Anda di halaman 1dari 13

BENTUKAN KATA

Dosen :
Alfa Mitri Suhara, M.Pd.

Tanggal Pengumpulan :
14 September 2015
Kelas : C

Kelompok : 3
Mochamad Yogi Nurwanda

0113U107

Gema Muhamad

0113U482

Taufiq Thahir

0113U562

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Alamat: Jalan Cikutra No 204 Bandung Telepon: 022-72740

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bentukan
Kata tepat pada waktunya tanpa adanya hambatan yang berarti. Terimakasih yang sebesarbesarnya kami ucapkan kepada dosen pembimbing, teman-teman dan berbagai pihak yang
turut membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami sajikan saat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN...................................................................................................... 5
1.1

Latar Belakang............................................................................................. 5

1.2

Rumusan Masalah........................................................................................ 5

BAB II..................................................................................................................... 6
ISI.......................................................................................................................... 6
2.1.

IMBUHAN.................................................................................................. 6

2.1.1

Awalan me(N)-....................................................................................... 6

2.1.2

Awalan be(R)-.................................................................................. 7

2.1.3

Awalan te(R)-......................................................................................... 8

2.1.4

Awalan pe(N) dan pe (R)-........................................................................8

2.1.5

Konfliks pe(N)-an dan pe(R)-an...............................................................10

2.1.6

Akhiran an dan konfliks ke-an...............................................................11

2.1.7

Kata kerja bentuk me(N)- dan me(N)- kan.................................................11

2.1.8

Awalan ke-.......................................................................................... 12

2.1.9

Akhiran Lain....................................................................................... 12

BAB III................................................................................................................. 15
PENUTUP............................................................................................................. 15
3.1

Kesimpulan............................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa

Indonesia adalah bahasa

Melayu yang

dijadikan

sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya
sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa
Melayu.
bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan
bentuk lain, yaitu imbuhan. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan,
akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dan gabungan afiks
dalam ilmu bahasa. Imbuhan mengubah bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati
imbuhan itu.
Karena sifatnya itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai
pemakainya, kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja macam-macam imbuhan ?
2. Bagaimana pengaruh imbuhan terhadap bentuk dasar suatu kata ?
3. Bagaimana penggunaan imbuhan yang baik dan benar ?

4. BAB II
5. ISI
6.

2.1.

IMBUHAN
7.

Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kata dalam

bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain , yaitu imbuhan. Imbuhan mengubah
bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan tersebut. Karena sifatnya tersebut,
imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia.
Dengan demikian, sudah selayaknya , kita sebagai pemakai harus memiliki pengetahuan akan
hal ini.
8.

Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan

gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dan gabungan afiks dalam ilmu
bahasa, yang merupakan gabungan antara awalan dan akhiran. Awalan dan akhiran masih
sangat produktif untuk digunakan, sedangkan sisipan tidak produktif. Walaupun demikian,
semua imbuhan apabila diperlukan , masih dapat digunakan dalam hal penciptaan kosakata
baru atau dalam hal lainnya.
9.

2.1.1

Awalan me(N)10.

Proses pengimbuhan ini dapat menyebabkan muculnya bunyi sengau

atau bunyi hidung. Hal tersebut bergantung pada bunyi awal bentuk dasar yang
dilekati awalan tersebut. Bunyi awal dapat bergantung ataupun tidak tergantung jenis
bunyi bentuk dasar yang dilekati awalan.
11. Contohnya :
12. me(N)- + buat
= membuat
13. me(N)- + pakai
= memakai
14. me(N)- + fotokopi
= memfotokopi
15. me(N)- + dengar
= mendengar
16. me(N)- + tatar
= menatar
17. me(N)- + jabat
= menjabat
18. me(N)- + colok
= mencolok
19. me(N)- + suruh
= menyuruh
20. me(N)- + ganti
= mengganti
21. me(N)- + kikis
= mengikis
22. me(N)- + hadap
= menghadap
6

23. me(N)- + undang


24. me(N)- + muat
25. me(N)- + nilai
26. me(N)- + nyanyi
27. me(N)- + nganga
28. me(N)- + lepas
29. me(N)- + rusak

= mengundang
= memuat
= menilai
= menyanyi
= menganga
= melepas
= merusak

30.
31.

Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata,

me(N)- berubah menjadi menge, misalnya :


32. me(N)- + cap
33. me(N)- + pak
34. me(N)- + tik

= mengecap
= mengepak
= mengetik

35.
36. Namun perlu diperhatikan pula. Bentuk dasar dari kata tersebut ditempeli awalan di- .
Bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan.
37.

Dapat kita simpulkan, bahwa untuk membentuk kata secara benar, kita

harus mengetahui bentuk dasarnya.


2.1.2 Awalan be(R)38.

Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber- , be- , dan bel-. Variasi

tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya dalam contoh
berikut :
39. be(R)- + usaha
40. be(R)- + diskusi
41. be(R)- + korban
42. be(R)- + rencana
43. be(R)- + kerja
44. be(R)- + serta
45. be(R)- + ajar

= berusaha
= berdiskusi
= berkorban
= berencana
= bekerja
= beserta
= belajar

46.
47.

