Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR

Oleh : Subhan

I. DEFENISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
II. FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum
bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil,
trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas.
Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa,
ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting
pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber
utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang
femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
III. KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1.
Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
Hanya di bawah kepala femur
Melalui leher dari femur
2.

Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokhanter kecil.

IV. PATOFISIOLOGI
1. PENYEBAB FRAKTUR ADALAH TRAUMA
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
Osteoporosis Imperfekta
Osteoporosis
Penyakit metabolik
TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

TANDA DAN GEJALA

Nyeri hebat di tempat fraktur


Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Rotasi luar dari kaki lebih pendek
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PENATALAKSANAAN MEDIK

X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.
TRAKSI

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka
waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
1. Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi
definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
2. Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal
atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki dan mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

Mengencangkan pada perlekatannya.


MACAM - MACAM TRAKSI
1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk
mengikat puncak iliaka.

2. Traksi Ekstension (Bucks Extention)


Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau
untuk mengurangi spasme otot.
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme.
Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russells
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga
digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk
skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan
pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan
thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment.
Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya
membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih
secara aktif.
PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
Kehilangan fungsi
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam
jangka waktu lama
Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada
wanita
Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan
diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
- Deformitas yang nampak jelas
- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
- Laserasi
- Perubahan warna kulit
- Kehilangan fungsi daerah yang cidera

c. Palpasi
Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
Krepitasi
Nadi, dingin
Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

NURSING PLANING
NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg INDENPENDEN:
banyak
a)
Observasi tanda-tanda vital.

RASIONALISASI

a)
Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini
mungkin
b)
Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya b)
Untuk menentukan tindak an
per darahan
c)
Memberikan posisi supinasi
c)
Untuk mengurangi per darahan dan mencegah kekurangan darah ke otak.
d)
Untuk mencegah ke- kurangan cairan
d)
Memberikan banyak cairan (minum)
(mengganti cairan yang hilang)

2.

KOLABORASI:
a)
Pemberian cairan per infus
e)
Pemberian cairan per-infus.
b)
Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, f)
Membantu proses pem-bekuan darah dan
Adona) dan peng- hentian perdarahan dgn
untuk menghentikan perda-rahan.
fiksasi.
c)
Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht)
g)
Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah
perlu transfusi atau tidak.
Gangguan rasa nyaman:
INDEPENDEN:
Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka a) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga
pada jaringan lunak, pemasangan back
intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala
dapat me- nentukan jenis tindak annya.
slab, stress, dan cemas
nyeri (0-10)
b) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)
b) Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan
pada jaring- an yang luka.
c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan
yang luka.
me- ngurangi nyeri.
d) Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien
d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas
berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan
dilakukan.

KOLABORASI:
e) Pemberian obat-obatan analgesik
3.

Potensial infeksi se- hubungan dengan INDEPENDEN:


luka terbuka.
a) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit)
terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa.
b) Anjurkan pasien untuk tidak memegang
bagian yang luka.
c) Merawat luka dengan menggunakan tehnik
aseptik
d) Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal,
eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
a) Pemeriksaan darah : leokosit
b) Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
c) Persiapan untuk operasi sesuai indikasi

4.

e) Mengurangi rasa nyeri

a) Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.


b) Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
c) Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an
infeksi silang.
d) Merupakan indikasi adanya osteomilitis.

a) Lekosit yang me- ningkat artinya sudah terjadi


proses infeksi
b) Untuk mencegah ke- lanjutan terjadinya infeksi.
dan pencegah an tetanus.
c) Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan
penyegahan peningkatan infeksi.

Gangguan aktivitas sehubungan dengan INDEPENDEN:


kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, a) Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan a) Pasien akan mem- batasi gerak karena salah
immobilisasi.
oleh edema dan persepsi pasien tentang
persepsi (persepsi tidak pro- posional)
immobilisasi ter- sebut.
b) Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas b) Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan
rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan
perasaan mengontrol diri pasien dan membantu
dalam mengurangi isolasi sosial.
c) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang
c) Menganjurkan pasien untuk melakukan
untuk
meningkatkan
tonus
otot,

latihan pasif dan aktif pada yang cedera


maupun yang tidak.

mempertahankan mobilitas sendi, men- cegah


kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak
digunakan.
d) Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot,
d) Membantu pasien dalam perawatan diri
meningkatkan pasien dalam me- ngontrol situasi,
me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
e) Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan
diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik
e) Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an
usus dan konstipasi.
eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. f) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah
teratur.
penurunan BB, karena pada immobilisasi
biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
f) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
dan mi- neral.

a) Untuk menentukan program latihan.


