Architecture
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar Matahari
sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
Nissa Larasati
12512046
Kelas I
Studio Perancangan Arsitektur 7
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
2015
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
METODE
SOLUSI
DAMPAK PROBLEM
ISU
URBAN
PROBLEM
PEMBOROSAN
ENERGI
SINAR MATAHARI
YANG BERLEBIH
Energi fosil
yang tidak bisa diperbarui
akan cepat habis
Temperatur
udara yang
semakin tinggi
Penggantian
dengan energi baru
Pemaksimalan
RTH, Pemanfaatan
sinar matahari
sebagai energi
KEPADATAN
MASSA
BANGUNAN
Kurangnya intensitas
cahaya dalam
bangunan
Memasukkan sinar
matahari dalam
bangunan
Menggunakan teknologi
terapan untuk pencahayaan
alami (seperti Light Shelf,
Anidolic Daylighting,
Light Pipe,Heliostat, dll)
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
PROBLEM
PEMBOROSAN ENERGI
Sumber energi utama yang digunakan di
Indonesia yaitu berasal dari fosil yang berupa gas bumi,
minyak bumi, batu bara, panas bumi dan lainnya. Tetapi
sumber energi tersebut akan cepat habis jika
penggunaannya berlebihan. Karena sumber energi
tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
diperbarui.
Penggunaan energi fosil (minyak bumi, batubara,
gas alam) melalui proses pembakaran pada industri,
pabrik, pembangkit energi, kenderaan bermotor, dan
pembakaran lahan serta kebakaran hutan telah
mengakibatkan kadar gas karbon (CO2) di udara
semakin meningkat sehingga membuat temperatur udara
semakin panas.
Data ASEAN Centre for Energy
(ACE) juga menyebutkan, bahwa
Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi paling besar untuk
melakukan penghematan tenaga listrik
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Akan tetapi akibat tingkat
pemborosan energi listrik yang relatif
tinggi, pasokan listrik di Indonesia sendiri
kini dalam status siaga karena cadangan
sumber energi yang tersisa tidak banyak
tersedia. Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap penggunaan energi
yang berlebihan juga menjadi salah satu
faktor menipisnya sumber energi yang
dimiliki.
Berdasarkan grak disamping,
penggunaan energi banyak digunakan
untuk industri, rumah tangga, dan
transportasi. Dalam industri dan
transportasi banyak menggunakan untuk
bahan bakar, sedangkan sektor rumah
tangga banyak menggunakan energi
untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurut situs Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (2011), di
Indonesia paling banyak menggunakan
energi untuk sistem tata udara (45-70%),
sistem tata cahaya (10-20%), lift dan
eskalator (2-7%) serta alat-alat kantor dan
elektronik (2-10%).
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
Dari gambar diatas, Pulau Jawa termasuk wiayah yang memiliki intensitas radiasi mataharai
yang tinggi yaitu diatas 5,2 kWh/m2/hari. Hal ini terjadi disamping dampak dari pemborosan energi,
juga karena pengikisan lahan hijau terutama di kawasan perkotaan. Jumlah penduduk perkotaan
yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu memberikan dampak tingginya tekanan
terhadap pemanfaatan ruang kota, terutama berkurangnya ruang-ruang terbuka (open space),
yang berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka
publik yang berpotensi menjadi ruang permukiman atau ruang budidaya.
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
SOLUSI
Permasalahan diatas saling berkaitan menjadi sebab dan akibat. Dari penjabaran tersebut
dapat ditangkap bahwa permasalahn urban pada saat ini yaitu semakin meningkatnya penggunaan
energi sehingga terjadi pemborosan energi. Sehingga memberi dampak buruk bagi lingkungan
seperti peningkatan emisi CO2, kualitas udara memburuk, temperatur udara juga meningkat.
Dampak tersebut juga disebabkan karena faktor kepadatan bangunan yang membuat lahan
hijau berkurang sehingga tanaman penetral udara juga berkurang. Dari dampak-dampak problem
perkotaan tersebut menyebabkan kualitas di dalam bangunan juga berkurang baik secara
penghawaan, pencahyaan, maupun kenyamanan ruang.
METODE
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
METODE
Teknologi Terapan untuk Pencahayaan Alami
Terdapat bebagai macam teknologi
terapan untuk pencahayaan yang bisa
diterapkan dalam bangunan. Salah satunya
seperti gambar disamping dengan Anidolic
Lighting. Yaitu dengan prinsip menangkap
sinar matahari dengan cermin cekung dan
mengarahkannya ke dalam ruangan melalui
atas plafon, dan sinar dihamburkan untuk
menghindari silau.
