LP Della (Bronkopneumonia)
LP Della (Bronkopneumonia)
pada
parenkim
paru
yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare,
serta batuk kering dan produktif. (Hidayat, 2008:111)
Adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi
(Price, 2005:804).
1.2 Etiologi
Menurut Ningrumwahyuni (2009), penyebab bronkopneumonia yang biasa
dijumpai adalah faktor infeksi, yaitu:
1) Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa, Streptococcus pneumoniae
dan
Haemophillus
influenzae.
Pada
bayi
dan
anak
kecil
ditemukan
5) Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung
dan sianosis disekitar mulut harus difikirkan pneumoni, batuk mula mula kering
6)
7)
8)
9)
pH
TCO2
PCO2
BE
: 7, 35-7, 45
: 23-27 mmol/L
: 35-45 mmHg
: 0 2 mEq/L
HCO3
K
CL
Na
: 22-26 mEq/L
: 3,8-5,0 mmol/L
: 97-100 mmpl/L
: 136-144 mmol/L
PO2
Saturasi O2
: 80-100 mmHg
: 95 %-100%
PO4
: 2-5 mmol/L
PCO2
HCO3
N
Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO 2 yang diproduksi
dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1) Identitas
Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena bronkopnemonia
dari pada orang yang lebih tua. Sosial ekonomi yang rendah akan berpengaruh
pemenuhuan nutrisi yang baik dan kebersihan lingkungan tempat tinggal. Infeksi
oleh mycoplasma pneumonia merupakan penyebab terjadi pada anak-anak yang
berusia 5-12 tahun.
2) Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping
hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang disertai muntah dan
diare.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronchopenemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian
atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak yang menderita
pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada anggota
keluarga yang lain.
6) Lingkungan
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk (kurang
cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi rumah sekitar pabrik, atau
pinggir jalan raya.Selain itu pnemonia sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi.
7) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pengkonsumsi rokok, kasus yang tidak pernah dijemur, kasur terbuat dari bahan
kapuk.
8) Kebutuhan nutrisi dan cairan: pemenuhan nutrisi terganggu karena adanya mual
yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada saluran nafas, mual, muntah,
penurunan berat badan, nafsu makan menurun dimana anak malas minum, diare.
9) Hygiene perseorangan: penurunan hygiene perseorangan karena anak demam
sehingga tidak tidak dimandikan atau diseka karena ibu takut anaknya
kedinginan.
10) Aktivitas, istirahat dan bermain: Istirahat anak terganggu karena adanya sesak
nafas, batuk dan demam.
11) Eliminasi miksi dan defekasi: tidak ada permasalahan namun bila sampai terjadi
dehidrasi dan demam maka produksi urine akan menurun.
12) Pemeriksaan fisik
TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 39 0C-400C, tensi
meningkat.
(1) Kepala dan leher: bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun ubun
cekung, mata cowong, sclera:putih, konjungtiva:merah muda, ada pernafasan
cuping hidung, sedikit serumen di hidung, mukosa bibir kering dan sianosis
disekitar mulut, kebersihan gigi, lidah biasanya terdapat bekas susu,
palatumnya sudah terbentuk, apabila radang biasanya tonsil membesar, pada
leher biasanya terdapat lipatan kulit, ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid.
(2) Dada: penggunaan otot bantu nafas (sternum cledomastoideus), dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, Bila sarang broncopneumoni menjadi satu
(konfluens) mungkin Perkusi terdengar keredupan dan suara nafas pada
auskultasi terdengar mengeras, retraksi dada sedang, batuk dengan atau tanpa
sputum dan terdengar ronki basah nyaring halus/ sedang/wheezing.
(3) Perut: bising usus(+), pasien diare ada distensi abdomen dan turgor kulit
(4) Genetalia: bersih atau tidak pada daerah sekitar genetalia.
(5) Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit lembab
karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral hangat, CRT dapat > 2
detik, dan pergerakkan dari pasien.
6
13)
a.
1)
tahun.
Kecepatan penambahan tinggi badan juga melambat. Penambahan tinggi
yang biasa adalah 7,5 cm per tahun dan terutama pada perpanjangan
tungkai dan bukan batang tubuh. Rata-rata anak usia 2 tahun adalah 86,6
c)
cm.
Kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi,
dan lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada pada usia 1 dan 2
tahun. Total pertambahan lingkar kepala umumnya selama tahun kedua
adalah 2,5 cm. Fontanela anterior menutup antara usia 12 hingga 18
d)
bulan.
Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan melebihi lingkar kepala
pada masa toddler. Bentuknya juga berubah karena diameter transversal,
2)
jatuh.
Indra pendengaran, penciuman, pengecapan dan perabaan menjadi
semakin berkembang, saling terkoordinasi satu sama lain, dan
3)
jaringan limfoid tonsil dan adenoid terus bertambah besar. Akibatnya, sering
4)
berganti-ganti kaki.
