yang dapat berakibat fatal (ingat semboyan: lebih baik membebaskan yang bersalah daripada
menghukum yang tidak bersalah).
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan
bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Disebutkan bahwa yang dimaksud identifikasi
adalah salah satu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang ada
pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama
dengan orang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu.
Disitulah semua, identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan
forensik maupun non-forensik.
Makalah ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi forensik ataupun
identifkasi secara umum meliputi: pengertian, arti penting, macam-macam pemeriksaan dan cara
atau metode serta sistem identifikasi. Hal-hal demikian diperlukan untuk memperoleh
pemahaman pemahaman dalam penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.

1 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik
untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah
dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting
dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal,
jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara
yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau
kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti
penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang dipastikan
bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif.
2.2 METODE IDENTIFIKASI
Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan
sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan pemeriksaannya, maka
sarana-sarana identifikasi dapat dikelompokkan:
1. Sarana identifikasi konvensional, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi penyidik antara lain:
a. Pemeriksaan secara visual dan fotografi mengenali ciri-ciri muka atau sinyalemen tubuh
lainnya.
b. Pemeriksaan benda-benda milik pribadi seperti: pakaian, perhiasan, sepatu dan
sebagainya.

2 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

c. Pemeriksaan kartu-kartu pengenal seperti KTP,SIM, Karpeg, kartu mahasiswa dan


sebagainya, surat-surat seperti surat tugas/ jalan atau dokumen-dokumen dsb.
d. Pemeriksaan sidik jari dan lain-lain.
2. Sarana identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik tidak
dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasil
identifikasi yang meyakinkan, antara lain:
a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik secara medis melalui
pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang spesifik, misalnya
cacat bibir sumbing atau celah palatum, bekas luka atau operasi luar (sikatrik atau
keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekas fraktur atau
adanya pin pada bekas operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuh tertentu dan lainlain. Beberapa contoh ciri non-spesifik antaralain misalnya tinggi badan, jenis kelamin,
warna kulit, warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk hidung, bibir dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis.
c. Pemeriksaan ciri-ciri badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis, antroposkopi
dan antropometri.
d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy, HLA dan
sebagainya.
e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-lain.

Dikenal ada dua metode melakukan identifikasi yaitu secara membandingkan dan secara
rekonstruksi. Yang dimaksud dengan identifikasi membandingkan data adalah identifikasi yang

3 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil pemeriksaan hasil orang tak dikenal
dengan data ciri orang yang hilang yang diperkirakan yang pernah dibuat sebelumnya.
Pada penerapan penanganan identifikasi kasus korban jenasah tidak dikenal, maka kedua
data ciri yang dibandingkan tersebut adalah data post mortem dan data ante mortem. Data ante
mortem yang baik adalah berupa medical record dan dental record.
Identifikasi dengan cara membandingkan data ini berpeluang menentukan identitas
sampai pada tingkat individual, yaitu dapat menunjuka siapa jenasah yang tidak dikenal tersebut.
Hal ini karena pada identidikasi dengan cara membandingkan data, hasilnya hanya ada dua
alternatif: identifikasi positif atau negatif. Identifikasi positif, yaitu apabila kedua data yang
dibandingkan adalah sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenasah yang tidak dikenali itu
adalah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan. Identifikasi negatif yaitu apabila data
yang dibandingkan tidak sama, sehingga dengan demikian belum dapat ditentukan siapa jenasah
tak dienal tersebut. Untuk itu masih harus dicarikan data pembanding antemortem dari orang
hilang lain yang diperkirakan lagi. Untuk dapat melakukan identifikasi dengan cara
membandingkan data, diperlukan syarat yang tidak mudah, yaitu harus tersedianya data ante
mortem berupa medical atau dental record yang lengkap dan akurat serta up-to-date, memenuhi
kriteria untuk dapat dibandingkan dengan data post mortemnya. Apabila tidak dapat dipenuhi
syarat tersebut, maka identifikasi dengan cara membandingkan tidak dapat diterapkan.
Apabila identifikasi secara membandingkan tidak dapat diterapkan maka cara
rekonstruksi diterapkan. Meskipun identifikasi cara rekonstruksi ini tidak sampai menghasilkan
dapat menentukan identitas sampai pada tingkat individual, namun demikian perkiraan-perkiraan
identitas yang dihasilkan dapat mempersempit dan memberikan arah penyidikan. Terhadap pola
permasalahan kasusnya, dikenal ada tiga macam sistem identifikasi, yaitu ;
1. Identifikasi sistem terbuka adalah identifikasi pada kasus yang terbuka kepada siapapun
dimaksudkan sebagai si korban tidak dikenal. Pola permasalahan kasusnya biasanya :
kriminal, korban tunggal, sulit diperoleh data ante-mortem, identifikasinya biasanya
dilakukan dengan cara rekonstruksi, contoh: identifikasi korban pembunuhan tidak dikenal.
2. Identifikasi sistem tertutup adalah identifikasi pada kasus yang jumlah dan daftar korban tak
dikenalnya sudah diketahui. Pola permasalahan kasus biasanya: non-kriminal, korban massal,
dimungkinkan diperoleh data ante mortem, identifikasi dapat dilakukan dengan cara

4 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

membandingkan data, contoh: identifikasi korban kecelakaan pesawat terbang menabrak


gunung.
3. Identifikasi sistem semi terbuka atau semi tertutup adalah identifikasi pada suatu kasus yang
sebagian korban tidak dikenalnya sudah diketahui dan sebagian lainnya belum diketahui
sama sekali atau belum diektahui tetapi sudah tertentu, contoh: identifikasi korban
kecelakaan pesawat terbang di Malioboro (semi terbuka) atau di suatu perumahan (semi
tertutup).
2.3 DASAR DASAR IDENTIFIKASI FORENSIK
Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi jenasah
adalah :
A. Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam KUHP pasal
133:
1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
diilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
B. Undang-undang Kesehatan Pasal 79
1. Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga kepada pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam UU No 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk
melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan.
5 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan.


c. Meminta keteragan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.
d. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.
e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti.
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.
g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti sehubungan dengan
tindak pidana di bidang kesehatan.
3. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan menurut UU
No 8 tahun 1981 tentang HAP.
2.4 JENIS JENIS PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI FORENSIK
Identifikasi dapat berupa orang masing hidup atau yang sudah meninggal dunia.
Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masing hidup meliputi :
Penampilan umum (general appearance), yaitu : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, umur,
warna kulit, rambut dan mata.
1. Pakaian
2. Sidik jari
3. Jaringan parut
4. Tatoo
5. Kondisi mental
6. Antropometri
Contoh kasus-kasus pemeriksaan pada identifikasi orang hidup kasus anak hilang, kasus
penculikan, orang pikun (dementia).
Metoda identifikasi untuk orang hidup adalah :
1. Kesan pribadi ( identifikasi visual)
Basis identifikasi sangat sering dilakukan tetapi kadang tak dapat dipercaya. Saksilah diminta
untuk menunjuk terdakwa. Basis Identifikasi yang dimaksud adalah suatu gambaran mengenai
seseorang dari gambaran saksi. Dimana kesan pribadi seseorang tergantung pada corak seperti
rambut, jenggot dan kumis, dimana kesan dapat diubah dengan mudah dengan menggunakan
perawatan bedah plastik.
2. Fotografi
6 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

Lebih bermanfaat dalam mengidentifikasi yang hidup dibanding yang mati.