KOLABORASI :
5.

a) Konsul dengan bagi- an fisioterapi


Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, INDEPENDEN:
prognosa, dan pengo- batan sehubungan a) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul a) Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari
dengan kesalahan dalam pe- nafsiran,
prognosa, dan harap- an yang akan datang.
depan sehingga pasien dapat menentu kan
tidak familier dengan sumber in- formasi. b) Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi
pilihan.
dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan b) Sebagian besar fraktur memerlukan penopang
oleh bagi- an fisioterapi.
dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan
sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang
c) Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri
tepat.

dan yang harus dibantu.

c) Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan


dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah
d) Mengidentifikasi pe- layanan umum yang
fisioterapi, perawat atau ke- luarga).
tersedia seperti team rehabilitasi, perawat d) Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan
keluarga (home care)
mandiri memberi support untuk man- diri.
e) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
e) Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama
(kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan
untuk perencanaan perawatan lanjutan dan
pasien koopratif.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed
). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

KASUS
Saudara adalah seorang perawat di ruang bedah yang diberi tanggung jawab untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada Tn. Muria, usia 40 tahun dengan fraktur
femur kanan 1/3 distal comunited. Saat ini pasien masih menggunakan Back slab
sambil menunggu jadwal operasi untuk tandur (cangkok) tulang dan pemasangan
eksterna traksi.
Dari balutan yang ada pada Back slab merembes darah cukup banyak, pasien mengeluh
nyeri berat. Pasien semenjak kecelakaan 24 jam yang lalu tidak bisa tidur karena
menahan nyeri. Ibu jari dan jari-jari kaki kanan terasa baal.
SOAL : Buatlah rencana asuhan keperawatan disertai rasionalisasinya !
JAWAB:
RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Masalah
Mengatasi perdarahan
Mengatasi nyeri
Mencegah komplikasi
Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Potensial
terjadinya
perdarahan yg banyak

syok

s/d

INTERVENSI

RASIONALISASI

INDENPENDEN:
a) Observasi tanda-tanda vital.
b)Mengkaji sumber, lokasi,
banyak- nya per darahan

dan

c) Memberikan posisi supinasi


d)Memberikan
(minum)

banyak

cairan

KOLABORASI:
e) Pemberian cairan per infus

f) Pemberian obat koa-gulan sia


(vit.K, Adona) dan peng- hentian
perdarahan dgn fiksasi.
g)Pemeriksaan laborato- rium (Hb,
Ht)
2.

Gangguan rasa nyaman:


Nyeri s/d perubahan fragmen tulang,
luka
pada
jaringan
lunak,
pemasangan back slab, stress, dan
cemas

INDEPENDEN:
a) Mengkaji karakteris- tik nyeri :
lokasi, durasi, intensitas nyeri
dengan meng- gunakan skala
nyeri (0-10)
b) Mempertahankan im- mobilisasi
(back slab)

Potensial infeksi se- hubungan dengan


luka terbuka.

c) Untuk mengurangi per darahan dan


men- cegah kekurangan darah ke
otak.
d)Untuk mencegah ke- kurangan
cairan
(mengganti cairan yang hilang)
e) Pemberian cairan per-infus.

f) Membantu proses pem-bekuan


darah dan untuk menghentikan
perda-rahan.
g)Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht
apakah perlu transfusi atau tidak.

a)

Untuk mengetahui tingkat rasa


nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya.

b)

Mencegah pergeser- an tulang


dan pe- nekanan pada jaring- an
yang luka.
Peningkatan
vena
return,
menurunkan edem, dan mengurangi nyeri.
Untuk mempersiap- kan mental
serta agar pasien berpartisipasi
pada setiap tindakan yang akan
dilakukan.

