Anda di halaman 1dari 1

BUKU INTERAKSI OBAT

1. Interaksi obat pada pengobatan alergi


(antihistamin)
Antihistamin menekan sistem syaraf pusat. Obat
inimenekan atau mengurangi sejumlah fungsi
tubuh eperti koordinasi dan kewaspadaan. Depresi
berlebihan dan hilangnya fungsi tubuh dapat
terjadi jika antihistamin digunakan bersama
dengan dengan depresan sistem syaraf pusat
lainnya.
2. Interaksi obat pada obat asma (bronkhial)
Obat yang paling umum digunakan untuk asma
adalah obat dari kelompok epinefrin dan teofilin.
Ke2nya merupakan stimulan sistem saraf pusat.
Bila obat jenis ini diberikan bersama stimulan
sistem saraf pusat lainnya, dapat terjadi
rangsangan berlebihan.
3. Interaksi obat pada pil keluarga berencana
Pil KB jika diberikan bersama antibiotika
golongan penisislin, tertasiklin,sulfonamid, dan
antibiotik tunggal (kloramfenikol, Neomisin,
rifampin),
maka
antibiotik
tersebut
akanmengurangi penyerapan hormon yang
terkandung dalam pil KB, sebagian lagi akan
menyebabkan tubuh lebih cepat menghilangkan
zat tersebut.
4. Interaksi obat pada pencegahan koagulasi
darah.
Interaksi yang akan meningkatkan efek
antikoagulan adalah dengan : Alupurinil,
Aspirin, Kloral hidrat, Kloramfenikol,
Simetidin,
Klorfibrat,
Obat
diabetets,
Disulfiram, Asam etakrinat, Indometasin,
Vaksin Influensa, Hormon pria, Asam
mefenamat, Metimazol, Metronidazol, asam
nalidiksat, Oksifenbutazon, Pepto bismol,
Fenilbutazon, Propiltiourasil, kinidin, kinin,
Sulfinpirazol, sulindak, Sulfonamid, Antibiotik
tetrasiklin, tiroid.
Interaksi yang akan menurunkan efek
antikoagulan adalah dengan: Alokohl, pil KB,
Karbamazepin, Kolestriamin, Kortikosteroid,
Estrogen,
Etklorvinol,
Glutetimida,
Grisefulvin, Fenitoin, Primidon, Rifampin, Vit
K.
5. Interaksi obat pada penanganan kanker
Obat kanker Kloramfenikol = dapat
meningkatkan resiko depresi sumsum tulang.
Oabt kanker vaksin cacar (dan vaksin hidup
lainnya) = dapat meningkatkan kepekaan terhadap
infeksi dengan menekan sistem kekebalan tubuh.
6. Interaksi obat pada pengobatan flu dan batuk.
Interaksi obat pelega hidung.
Pelega hidung adalah stimulan sistem saraf
pusat. Rangsangan berlebihan dapat terjadi
jika suatu pelega hidung digunakan
bersama stumulan sistem saraf pusat
lainya.

Interaksi antihistamin.
Obat ini menekan atau mengurangi fungsi
seperti koordinasi dan kewaspadaan.
Depresi berlebihan dan pengurangan fungsi
dapat terjadi jika suatu histamin digunakan
dengan sistem saraf pusat lainya.
Interaksi pada sediaan batuk
Kodein digoksin = efek digoksin
bertambah.
Dekstrometorfan

antidepresan
=
menyebabkan tekanan darah rendah, mual,
demam, dan koma.
Kalium iodida litium = menyebabkan
hiperparatiroidisme.
7. Interaksi obat pada penanganan antidepresan
Antidepresan siklik dan trazzdon adalah penekan
sistem saraf pusat. Obat-oabt ini menekan atau
mengurangi fungsi koordinasi dan kewaspadaan.
Depresi jasmani yang kuat serta kehilangan fungsi
akan terjadi jika suatu antidepresan digunakan
bersama depresan sistem saraf pusat lainnya.
8. Interaksi obat pada penanganan diabetes.
Interaksi yang dapat meningkatkan efek obat
diabetes adalah dengan: Alkohol, Alopurinol,
Antikoagulan, Antidepresan (IMAO), Aspirin,
Obat jantung pemblok beta, Kloramfenikol,
Klofibrat,
Insulin,
Hormon
pria,
Oksifenbutazon, Pepto-Bismol, Fenilbutazon,
Probensid, dan Sulfonamida.
Interaksi yang dapat mengurangi efek obat
diabetes adalah dengan: Amfetamin, Obat
asma, Obat jantung pemblok beta, senyawa
pelega hidung, Kortikosterioda, pil pelangsing,
yang
mengandung
fenilpropanolamin,
Diuretika, Metilfenidat, Pemolin, Fenitoin,
rifampin dan obat tiroid.
9. Interaksi obat pada pengobatan gangguan
pencernaan(pengobatan dengan antasida)
Mula-mula terjadi 2 jenis interaksi. Pada interaksi
pertama, antasida mempengaruhi penyerapan
beberapa obat sehingga efek obat menurun. Pada
interaksi ke-2, antasida mengubahh keasaman air
kemih, menyebabkan beberapa obat diserap
kembali oleh tubuh dan bukan dikeluarkan
sehingga efefk obat meningkat. Kebanyakan
interaksi dapat dicegah bila obat yang
menunjukan interaksi digunakan 1 atau 2 jam
setelah penggunaan antasida.
10. Interaksi obat pada penanganan insomnia.
Pil tidur adalah depresan susunan saraf pusat.
Obat akan menekan atau mengganggu fungsi
seperti koordinasi dan kesadaran. Penekanan atau
gangguan fungsi yang berlebihan dapat terjadi
bila pil tidur digunakan bersamaan dengan obat
lainnya yang juga menekan susunan saraf pusat.

Anda mungkin juga menyukai