3. Tulisan tangan
Memungkinkan para tenaga ahli untuk mengidentifikasi seseorang atau mendeteksi
pemalsuan. Metoda yang digunakan meliputi pembesaran fotografis, analisa tinta, analisa
kertas.
4. Sidik jari ( Dactylography)
Sidik jari diproduksi oleh kulit friksi yaitu telapak tangan dan tapak kaki yang membentuk
suatu pola. Kelenjar keringat pada kulit menghasilkan keringat dan sebum. Ketika kulit
menyentuh suatu permukaan akan meninggalkan suatu kesan berminyak (sidik jari). Sidik jari
tersebut dapat dilihat baik dengan menaburkan suatu bedak. Sidik jari tersebut dapat diangkat
setelah pengembangan. Sidik jari dapat tersisa selama bertahun-tahun bila tidak dibersikan.
FBI mempunyai lebih dari 100 juta arsip sidik jari tetapi tidak ada satupun yang sama. Pola
sidik jari dari suatu individu tidak akan berubah sepanjang hidupnya. Tapi pada penyakit
tertentu terjadi penghentian pertumbuhan pada kulit seperti penyakit coeliac dan infeksi kulit.
Kerusakan permanen pada kulit terjadi pada lepra dan setelah ekspose dengan radiasi.
Kadang-kadang terjadi usaha untuk merusakkan sidik jari.

Sedangkan identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal dunia dapat dilakukan terhadap :
1. Jenazah yang masih baru dan utuh
2. Jenazah yang sudah membusuk dan utuh
3. Bagian-bagian dari tubuh jenazah
Proses identifikasi menggunakan 2 metode, yaitu metode sederhana dan metode ilmiah.
Metode sederhana dari proses identifikasi meliputi:
1. Metode visual.
Metode ini hanya dapat dilakukan bila keadaan tubuh, terutama wajah korban masih dalam
keadaan baik dan belum terjadi pembusukan yang lanjut. Metode ini dilakukan dengan
memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau
temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih
7 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk
membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.
2. Metode kepemilikan, seperti pakaian, perhiasan, dokumen.
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang
kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan
sangat membantu mengenali jenazah tersebut. Perlu diingat pada
kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang
berada

dekat

jenazah

belum

tentu

adalah

milik

jenazah

yang

bersangkutan.
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau
nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses
identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI,
identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang
dipakainya
3. Metode eksklusi.
Metode ini sering digunakan pada kasus yang terdapat banyak korban seperti bencana. Bila
dari sekian banyak korban, tinggal satu yang tidak dapat dikenali oleh karena keadaan
mayatnya sudah sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar korban akan dapat diketahui
siapa korban tersebut.
Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat
diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode
indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan
metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.
Metode ilmiah dari proses identifikasi meliputi:
1. Sidik jari.
1. Definisi
8 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

Keuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya yang murah.
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Sampai
saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan
penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik
jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong
plastik.
Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri seseorang melalui
suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal ataupun sebagai pengganti tanda
tangan (cap Jempol).
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari epidermis pada
telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki, yang juga dikenal
sebagai dermal ridges atau dermal papillae, yang terbentuk dari satu atau lebih aluralur yang saling berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah mempunyai sidik jari
yang sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari dan telapak
tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia empat minggu hingga
sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.
Gambar 1 : Sidik jari pada manusia
2. Sifat sifat Sidik Jari

9 | Page

IDENTIFIKASI FORENSIK

Sidik jari merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk mengindentifikasi
identitas seseorang karena polanya yang unik, terbukti cukup akurat, aman, mudah, dan
nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik yang lainnya. Hal ini dapat dilihat
pada sifat yang dimiliki oleh sidik jari yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat
pada kulit manusia seumur hidup, pola ridge tidaklah bisa menerima warisan, pola ridge
dibentuk embrio, pola ridge tidak pernah berubah dalam hidup, dan hanya setelah
kematian dapat berubah sebagai hasil pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya
diubah secara kebetulan akibat, luka-luka, kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang
tidak wajar.
Dibawah ini merupakan Sifat-sifat khusus yang dimiliki sidik jari :
a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit
manusia seumur hidup.
b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan
kecelakaan yang serius.
c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
3. Macam Macam Sidik Jari
a) Latent prints (Sidik jari Laten). Walaupun kata laten berarti tersembunya atau tak
tampak, pada penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti
kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari alur-alur
tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat
atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara elektronik, kimiawi,
dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten yang tak terlihat yang
ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-alur tonjolan kulit (yang
memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam lipid) walaupun impressi
tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.
b) Patent prints (Sidik jari Paten). Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan kulit
dari sumber yang jak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disababkan
dari transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena sudah dapat
langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan diambil bukan
dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.

10 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

c) Plastic prints (Sidik jari Plastik). Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan alur-alur
tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan
bentuk dari alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada lilin cair, deposit
lemak pada permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi
penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik laten
yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada permukaan
tersebut. Usaha untuk melihat immpressi-impressi non plastik pun harus
dilaksanakan.
4. Klasifikasi Sidik Jari
Sistem Henry berasal dari pola ridge yang terpusat pola jari tangan, jari kaki, khusunya
telunjuk. Metoda yang klasik dari tinta dan menggulung jari pada suatu kartu cetakan
menghasilkan suatu pola ridge yang unik bagi masing-masing digit individu.Dalam
sistem klasifikasi Henry, terdapat tiga pola dasar sidik jari: Arch (lengkungan), Loop
(uliran), dan Whorl (lingkaran).
a. Tipe Arch, Pada patern ini kerutan sidik jari muncul dari ujung, kemudian mulai naik
di tengah, dan berakhir di ujung yang lain.
b. Tipe Loop, Pada patern ini kerutan muncul dari sisi jari, kemudian membentuk
sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama ketika kerutan itu muncul.
c. Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang mengelilingi sebuah
titik pusat dari jari.
Dari ketiga klasifikasi diatas terdapat juga klasifikasi yang lebih kompleks yang
mengikutsertakan pola plain arches (lengkungan sederhana atau tented arches (lekukan
yang seperti tenda) . Pola Loop dapat berarah radial atau ulnar, tergantung arah ekor dari
loop tersebut. Pola Whorl juga dibagi dalam subgrup-subgrup: plain whorl, accidental
whorls, dan central pocket loop.
5.

