Anda di halaman 1dari 35

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

TL2203
MODUL I
Teknik Dasar Laboratorium untuk Isolasi, Pemurnian, dan Karakteristik Bentuk Koluni
Nama praktikan/NIM : Alina L. P. (15313028)
Johan Iswara (15313066)
Krisna Ramita Sijabat (15313100)
Kelompok/Shift

: 10/Rabu Siang

Tanggal Praktikum

: 11 Februari 2015

Tanggal Pengumpulan : 20 Februari 2015


PJ Modul

: Laurenia Mutiara S W

Asisten

: Laurentia Mutiara S W

Analis

: Didit Trihartomo

Teknisi

: Oleh

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

Demo Autoclave dan Pembuatan Media


Autoclave adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi, peralatan gelas
laboratorium dan dekontaminasi atau membunuh bakteri dengan menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi 1210C selama kurang lebih 15 menit. Proses Sterilisasi pada Autoclave adalah
memanfaatkan panas dan tekanan uap dalam chamber. Panas dan tekanan tersebut dihasilkan oleh
pemanasan elemen di dalam chamber yang dikondisikan menjadi hampa udara : semakin besar setting
waktu dan suhu yang digunakan maka semakin besar tekanan yang dihasilkan dalam chamber sehingga
proses sterilisasi akan lebih cepat selesai. Tetapi dalam proses sterilisasi sudah ditentukan besarnya suhu
dan lamanya waktu sterilisasi, tergantung pada hasil kualifikasi dan dari setiap bahan / alat yang akan
disterilkan.
Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme,
melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave . Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh
microorganisme. Perhitungan waktu sterilisasi autoclave dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai
121 C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoclave
akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua
objek bersuhu 121C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam
volume besar akan di autoclave karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mencapai suhu sterilisasi. Performa autoclave diuji dengan indikator biologi.
Ada tiga jenis autoclave berdasarkan perbedaan pada bagaimana udara dihilangkan dari dalam
autoclave selama proses sterilisasi ; (1)Gravity Displacement Autoclave : udara dalam ruang autoclave
dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi. Prinsipnya adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan
dengan udara, sehingga udara terletak di bawah uap.(2) Prevacuum atau High Vacuum Autoclave :
Autoclave ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hampir semua udara dari dalam autoclave. Ketika
keadaan vakum tercipta, uap dimasukkan ke dalam autoclave . Akibat kevakuman udara, uap segera
berhubungan dengan seluruh permukaan benda, kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses
sterilisasi berlangsung. Autoclave ini bekerja dengan suhu 132-135 C dengan waktu 3-4 menit.(3)SteamFlush Pressure-Pulse Autoclave : Autoclave ini menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan di atas
tekanan atmosfer dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoclave ini tergantung pada benda
yang disterilisasi.

MODUL 1
PERCOBAAN 1
TEKNIK TRANSFER KULTUR SECARA ASEPTIK

I.

TUJUAN
Untuk memperkenalkan teknik pemindahan biakan mikroorganisme untuk subkultur secara
aseptic.

II.

PRINSIP
Biakan mikroorganisme dipindahkan dari satu medium ke medium yang lain dengan
teknik subkultur. Mikroorganisme di udara, dipermukaan meja maupun alat praktikum dapat
menjadi sumber kontaminan yang mengganggu hasil percobaan. Tahapan dalam melakukkan
transfer secara aseptik meliputi; disinfeksi daerah bekerja dengan disinfektan, pemijarkan jarum
oose dengan api pembakar bunsen, pembakaran tabung kultur dengan inokulasi, pembakran
kembali jarum oose, inokulasi cawan petri, disinfeksi terakhir meja kerja.

III. TEORI DASAR


Teknik aseptik adalah cara kerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan
mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.
Pertumbuhan mikroba ini dapat memengaruhi hasil percobaan. Teknik ini digunakan untuk
memisahkan populasi campuran jenis mikroorganisme menjadi spesies-spesies individual dalam
rangka keperluan studi. Kultur atau biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme
disebut biakan murni. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah ada banyaknya partikel debu
yang mengandung mikroorganisme yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut
erlenmayer, atau mengendap di area kerja.
1.

Media
Medium adalah suatu tempat dimana mikroorganisme dapat melangsungkan hidupnya.

Di dalamnya terdapat bahan nutrisi yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan dari
mikroorganisme. Bahan nutrisi ini dapat berupa bahan alami ataupun bahan sintetis. Medium
ini dapat dibagi menjadi medium cair/kaldu, medium semisolid/setengah padat dan medium
padat. Medium padat dan medium cair dibedakan karena adanya bahan pemadat seperti agar-

agar, amilum atau gelatin. Sedangkan medium padat dan setengah padat dibedakan dari
sedikit banyaknya konsentrasi agar yang terkandung dalam medium tersebut.
Medium solid ini dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yaitu media agar miring,
agar tegak dan media agar plate. Media agar miring ini biasanya bertujuan untuk memelihara
biakan murni. Media agar tegak digunakan untuk mempelajari keperluan oksigen. Sedangkan
medium agar plate digunakan untuk mempelajari mikroorganisme lebih lanjut.

Berikut adalah gambar beberapa media yang digunakan pada percobaan 1:


2.

Tabung Biakan dan Cawan Petri


Tabung reaksi gelas digunakan untuk medium dalam bentuk cair/padat. Sedangkan

cawan petri hanya dapat digunakan untuk medium dalam bentuk padatan. Untuk menjaga
kesterilan, tabung biakan ditutup dengan kapas lemak/stainless steel/plastic. Kapas lemak
adalah yang paling menguntungkan karena aman dan dapat dibuka tutup dengan mudah.
Cawan petri yang biasa digunakan adalah cawan petri berdiameter 15cm. Medium yang
digunakan berasal dari 15-20 ml dalam tabung reaksi/250-500 ml dalam labu Erlenmeyer.
Medium akan mulai memadat pada suhu 40oC. sesudah dilakukan inokulasi, cawan petri
diinkubasi dalam keadaan terbalik untuk mencegah kondensasi yang terbentuk selama proses
pemadatan.