Motorik halus
Pada usia 12 bulan toddler mampu menggenggam sebuah benda kecil
tetapi tidak mampu melepaskan sesuai keinginanya. Menangkap atau
melempar benda dan menangkapnya kembali menjadi aktivitas yang
obsesif pada usia sekitar 15 bulan. Pada usia 18 bulan toddler dapat
b.
c.
penurunan nafsu
pengetahuan
tentang
proses
penyakit
dan
perawatan
pasien
Intervensi:
(1) Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas
R/ Peradangan pada parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat
ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan
9
Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret
R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan
membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.
oksigen
R/ antibiotik mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri dalam alveoli.
R/ oksigen membantu masukan oksigen aduat
R/ brokodilator: melebarkan bronkus
(4) Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum.
R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan
tindakan
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara
alveoli dan membran kapiler ditandai dengan sesak, sianosis, retraksi dinding
dada, RR (>28x/menit).
10
Akral hangat
Intervensi:
(1) Jelaskan kepada orang tua penyebab demam.
R/ penyebab demam adalah proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh sehingga
memicu terjadinya peningkatan suhu.
(2) Berikan kompres air hangat
R/ Kompres air hangat mampu membantu tubuh untuk mengeluaarkan panas
dengan cara konduksi.
(3) Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.
(4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik (1015mg/kgBB)
R/ Antipiretik mangandung parasetamol yang dapat membantu untuk
menurunkan panas
R/ Antibiotic berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman
yang ada di dalam tubuh
(5) Observasi kondisi pasien: suhu, akral
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.
4) Resiko kekurangan cairan berhubungan kehilangan cairan sekunder akibat
dengan mual dan muntah.
Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil:
-
Nadi 70-110x/mnt
Kesadaran baik
Intervensi:
(1) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak
R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat diare.
(2) Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan
sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.
(2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan
untuk dehidrasi dan muntah.
R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi
keseimbangan cairan.
(3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic sesuai ketentuan
R/ Anti emetic mengurangi mual & muntah.
(4) Observasi tanda-tanda dehidrasi:
R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan
cairan.
5) Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat
hipoksia jaringan otak.
Tujuan: Pasien tidak mengalami cedera selama dilakukan tidakan keperawatan
dengan kriteria hasil :
- Tidak ada luka, memar
- Pasien tidak jatuh
Intervensi
(1) Jelaskan kepada orangtua tentang cara menghindari cedera pada pasien
R/ pengetahuan tentang cara menghindarkan pasien dari cedera dapat membantu
menghindari aktivitas yang dapat beresiko cedera
(2) Ciptakan lingkungan aman dan nyaman
R/ lingkungan aman dapat mengurangi resiko terjadinya cedera
13
penurunan nafsu
Tidak muntah
14
Intervensi:
(1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada
orang tua pasien.
(2) R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk
proses penyembuhan.
(3) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan
dengan makanan yang disukai anak.
R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi.
Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.
(4) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.
R/ Mengurangi tidak enak pada perut.
(5) Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama.
RR 30-60x/mnt
Nadi 70-120x/menit
Intervensi:
(1) Jelaskan kepada orangtua penyebab kelemahan
R/ kelemahan terjadi karena anak sesak sehingga memerlukan tenaga.
(2) Batasi aktivitas anak
R/ aktivitas dapat meningkatkan sesak pada anak dan kebutuhan oksigen semakin
bertambah.
(3) Observasi aktivitas pergerakan bayi, pola nafas, RR dan nadi.
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.
15
16
R/ Stres yang meningkat dapat menambah beban pikiran bagi orang tua sehingga
orang tua akan semakin cemas.
11) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan perawatan pasien
bronchopnemonia berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai
dengan ibu sering bertanya tentang tentang kondisi anaknya, ibu tampak gelisah
dan cemas.
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya setelah
mendapatkan tindakan perawatan dengan kriteria hasil:
- Keluarga mampu menyebutkan kembali etiologi, gejala, penanganan, dan
komplikasi.
- Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan
- Keluarga mentaati setiap proses keperawatan
Intervensi :
(1) Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. Kaji tingkat
pengetahuan keluarga
R/ agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat
(2) Jelaskan tentang penyebab,
gejala,
penanganan,
dan
komplikasi
bronkopneumonia
(3) R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah
wawasan keluarga
(4) Observasi tingkat pemahan keluarga tentang penjelasan yang sudah diberikan
R/untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman keluarga tentang penjelasan
yang diberikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. (2000). Alih
bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. (1999). Alih
bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimun. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (2005).
alih bahasa Huriawati, Hartanto. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2008). Alih Bahasa:
Andry Hartono, dkk. Edisi 6. Jakarta: EGC.
18
19