Cara Pengambilan Dan Pemeriksaan Sidik Jari


Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penetuan jati diri dengan
sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter, melainkan dilakukan
oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan oleh dokter,
dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau mencetak sidik jari,
khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya yang telah

11 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang keriput, serta mencopot kulit
ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya pada jari yang sesuai pada jari
pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan sidik jari, merupakan prosedur
standar yang harus diketahui dokter.
2. Medik.
Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi badan,
berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat,
jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga
ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan
metode identifikasi ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Perbedaan umur jenis kelamin pria dan wanita

Pria

Wanita

Panggul

Lebih kecil dari bahu

Lebih lebar dari bahu

Posture

Besar

Kecil

Payudara

Jarang berkembang

Berkembang

Jakun

Menonjol

Tidak menonjol

Striae

Tidak ada

Ada, payudara dan bokong

Rambut pubis

Tebal, tumbuh melebar -

Lurus, hanya di mons

12 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

pusar

veneris

Rambut

Ada di wajah, dada

Tidak ada

Kelamin dalam

Testis, prostate, vesikula

Ovarium,tuba fallopi,

seminalis

vagina

Lebih besar, berat dan

Lebih kecil, ringan dan

tebal

tipis

Proporsi perut

Lebih kecil

Lebih besar

Paha

Bentuk silinder

Bentuk kerucut

Tengkorak

3. Odontologik.
Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal
sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena
ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi
karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap
perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat
dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar.
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi
adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh manusia yang
komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan
anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindungi. Kedua,
manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing mempunyai lima
permukaan.

13 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Berdasarkan pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal melalui gigigeligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang.
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi
dan sebagainya.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.
Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan
dengan data pembanding antemortem.

a. Definisi Forensik Odontologi


Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan odontology
forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan
presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai
berikut :
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh
lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi
menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi
(dental record) dan data radiologis.
14 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang


mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila
terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa
gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400C.
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan
giginya masih utuh.

Gambar 2 : identifikasi gigi pada jenazah


Pada gambar diatas menunjukkan bahwa gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu yang
tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi.
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari identifikasi dari mayat yang tidak dikenal
melalui gigi, rahang dan kraniofasial.
1. Penentuan umur dari gigi.
2. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
3. Penentuan ras dari gigi.
4. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.
5. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
6. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
15 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

b. Anatomi dan Morfologi Gigi Manusia


d.1. Anatomi Gigi
Gigi manusia terdiri dari tiga
1. Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang terletak
didalam tulang rahang.
2. Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.
3. Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi.
d.2. Struktur Gigi
Badan dari gigi terdiri dari :
1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi
membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan
dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor,
zat organic dan air.
2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna
kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak dari
email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan fosfor serta
30 % bahan organic dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup
akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang
memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan
terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan
organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah
pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel
pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
d.3. Morfologi gigi.
Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Gigi susu

16 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan lengkap
pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap daerah rahang
masing masing adalah : 2 gigi seri (incicivus), 1 gigi taring.
2. Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi
premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen
menggantikan gigi susu. Antara umur 6 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi
permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 12 tahun sedangkan
gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 21 tahun.
d.4. Nomenklatur Gigi
Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :
1. Cara Zsigmondy
Gigi susu
V IV III II I

I II III IV V

V IV III II I

I II III IV V

Gigi tetap
8764321

12345678

8764321

12345678

Contoh penulisan :
Vl : gigi susu m2 kanan atas
2.

Cara Palmer
Gigi susu
EDCBA

AB C D E

EDCBA

AB C D E

Gigi tetap
8764321

12345678

8764321

12345678

Contoh penulisan :

17 | P a g e

E l : gigi susu m2 kanan atas

IDENTIFIKASI FORENSIK

3.

Cara FID ( Federation Internationale Dentaire )


Dengan menggunakan sstem 2 angka :
Gigi Tetap :
1.

2-

4-

318 17 16 15 14 13 12 11

21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41

31 32 33 34 35 36 37 38

Gigi Susu
5-

6-

8-

7-

55 54 53 52 51

61 62 63 64 65

85 84 83 82 81

71 72 73 74 75

Contoh penulisan :
55

: gigi susu m2 kanan atas

36

: gigi tetap M1 kiri bawah

c. Penentuan Umur Berdasarkan Pemeriksaan Gigi


Metode yang sering digunakan untuk seseorang berdasar pemeriksaan gigi antara lain:
a. Metode Schour dan Massler
Schour dan Massler membuat table tentang gambaran pertumbuhan gigi mulai
dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu
kedokteran gigi klinis khususnya ordontis untuk merencanakan atau mengevaluasi
perawatan gigi.
Tabel ini biasa digunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah
seharusnya tanggal atau seharusnya sudah tumbuh pada umur tertentu. Untuk
penentuan umur penggunaannyajustru melihat gigi ayng sudah ada didalam mulut
dan menentukan umurnya dengan bantuan table Schour dan Massler.
18 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar 3. Perkembangan gigi menurut metode schour dan massler berdasarkan


data dari kronfield. y=umur dalam tahun, m=umur dalam bulan miu=bulan dalam
kandungan, a=insisivus1, e= molar 2
2.

Tabel Gustaffson dan Koch


Pada prinsipnya sama dengan sChour dan Massler, hanya pada table Gustaffson
untuk setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang lebih lengakap, mulai dari
pembentukan, mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut sapai pada penutupan
foramen apicalis, sejak dalam kandungan hingga umur 16 tahun.

3.