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
LOKASI
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di
bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara
astronomis terletak pada 733-812 Lintang
Selatan dan 11000-11050 Bujur Timur,
dengan luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari
luas Indonesia (1.890.754 km2 ).
Yogyakarta sendiri terdiri dari 4
kabupaten yaitu Sleman, Bantul, Kulon Progo
dan Gunung Kidul dan 1 kota madya
Yogyakarta. Pusat pemerintahan propinsi
berada di Kota Madya Yogyakarta dimana
terdapat Keraton Yogyakarta sebagai rumah
Sri Sultan HB X yang sekarang menjabat
sebagai Gubernur D.I.Yogyakarta.
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta tahun 2010, ruang terbuka
hijau (RTH publik ) yang dibangun pemerintah masih kurang dari 20% atau hanya 17,17% (557,90
hektar) dari luas wilayah Kota Yogyakarta. Kurangnya pembangunan RTH publik di wilayah kota
diakibatkan karena keterbatasan lahan yang bisa digarap untuk pembangunan RTH tersebut.
Maraknya pembangunan beragam proyek yang melanggar aturan lingkungan menjadi penyebab
semakin kritisnya ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta.
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
METODE PERANCANGAN
- Mencari permasalahan urban
- Mencari data tentang
permasalahan tersebut
- Pemilihan kota yang sesuai
dengan masalah urban dan data
yang ada
- Pencarian data tentang kota
yang berkaitan dengan masalah
PERMULAAN
PENGOLAHAN
HASIL AKHIR
- Pengembangan desain
- Pengolahan kawasan
- Dokumen perancangan
Panas Matahari
yang berlebih
Sumber Energi
semakin menipis
Kepadatan Massa
Bangunan
SUN-HOUSING
ARCHITECTURE
VARIABEL :
Jumlah Panas
Matahari yang
Dihasilkan
PARAMETER :
Energi yang bisa
dihasilkan oleh
sinar matahri
PERFORMANCE VALUE :
- Panas matahari yang bisa diubah menjadi
sumber energi
- Sumber energi yang bisa dihemat
- Pemaksimalan sinar matahari sebagai
pencahayaan alami
- Pengurangan tingkat Urban Heat Island
Kepadatan
Bangunan
Intensitas cahaya
dalam bangunan
INDIKATOR :
Intensitas cahaya
dalam ruang sesuai
dengan standar sesuai
fungsi dan kebutuhan
ruangnya
10
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
PERFORMANCE VALUE :
PENATAAN KAWASAN MANDIRI BERBASIS ENERGI
MATAHARI SEBAGAI SUMBER MATAHARI DAN
PENCAHAYAAN ALAMI
MASSA BANGUNAN
GREEN AREA
PENANGANAN PANAS MATAHARI
PEDESTRIAN
Penggunaan BIPV sebagai penangkap panas matahari
OPEN SPACE
Peningkatan intensitas cahaya dalam bangunan
INTENSITAS CAHAYA
11
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
PEMILIHAN KAWASAN
Peta Indonesia
Kawasan yang dipilih adalah kawasan yang bermasalah di daerah Kota Yogyakarta.
Dengan tema Sun-Housing Architcture berarti merupakan area pemukiman berupa tempat tinggal.
Selain itu kawasan yang dipilih berdasarkan kawasan yang mendapat paparan sinar matahari
paling tinggi. Sehingga pemanfaatan energi matahari bisa dilakukan dengan maksimal. Karena
memiliki paparan sinar matahari yang tinggi, otomatis memiliki suhu permukaan yang cukup tinggi.
KAWASAN KRANGGAN
Kawasan Kranggan terletak
di Cokrodiningratan, Jetis,
Yogyakarta dengan koordinat
746'53"S 11021'45"E. Kawasan
ini merupakan kawasan mayoritas
residensial yang bercampur dengan
ruko (rumah toko). Jika dilihat dari
peta disamping kawasan ini sangat
minim area hijau.
Kawasan ini mencakup
Jalan Pakuningratan, Jalan
Kranggan, dan Jalan
Poncowinatan.
12
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
JALAN PAKUNINGRATAN
13
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
JALAN KRANGGAN
JALAN PONCOWINATAN
14
SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami
AREA HIJAU
TUGU JOGJA
Kawasan bangunan
yang tidak diolah
Kawasan
bangunan yang
diolah
Figur Ground diatas merupakan area kawasan Kranggan dimana terdiri dari tiga jalan
yaitu Jalan Pakuningratan, Jalan Kranggan, dan Jalan Poncowinatan. Dari gambar diatas
dapat dilihat bahwa kawasan ini sangat minim area hijau dan jarak antar bangunan yang sangat
rapat. Area yang paling banyak penghijauan di area Jalan Pakuningratan sementara yang
paling sedikit di area Jalan Poncowinatan.
15