Kata berulang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang, sedangkan

sebagai kata berimbuhan yang terdiri atas Ler- dan uang memiliki arti mempunyai
uang; ber- dan ruang berarti memiliki arti ruang. Kata tersebut akan menjadi jelas
artinya jika terdapat dalam konteks kalimat.
48.
7

2.1.3

Awalan te(R)49.

Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut

muncuk sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini
memiliki tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling.
Kedua, menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga, menyatakan arti sudah di-. Misalnya
dalam contoh berikut ini :
50.
51.
52.
53.
54.
55.

te(R)- + dengar
te(R)- + pandai
te(R)- + rasa
te(R)- + kerjakan
te(R)- + perdaya
te(R)- + percaya

= terdengar
= terpandai
= terasa
= terkerjakan
= terperdaya
= terpercaya

56.

2.1.4

Awalan pe(N) dan pe (R)57.

Awalan pe(N) dan pe (R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata

benda yang dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawal
me(N)-. Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)
58. -. Berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Awalan pe(N)- memiliki variasi
pe-, pem-, pen-, peng-, dan penge-. Variasi tersebut muncul bergantung pada bentuk
dasar yang dilekati pe(N)-. Kita lihat contoh berikut:
59. Pe(N)- + rusak

perusak

60. Pe(N)- + laku

pelaku

61. Pe(N)- + beri

pemberi

62. Pe(N)- + pasok

pemasok

63. Pe(N)- + daftar

pendaftar

64. Pe(N)- + teliti

peneliti

65. Pe(N)- + jual

penjual

66. Pe(N)- + cari

pencari

67. Pe(N)- + suluh

penyuluh

68. Pe(N)- + guna

pengguna
8

69. Pe(N)- + kirim

pengirim

70. Pe(N)- + tik

pengetik

71. Pe(N)- + cap

pengelas

72.

Dalam keseharian sering dijumpai bentuk pengrajin yang berarti orang

yang pekerjaannya membuat kerajinan. Bila kita bandingkan dengan kata Pe(N)- +
rusak menjadi perusak yang berarti orang yang membuat kerusakan. Bentuk
pengrajin merupakan bentuk yang tidak tepat. kedua kata tersebut, rajin dan rusak
merupakan kata sifat. Karena itu, bentuk tersebut harus dikembalikan pada bentuk
yang tepat dan sesuai dengan kaidah, yaitu perajin.
73.

Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi

tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekati awalan per(R)-. Kita lihat
contoh berikut:
74. Pe(R)- + dagang

pedagang

75. Pe(R)- + kerja

pekerja

76. Pe(R)- + tapa

pertapa

77. Pe(R)- + ajar

pelajar

78.

Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan
kata dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, kata-kata tersebut berkaitan dengan kata
bergadang, bekerja, bertapa, dan belajar.

79.

Selain kata-kata itu, kita sering melihat kata-kata lain seperti pesuruh dan
penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari per(N)- + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh
dan penyuruh berarti yang menyuruh. Beranalogi pada kedua kata tersebut kini
muncul kata-kata lain yang sepola dengan pesuruh dan penyuruh, misalnya, kata
petatar dan penatar, pesuluh dan penyuluh.

80.

Dalam bahasa indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola
dengan kedua kata diatas, tetapi artinya berlaianan. Misalnya, pegolf, pecatur,
perenang, pesenam, dan petenis. Awalan pe- pada kata-kata tersebut berarti pelaku
olah raga golf, catur, renang, senam, dan tenis. Selain itu, muncul juga bentuk lain
seperti pemerhati yang memperhatikan, pemersatu yang mempersatukan dan
9

pemerkaya pemerkaya yang memperkaya. Bentuk-bentuk itu merupakan bentuk


baru dalam bahsa indonesia. Kata-kata yang termasuk kata benda itu berkaitan dengan
kata kerja yang berawalan memper- atau memper- + kan.
81.

Kini mari kita mencoba menaruh perhatian pada pemakaian bentuk kata yang
dicetak miring pada kalimat berikut.

1. Pertamina akan mendatangkan alat pembor minyak dari amerika serikat.


2. Generasi muda sekarang merupakan pewaris angkatan 45.
3. Sebagai pengelola administrasi, dia begitu cekatan.
4. Betulkan bangsa indonesia sebagai pengkonsumsi barang buatan jepang.
5. Siapa pun pemitnahnya harus dihukum
6. Mereka adalah pemrakarsa pembangunan gedung ini.
7. Setiap perubah dalam penyusuanan harus dapat diuji.
8. Orang yang memfotokopi bisa disebut pengopi.
9. Dapatkah anda membedakan siapa petembak dan sia penembak ?
10. orang yang memberikan atau memiliki saham suatu perusahaan bisa disebur
penyaham perusahaan.
82.

2.1.5

Konfliks pe(N)-an dan pe(R)-an


83.

Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang

berkaitan dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)-i. Kata
benda yang dibentuk dengan per(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang
berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Kita perhatikan contoh berikut:
84. Pe(N)- + rusak + -an

perusakan

85. Pe(N)- + lepas + -an

pelepasan

86. Pe(N)- + tatar + -an

penataran

87. Pe(N)- + sah + -an

pengesahan

88. Pe(N)- + tik + -an

pengetikan

89. Pe(R)- + kerja + -an

pekerjaan

90. Pe(R)- + ajar +-an

pelajaran

91.

Selain kata-kata yang dicontohkan, kita sering menemukan kata-kata yang


tidak sesuai dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan,
penyucian (kain), penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan.
10

92.

2.1.6

Akhiran an dan konfliks ke-an


93.

Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran an atau

konflis ke-an. Kata benda yang mengandung akhiran an umumnya menyatakan hasil,
sedangkan kata benda yang mengandung konfliks ke-an umumnya menyatakan hal.
Sebagai contoh :
1. dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima.
2. Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah media
massa.
94. Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya seperti
contoh berikut.
1. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran beliau disana
disambut dengan berbagai kesenian tradisional.
2. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. Keterlambatan itu menyebabkan mereka
mendapatkan nilai jelek.
95.
2.1.7

Kata kerja bentuk me(N)- dan me(N)- kan


96.

Akhiran kan

dan i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi

menghadirkan objek kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam
kalimat setelah diberi akhiran kan atau i. Sebagai contoh bisa di lihat pada uraian
berikut.
1. Beliau sedang mengajar di kelas.
2. Beliau sedang mengajar di kelas.
3. Beliau mengajari kami bahasa indonesia di kelas.
4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.
5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.
6. Pemerintah menganugerahi rakyat jawa barat tanda kehormatan.
7. Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat jawa barat.
8. Kami membeli buku-buku baru untuk perpustakan
9. Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan.
10. Setiap 28 oktober kami memperingati hari sumpah pemuda.
97.
2.1.8

Awalan ke-
98.

Awalan ke berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik

bilangan tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang
11

dibentuk dengan awalan ke- sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak
yang menjadi ketua, kekasih, dan kehendak. Penentuan apakah awalan ke- sebagai
pembentuk kata bilangan tingkat atau kata bilangan yang menyatakan kumpulan harus
dilihat dalam hubungan kalimat. Misalnya kalimat berikut:
1. Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat jawa barat.
2. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.
99.

Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan

ter- sebagai bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek
tertentu. Dalam situasi resmi, hal ini harus dihindari. Contoh:
1. Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil.
100.
Seharusnya:
2. Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak mobil.
101.
2.1.9
102.

Akhiran Lain
Selain akhiran asli bahasa indonesia kan, -i dan an, terdapat pula beberapa

akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, -wan, -man, dan wati dari bahasa
sansakerta; akhiran i, -wi dan iah dari bahasa arab. Akhiran wan dan wati produktif,
sedangkan akhiran man tidan demikian. Akhiran wi lebih produktif daripada akhiran i dan
iah. Akhiran wi tidak hanya terdapat dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga terdapat
dalam bentukan dengan bentuk dasar bahasa indonesia. Perhatikan beberapa contoh berikut.
103.
Karyawan
104.
Karyawati
105. Olahragawan
106. Olahragawati
107. Budiman
108. Seniman
109. Manusiawi
110. Surgawi
111. Badani
112. Badaniah
113.
114. Beberapa contoh bentuk kata yang salah dan yang benar didaftarkan berikut ini.
115. Salah
116. Memparkir
117. Menterjemahkan
118. Mentafsirkan
119. Mensukseskan
120. Memitnah
121. Menyolok
122. menyintai
12

123.
125.
127.
129.
131.
133.
135.
137.
139.
141.
143.
145.
147.
149.
151.
153.

Salah
Memparkir
Menterjemahkan
Mentafsirkan
Mensukseskan
Memitnah
Menyolok
Menyintai
Mengontrakan
Membanding
Mengundur
Memberitahu
Berserta
Bewarna
Bekerjasama
Berterimakasih

124.
126.
128.
130.
132.
134.
136.
138.
140.
142.
144.
146.
148.
150.
152.
154.

155.
156.

Benar
Memarkir
Menerjemahkan
Menafsirkan
Menyukseskan
Memfitnah
Mencolok
mencintai
Mengontrakkan
Membandingkan
Mengundurkan
Memberi tahu
Beserta
Berwarna
Bekerja sama
Berterima kasih

BAB III
PENUTUP

157.

3.1 Kesimpulan
158.

Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam

bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Imbuhan mengubah
bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan itu. Karena sifatnya itulah, imbuhan
memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan
demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki pengetahuan mengenai
hal ini.
159.

Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan

gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dan gabungan afiks dalam ilmu
bahasa. Awalan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, ber(N)-, di-,
te(R)-, pe(N)-, pe(R)-, ke-, dan se-. Sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-. Akhiran
terdiri atas kan, -i, dan an. Konfiks dan gabungan afiks terdiri atas gabungan awalan
dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan
tidak produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya, apabila
diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, menciptakan kosakata baru atau dalam
penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.
160.
13

161.

14

Anda mungkin juga menyukai