Metode Gustaffson
Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson Koch pada umumnya bermanfaat
selama gigi masih dalam masa pertumbuhan. Untuk memperkirakan umur
seseorang setelah masa itu digunakan 6 metode dari Gustaffson.Gustafson (1950)
memperkirakan umur dari gambaran umum endapan dentin sekunder, ketebalan
cemen, dan periodontis sehingga Gustaffson menyusun satu sistem yang
berpatokan pada 6 faktor yang berhubungan dengan usia:

1. Derajat atrisi (A)

19 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Yang dimaksud adalah derajat atau keparahan atrisi atau ausnya permukaan
kunyah gigi baik insisial maupun oclusal sesuai dengan penggunaannya.
Makin usia lanjut maka derajat atrisinya makin parah.
2. Periodontosis atau perubahan pada ginggiva (P)
Perubahan fisiologis akibat penggunaan gigi dari perlekatan epitel ditandai
dengan turunnya atau dalamnya sulkus ginggivayang melebihi 2 milimeter
bahkan makin usia lanjut, perlekatan ginggiva turun kearah akar gigi sehingga
terlihat seakan-akan mahkota lebih panjang.
3. Jumlah dentin sekunder (S)
Pembentukan sekunder dentin oleh karena penggunaan gigi atau atrisi dari
permukaan oclusi biasanya terbentuk diatas atap pulpa sehingga makin usia
lanjut secara rontgenografis terlihat seakan-akan pulpa jadi sempit karena
sekunder dentinnya makin tebal.
4. Cemen apposition atau ketebalan sementum sekitar akar gigi (C)
Dengan bertambahnya usia maka akan bertambah tebal jaringan cementum
pada akar gigi. Pembentukan ini oleh karena perlekatan serat-serat periodontal
dengan aposisi yang terus menerus dari gigi tersebut selama hidup merupakan
faktor penting yang sangat mempengaruhi.
5. Transparansi akar atautransluecency of the root (T)
Bertambahnya usia terjadilah proses kristalisasi dari bahan-bahan mineral akar
gigi hingga jaringan dentin pada akar gigi berangsur-angsur mulai dari akar
gigi kearah cervikal menjadi transparan. Transparansi dentin ini dimulai pada
dekade ketiga dari tebal tubular dentin 5 milimicron sehingga pada usia 50
tahun tebal tubular dentin hanya 2 milimicron hingga pada usia 70 tahun tebal
tubular dentin tinggal 1 milimicron.
6. Resorbsi akar (R)
Menurut Gustaffson, bahwa terjadi resorbsi akar gigi permanen akibat tekanan
fisiologis dengan bertambahnya usia. Mili demi mili diukur olehnya dalam
penentuan usia akibat penggunaan gigi.
Dalam setiap irisan dasar, ciri-ciri gigi diberikan angka dan poin-poin
dijumlahkan untuk memberikan hasil akhir. Metode Gustaffson menjumlahkan setiap
20 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

nilai dari 6 faktor tersebut dimana setiap faktor yang mempunyai bobotyang sama dan
berarti 6 poin tersebut mempunyai nilai perkiraan usia yang sama. Rumus Gustaffson
(1950):
Skoring berdasarkan metode Gustaffson.
A0=no attrition A1=attrition

A2=attrition

A3= attrition reaching

S0=no

within enamel
reaching dentin
pulp
S1=
secondary S2= pulp cavity is S3= pulp cavity is

secondary

dentine has begun has filled

nearly

dentin

to form in upper

filled with secondary

part

dentin

of

pulp

or

wholly

P0=no

cavity
P1= periodontosis P2= periodontosis P3=periodontosis has

periodontosis

jus begun

C0=

along first one- passed tho-thirds of

third of root
root.
normal C1= apposition a C2= great layer of C3= heavy layer of

layer

of little greater than cementum

cementum

cementum laid normal


down
R0= no root R1=root

R2= greater loss R3= great areas of

resorption

resorption only on of substance

both cementum and

visible

small

dentin affected

isolated

spots
(dental age estimation of adult: a review of method and principals) 2008.
Umur (tahun) = 11,43 + 4,26 X 3,63 (faktor koreksi)
X=A+P+S+C+R+T
Keterangan : A= atrition
P= periodontis
S= secondary dentition
C= cemen apposition
R= root resorbtion
21 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

T= root dentin transparency


d. Identifikasi Forensik Odontologi
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membedakan usia
seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi korban yang
sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban.
1.Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi melalui
pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada pemeriksaan
antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi desidua diawali pada
minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12 16 minggu dan berlanjut
setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang
mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis
yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini
akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk.
Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat
sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya
secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari
struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan
kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar
kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar
yang dapat digunakan untuk menentukan umur, penentuan secara klinis dan
radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi.

22 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar 4 : x ray gigi pada anak - anak


Gambar diatas memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak.
(a) Gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan perkembangan
pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar gigi molar atau gigi
6 tapi belum tumbuh secara utuh).
(b) Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari Schour dan Massler pada
gambar (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.
Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi molar tiga
yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi degenerasi
dan perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang lambat dan hal
seperti ini dapat digunakan untuk aplikasi forensik.
2. Penentuan Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi
menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat
23 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm,
sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA
dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.

3. Penentuan Ras
Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:
1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata berbentuk
sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan 12 % ras
negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.
2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar
bawah pada 1-4% ras mongoloid.
3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20% mongoloid.
4. Lengkungan palatum berbentuk elips.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

Gambar 5 : gigi untuk Ras Kaukasoid


Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:
1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.
24 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.
3. Maloklusi pada gigi anterior.
4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.
5. Dagu menonjol.

Gambar 6 : gigi untuk Ras Negroid


Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:
1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.
2. Sering terdapat open bite.
3. Palatum berbentuk lebar.
4. Protrusi bimaksila.
Di bawah ini merupakan contoh gambar open bite:

25 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar 7 : gambaran open bite


4. Antropologik
4. 1.

Definisi

Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan
pengembangan lingkungan manusia. Antropologi Forensik adalah pemeriksaan pada sisa-sisa
rangka. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah
sisa-sisa tersebut berasal dari manusia.
Menurut American Board of Forensic Anthropology, forensik antropologi adalah aplikasi
ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka, atau
sediaan lain dari sisa sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting untuk
alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan tehnik
sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa sisa jasad
manusia dan mengungkap tindak kejahatan.
Antropologi forensik meliputi penggalian arkeologis; pemeriksaan rambut, serangga, plant
materials dan jejak kaki; penentuan waktu kematian; facial reproduction; photographic
superimposition; detection of anatomical variants; dan analisa mengenai cedera masa lalu dan
penanganan medis. Namun, pada pelaksanaannya forensik antropologi terutama untuk
menentukan identitas jasad berdasar bukti yang tersedia, yaitu menentukan jenis kelamin,
perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.