3. Peralatan Transfer

Setiap proses transfer dinamakan subkultur yang harus dilakukan pada kondisi steril
untuk mencegah kemungkinan kontaminasi. Salah satu jenis alat yang digunakan untuk
melakukan transfer adalah jarum oose yang terbuat dari metal seperti nikrom/platinum. Jarum
ini mudah disterilisasi dengan membakarnya pada pembakar Bunsen. Alat lain yang
digunakan dalam transfer adalah pipet yang khusus digunakan untuk memindahkan zat cair.
Sterilisasi pipet dilakukan dengan membungkus pipet dengan kertas coklat lalu diproses
dalam autoclave.

4. Ruang Kultivasi
Inkubator digunakan untuk mendapatkan temperature yang paling optimal dalam
pertumbuhan mikroorganisme. Alat lain ada yang menggunakan thermostat yang dikontrol
shaking waterbath dengan keuntungan transfer panas yang lebih cepat dan seragam,
pengadukan/pengocokan yang meningkatkan aerasi tetapi hanya dapat digunakan untuk
medium cair/kaldu.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat
1.
2.
3.
4.
5.

Jarum oose
Tabung reaksi berisi medium kaldu nutrisi ( Nutrien Broth/NB ) steril
Tabung reaksi berisi agar nutrisi ( Nutrien Agar/NA ) steril
Pembakar bunsen
Label

Bahan
1.
2.
3.
4.

Kultur cair biakan bakteri Sarcina lutea, Pseudomonas sp, Bacillus sp, atau E.coli
Kultur agar miring berisikan biakan bakteri Bacillus sp
Medium agar plate yang ditumbuhi koloni bakteri Bacillus sp
Desinfektan

V. HASIL PENGAMATAN
No.
1.

Metode

Foto

Hasil Pengamatan

Transfer dari

Kondisi awal (11 Februari 2015) :

medium cair ke

media bening berwarna

medium cair

kekuningan.

lainnya

Saat pengamatan (12 Februari


2015) : mulai terlihat subtrat yang
membentuk pola seperti buih
putih dan bercak putih dalam
medium cair
Kondisi akhir

2.

Transfer dari

Kondisi awal (11 Februari 2015) :

medium agar

agar

miring ke medium

kuning

agar miring lainnya

mengandung substrat apapun

miring

steril

jernih

berwarna

dan

tidak

Kondisi akhir ( 12 Februari 2015)


: hasil dari metode zig-zag yang
Kondisi Awal

kami

gunakan

melakukan
adalah

pada

saat

inokulasi

bakteri

terbentuknya

substrat

berwarna putih pada daerah bekas


penggoresan.

Kondisi Akhir

3.

Transfer dari

Kondisi awal (11 Februari 2015) :

medium cawan

agar miring steril berwarna

petri ke medium

kuning jernih dan tidak

agar miring

mengandung substrat apapun.


Kondisi akhir (12 Februari 2015) :
terbentuk substrat putih pada
Kondisi Awal

goresan zig-zag yang dibuat pada


saat inokulasi.

Kondisi Akhir
VI. ANALISIS
Metode transfer secara aseptic dalam percobaan harus diperhatikan supaya tidak ada
kontaminan yang masuk ke dalam tabung reaksi atau cawan petri yang akan di teliti.
Pertumbuhan mikroorganisme lain di dalam suatu kultur dapat memengaruhi hasil percobaan.
Selain itu, teknik ini digunakan untuk memisahkan populasi campuran jenis mikroorganisme
menjadi spesies-spesies individual dalam rangka keperluan studi, ha ini bertujuan agar
pengamatan suatu bakteri menjadi lebih fokus.
Tahap transfer aseptik yang perlu diperhatikan meliputi proses pembakaran tabung reaksi
sebelum dan sesudah melakukan inokulasi. Tahap ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang
berada disekitar mulut tabung serta menghindari bakteri masuk ke dalam tabung dengan
meningkatkan suhu di sekitar mulut tabung menjadi panas. Oleh karena itu, setelah pembakaran
tidak boleh didiamkan terlalu lama. Tahap kedua adalah pembakaran jarum oose sampai memijar
berwarna merah pada saat sebelum dan sesudah memasukkan mikroba, hal ini bertujuan untuk
membunuh bakteri yang menempel di ujung jarum. Tahap selajutnya, membakar daerah cawan
petri yang akan dan telah dimasukki mikroba oleh jarum oose dan membukanya hanya sampai
kira-kira jarum oose dapat digunakan dengan baik dalam cawan ( dalam hal pembuatan pola, dan
cawan dibuka secara diagonal).

VII. KESIMPULAN
1. Pemindahan biakan bakteri dari medium satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan teknik
transfer kultur secara aseptik untuk menghindari kontaminan microorganisme lain maupun
partikel lain.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta.

MODUL 1
PERCOBAAN 2
TEKNIK ISOLASI KULTUR MURNI
Bagian A
I.

: Isolasi Koloni dari Kultur Campuran

TUJUAN
Untuk melakukan metode tuang, gesek, dan sebar untuk memisahkan sel-sel dari kultur campur
sehingga koloni terpisah dapat diisolasi.

II.

PRINSIP
Teknik yang biasa digunakan dalam isolasi mengharapkan jumlah organisme inokulum tereduksi,
sehingga koloni yang terbentuk lebih terpisah.

III.

TEORI DASAR
Karakteristik mikroorganisme dapat dipelajari dengan baik jika kita memiliki biakan murni
(kultur murni). Biakan murni merupakan suatu kultur yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme. Sekali kultur murni diperoleh, selanjutnya kita dapat menggunakannya untuk
meneliti sifat biokimia, fisiologi, genetika , dan karakteristiknya.
a. Medium Biakan
Mikroorganisme dapat dibiakan dalam air yang sudah ditambah dengan nutrien yang sesuai.
Medium biakan adalah larutan encer yang mengandung nutrien penting, yang menyediakan
kebutuhan bagi sel mikroba supaya dapat tumbuh dan menghasilkan banyak sel yang serupa.
Di samping sumber energi berupa senyawa organik dan anorganik atau cahaya, medium
biakan harus memiliki sumber karbon, nitrogen dan nutrien penting lainnya. Medium biakan
dapat disiapkan dalam keadaan cair maupun gel (semi padat). Dari cair dapat diubah menjadi
padat dengan penambahan agar. Medium biakan yang mengandung agar dapat disimpan
dalam bentuk lempeng pada cawan Petri tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan
membentuk massa yang terlihat sebagai koloni sel. Disamping itu medium biakan yang
mengandung agar dapat pula disimpan dalam tabung reaksi dengan kemiringan tertentu,
dimana sel mikroba dapat tumbuh dengan memberikan karakteristik pertumbuhan yang khas.
b. Konsep Biakan Murni
Medium agar merupakan substrat yang baik untuk memisahkan campuran mikroba sehingga
masing-masing jenis dapat terpisah. Teknik yang sering digunakan untuk menumbuhkan
mikroba pada medium agar diharapkan mikroba tersebut dapat tumbuh agak berjauhan dari

sesamanya, juga setiap selnya berhimpun membentuk koloni. Koloni merupakan sekelompok
masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung.
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru dikenal dengan istilah inokulasi
bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alatalat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar- benar
steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kkontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain
yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar
biakan

murni

(Dwidjoseputro,

1990).

Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup
secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan
bersama- sama dengan bakteri saprob. Berikut adalah cara untuk menanam biakan di dalam
medium diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode Tuang
untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah
dengan
dalam

mengencerkan
medium

dicairkan

dan

kemudian

di

agar

eksperimen
yang

telah

didinginkan

yang

cawankan.

Karena

konsentrasi sel- sel mikroba di dalam


eksperimen
diketahui

pada

umumnya

sebelumnya,

tidak
maka

pengenceran perlu dilakukan beberapa


tahap sehingga sekurang- kurangnyya
satu di antara cawan cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas
permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun
tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi. Proses pemisahan/pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya
telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja.

Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi
mikroba, yaitu (Admin, 2008):
1) Isolasi pada agar cawan

Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya.
Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi
berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar
cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode gores
kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme,

dimana

setiap

koloni

berasal

dari

satu

sel.

metode agar tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang
menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian
dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir
mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalamcawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh
pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair.
Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran.
Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme
berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair.
Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali.
Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat
halus

ataupun

micromanipulator,

yang

dilakukan

secara

aseptis.

2. Metode Gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan
akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam
kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium
dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi
kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.

Ada 4 macam cara penggoresan yang dapat dilakukan, yaitu quadrant streak metode A,
quadrant streak metode B, radiant streak, dan continuous streak.

3. Metode Sebar
Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
mengapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate
adalah, pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat
sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada
bagian permukaan media agar.

IV.

ALAT DAN BAHAN


Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini:
a. Kultur campuran berumur 24-48 jam. Biakan satu bagian bakteri Serratia marcescens dan tiga
bagian Sarcina atau campuran satu bagian E.coli dan 10 bagian Sarcina lutea dalam biakan
media cair. Sementara untuk metode sebar, biakan disiapkan pada OD 0,1 pada 600 m.
b. 5 buah tabung reaksi sebagai media nutrien agar.
c. Pembakar bunsen
d. Jarum penanam
e. Batang gelas L
f.

Alkohol 95%

g. 5 buah cawan petri

V.

HASIL PENGAMATAN
Metode

Metode Gores
a. Quadrant streak A

Foto

Hasil Pengamatan
Awal : belum terlihat jelas
koloni sehingga cawan petri
hanya terlihat seperti ada uap
tetapi cawan masih terlihat
bening.
Akhir :mulai terlihat bintikbintik yang berada di bagian
tergores pada cawan petri.

b. Quadrant streak B

Awal :cawan petri masih terlihat


bening hanya terlihat seperti
beruap.
Akhir : pada cawan mulai
terlihat goresan sama persis
dengan goresan yang dibuat dan
sedikit bintik-bintik pada
goresan yang dibuat.

c. Radiant streak

Awal : belum terlihat jelas


goresan yang dibuat sehingga
cawan masih terlihat bening.
Akhir : mulai terlihat goresan
yang dibuat secara radian dan
muncul bintik-bintik putih di
sekita goresan.

d. Continuous streak

Awal : cawan masih terlihat


bening dan tidak terdapat tanda
goresan.
Akhir : cawan mulai
memperlihatkan goresan yang
tebal dan goresan yang tipis
disertai dengan bintik-bintik
putih/koloni bakteri.

Metode tuang
a. Cawan 1

Awal :belum terlihat tanda-tanda


kehidupan bakteri.
Akhir : koloni-koloni mulai
terlihat tersebar di seluruh cawan
dalam bentuk bintik-bintik putih.

b. Cawan 2

Awal : terlihat masih bening dan


tidak
terdapat
tanda-tanda
adanya bakteri
Akhir : cawan dipenuhi oleh
bintik-bintik putih atau disebut
dengan koloni bakteri.

c. Cawan 3

Awal : pada hari pertama belum


terlihat
tanda-tanda
adanya
bakteri sehingga cawan masih
terlihat bening
Akhir : mulai terlihat seperti
bintik-bintik putih yang agak
lebar di dalam cawan tersebar
dimana-mana.

Metode Sebar
Awal

Awal : belum terlihat secara jelas


bakteri dalam bentuk kolonikoloni, sehingga seolah-olah
bakteri tersebar setelah dilakukan
teknik melakukan metode sebar.

Metode sebar

Akhir : terlihat jelas koloni


menumppuk di tengah ke arah
pinggir kanan dalam rupa bintikbintik kecil yang menyebar yang
menumpuk ke bagian tengah
cawan.

akhir

VI.

ANALISIS
Metode sebar yang dilakukan memang membutuhkan keterampilan agar bakteri yang tersebar
merata diseluruh cawan sehingga dapat terlihat koloni dengan jelas di seluruh bagian cawan.
Berdasarkan percobaan metode sebat yang dilakukan, koloni bakteri tidak tersebar merata di

seluruh cawan atau koloni bakteri menumpuk ditengah sehingga tidak terlihat jelas yang
merupakan satu kawanan koloni. Hal tersebut disebabkan tidak dapatnya memastikan bakteri
sudah tersebar atau belum karena saat di tempat tidak langsung dapat diperlihatkan bakteri yang
membentuk koloni-koloni.
Metode gores yang dilakukan seharusnya menghasilkan pengamatan yang jelas terhadap bakteri
yang tumbuh mengikuti goresan yang dibuat. Namun, berdasarkan percobaan yang dilakukan,
koloni yang hendak dipisahkan tidak terlihat begitu jelas karena terkesan koloni bakteri
menumpuk. Metode continuous streak memperlihatkan koloni di beberapa bagian yang tergores
tetapi tidak semuanya, sedangkan ketiga metode lain tidak terlihat jelas koloni bakteri yang
terpisahkan. Sedangkan metode radiant yang dilakukan menunjukkan hasil koloni bakteri yang
justu di sekitar goresan yang dibuat. Hal ini dapat terjadi akibat dari penggoresan yang dilakukan
tidak dengan terampil sehingga terdapat goresan yang dilakukan sampai berulang kali dan pola
yang dibuat menjadi tidak tepat.
Metode tuang yang dilakukan memang cukup rumit daripada metode yang lain karena harus
melakukan pengencerean terlebih dahulu dan dibutuhkan konsentrasi saat melakukan penuangan
kultur dari satu tabung ke tabung selanjutnya. Namun metode tuang yang dilakukan mampu
menghasilkan koloni yang terlihat jelas tersebar merata di cawan petri. Cawan petri 1
menghasilkan koloni yang menyebar dalam rupa bintik-bintik putih kecil dan jumlahnya begitu
banyak. Cawan petri 2 menghasilkan koloni dalam rupa bintik putih juga namun ukurannya
sedikit lebih besar dari cawan petri 1. Cawan petri 3 menghasilkan koloni dalam rupa bintik putih
juga namun ukurannya paling besar diantara kedua cawan yang lain jumlahnya lebih sedikit. Hal
tersebut dapat dijelaskan oleh referensi yang menjelaskan bahwa sifat koloni akan berupa titiktitik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar, serum kumparan pada agar-agar lempengan.
Permukaan koloni pada agar lempengan dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul
mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada
yang keriting. Sedangkan pada gelatin terdapat bentuk tusukan dimana ada bakteri yang dapat
mengencerkan gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula
bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak
mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri
mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk,
serupa corong, pundi-pundi dan berlapis. Jadi proses yang dilakukan dari tabung 2 ke tabung 3
dilakukan dengan gelatin pada cawan sehingga terdapat bentuk koloni bakteri yang seperti kawah
sesuai dengan sumber referensi yang diperoleh.

VII.

KESIMPULAN
Untuk melakukan isolasi bakteri yang menghasilkan bakteri dalam rupa koloni-koloni yang
terpisah dan terlihat secara jelas maka metode yang paling efektif adalah metode tuang walaupun
agak lama dan membutuhkan ketelitian saat melakukannya namun hasil yang didapat terlihat
dengan jelas.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB_II_metode.pdf
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/15/jhptump-a-lisnayulia-742-2-babii.pdf
https://mikrobiologilautunpad.files.wordpress.com/2013/05/mikrolaut_modul-4_ta2013.pdf
http://teckhnologyproductagricultural.blogspot.com/2012/12/isolasi-pertumbuhan-mikroba.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40713/12/Chapter%20II.pdf
http://liajegeg2.blogspot.com/2012/11/laporan-isolasi-inokulasi_21.html
http://www.kimia.clas.web.id/2014/11/laporan-praktikum-mikrobiologi-isolasi.html
http://fikapuspita.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-mikrobiologi-dasar.html
https://dcycheesadonna.wordpress.com/2012/07/08/isolasi-dan-pemurnian-mikroba/
http://gunawansatria16.blogspot.com/

Bagian B : Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A


I.

TUJUAN
Untuk mempersiapkan kultur stok organisme dari hasil isolasi biakan campuran pada bagian A.

II.

PRINSIP
Saat terpisah-pisah, koloni dapat berkembang dengan baik pada permukaan nutrient agar, tiap
jenis koloni diambil dengan jarum penanam steril dan dipindahkan ke Agar miring. Setiap biakan
agar miring ini menggambarkan pertumbuhan spesies bakteri tunggal dan disimpan sebagai
biakan murni.

III.

TEORI DASAR
Media pertumbuhan adalah suatu komponen nutrisi yang sengaja dibuat untuk tempat hidup
mikroorganisme tertentu.

Media ini bergantung pada jenis mikroorganisme yang akan

dikembangbiakkan, karena beberapa mikroorganisme akan cocok dengan media tertentu dan
mikroorganisme lainnya akan mati. Hal inilah yang menjadi dasar penentuan pemakaian media
untuk pemeriksaan mikroorganisme.
Dengan medium pertumbuhan dapat dilakukan hal-hal berikut :
1. isolat mikroorganisme menjadi kultur murni,
2. memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,
3. menumbuhkan mikroorganisne,
4. memperbanyak jumlah,
5. menguji sifat-sifat fisiologisnya
6. menghitung jumlah mikroba.
Nutrient Agar (NA) adalah medium padat untuk pertumbuhan mikroorganisme yang umum
digunakan dalam berbagai kultur mikroorganisme. Medium ini cukup baik untuk memulai
belajar tentang bagaimana koloni bakteri dapat tumbuh dan menyebar. Adapun tipe
mikroorganisme yang dikultur dalam medium NA ini adalah :

Potato Dextrose Agar (PDA) adalah medium yang digunakan untuk isolasi dan kultur jamur dan
bakteri yang menyerang tanaman hidup atau materi tanaman mati membusuk, contohnya adalah
ragi dan jamur. Mikroorganisme yang dapat dibiakkan pada PDA antara lain adalah ragi Candida
albicans & Sacharomyces cereviseae dan Jamur Aspergillus niger & Penicillium sp.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Dapat
dikatakan sangat jarang mikroba ditemui sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan
dan mengidentiflkasi suatu spesies mikroba tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat
dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi
biakan murni yaitu biakan dimana sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal. Biakan
murni itu diperlukan karena semua metoda mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan
mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri- ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun
serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja. Ada beberapa
metoda untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang
paling sering digunakan ialah teknik cawan gores dan cawan tuang. Kedua metoda ini didasarkan
pada prinsip sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian sehingga individu spesies dapat
dipisahkan dari lainnya, dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada cawan
petri setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.
IV.

ALAT DAN BAHAN


1. Media nutrisi agar
2. Pembakar bunsen dan jarum inokulasi

V.

HASIL PENGAMATAN
No

Foto

Hasil Pengamatan

1.
awal

Awal : Agar masih berwarna


normal/bening kekuningan.

2.
Akhir

Akhir : di tempat
digoreskannya jarum
terbentuk goresan berwarna
putih dan memisah di
tengah-tangah agar.

VI.

ANALISIS
Pemisahan koloni bakteri yang dilakukan pada bagian A ternyata berhasil menumbuhkan spesies
bakteri tunggal yang akan disimpan sebagai biakan murni. Hal tersebut ditunjukkan oleh
munculnya goresan putih yang terbentuk dari pemukaan agar ke bawah di tengah-tengah agar.
Dengan demikian dapat dilakukan telaah terhadap ciri- ciri kultural, morfologis, fisiologis,
maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja. Hal
tersebut juga didukung oleh media yang digunakan yaitu nutrient agar karena medium ini cukup

baik untuk memulai belajar tentang bagaimana koloni bakteri dapat tumbuh dan menyebar. Lalu
media nutrient agar juga sangat mendukung pertumbuhan beberapa bakteri seperti pada teori
dasar juga merupakan indikasi bahwa bakteri yang diinokulasi adalah salah satu dari daftar
bakteri tersebut.
VII.

KESIMPULAN
Kultur stok mikroorganisme pun berhasil terbentuk dan disimpan sebagai biakan murni melalui
isolasi bakteri yang dilakukan seperti pada percobaan 1.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_content&view=article&id
=632:media-na-nb-dan-pda-pemanfaatan-di-laboratorium-lingkungan&catid=39:kesehatan&Itemid=15
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=h1HmVL3XNMy9ugTB6IH4DA&url
=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1357/1/tkimiasalmah.pdf&ved=0CCgQFjAG&u
sg=AFQjCNEa8ehpP6H_0q3VCC70HJIQMAU2Sg&sig2=gghF4Pnlt2QPrPAlXJd2UQ.

Bagian C : Karakteristik Biakan Mikroorganisme (Bagian A)


I.

TUJUAN
Untuk menentukan karakteristik biakan mikroorganisme sebagai salah satu alat bantu untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi organisme sesuai kelompok taksonominya

II.

PRINSIP
Saat tumbuh pada medium yang berbeda, mikroorganisme akan memperlihatkan penampakan
makroskopis ang berbeda saat tumbuh. Perbedaan ini yang kita sebut karakteristik biakan,
digunakan

sebagai

dasar

pemisahan

mikroorganisme

ke

dalam

kelompok-kelompok

taksonominya. Karakteristik biakan ini ditentukan dengan menanam organisme pada medium
agar nutrisi miring, agar nutrisi tegak, agar nutrisi cawan petri, kaldu nutrisi, dan gelatin nutrisi.
III.

TEORI DASAR
Mikrobia terdapat di mana-mana, misalnya di dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan, dan
manusia. Oleh karena itu, mikroba dapat masuk ke dalam pangan melalui debu dan udara, melalui
hewan dan manusia, dan pencemaran selama tahap-tahap penanganan dan pengolahan pangan.
Dengan mengetahui berbagai sumber pencemaran mikroba, kita dapat melakukan tindakan untuk
mencegah masuknya mikroba pada pangan (Supardi dan Sukamto, 1999).
Bakteri patogen biasanya menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia. Tapi tidak semua
bakteri patogen dapat menghasilkan toksin. Ada beberapa bakteri patogen yang menyebabkan
timbulnya infeksi. Beberapa tipe
keracunan yang disebabkan oleh bakteri menurut Buckle dkk (1987), yaitu:
a. Tipe infektif yang disebabkan karena memakan makanan yang mengandung sejumlah besar
bakteri hidup. Setelah dimakan, bakteri tersebut menetap di saluran pencernaan dan jika mati
bakteri tersebut akan melepaskan endotoksin.
b. Tipe keracunan yang disebabkan karena memakan makanan yang mengandung eksotoksin.
Toksin tersebut dilepaskan ke makanan selama bakteri tumbuh dan memperbanyak diri dalam
makanan. Bakterinya sendiri mungkin mati saat makanan tersebut dimakan.
Karakteristik mikroorganisme adalah kemampuan mereka untuk tumbuh dan membentuk
populasi organisme. Salah satu hasil metabolisme mikroba adalah peningkatan ukuran sel.
Banyak persyaratan untuk pertumbuhan yang sukses termasuk yang baik kimia dan fisik.
Persyaratan secara kimia, mikroorganisme harus memiliki pasokan air serta berbagai zat lain
termasuk elemen mineral, faktor pertumbuhan, dan gas, dan oksigen. Unsur lain yang diperlukan
oleh mikroorganisme adalah nitrogen dan phosphorous. Nitrogen digunakan sebagai sintesis

protein, asam amino, DNA, dan RNA. Bakteri yang memperoleh nitrogen langsung dari atmosfer
disebut bakteri pengikat nitrogen. Mereka termasuk spesies Rhizobium dan Azotobacter,
keduanya ditemukan di dalam tanah. Phosphorusis elemen penting untuk sintesis asam nukleat
dan untuk pembangunan fosfolipid.
Oksigen digunakan oleh bakteri aerobik selama proses respirasi selular sebagai akseptor elektron
terakhir. Untuk organisme aerobik, oksigen merupakan syarat mutlak untuk menghasilkan energi
sifat mereka. Mikroorganisme tertentu tumbuh dalam lingkungan bebas oksigen dan digambarkan
sebagai anaerobik. Organisme seperti ini menghasilkan gas bau-bauan dalam metabolisme
mereka, termasuk gas hidrogen sulfida dan metana. Spesies patogen tertentu, seperti spesies
Clostridium, adalah anaerobik. Beberapa spesies mikroorganisme dikatakan fakultatif akibat dia
dapat tumbuh baik ada atau tidak adanya oksigen.
Sedangkan persyaratan fisiknya adalah sebagai berikut, Misalnya, aktivitas enzim tergantung
pada suhu lingkungan, dan mikroorganisme diklasifikasikan dalam tiga kelompok sesuai dengan
preferensi suhu mereka: organisme psychrophilic (psychrophiles) lebih memilih suhu dingin
sekitar 0 C sampai 20 C; organisme mesofilik (mesophiles) lebih memilih suhu pada 20 C
hingga 40 C; organisme termofilik (thermophiles) lebih memilih suhu yang lebih tinggi dari 40
C (Gambar 1). A minimum dan rentang suhu pertumbuhan maksimum ada untuk masing-masing
spesies. Suhu di mana pertumbuhan terbaik terjadi adalah suhu pertumbuhan optimum.
Persyaratan fisik lainnya adalah tingkat keasaman atau kebasaan, disebut sebagai pHof solusi.
Untuk kebanyakan bakteri, pH optimum adalah antara 6,5 dan 7,5. Karena pH jaringan manusia
yang paling adalah 7,0-7,2, bakteri neutrophilic biasanya tumbuh dengan baik di tubuh. Bakteri
tertentu, seperti di sauerkraut dan yogurt, lebih memilih lingkungan asam 6,0 atau di bawah.
Bakteri ini dikatakan acidophilic. Gambar dibawah ini adalah ciri-ciri biakan bakteri :

IV.

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
a. Agar nutrisi, kaldu nutrisi, gelatin nutrisi.
b. Dua koloni yang berbeda dari percobaan bagian A
c. Pembakar bunsen, jarum inokulasi, dan tabung reaksi

V.

HASIL PENGAMATAN
Medium

Agar nutrisi cawan petri

Foto

Hasil Pengamatan
Awal : agar pada cawan petri
belum menunjukkan apa-apa
sehingga cawan masih bening.
Akhir : muncul goresan yang
bentuknya tidak teratur di sekitar
cawan.

Agar nutrisi miring

Awal :agar masih berbentuk


seperti biasa dan bening.
Akhir
:agar
mulai
menampilakan bentuk semacam
lonjongan ke bawah di tengahtengah agar.

Kaldu Nutrisi

Awal :warna kaldu masih bening


dan tidak tedapat indikasi
pertumbuhan bakteri.
Akhir :warna kaldu mulai
menguning
dan
terdapat
endapan di bwah tabung reaksi.

Agar nutrisi tegak

Awal : agar masih terlihat


dengan warrna bening.
Akhir : agar mulai membentuk
endapan di atas permukaan agar
tegak.

Gelatin Nutrisi

Awal : gelatin masih berwarna


normal seperti biasa.
Akhir : gelatin mulai berubah
warna menjadi agak pekat dan
terdapat bentuk biakan yang
seperti menusuk ke bawah dari
permukaan gelatin.

VI.

ANALISIS
Karakteristik biakan pada agar cawan petri didapati tersebar dimana-mana dan bentuknya tidak
teratur. Berdasarkan referensi, ciri-ciri tersebut adalah biakan bakteri yang memiliki konfigurasi
irregular and spreading. Sedangkan untuk biakan pada agar miring yang terdapat bentuk
semacam lonjongan ke bawah dari permukaan agar yang berdasarkan referensi mirip dengan
karakteristik biakan bakteri Echinulate. Sedangkan pada biakan di kaldu nutrisi terdapat endapan
di atas permukaan kaldu yang menunjukkan karakteristik biakan Pellicle. Kemudain pada media
gelatin tampak bentuk melonjong ke bawah dari permukaan gelatin yang menurut referensi
merupakan karakteristik biakan bakteri Saccate. Setelah itu untuk biakan pada agar tegak terlihat
bahwa bentuk biakannya menusuk kebawah dari atas permukaan dengan sedikit bercabang dari
permukaaan yang merupakan karakteristik biakan Plumose.

VII.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan 2 bagian C adalah ditentukannya karakteristik bakteri pada masingmasing media yaitu:
a. Karakteristik biakan bakteri pada media agar plate/ cawan petri adalah konfigurasi irregular
and spreading.
b. Karakteristik biakan bakteri pada media agar miring adalah Echinulate.
c. Karakteristik biakan bakteri pada kaldu nutrisi adalah Pellicle.
d. Karakteristik biakan bakteri pada media gelatin adalah Saccate.
e. Karakteristik biakan bakteri pada media agar tegak adalah Plumose.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/239593469/Karakteristik-Mikroorganisme
http://hikmat.web.id/biologi-klas-x/karakteristik-pertumbuhan-mikroorganisme/
http://detikbiologi.blogspot.com/2011/01/morfologi-mikroba.html

MODUL 1
PERCOBAAN 3
TEKNIK ISOLASI DARI LINGKUNGAN
I.

TUJUAN
1. Mengetahui kehadiran mikroorganisme di lingkungan sekitar dengan metode isolasi.
2. Mengetahui pentingnya bekerja secara aseptik di laboratorium.

II.

PRINSIP
Dalam menggambarkan keberadaan mikroorganisme di lingkungan sekitar, pada percobaan ini

digunakan 2 macam medium agar, yaitu NA (Nutrition Agar) dan PDA (Potato Dextrose Agar). NA
biasanya digunakan untuk melihat eksistensi bakteri, sementara PDA untuk melihat eksistensi jamur.
Namun, seringkali keduanya berlaku secara universal dalam menggambarkan eksistensi berbagai
jenis mikroorganisme di lingkungan sekitar. Melalui bukti eksistensi dan hakikat hidup
mikroorganisme di lingkungan sekitar, dapat diketahui pentingnya bekerja secara aseptik di dalam
laboratorium.

III.

TEORI DASAR
Bakteri dan jamur mempunyai hubungan erat dengan lingkungan sekitarnya, sebagaimana

hubungan ekologis manusia, hewan, dan tumbuhan terhadap lingkungan hidupnya atau lingkungan
alamiahnya. Dalam menggambarkan keberadaan mikroorganisme di sekitar lingkungan kerja, pada
percobaan ini digunakan dua macam medium agar yaitu NA (Nutrition Agar) dan PDA (Potato
Dextrose Agar). NA biasanya digunakan untuk melihat eksistensi bakteri, sementara PDA biasanya
digunakan untuk melihat eksistensi jamur karena PDA merupakan medium yang nyaman dan
memadai bagi pertumbuhan jamur. Namun, seringkali keduanya berlaku secara universal dalam
menggambarkan eksistensi berbagai jenis mikroorganisme di lingkungan sekitar. Melalui bukti
eksistensi dan hakikat hidup mikroorganisme di sekitar lingkungan kerja, dapat diketahui pentingnya
bekerja secara aseptik, terutama ketika berada di dalam laboratorium. Hal ini penting untuk diketahui
dan dimengerti karena ketika sedang bekerja di dalam laboratorium, terutama jika bekerja dengan
mikroorganisme seperti bakteri maupun jamur, seringkali bakteri maupun mikroorganisme lainnya
yang berasal dari lingkungan luar sistem percobaan masuk ke dalam sistem percobaan dan
mengacaukan sistem tersebut, sehingga seringkali bakteri maupun jamur yang menjadi objek
praktikum tercampur atau terkontaminasi oleh bakteri dan mikroorganisme lainnya yang berasal dari

luar sistem. Misalnya, seorang praktikan sedang menginokulasikan sejumlah koloni bakteri ke dalam
sebuah medium nutrien namun ia lupa mencuci tangan atau lupa memanaskan dan mensterilisasi alat
percobaan, lalu terjadilah kontaminasi di dalam sistem inokulasi oleh bakteri atau jamur yang berada
di kulit praktikan tersebut atau yang berasal dari meja praktikum atau udara bebas. Hal ini erat
kaitannya dengan percobaan ini, yaitu teknik isolasi mikroorganisme dari lingkungan. Misalnya,
seorang praktikan harus berhati-hati dalam meletakkan medium PDA di dalam toilet, sehingga
medium tersebut tidak tersentuh kulit maupun udara dari luar toilet. Perhitungan durasi eksposur
medium juga perlu diperhatikan karena semakin lama durasi eksposur medium terhadap
lingkungannya, semakin besar pula kemungkinan bakteri maupun mikroorganisme lain yang tidak
diinginkan masuk ke dalam medium tersebut.

IV.

ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Empat buah cawan petri.
b. Dua buah swab steril.
c. Pembakar Bunsen.
2. Bahan
a. Medium agar NA atau PDA.

V.

HASIL PENGAMATAN
ISOLASI UDARA
1. Isolasi Udara Lab. Kualitas Air
Setelah inkubasi 24 jam,

Setelah inkubasi 4 hari, durasi

durasi eksposur 10 menit

eksposur 10 menit

Keterangan
(Medium: PDA)
Pengamatan I
(12/2/2015):
Setelah 24 jam
diinkubasi dengan
suhu 37oC, di atas
agar PDA timbul
sebuah bercak putih
yang menandakan
adanya 1 koloni
mikroorganisme.
Pengamatan II
(16/2/2015):
Setelah kurang lebih
4 hari diinkubasi,
bintik tersebut meluas
dan membentuk
sebuah bentukan
koloni berupa rhizoid
/ akar yang menjalar
secara radial dan
sebuah koloni lagi
yang melingkar dan
cukup lebar.

Setelah inkubasi 24 jam,

Setelah inkubasi 4 hari, durasi

durasi eksposur 3 menit

eksposur 3 menit

Keterangan

(Medium: PDA)
Pengamatan I
(12/2/2015):
Setelah 24 jam
diinkubasi, tampak
sebuah koloni
berbentuk bintik
putih.
Pengamatan II
(16/2/2015):
Setelah 4 hari,
tampak sebuah koloni
berbentuk lingkaran
(circular) berwarna
hitam yang cukup
lebar.
2. Isolasi Udara Toilet Pria Lab. Timur
Setelah inkubasi 24 jam,
durasi eksposur
10 menit

Setelah inkubasi 4 hari,


durasi eksposur 10 menit

Keterangan

(Medium: PDA)
Pengamatan I (12/2/2015):
Setelah medium PDA kurang
lebih 24 jam diinkubasikan,
tampak sebuah koloni
berbentuk irregular berwarna
putih keabu-abuan.

Pengamatan II (16/2/2015):
Setelah kurang lebih 4 hari,

muncul sebuah koloni


berbentuk bintik circular
berwarna kuning kecokelatan
dan sebuah koloni yang
serupa namun dengan ukuran
yang lebih kecil.

Setelah inkubasi 24 jam,


durasi eksposur
3 menit

Setelah inkubasi 4 hari,


durasi eksposur 3 menit

Keterangan

(Medium: PDA)
Pengamatan I (12/2/2015):
Setelah diinkubasikan selama
kurang lebih 24 jam, belum
tampak ada perubahan
signifikan yang terlihat
secara kasat mata pada
medium agar PDA durasi
eksposur 3 menit.
Pengamatan II (16/2/2015):
Setelah kurang lebih 4 hari,
mulai tampak sebuah koloni
yang tipis dan berbentuk
circular dengan warna
kuning kecokelatan.

ISOLASI MEJA
Setelah inkubasi 24 jam

Setelah inkubasi 4 hari

Keterangan

(Medium: NA)
Setelah kurang lebih 4 hari
diinkubasikan, tampak ada
banyak koloni yang
muncul di atas medium
agar NA yang telah
diinokulasikan oleh
mikroba yang diisolasi dari
meja kerja. Koloni-koloni
tersebut memiliki bentuk,
ukuran, dan warna yang
beragam. Ada yang
ukurannya kecil, sedang,
dan besar; ada yang
berbentuk circular, ada
yang berbentuk irregular
dan beberapa koloni ada
yang berbentuk rhizoid.
ISOLASI KULIT
Setelah inkubasi 24 jam

Setelah inkubasi 4 hari

Keterangan
(Medium: PDA)
Setelah kurang lebih 4 hari
diinkubasikan, tampak ada
banyak koloni yang muncul
di permukaan agar PDA
yang telah diberi hasil
isolasi dari kulit salah
seorang praktikan. Kolonikoloni yang muncul
cenderung mirip bentuk dan
warnanya, bentuk umumnya
menyerupai irregular atau
rhizoid dan warnanya
serupa, yaitu putih pucat.

VI.

ANALISIS
Berdasarkan hasil percobaan, isolasi dari udara rata-rata memberikan pola yang sama untuk

perkembangbiakan mikroba menjadi koloni-koloni. Pada tahap awal, biasanya hanya terbentuk 1
atau 2 koloni kecil yang berbentuk bintik berwarna putih pucat. Dapat disimpulkan bahwa mikroba
sedang dalam masa aktif bertumbuh karena setelah diinokulasikan medium yang dipakai diinkubasi
dalam suhu 37oC dan perlakuan ini membantu mikroba untuk berkembang biak.
Jika jumlah mikroba atau koloni jamur pada isolasi udara toilet dengan durasi eksposur 3 menit
(cawan dibiarkan terbuka selama 3 menit) dibandingkan dengan durasi 10 menit, hasil percobaan
memperlihatkan bahwa jumlah koloni di atas medium agar yang diekspos selama 3 menit pada saat
setelah 24 jam diinkubasikan lebih sedikit daripada jumlahnya pada medium agar yang diekspos
selama 10 menit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin sebentar durasi eksposur
medium terhadap lingkungan sekitarnya, semakin kecil kemungkinan mikroba atau jamur masuk ke
dalam medium tersebut. Sebaliknya, durasi eksposur yang lama memungkinkan mikroba dan jamur
yang tersebar di udara toilet memasuki medium agar, sehingga jumlahnya akan semakin banyak jika
dibandingkan dengan medium agar yang diekspos dengan durasi waktu yang sebentar.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah koloni mikroba atau jamur pada medium hasil isolasi
udara jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlahnya pada medium hasil isolasi kulit dan isolasi
meja. Hal ini disebabkan distribusi mikroba di lingkungan udara toilet lebih tersebar merata
dibandingkan dengan distribusinya pada kulit manusia. Kulit manusia dapat dengan mudah
mengalami akumulasi koloni mikroba apabila terkena kontak langsung dengan koloni bakteri.
Misalnya, seseorang yang memegang uang kertas kembalian yang tidak bersih dan tidak mencuci
tangan setelahnya dapat dengan mudah mengalami akumulasi mikroba di kulit tangannya. Demikian
juga dengan koloni mikroba pada meja. Koloni tidak bisa bergerak bebas seperti halnya bergerak
bebas di udara.
Jika koloni hasil isolasi meja dan isolasi kulit dibandingkan, tampak perbedaan berupa variasi
bentuk, warna, dan ukuran koloni. Pada hasil isolasi meja, terlihat bahwa koloni-koloni yang tumbuh
memiliki karakteristik yang beragam. Ada koloni yang memiliki ukuran besar, ada yang berukuran
kecil, ada yang berbentuk rhizoid, ada yang seperti bercak-bercak, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
tidak meratanya nutrisi pada agar dan tidak meratanya inokulasi yang dilakukan oleh praktikan.
Selain itu, faktor luar yang memengaruhi adalah meja kerja yang menjadi habitat koloni-koloni
tersebut mengalami banyak kontak dengan lingkungan luarnya, mulai dari praktikan, senyawa kimia,
mikroba, dan faktor luar lainnya yang menyebabkan keberagaman karakteristik pada koloni-koloni

yang muncul. Sementara itu, hasil isolasi kulit menunjukkan bahwa koloni-koloni yang muncul
cenderung serupa dalam bentuk, warna, dan ukurannya. Hal ini disebabkan metode isolasi kulit
dilakukan hanya pada 1 orang, sehingga kecil kemungkinan mendapatkan berbagai jenis mikroba
dengan melakukan 1 kali isolasi. Faktor lain yang menyebabkan keseragaman antar koloni-koloni
tersebut adalah kulit itu sendiri. Kulit yang seringkali mengeluarkan keringat akan membuat suasana
kulit menjadi asam dan kulit menjadi habitat yang baik dan memadai untuk spesies mikroba yang
spesifik dan tertentu, sehingga hanya 1 jenis koloni saja yang mempunyai habitat di kulit tersebut.

VII.

KESIMPULAN

1. Mikroba selalu ada di manapun kita berada, terutama di sekitar lingkungan kerja. Hakikat
hidupnya adalah bersosiasi dengan lingkungan sekitarnya dengan cara berhabitat dan
berkembang biak di lingkungan yang sesuai dengan sumbernya dan kebutuhannya. Namun,
cara mengisolasinya berbeda-beda. Mikroba yang berada di udara diisolasi dengan cara
mengekspos medium agar selama waktu yang ditentukan. Sementara itu, isolasi pada meja
membutuhkan swab dan bahkan isolasi pada kulit membutuhkan swab yang telah diberi
alkohol dengan jumlah tertentu.
2. Bekerja secara aseptik di laboratorium diperlukan karena ketika sedang bekerja di dalam
laboratorium, terutama jika bekerja dengan mikroba, seringkali bakteri maupun
mikroorganisme lainnya yang berasal dari lingkungan luar sistem percobaan masuk ke dalam
sistem percobaan dan mengacaukan sistem tersebut, sehingga seringkali bakteri maupun
jamur yang menjadi objek praktikum tercampur atau terkontaminasi oleh bakteri dan
mikroorganisme lainnya yang berasal dari luar sistem dan hasil percobaan menjadi tidak
valid. Selain itu, bekerja secara aseptik diperlukan dalam rangka menjaga kesehatan praktikan
dan manusia di sekitarnya agar tidak terinfeksi oleh mikroba yang ada.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai