PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten,
Indonesia. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta
ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabotabek setelah Jakarta. Wilayah
Tangerang memiliki luas 129.468 hektar, terdiri atas wilayah kota 18.378
hektar dan kabupaten 111.090 hektar. Tangerang adalah pusat manufaktur
dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak
perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota ini.
Seiring dengan berjalannya waktu Tangerang kini berkembang sebagai
tempat hunian mandiri. Munculnya pengembang perumahan di Tangerang
dimulai sekitar tahun 1984. Mereka merambah ke kawasan Ciledug, Ciputat,
Serpong, dan Pamulang. Dari jumlah pengembang yang bisa dihitung dengan
jari, lima tahun kemudian menjadi 150 pengembang. Penduduk Kota
Tangerang pun berkembang pesat seiring dengan munculnya perumahan
tersebut. Jumlah penduduk Tangerang yang mencapai 1,8 juta wilayah kota
dan 3,4 juta di kabupaten memang masih dibawah Jakarta, namun
kepadatannya
di
beberapa
wilayah
sudah
menyamai
Ibu
Kota.
2
meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang datang ke
Jakarta untuk kerja, atau sebaliknya. Banyak kota-kota satelit kelas menengah
dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di Tangerang, (wikipedia.
KotaTangerang)
Penduduk Tangerang selalu bertambah setiap saat dan peluang bagi
para pelaku industri properti untuk terus mengeluarkan produk-produk
properti. Selain itu, pembangunan infrastruktur di Tangerang juga
berlangsung cepat," kata pengamat properti Panangian Simanungkalit di
Jakarta, Senin (10/9/2012)
Pembangunan perumahan beserta sarana dan prasarananya perlu
mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal merupakan salah satu
kebutuhan dasar. Dalam lingkup pembangunan, masyarakat merupakan
pelaku utama pembangunan tersebut. Mengarahkan, membimbing, dan
menciptakan suasana yang menunjang pembangunan adalah kewajiban
pemerintah (Sastra dan Marlina, 2006)
Pembangunan
perumahan
yang
mempunyai
tujuan
untuk
3
Kabupaten Tangerang, sedangkan perumahan di wilayah Tangerang barat
seperti Kecamatan Cisoka, Balaraja, Jayanti, Tigaraksa, Bitung, dan Cikupa
lebih lambat berkembang. Di kawasan ini hanya sekitar 12 persen yang
diperuntukkan bagi wilayah perumahan. Kondisi perkembangan perumahan
paling lambat adalah di kawasan Tangerang utara yang meliputi Kecamatan
Teluknaga, Sepatan, Mauk, Kronjo, dan Kosambi. Di wilayah Tangerang
barat dan utara, kawasan perumahan harus berbagi lahan dengan kawasan
industri dan pergudangan, namun saat kawasan industri berkembang pesat,
kebutuhan akan rumah tinggal pun mengikutinya. (komunitasciputat 21 Juli
2008)
Menurut Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Tangerang, Saeful
Rohman, perkembangan perumahan di Kota Tangerang masih akan terus
berkembang diseluruh kecamatan yang ada. Terutama yang berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Tangerang seperti Jatiuwung, Benda, dan
Karawaci. Sampai Tahun 2006, terdapat 125 pengembang yang telah
melakukan pembangunan perumahan yang tersebar di 13 kecamatan Kota
Tangerang. Adapun lahan peruntukan bagi pengembangan perumahan baru
masih tersedia cukup luas diseluruh wilayah ini. Berikut adalah data
peruntukan lahan di Tangerang serta tiga pusat pertumbuhan di kabupaten
Tangerang. (komunitasciputat 21 Juli 2008)
1. Permukiman
: 5.988,2 hektar
2. Industri
: 1.367,1 hektar
: 608,1 hektar
4. Pertanian
: 4.467,8 hektar
4
5. Lain-lain
: 819,4 hektar
6. Belum terpakai
: 2.66,4 hektar
Meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan
Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman.
5
melirik kembali model rumah warisan nenek moyang ini. (Jauhar Fairin:
2006)
Rumah panggung merupakan salah satu bentuk rumah tradisional
yang bisa dibanggakan sebagai salah satu produk budaya masyarakat
Indonesia. Bentuk rumah Panggung merupakan hasil adaptasi masyarakat
terhadap lingkungan alam, misalnya pasang-surut air, menghindari banjir dan
binatang buas. Di banyak tempat, terutama di daerah pedalaman, teknik
rumah panggung ini masih dipertahankan karena keselarasaanya dengan alam
sekitar serta pencegahan bencana alam. Lantai rumah panggung di daerah
daratan biasanya ketinggian kolom 1-2 meter dari tanah, sedangkan di daerah
rawa atau lahan basah bisa berjarak diatas 4 meter dari permukaan air
terendah saat surut.
Penggunaan Kolong Rumah Panggung
Selain kelebihannya yang selaras dengan alam dan merupakan
warisan budaya leluhur, ada satu hal yang perlu dibenahi untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat penghuni rumah panggung tersebut, yaitu penggunaan
kolong rumah. Banyak rumah panggung, terutama di kawasan darat, ruang
kolong rumah digunakan untuk memelihara binatang ternak dan tempat
membuang sampah.
Dalam sebuah buku yang ditulis bersama antara (Frick dan Mulyani
2006)menjelaskan bahwa model rumah panggung dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan penyegaran udara secara alamiah. Penggunaan cross
ventilation memindahkan cara fasilitas yang diakibatkan sinar matahari
keluar. Pembukaan dinding diadakan disebelah atas permukaan lantai,
6
ditengah ruang, serta dibawah atap, karena angin juga bergerak dibawah
lantai maka semua permukaan rumah dikenai udara Segar. Ruang hunian
selalu berada diatas panggung, sedangkan bagian bawahnya yang juga dapat
terkena air bisa di manfaatkan untuk pemasangan instalasi teknis (air bersih,
air kotor, dsb), atau untuk memelihara hewan, menyimpan kendaraan atau
untuk ruang pelayanan (Ruang cuci, mandi, dsb). Lebih lengkapnya tipikal
pengaliran udara pada rumah panggung dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Gambar 1.1 Tipikal proses pengaliran udara pada konstruksi rumah panggung (dikutip dari
Frick & mulyani, 2006)
Teori lain yang relevan diungkapkan oleh Satwiko (2005) yang menyarankan
konsep zona bukaan untuk sebuah rumah. Sebuah rumah idealnya
mempunyaitiga zona bukaan seperti pada gambar berikut ini,
Gambar 1.2 Saran zona bukaan pada sebuah bangunan (dikutip dari : Satwiko, 2005)
1.2
8
Dalam lingkup pembangunan, masyarakat merupakan pelaku utama
pembangunan tersebut. Mengarahkan, membimbing, dan menciptakan
suasana yang menunjang pembangunan adalah kewajiban pemerintah.
(Sastra, Suparno M, dan Endy Marlina. 2006)
Pembangunan
perumahan
yang
mempunyai
tujuan
untuk
mengakibatkan
merosotnya
kualitas lingkungan.
Adanya
1.3
Formulasi Masalah
Formulasi masalah pada penelitian ini yaitu meneliti tentang berbagai
masalah penyebab banjir, mulai dari masalah sampah, curah hujan yang
tinggi, peluapan air yang berlebihan, pecahnya bendungan sungai, dan
serapan air yang buruk.
Air hujan yang jatuh ke bumi menghambur dengan arah yang berbeda
dalam beberapa cara. Sebagian meresap kedalam tanah, ditahan oleh tumbuhtumbuhan, dan lainnya menguap kembali ke atmosfer, sebagian lagi ditahan
9
oleh ledok, rawa dan sejenisnya, sisanya yang mengalir sebagai aliran
permukaan (run off) yang biasanya menyebabkan banjir. Bertambahnya areal
terbangun akibat pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan membuat
permukaan tanah menjadi tertutup material kedap air, sehingga mengurangi
permukaan tanah yang dapat meresapkan air, dan akibatnya aliran permukaan
menjadi bertambah besar. (Analisa IPB)
Dari hasil uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan yang
mendasar adalah banyaknya pengembang kawasan perumahan yang tidak
terlalu memikirkan kelestarian alam dan lingkungan sekitar, disertai
pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi Kota Tangerang yang
cepat mengindikasikan kecenderungan untuk terus bertumbuh besar, sarana
dan prasarana semakin meningkat serta banyaknya kemacetan di jalur-jalur
strategis di Kota Tangerang, sehingga dapat memicu pertumbuhan wilayah
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang serta ancaman terjadinya
kepadatan perumahan yang semakin pada sehingga tidak ada lagi ruang
lingkup yang di pergunakan oleh masyarakat umum.
Curah hujan
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika tahun 2012,
Curah Hujan Kumulatif Satu Bulan Curah hujan kumulatif 1 (satu) bulan
adalah jumlah curah hujan yang terkumpul selama 28 atau 29 hari untuk
bulan Februari dan 30 atau 31 hari untuk bulan-bulan lainnya.
Sifat Hujan
Sifat hujan merupakan perbandingan antara
10
normalnya pada bulan dan tempat yang sama. Sifat hujan dibagi menjadi 3
(tiga) katagori, yaitu :
1. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari
115% terhadap rata-ratanya.
2. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115%
terhadap rata-ratanya.
3. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari
85% terhadap rata-ratanya.
Rata-rata curah hujan bulanan didapat dari nilai rata-rata curah hujan
masing-masing bulan dengan minimal periode 10 tahun. Sedangkan normal
curah hujan bulanan didapat dari nilai rata-rata curah hujan masing-masing
bulan selama periode 30 tahun.
Intensitas Hujan
Intensitas hujan merupakan besarnya hujan harian yang terjadi pada
suatu waktu. Umumnya memiliki satuan mm/jam. Intensitas hujan dibagi
menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a)
b)
Sedang
c)
Lebat
Berikut adalah Peta Distribusi Curah Hujan Bulan Oktober 2012 Propinsi
Banten dan DKI Jakarta.
11
Gambar 1.3 Peta distribusi Curah Hujan bulan oktober 2012 Banten dan DKI Jakarta
12
Berdasarkan
latar
belakang
dan
permasalahan
diatas
dapat
1.4
Lokasi Proyek
Lokasi pada proyek ini yaitu berada di Perumahan Ciledug Indah I,
Kelurahan Pedurenan, kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 6 Tahun 2007
Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Karang Tengah mengatakan:
kesesuaian
penataan
dan
keseimbangan
penggunaan
lahan
distribusipusat-pusat
sertaarahan
distribusi
penduduk.
b) menyediakan dan mendukung pengadaan rumah tinggal sesuaidengan
kebutuhan masyarakat dengan prioritas pengembangan perumahan
menengah dan kecil (berupa rumah susun danapartemen).
13
c) pengusahaan
peningkatan
dan
pemugaran
permukiman
14
c) Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan
bangunan bertingkat maksimum 8 Iantai (KLB maksimum= 8 x KDB)
dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m danminimum 24 m
dan lantai dasar.
penyuluhan
kepada
masyarakat
agar
turut
15
Bagian KetujuhRencana Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Paragraf
1 Rencana RTH Taman Kota Pasal 31
Penatapan RTH Kota di Kecamatan Karang Tengah direncanakan
padamasing-masing kompleks perumahan menengah-kecil.
Paragraf 3 Rencana RTH Sempadan Sungai Pasal 33
a) Penataan jalur hijau sungai diperlukan untuk mempertahankan fungsi
dan kelestarian sungai.
b) Garis sempadan sungai yang tak bertanggul dengan kedalaman tidak
lebih 3 meter harus mempunyai garis sempadan sekurang kurangnya
10 meter.
Luas lahan
: 44.405 m
KDB
KLB
: 2 x 44.405m= 88.810m
Jumlah lantai
16
Diperuntukan
GSS
: 10 m
Gambar 1.5 Aliran sungai Angke pada Perumahan Ciledug Indah 1 Tangerang
Keterangan
: Rute kali Angke
: Lokasi perumahan Ciledug indah1
Berikut adalah foto di lingkungan Perumahan Ciledug Indah1 pada saat
terjadi banjir.
Gambar 1.6 Perumahan Ciledug Indah 1 pada saat banjir di akses dari chndw.blogspot.com
laporan-banjir-ciledug-indah 17 april 2013
17
Gambar 1.7 Perumahan Ciledug Iindah 1 pada saat banjir di akses dari chndw.blogspot.com
laporan-banjir-ciledug-indah 17 april 2013
1.5
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu fokus pada penelitian masalah
banjir yang terletak di Perumahan Ciledug Indah I, Kelurahan Pedurenan,
kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, hingga menemukan pemecahan
masalah banjir dengan solusi desain pada kawasan perumahan tersebut.
1.6
Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar
dampak pembangunan perumahan di area kawasan banjir Perumahan Ciledug
Indah 1 Tangerang.
Tujuan penelitian ini adalah menyusun analisa masalah-masalah di
Perumahan Ciledug Indah 1, Kelurahan Pedurenan, kecamatan Karang
Tengah, Kota Tangerang agar mengetahui masalah ini yang terus terjadi dan
perlu adanya pemecahan masalah sehingga bisa mengurangi dampak banjir
yang lebih besar dengan solusi desain.
18
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusun sasaran sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi faktor-faktor utama masalah banjir diarea kawasan
banjir Perumahan Ciledug Indah 1 Tangearng.
b) Mendesain perumahan dengan konsep Rumah Panggung berdasarkan
masalah banjir.
1.7
Tinjauan Pustaka
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004)
dijelaskan bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak
tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah
aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu mengalir keluar dari
sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi
kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.
Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi
diberbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001)mengartikan banjir
dalam dua pengertian, yaitu :
Genangan pada daerah dataran rendah yang datar yang biasanya tidak
tergenang.
Banjir dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor
iklim dan faktor fisik wilayah tersebut. Faktor utama terjadinya banjir adalah
faktor iklim, yaitu hujan. Hujan merupakan sumber air untuk terjadinya
19
banjir. Ini menunjukkan bahwa selain faktor utama berupa faktor iklim,
faktor fisik wilayah juga mempengaruhi.
Kondisi dan peristiwa alam yang dimaksud, antara lain curah hujan
yang tinggi, jumlah aliran permukaan yang besar, melimpasnya air sungai,
dan pembendungan muara sungai akibat air pasang dari laut. Faktor aktifitas
penduduk berpengaruh terhadap kejadian banjir, seperti tumbuhnya daerah
budidaya di daerah dataran banjir, penimbunan daerah rawa/situ atau
reklamasi pantai, menyempitnya alur sungai akibat adanya pemukiman
disepanjang sempadan aliran sungai, dan pengendalian pemukiman
disepanjang sempadan sungai tidak dilaksanakan dengan baik.
Tipologi Kawasan Rawan Banjir
Tipologi kawasan rawan banjir merupakan pengelompokan kawasan
yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir, sesuai dengan
karakteristik penyebab banjir. Adapun tipologi kawasan budidaya rawan
bencana banjir menurut Dirjen Penataan Ruang (2003)dibagi menjadi 4
kawasan, yaitu :
a. Daerah Pesisir Pantai
Daerah pesisir pantai merupakan daerah yang rawan banjir. Hal
tersebut dikarenakan daerah pesisir merupakan dataran rendah yang elevasi
permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang
rata-rata (meansea level/ MSL) dan tempat bermuaranya sungai.
20
b. Daerah Dataran Banjir
Daerah dataran banjir adalah daerah dataran rendah disisi sungai yang
memiliki elevasi sangat landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai
yang lambat akibat dataran banjir ini, mengakibatkan daerah tersebut rawan
terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal.
Bencana banjir umumnya terjadi terutama pada daerah yang dilalui sungai
besar dengan debit banjir yang besar.
c. Daerah Sempadan Sungai
Daerah ini merupakan daerah rawan banjir, namun daerah ini sering
dimanfaatkan sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha. Akibatnya, apabila
terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa
dan harta benda.
d. Daerah Cekungan
Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik didataran
rendah maupun didataran tinggi (hulu sungai). Daerah cekungan dapat
menjadi daerah rawan bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak
terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.
Kriteria Parameter Kerawanan Banjir
Curah Hujan
Curah hujan adalah faktor non-fisik lahan yang sangat mempengaruhi
21
merupakan input penyebab dalam sistem lahan. Curah hujan berinteraksi
langsung terhadap karakteristik fisik lahan, berproses menghasilkan suatu
keluaran sebagai respon permukaan lahan, dalam hal ini adalah banjir.
Arsyad (2006) menyebutkan bahwa kemiringan lereng merupakan
salah satu sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan.
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kemiringan lereng
yang landai memiliki kerentanan banjir lebih tinggi dari lereng yang curam.
Hal ini dikarenakan laju air pada kemiringan datar/ landai lebih lambat bila
dibandingan pada lereng yang curam. Dengan kata lain, semakin kecil
kemiringan suatu wilayah, maka semakin rentan wilayah tersebut mengalami
genangan air/ banjir.
Drainase
Drainase merupakan parameter penentuan banjir yang terkait dengan
22
Bentuk Lahan
Bentuk lahan merupakan salah satu wahana tempat berlangsungnya
proses air mengalir yang berasal dari input hujan sampai ke laut. Bentuk
lahan dari permukaan yang berbeda memberikan arti bahwa permukaan
tersebut terkena suatu tenaga yang prosesnya berulang-ulang sehingga
memberikan ciri dan karakter yang berbeda (Raharjo, 2008).
1.8
23
berkelanjutan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan
kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Inti
pembangunan perumahan berkelanjutan adalah upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup secara berkelanjutan (Kirmanto, 2005)
Menurut Kuswara (2004) dalam kajiannya mengungkapkan bahwa
perumahan dan permukiman merupakan tempat aktivitas yang memanfaatkan
ruang terbesar dari kawasan budidaya. Pengelolaan pembangunan perumahan
harus
memperhatikan
ketersediaan
sumberdaya
pendukung
serta
Prasarana
permukiman
dapat
berfungsi
sebagaimana
mestinya.
24
2) Ketimpangan pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, dan
perumahan.
3) Konflik kepentingan dalam penentuan lokasi perumahan.
4) Masalah lingkungan dan eksploitasi sumberdaya alam, dan
5) Komunitas lokal tersisih, dengan orientasi pembangunan terfokus
pada kelompok masyarakat yang mampu menguntungkan.
Menurut
Kirmanto,
2005.
Tantangan
perkembangan
pembangunan
25
25