26 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Wire yang digunakan pada penyatuan fraktur.


4. 2.

Ruang Lingkup pemeriksaan Forensik

Faktor utama yang digunakan pada pemeriksaan forensik adalah:


a. Osteologi
Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada pemeriksaan
antropologi forensik, karena antropologi forensik berhubungan dengan pemeriksaan sisa
sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa dapat menentukan perkiraan usia, jenis
kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat hidup. Tengkorak merupakan bagian dari rangka
manusia yang paling informatif. Namun, jarang sekali tengkorak ditemukan dalam keadaan
utuh ataupun baik. Oleh karena itu osteologis harus dapat memanfaatkan apapun tulang
yang tersedia.

27 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Alat alat Ukur Pemeriksaan Osteologi


Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama pertama dari
osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari manusia atau bukan.
Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia atau hewan, namun terdapat
persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika tengkorak tidak ditemukan, tulang
manusia dapat dibedakan dari hewan berdasarkan bentuk, ukuran dan perbedaan densitas
tulang. Penentuan spesies akan sangat sulit jika tulang yang ditemukan berupa pecahan
pecahan. Ada dua tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa sisa rangka yaitu metrik dan
nonmetrik. Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang. Contohnya panjang dari humerus
pada seseorang dapat lebih panjang dari orang lain yang mempunyai tinggi badan yang
sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara tulang tulang seseorang yang tidak dapat
diukur. Contohnya penyatuan pada tulang seseorang dapat berbeda dengan orang lainnya.

Gambar : Penentuan jenis Kelamin Berdasar Metode Non Metrik

28 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

b. Dentisi
Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa sisa gigi. Analisa dari sisa sisa gigi
dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada antropologi forensik. Digunakan
bersama dengan osteologi untuk menentukan usia, jenis kelamin dan diet. Pada orang
dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing masing sisinya, pada rahang atas dan bawah
terdapat dua insisivus, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak anak terdapat dua
puluh gigi dengan dua insisivus dan satu kaninus serta dua molar pada masing masing
kuadran.
c. Etnobotani
Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan tanaman dari masa
lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak kematian dan menentukan diet dari sisi
arkeologi.
4. 3.

Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik


Dapat mengidentifikasi Manusia atau Bukan Manusia dari Kerangka. Merupakan suatu
hal yang biasa bahwa tulang atau komponen binatang menjadi perhatian hukum bagi para
agen penyelidik forensik. Biasanya para ilmuwan forensik dapat dengan mudah
menentukan spesimen nonhuman. Suatu cakar beruang, kuku binatang dan ruas jari yang
koyak, bulu binatang dan kulit yang dipisahkan oleh pengulitan pisau atau oleh
pembusukan, biasa menyerupai manusia. Gambar yang dihasilkan oleh sinar X dapat
dengan tepat mengungkapkan perbedaan tersebut.
Sisa tulang dari binatang menyusui besar kemungkinan dapat mengacaukan para penemu
yang tak terlatih. Seseorang yang terlatih dalam ilmu tulang atau anatomi manusia seperti
dokter, dokter gigi, dan ahli antropologi tidak akan mempunyai kesukaran dalam
mendeteksi karakteristik nonhuman baik dari segi ukuran, arsitektur, dan bentuk dari
tulang binatang yang utuh. Yang paling membedakan bagian-bagian tulang manusia dan
binatang adalah articular permukaan (gambaran makroskopis), mungkin perbedaan
tersebut dapat hilang oleh karena aktivitas carnivoral, pembusukan, atau epiphyses tulang
yang belum mature.
Seandainya sisa tulang cuma berupa fragmen diaphysis, roentgenography dapat sangat
menolong. Tulang, proses pembentukan tulang, dan proses eksresi yang berhubungan
dengan organ dan perlekatan ototberbeda antara manusia dan binatang. Chilvarquer et al.

29 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

menunjukan perbedaan dalam penampilan roentgenographic antara midshafts manusia


dengan tulang binatang. Pola tulang manusia berbentuk saluran spongiosa dan medullary
yang reguler, memiliki ruang ovoid antar trabeculae utama yang agak kasar dan
trabeculae sekunder yang lebih halus. Zone transisi tersebut lebarnya kira-kira 1-3 mm.
Pada penyakit osteoporosis, zona transisi tersebut lebih lebar karena adanya reduksi
osteomalacia yang menghancurkan corticomedullary.

Gambar : Cakar beruang biasa salah dikira suatu tangan manusia


Pada binatang corticomedullary terlihat sangat jelas. Saluran spongiosa lebih sedikit dan
berisi butiran-butiran kecil homogen. Terdapat selaput Spicules atau invaginations yang
meluas ke dalam saluran medullary dari endosteum.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan
beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan
pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).
Pada gambaran mikroskopik perlu juga dilihat fusi epiphysis dan metaphysis serta ukuran
tulang. Pada hewan, fusi ini terjadi saat ukuran tulang belum begitu panjang. Pada
manusia fusi terjadi pada usia dewasa dimana panjang tulang sudah maximal. Tulang
manusia lebih banyak trabekulanya sehingga lebih padat.
Antropologi forensik juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin, perkiraan
umur, tinggi badan, dan pertalian ras. Pemeriksaan juga dapat digunakan untuk
memperkirakan waktu kematian, dan dugaan penyebab kematian.

30 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik


a. Penentuan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara dari bagian bagian yang
berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya mungkin pada rangka orang
dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu dengan mengukur ukuran tulang,
dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria juga lebih cenderung memiliki area
lebih luas untuk perlekatan otot.

Gambar : Perbedaan Pelvis Pria dan Wanita


Pelvis adalah tulang yang paling umum digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Sudut
subpubis pada wanita lebih besar, biasanya lebih dari 90 0. Acetabulum, yang merupakan tempat
perlekatan kepala femur dengan os pubis, khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan
wanita. Sakrum lebih lurus pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas panggul pada
wanita lebih luas daripada pria.

31 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita


Kranium atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk menentukan jenis
kelamin. Dagu pada pria cendrung lebih petak dan lebih lancip pada wanita. Dahi pada
pria cendrung lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Pria memiliki
lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.
Perbedaan Tulang Pria dan Wanita

Tulang

Tengkorak

Pria

Wanita

Lebih besar, berat dan

Lebih kecil, ringan dan

kasar

halus

Lebih berat dan menonjol

Lebih ringan, kurang


menonjol

Tulang wajah

Lebih besar

Lebih kecil

Supra orbital

Lebih menonjol

Kurang menonjol

32 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Zigomatikus

Lebih menonjol

Kurang menonjol

Oksiput

Lebih menonjol

Kurang menonjol

Sinus frontalis

Lebih lebar

Lebih kecil

Toraks

Panjang

Pendek lebar

Pelvis

Lebih dalam, sempit dan

Lebih dangkal, halus dan

berat

ringan

Ilium

Lebih melengkung

Kurang melengkung

SIAS

Terpisah jarak tidak lebar

Terpisah jarak lebar

Cekungan sacrum

Tidak lebar, panjang,

Lebih lebar dan

sempit dan tidak begitu

melengkung

melengkung
Arkus pubis

Lebih sempit

Lebih besar

b. Perkiraan Umur
Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun perkiraan umur
seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac joint,
cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi
memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia,
bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menentukan perkiraan usia pada
range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak
kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan dewasa tua.
Gambar : Penutupan Sutura Tengkorak
33 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini
karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu tidak akan mempengaruhi pertumbuhan
fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang, tubuh ibu akan
memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu.
Umur dalam tiga tahapan :
1. Bayi baru dilahirkan
Neonatus, bayi yang belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan
usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masingmasing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan
gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai
terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen
merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses
penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagian-bagian yang lunak
dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor penentuan yg baik.
Pengukuran tinggi badan diukur :
Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor
Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit
Umur
1 bulan
2 bulan
34 | P a g e

Panjang
1 cm
4 cm

Umur
6 bulan
7 bulan

Panjang
30 cm
35 cm

IDENTIFIKASI FORENSIK

3 bulan
4 bulan
5 bulan

9 cm
16 cm
25 cm

8 bulan
9 bulan
10 bulan

40 cm
45 cm
50 cm

2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun


Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin
banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan
tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik
yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing epifisis akan menyatu pada
diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua mempunyai
metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura cranium;
morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur mikro
dari tulang dan gigi.
Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 25 tahun.
Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.
Unifikasi dimulai umur 18 25 tahun.
Unifikasi lengkap 25 30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap
Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan radier
pada permukaan atas dan bawah.
3. Dewasa > 30 tahun
Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan
menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan
sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah
sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan.
Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun
selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi
berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.

35 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur


Pemeriksaan tengkorak :
Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna
Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur 20
30 tahun
Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 35 tahun tetapi dapat tetap
terbuka sebagian pada umur 60 tahun.
Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70 tahun.
c. Perkiraan Tinggi Badan
Tinggi merupakan persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus
(lengan atas), femur (paha), radius (pengumpil) dan tibia (kering) dengan rumusan
Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl pearson, Dupertus dan Hadden
Kepentingan pengukurang tinggi badan dari tulang panjang adalah penting pada
keadaan tubuh sudah terpotong atau yang didapatkan rangka atau sebagai tulang.
Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang :

Tulang lengan atas.35%TB

Tulang paha27%TB

Tulang kering.22%TB

Tulang belakang.35%YB

Perhatikan dengan pengukuran osteometrik board : tulang harus dalam keadaan kering.
Rumus TB (tinggi badan)
1. Stevenson

TB = 61,7207 + 2,4378 X F + 2,1756 (F = Femur)

TB = 81,5115 + 2,8131X H + 2,8903 (H = Humerus)

TB = 59,2256 + 3,0263 X T + 1,8916 (T = Tibia)

TB =80,0276 + 3,7384 X R + 2,6791 (R = Radius)

2. Trotter dan Gleser (untuk ras mongoloid)

36 | P a g e

TB =1, 22 (Femur + Fibula) + 70,24 (3,18 cm)

TB =1, 22 (Femur + Tibia) + 70,37 (3,24 cm)

IDENTIFIKASI FORENSIK

TB =2,40 (Fibula) + 80,56 (3,24 cm)

TB =2,39 (Tibia) + 81,45 (3,27 cm)

TB =2,15(Femur) + 72,57 (3,80cm)

TB =1, 68 (Humerus+ Ulna 71,18) + (4,14 cm)

TB =1, 67(Humerus+ Radius ) + 74,83 (4,16 cm)

TB =2,68 (Humerus) + 83,19 (4,25 cm)

TB =3,54 (Radius) + 82,00 (4,60 cm)

TB =3,48(Ulna) + 77,45(4,66 cm)

Pengukuran sebaiknya dengan kedua formula tersebut diatas agar mendekati tinggi
badan sebenarnya.
Rumus antropoloogi Ragawi UGM pria dan dewasa (Jawa)
TB = 897 + 1,74 y (femur kanan)
TB = 822 + 1,90 y (femur kiri)
TB = 879 + 2,12 y (Tibia kanan)
TB = 847 + 2,22 y (Tibia kiri)
TB = 867+ 2,19 y (fibula kanan)
TB = 883 + 2,14 y (fibula kiri)
TB = 847 + 2,60 y (humerus kanan)
TB = 805 + 2,74 y (humerus kiri)
TB = 842 + 3,45 y (radius kanan)
TB = 862 + 3,15 y (radius kiri)
TB = 819 + 3,15 y (ulna kanan)
TB = 847+ 3,06 y (radius kiri)
Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi
dewasa muda di Indeonesia :
a) Pria :
TB = 72,9912 + 1,7227 (Tibia) + 0,7545 (Fibula) ( 4,2961 cm)
TB = 75,9800 + 2,3922 (Tibia) ( 4,3572 cm)
TB = 80,8078 + 2,2788 (Fibula) ( 4,6186 cm)
b) Wanita :
37 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

TB = 71,2817 + 1,3346 (Tibia) + 1,0459 (Fibula) ( 4,8684cm)


TB = 77,4717 + 2,1889 (Tibia) ( 4,9526 cm)
TB = 76,2772 + 2,2522 (Fibula) ( 5,0226 cm)
d. Perkiraan Interval Waktu Kematian
Memperkirakan waktu kematian sangat sulit. Biasanya diperkirakan berdasarkan
jumlah dan kondisi dari jaringan lunak seperti otot, kulit, dan ligamen, keadaan tulang
yang masih baik, luas yang berhubungan dengan pertumbuhan akar tanaman, bau
busuk, dan aktivitas karnivora maupun serangga pada jasad. Namun banyak variabel
yang harus dipertimbangkan, seperti suhu saat kematian, luka tusuk, kelembapan, ph
tanah, dan kadar air. Semakin lama waktu kematian semakin sulit menentukan interval
waktu kematian.
Ketika mayat ditinggalkan di permukaan, aktivitas serangga segera dimulai dan dalam
2 minggu tubuh tersebut akan telah menjadi kerangka., dan dalam 8 bulan akan
menjadi kerangka secara komplit. Jika dikubur, tubuh akan menjadi kerangka komplit
dalam waktu 1 sampai 2 tahun dan pada daerah yang kering dapat terjadi mumifikasi.
Penghancuran tulang memakan waktu bertahun-tahun, keasaman tanah mempercepat
proses ini. Terpisah-pisahnya tulang penting bagi seorang antropologis forensik untuk
menentukan perkiraan waktu kematian atau waktu penguburan. Jumlah dan tipe tulang
yang masih dapat ditemukan memberikan gambaran berapa lama tubuh tersebut sudah
berada disana, contoh, tulang yang lebih kecil lebih cepat hilang. Perkiraan waktu
kematian berdasarkan penelitian di Universitas Tennessee sebagai berikut:

3 minggu: tulang dengan sendi masih utuh.