c)

Berikan sokongan (support)


pada ektremitas yang luka.

c)

d)

Menjelaskan seluruh prosedur


di atas

d)

KOLABORASI:
e) Pemberian
analgesik
3.

a) Untuk mengetahui tanda-tanda syok


se- dini mungkin
b)Untuk menentukan tindak an

obat-obatan

INDEPENDEN:
a) Kaji keadaan luka (kontinuitas
dari kulit) terhadap ada- nya:

e)

Mengurangi rasa nyeri

a)

Untuk mengetahui tanda-tanda


infeksi.

b)
c)
d)

edema, rubor, kalor, dolor,


fungsi laesa.
Anjurkan pasien untuk tidak
memegang bagian yang luka.
Merawat
luka
dengan
menggunakan tehnik aseptik
Mewaspadai adanya keluhan
nyeri men- dadak, keterbatasan
gerak, edema lokal, eritema
pada daerah luka.

b)

Meminimalkan
kontaminasi.

c)

Mencegah kontami- nasi dan


kemungkin- an infeksi silang.

d)

Merupakan indikasi
osteomilitis.

e)

Lekosit yang me- ningkat


artinya sudah terjadi proses
infeksi

f)

Untuk mencegah ke- lanjutan


terjadinya infeksi. dan pencegah
an tetanus.
Mempercepat
proses
penyembuhan luka dan dan
penyegahan peningkatan infeksi.

KOLABORASI:
e) Pemeriksaan darah : leokosit
f)
Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
g) Persiapan untuk operasi sesuai
indikasi

g)

4.

Gangguan aktivitas sehubungan


dengan kerusakan neuromuskuler
skeletal, nyeri, immobilisasi.

INDEPENDEN:
a) Kaji tingkat im- mobilisasi yang
disebabkan oleh edema dan
persepsi
pasien
tentang
immobilisasi ter- sebut.
b) Mendorong parti- sipasi dalam
aktivitas rekreasi (menonton TV,
membaca kora, dll ).

c)

Menganjurkan pasien untuk


melakukan latihan pasif dan
aktif pada yang cedera maupun
yang tidak.

Membantu
pasien
perawatan diri

adanya

a)

Pasien akan mem- batasi gerak


karena salah persepsi (persepsi
tidak pro- posional)

b)

Memberikan ke- sempatan


untuk me- ngeluarkan energi,
memusatkan
perhatian,
meningkatkan
perasaan
mengontrol diri pasien dan
membantu dalam mengurangi
isolasi sosial.
Meningkatkan aliran darah ke
otot dan tulang untuk meningkatkan
tonus
otot,
mempertahankan
mobilitas
sendi, men- cegah kontraktur /
atropi dan reapsorbsi Ca yang
tidak digunakan.
Meningkatkan ke- kuatan dan
sirkulasi otot, meningkatkan
pasien dalam me- ngontrol
situasi,
meningkatkan
kemauan pasien untuk sembuh.

c)

d)
d)

terjadinya

dalam

e)

e)

Auskultasi bising usus, monitor


kebiasa an eliminasi dan
menganjurkan
agar
b.a.b.
teratur.

f)

Memberikan diit tinggi protein ,


vitamin , dan mi- neral.

Bedrest, penggunaan analgetika


dan pe- rubahan diit dapat
menyebabkan
penurunan
peristaltik usus dan konstipasi.
f)
Mempercepat
proses
penyembuhan,
mencegah
penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi
penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan : Untuk sudah dilakukan
traksi.
g)

Untuk menentukan
latihan.

program

a)

Pasien mengetahui kondisi saat


ini dan hari depan sehingga
pasien dapat menentu kan
pilihan.
Sebagian
besar
fraktur
memerlukan penopang dan
fiksasi selama proses pe-

KOLABORASI :
g)

5.

Kurangnya pengetahuan tentang


kondisi, prognosa, dan pengo- batan
sehubungan dengan kesalahan dalam
pe- nafsiran, tidak familier dengan
sumber in- formasi.

Konsul dengan
fisioterapi

bagi-

an

INDEPENDEN:
a) Menjelaskan tentang kelainan
yang muncul prognosa, dan
harap- an yang akan datang.
b)

Memberikan dukung an caracara mobili- sasi dan ambulasi


sebagaimana yang dianjurkan

12

b)

oleh bagi- an fisioterapi.

c)

Memilah-milah aktif- itas yang


bisa mandiri dan yang harus
dibantu.

c)

d)
d)

e)

Mengidentifikasi peumum yang tersedia


team
rehabilitasi,
keluarga (home care)
Mendiskusikan
perawatan lanjutan.

13

layanan
seperti
perawat
tentang

e)

nyembuhan
sehingga
keterlambatan pe- nyembuhan
disebab- kan oleh penggunaan
alat bantu yang kurang tepat.
Mengorganisasikan
kegiatan
yang diperlu kan dan siapa yang
perlu menolongnya. (apakah
fisioterapi, perawat atau keluarga).
Membantu meng- fasilitaskan
perawa- tan mandiri memberi
support untuk man- diri.
Penyembuhan fraktur tulang
kemungkinan lama (kurang
lebih 1 tahun) sehingga perlu
disiapkan untuk perencanaan
perawatan lanjutan dan pasien
koopratif.

FRAKTUR FEMUR
DEFINISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian
dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang,
bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk
acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai
darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke
femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari
pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian
bawah dari leher femur.
KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
kapsula.
Melalui kepala femur (capital fraktur)
Hanya di bawah kepala femur
Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil/pada daerah intertrokhanter.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.
PATOFISIOLOGI
2. PENYEBAB FRAKTUR ADALAH TRAUMA
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
Osteoporosis Imperfekta
Osteoporosis
Penyakit metabolik
TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
TANDA DAN GEJALA
Nyeri hebat di tempat fraktur
Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Rotasi luar dari kaki lebih pendek
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

14

PENATALAKSANAAN MEDIK
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.
TRAKSI
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka
waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi
kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi
definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit
melalui tulang/jaringan metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki dan mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
Mengencangkan pada perlekatannya.
MACAM - MACAM TRAKSI
Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat
puncak iliaka.
Traksi Ekstension (Bucks Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk
mengurangi spasme otot.
Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini
biasa dipasang dengan halter kepala.
Traksi Russells
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan
untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa
digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan
pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman

15

pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang
tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2
minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu
otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.
PENGKAJIAN
3. Riwayat keperawatan
d. Riwayat Perjalanan penyakit
- Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
- Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
- Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
- Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
- Kehilangan fungsi
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
e. Riwayat pengobatan sebelumnya
- Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam
jangka waktu lama
- Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada
wanita
- Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
- Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
f. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
- Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan
diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
- Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
4. Pemeriksaan fisik
d. Mengidentifikasi tipe fraktur
e. Inspeksi daerah mana yang terkena
- Deformitas yang nampak jelas
- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
- Laserasi
- Perubahan warna kulit
- Kehilangan fungsi daerah yang cidera
f. Palpasi
- Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
- Krepitasi
- Nadi, dingin
- Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

KASUS
Saudara adalah seorang perawat di ruang bedah yang diberi tanggung jawab untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada Tn. Muria, usia 40 tahun dengan fraktur
femur kanan 1/3 distal comunited. Saat ini pasien masih menggunakan Back slab
sambil menunggu jadwal operasi untuk tandur (cangkok) tulang dan pemasangan
eksterna traksi.
Dari balutan yang ada pada Back slab merembes darah cukup banyak, pasien mengeluh
nyeri berat. Pasien semenjak kecelakaan 24 jam yang lalu tidak bisa tidur karena
menahan nyeri. Ibu jari dan jari-jari kaki kanan terasa baal.
SOAL : Buatlah rencana asuhan keperawatan disertai rasionalisasinya !
JAWAB:
RENCANA KEPERAWATAN

16

Prioritas Masalah
Mengatasi perdarahan
Mengatasi nyeri
Mencegah komplikasi
Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

17

NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI

RASIONALISASI

Potensial terjadinya syok s/d perdarahan INDENPENDEN:


yg banyak
d)
Observasi tanda-tanda vital.

h)
Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini
mungkin
e)
Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya i)Untuk menentukan tindak an
per darahan
f)
Memberikan posisi supinasi
j)Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah
kekurangan darah ke otak.
k)
Untuk mencegah ke- kurangan cairan
g)
Memberikan banyak cairan (minum)
(mengganti cairan yang hilang)
KOLABORASI:
h)
Pemberian cairan per infus
l)Pemberian cairan per-infus.
i)Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) m)
Membantu proses pem-bekuan darah dan
dan peng- hentian perdarahan dgn fiksasi.
untuk menghentikan perda-rahan.
j)Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht)
n)
Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah
perlu transfusi atau tidak.

2.

Gangguan rasa nyaman:


INDEPENDEN:
Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka f) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, f) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga
pada jaringan lunak, pemasangan back
intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala
dapat me- nentukan jenis tindak annya.
slab, stress, dan cemas
nyeri (0-10)
g) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)
g) Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan
pada jaring- an yang luka.
h) Berikan sokongan (support) pada ektremitas h) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan
yang luka.
me- ngurangi nyeri.
i) Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien
i) Menjelaskan seluruh prosedur di atas
berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan
dilakukan.

18

KOLABORASI:
j) Pemberian obat-obatan analgesik
3.

Potensial infeksi se- hubungan dengan INDEPENDEN:


luka terbuka.
d) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit)
terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa.
e) Anjurkan pasien untuk tidak memegang
bagian yang luka.
f) Merawat luka dengan menggunakan tehnik
aseptik
g) Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal,
eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
h) Pemeriksaan darah : leokosit
i) Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
j) Persiapan untuk operasi sesuai indikasi

4.

j) Mengurangi rasa nyeri

d) Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.


e) Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
f) Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an
infeksi silang.
g) Merupakan indikasi adanya osteomilitis.

h) Lekosit yang me- ningkat artinya sudah terjadi


proses infeksi
i) Untuk mencegah ke- lanjutan terjadinya infeksi.
dan pencegah an tetanus.
j) Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan
penyegahan peningkatan infeksi.

Gangguan aktivitas sehubungan dengan INDEPENDEN:


kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, b) Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan b) Pasien akan mem- batasi gerak karena salah
immobilisasi.
oleh edema dan persepsi pasien tentang
persepsi (persepsi tidak pro- posional)
immobilisasi ter- sebut.
c) Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas c) Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan
rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan
perasaan mengontrol diri pasien dan membantu
dalam mengurangi isolasi sosial.

19

d) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang


untuk
meningkatkan
tonus
otot,
mempertahankan mobilitas sendi, men- cegah
kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak
digunakan.
e) Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot,
e) Membantu pasien dalam perawatan diri
meningkatkan pasien dalam me- ngontrol situasi,
me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
f) Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan
diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik
f) Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an
usus dan konstipasi.
eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. g) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah
teratur.
penurunan BB, karena pada immobilisasi
biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
g) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
dan mi- neral.
d) Menganjurkan pasien untuk melakukan
latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.

h) Untuk menentukan program latihan.

KOLABORASI :
h) Konsul dengan bagi- an fisioterapi
5.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, INDEPENDEN:


prognosa, dan pengo- batan sehubungan f) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul f) Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari
dengan kesalahan dalam pe- nafsiran,
prognosa, dan harap- an yang akan datang.
depan sehingga pasien dapat menentu kan
tidak familier dengan sumber in- formasi. g) Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi
pilihan.
dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan g) Sebagian besar fraktur memerlukan penopang

20

oleh bagi- an fisioterapi.

dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan


sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang
h) Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri
tepat.
dan yang harus dibantu.
h) Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan
dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah
i) Mengidentifikasi pe- layanan umum yang
fisioterapi, perawat atau ke- luarga).
tersedia seperti team rehabilitasi, perawat i) Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan
keluarga (home care)
mandiri memberi support untuk man- diri.
j) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
j) Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama
(kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan
untuk perencanaan perawatan lanjutan dan
pasien koopratif.

21

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed
). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

22

Anda mungkin juga menyukai