5 minggu : sebagian tulang terpisah, sebagian sendi masih utuh.

4 bulan : tulang terpisah-pisah.

1 tahun: tulang-tulang kecil hilang, terjadi disartikulasi komplit.

2-4 tahun: sebagian tulang rusak, sebagian tulang besar hilang.

>12 tahun: tulang hancur, dapat terkubur oleh daun, badai, erosi.

15-20 tahun : tidak ada bukti.

e. Pertalian Ras

38 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Pertanyaan mengenai pertalian ras sulit untuk dijawab karena walaupun klasifikasi ras
memiliki komponen biologis yang sama, tetap didasari dari hubungan sosial. Namun,
beberapa rincian anatomis, terutama di wajah, sering menunjukkan ras individual.
Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit dengan hidung yang agak
meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam memiliki hidung yang lebar dan
subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia memilki bentuk tulang pipi yang
menonjol dan tekstur gigi yang khas.

Gambar : Variasi Rangka Manusia Berdasarkan Ras


Seorang antropologis memiliki banyak metode yang rumit untuk dapat menentukan ras
atau nenek moyang suatu populasi melalui tulang. Ras dari pemilik tulang dapat
diidentifikasi menjadi :
Ras kaukasoid (semua kulit putih)
Morfologi kranium pada ras ini sebagai berikut :

Tipe kranium dolichocephalic (panjang).

Tulang zygomaticus cenderung mundur terhadap tulang fasial.

Apertura nasalis sangat sempit dan tajam tepi bawahnya.

Dasar tulang orbita cenderung miring ke bawah.

Palatum relatif sempit dan cenderung berbentuk segitiga.

Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membelok.

Persentase sutura metopika cenderung lebih tinggi dibanding 2 ras lainnya.

Negroid (semua kilit hitam/ Negro Afrika, Amerika dan Indian Barat).

Tipe kranium mesocephalic (sedang).

Tulang zygomaticus tidak begitu menjorok ke depan relatif terhadap tulang


fasial.

39 | P a g e

Apertura nasalis sangat lebar dan tepi bawah tulang nasalis tumpul.

IDENTIFIKASI FORENSIK

Tulang orbita cenderung persegi empat dan jarak interorbital lebar.

Tulang palatum cenderung sangat lebar dan agak persegi empat.

Alveolus anterior pada maksilla dan mandibula cenderung sangat prognathis.

Sering didapati depresi coronal posterior pada sutura coronaria.

Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membentuk huruf S.

Mongoloid (Cina, Jepang, Indian Amerika)

Kranium cenderung memiliki tulang zygomaticus yang menonjol.

Lebar apertura nasalis sedang dan tepi bawah nasal agak runcing.

Tulang orbita cenderung sirkulair.

Tulang palatum lebarnya sedang.

Sutura zygomaticomaxillaris cenderung lurus

Penentuan ras dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap tengkorak, sudut


intercondylus, dan tulang panjang :
Tengkorak
Tengkorak dapat memberikan gambaran yang dapat diandalkan mengenai
karakteristik tertentu dari nenek moyang suatu populasi, akan tetapi kadang kala
dapat dikelirukan dengan pencampuran ras.

40 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Gambar menunjukkan perbedaan karakteristik tulang tengkorak dari berbagai


nenek moyang populasi
Tabel : Memperlihatkan gambaran morfologi tengkorak dan mandibula untuk
menentukan ras.
Ciri

Kaukasoid

Negroid

Mongoloid

Konfigurasi umum

Mesocephalic

Dolichocephalic

Brachycephalic

Kontur sagital

Bulat

Datar atau takik

Lengkung

Parietal

+-++

+++

Gigi

Sedikit overbite

Prognatik

Sejajar

Wajah

Panjang, sempit

Prognatik

Datar

41 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Orbita

Persegi

Oval

Bulat

Jarang interorbital

Intermediet

Lebar

Lebar

Apertura nasal

Sempit, oval

Bulat

Bulat dengan gully


inferior

Spina nasalis

Tajam

inferior

Pendek atau

Tumpul

berbentuk palung

Tulang nasal

Intermediet

Pendek

Menonjol

Arkus zygomatikus

Ramping

Sedikit ramping

Menyolok dengan

dan prominensia

penonjolan inferior

malar
Sudut mandibular

Sedikit tumpul

Tumpul

Hampir menyerupai
sudut

Dagu, prosesus

++

mentalis

Sudut intercondylar shelf


Menentukan ras dari sudut intercondylus dapat digunakan bila yang tersisa hanya
kerangka saja. Metode ini memerlukan penempatan distal femur pada posisi
lateral.

42 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Gambar : Gambaran foto Rontgen lateral lutut memperlihatkan metode untuk mengukur sudut
intercondylar shelf.
Tulang panjang
Pada ras kulit hitam, tibia relatif lebih panjang daripada femur dan radius relatif
lebih panjang daripada humerus. Pada populasi kulit putih dan Mongoloid, femur
lebih melengkung ke anterior bila dibandingkan dengan populasi kulit hitam.
Femur ras kulit hitam cenderung lebih lurus.
f. Bukti Trauma
Setelah tanah dan kotoran lainnya dibersihkan dari tulang dengan menggunakan air
dan sikat yang halus, maka jejas trauma yang halus sekalipun, akan terlihat.
Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.
Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang. Bila
terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan
membandingkan data antemortem. Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut
43 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan


menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang tersebut yang
dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang sama. Dengan
demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
5. Serologik.
Metode serologik meliputi penentuan golongan darah, dan analisis DNA. Pemeriksaan
serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah
pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan
tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya sangat
tinggi.
2.5 PERAN DOKTER DALAM PROSES IDENTIFIKASI FORENSIK
Bantuan yang dapat diberikan oleh dokter pada proses identifikasi meliputi :
1. Menentukan manusia atau bukan
Jika ditemukan tulang-tulang maka kadang-kadang tulang dari beberapa binatang tertentu
mirip manusia. Cakar dari beruang misalnya, hamper mirip bentuknya dengan tangan
manusia.denngan pemeriksaan teliti akan dapat dibedakan apakah tulang yang ditemukan
berasal dari manusia atau binatng.
Yang agak sulit adalah jika yang ditemukan itu berupa tukang yang khas (unidentifiable
bones) atau jaringan lunak. Dalam hal ini pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan
manusia atau binatang adalah pemeriksaan imunologi (precipitin test).
2. Menentukan jenis kelamin
Pada korban kebakaran atau pada mayat yang sudah membusuk di mana penentuan jenis
kelamin tidak mungkin di lakukan dengan pemeriksaan luar maka penentuan jenis kelamin
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada:
a. Jaringan tertentu :
uterus dan prostat merupakan jaringan lunak yang lebih tahan terhadap pembusukan dan
dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Dari jaringan lunak juga dapat
dilakukan pemeriksaan sex chromatin untuk menentukan jenis kelamin, terutama jaringan

44 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

kulit dan tulang rawan. Metode ini juga berguna bagi penentuan jenis kelamin pada
mayat yang terpotong-potong.
b. Tulang-tulang tertentu :
Pada orang dewasa, beberapa tulang tertentu bentuknya berbeda antara laki-laki dan
wanita. Tulang- tulang itu antara lain tengkorak, pelvis, tulang panjang, rahang dan gigi.
Tengkorak :

Laki-laki :

wanita:

Dahi

rendah

tinggi

Tepi orbital

lebih menonjol

kurang menonjol

Orbital

persegi empat

bulat

Tonjolan mastoid

besar

kecil

Rigi (muscle-ridges)

kasar (nyata)

halus

Pelvis :

laki-laki:

wanita:

Bentuk

sempit dan panjang

lebar dan pendek

Arcus pubis

<90 derajat

>90 derajat

Foramen ischiadica

oval

segitiga

Incisura ischiadica

lebih dalam

lebih dangkal

Os sacrum

kurang lebar

lebih lebar

Tulang panjang pada laki-laki lebih massive ( terutama di sekitar sendi ) dan rigi
perlekatan otot lebih nyata. Bentuk rahang dan gigi antara laki-laki dan wanita juga
berbeda sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi jenis kelamin.
Rahang pada laki-laki umumnya seperti huruf V sedangkan pada wanita seperti huruf U.
Gigi dan akar gigi permanen pada laki-laki lebih besar dari pada wanita.
3. Menentukan Umur
Tulang manusia dan gigi juga dapat memberikan informasi penting bagi perkiraan umur
manusia. Namun signifikasi dari pemeriksaan tulang bergantung pada besarnya penyebaran
kelompok umur sehingga perlu dikelompokkan secara terpisah menjjadi kelompok fetus,
neonatus, anak-anak, adolescen dan dewasa.

45 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

Pada fetus dan neonates, perkiraan didasarkan pada inti penulangan yang dapat dilihat
melalui pemeriksaan ronsenologik atau otopsi. Oleh para ahli telah disusun table
pembentukan inti penulangan dari berbagai tulang, mulai dari kehidupan intra uterine sampai
pada kehidupan di luar kandungan. Pada anak-anak dan adolescen sampai umur 20 tahun,
yang paling berguna bagi penentuan umur adalah penutupan epifise. Seperti diketahui bawha
penutupan epifise juga mengikutti urutan kronologik. Memang tingkat ketelitiannya rendah
sehingga perlu dikoombinasikan dengan pemeriksaan lain.
Pada kelompok dewasa (yaitu sesudah berumur 20 tahun), perkiraan umur dengan
menggunakan tulang menjadi lebih sulit. Beberapa petunjuk yang dapat dipakai antara lain;
penutupan sutura, perubahan sudut rahang dan adanya proses penyakit.
Penentuan umur dengan menganalisa jaringan yang akan tumbuh menjadi gigi pada bayi di
dalam kandungan mempunyai derajat kecermatan yang tinggi. Sesudah dilahirkan penentuan
umur dapat dilakukan dengan mendasarkan pada mineralisasi, pembentukan mahkota gigi,
erupsi gigi dan resorbsi apicalis.dengan menggunakan formula matematik, Gustafson telah
menyusun rumus yang dapat digunakan untuk membantu menentukanumur melalui
pemeriksaan gigi.
4. Menentukan Tinggi Badan
Salah satu informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak identitas seseorang adalah
informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada pemeriksaan jenasah yang tak diketahui
identitasnya perlu diperiksa tinggi badanya. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi badan
yang tepat dari pemeriksan yang dilakukan sesudah mati, meskipun yang diperiksa itu
jenasah yang utuh. Perlu diketahui bahwa ukuran orang yang sudah mati biasanya sedikit
lebih panjang (sekitar 2,5 cm) dari pada tinggi badan waktu hidup.
Jika yang diperiksa jenasah yang tidak utuh maka penentuan tinggi badan dapat dilakukan
dengan menggunakan tulang-tulang panjang. Hanya dengan sepotong tulang panjang yang
utuh umur pemiliknya dapat diperkirakan, tetapi hasil yang lebih akurat dapat diperoleh jika
tersedia beberapa jenis dari tulang panjang. Untuk kepentingan dari perhitungan tersebut ada
banyak rumus yang dapat dipakai dan salah satunya adalah rumus Karl Pearson.

46 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB III
KESIMPULAN
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan social budaya
mengakibakan tingginya angka kecelakaan, pembunuhan dan peristiwa peristiwa lain yang
kadang kadang mengakibatkan kesulitan dikenalinya korban tersebut. Di lain pihak adanya
tuntutan untuk segera dilakukannya identifikasi secara tepat pada korban tersebut. Dan salah satu
identifikasi yang paling penting adalah umur.
Penentuan umur dapat dilakukan dengan pemeriksaan penutup sutura, inti penulangan,
penyatuan tulang serta pemeriksaan gigi. Antara tugas seorang dokter forensik untuk identifikasi
jenazah adalah seperti;
I.
II.

Menentukan manusia atau bukan


Menentukan jenis kelamin

III.

Menentukan umur

IV.

Menentukan tinggi badan

47 | P a g e

IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu [diakses 25 Juni 2014]

48 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai