Anda di halaman 1dari 16

Sun-HOUSING

Architecture
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar Matahari
sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Nissa Larasati
12512046
Kelas I
Studio Perancangan Arsitektur 7
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
2015

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

SUN-HOUSING ARCHITECTURE

METODE

SOLUSI

DAMPAK PROBLEM

ISU

Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar


Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

URBAN
PROBLEM

PEMBOROSAN
ENERGI

SINAR MATAHARI
YANG BERLEBIH

Energi fosil
yang tidak bisa diperbarui
akan cepat habis

Temperatur
udara yang
semakin tinggi

Penggantian
dengan energi baru

Pemaksimalan
RTH, Pemanfaatan
sinar matahari
sebagai energi

Penggunaan BIPV (Building


Integrated Photovoltaics)
untuk menangkap sinar
matahari menjadi sumber energi;
Penanaman kawasan hijau;

KEPADATAN
MASSA
BANGUNAN

Kurangnya intensitas
cahaya dalam
bangunan

Memasukkan sinar
matahari dalam
bangunan

Menggunakan teknologi
terapan untuk pencahayaan
alami (seperti Light Shelf,
Anidolic Daylighting,
Light Pipe,Heliostat, dll)

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

PROBLEM
PEMBOROSAN ENERGI
Sumber energi utama yang digunakan di
Indonesia yaitu berasal dari fosil yang berupa gas bumi,
minyak bumi, batu bara, panas bumi dan lainnya. Tetapi
sumber energi tersebut akan cepat habis jika
penggunaannya berlebihan. Karena sumber energi
tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
diperbarui.
Penggunaan energi fosil (minyak bumi, batubara,
gas alam) melalui proses pembakaran pada industri,
pabrik, pembangkit energi, kenderaan bermotor, dan
pembakaran lahan serta kebakaran hutan telah
mengakibatkan kadar gas karbon (CO2) di udara
semakin meningkat sehingga membuat temperatur udara
semakin panas.
Data ASEAN Centre for Energy
(ACE) juga menyebutkan, bahwa
Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi paling besar untuk
melakukan penghematan tenaga listrik
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Akan tetapi akibat tingkat
pemborosan energi listrik yang relatif
tinggi, pasokan listrik di Indonesia sendiri
kini dalam status siaga karena cadangan
sumber energi yang tersisa tidak banyak
tersedia. Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap penggunaan energi
yang berlebihan juga menjadi salah satu
faktor menipisnya sumber energi yang
dimiliki.
Berdasarkan grak disamping,
penggunaan energi banyak digunakan
untuk industri, rumah tangga, dan
transportasi. Dalam industri dan
transportasi banyak menggunakan untuk
bahan bakar, sedangkan sektor rumah
tangga banyak menggunakan energi
untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurut situs Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (2011), di
Indonesia paling banyak menggunakan
energi untuk sistem tata udara (45-70%),
sistem tata cahaya (10-20%), lift dan
eskalator (2-7%) serta alat-alat kantor dan
elektronik (2-10%).

Gambar 1. Komposisi penggunaan energi di Indonesia


(https://metnet.wordpress.com/2008/02/21/era-nuklir-ke-duasegera-dimulai/)

Gambar 2. Konsumsi energi per kapita beberapa negara


(http://www.listrikindonesia.com/fokus_utama30.htm)

Gambar 3. Grak laju konsumsi energi per sektor


(https://indone5ia.wordpress.com/2012/01/04/kondisi-dan-permasalahanenergi-di-indonesia/)

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015
Energi yang sudah menipis tadi harus
digantikan dengan energi baru yang mudah
didapat, pasokannya tak terbatas, dan bisa
diperbarui. Prediksi puluhan tahun kedepan,
penggunaan sumber energi baru akan
meningkat sehingga bisa menghemat energi
lama yang mulai menipis.
Dampak dari pemborosan energi
seperti meningkatnya temperatur udara,
kadar CO 2 semakin tinggi sehingga
memberikan efek semakin panas.

SINAR MATAHARI YANG BERLEBIH


Matahari merupakan sumber energi baru dan terbarukan yang hampir tak terbatas. Energi
surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi dengan
tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam
waktu yang lebih lama.
Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa, sehingga Indonesia memiliki
sumber energi surya yang sangat berlimpah. Berdasarkan data Kementrian ESDM pada tahun
2011 intensitas radiasi matahari di seluruh wilayah Indonesia rata-rata 4,8 kWh/m2 per hari dengan
variasi bulanan sekitar 9%.

Dari gambar diatas, Pulau Jawa termasuk wiayah yang memiliki intensitas radiasi mataharai
yang tinggi yaitu diatas 5,2 kWh/m2/hari. Hal ini terjadi disamping dampak dari pemborosan energi,
juga karena pengikisan lahan hijau terutama di kawasan perkotaan. Jumlah penduduk perkotaan
yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu memberikan dampak tingginya tekanan
terhadap pemanfaatan ruang kota, terutama berkurangnya ruang-ruang terbuka (open space),
yang berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka
publik yang berpotensi menjadi ruang permukiman atau ruang budidaya.

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

Dapat dilihat dari gambar


disamping bahwa di daerah
urban memiliki suhu permukaan
(surface temperature) bangunan
dan sarana perkotaan yang
tinggi pada siang hari jauh diatas
suhu udara.
Kondisi perkotaan ini
dinamakan Urban Heat Island
(UHI), yaitu kondisi suatu daerah
perkotaan yang mengalami
kenaikan suhu lebih tinggi
dibanding daerah sekitarnya.
Secara rata-rata tahunan,
pada siang hari perbedaan panas
ini bisa mencapai 1~3 derajat
Celcius, sedangkan pada malam
hari yang terasa hangat bahkan
perbedaan suhu tersebut bisa
mencapai 12 derajat Celcius.

KEPADATAN MASSA BANGUNAN


Kepadatan penduduk Indonesia
berpusat di Pulau Jawa dimana merupakan
pusat pemerintahan dan perekonomian. Dari
peta disamping, propinsi yang paling padat
penduduknya yaitu DKI Jakarta dan D.I.
Yogyakarta. Padatnya jumlah penduduk
otomatis berpengaruh pada meningkatnya
pembangunan di kota tersebut. Baik
bangunan primer seperti tempat tinggal dan
bangunan sekunder seperti kantor, rumah
sakit, toko,dan sebagainya.
Kebutuhan dalam membangun tadi
berdampak pada penggusuran area hijau
menjadi bangunan dimana yang semula area
hutan atau persawahan dihilangkan untuk
dibangun bangunan. Semakin meningkatnya
jumlah penduduk, semakin bertambah pula
bangunan yang akan dibangun, semakin menipis
pula ruang hijau di kawasan tersebut.
Seperti pada gambar disamping, kawasan
tersebut sudah sangat padat akan bangunan dan
saling berdempetan. Jika antar rumah itu
berdempetan, makan intensitas cahaya yang
masuk ke dalam bangunan akan berkurang
karena terhalang oleh bangunan lainnya.

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

SOLUSI
Permasalahan diatas saling berkaitan menjadi sebab dan akibat. Dari penjabaran tersebut
dapat ditangkap bahwa permasalahn urban pada saat ini yaitu semakin meningkatnya penggunaan
energi sehingga terjadi pemborosan energi. Sehingga memberi dampak buruk bagi lingkungan
seperti peningkatan emisi CO2, kualitas udara memburuk, temperatur udara juga meningkat.
Dampak tersebut juga disebabkan karena faktor kepadatan bangunan yang membuat lahan
hijau berkurang sehingga tanaman penetral udara juga berkurang. Dari dampak-dampak problem
perkotaan tersebut menyebabkan kualitas di dalam bangunan juga berkurang baik secara
penghawaan, pencahyaan, maupun kenyamanan ruang.

PEMANFAATAN SINAR MATAHARI


Sinar matahari yg berlebih memberikan
dampak pada peningkatan suhu udara
disekitarnya. Akan tetapi hal tersebut dapat
dijadikan salah satu alternatif sumber energi
yang mulai habis. Jika dilihat pada gambar
disamping, sinar matahari yang jatuh ke bumi
sudah tersaring 6% karena pemantulan
atmosfer, 20% karena pantulan awan, dan 4%
pantulan dari permukaan bumi.
Sisanya diserap oleh tanah, laut, awan
dan atmosfer, dan sebagian bisa dimanfaatkan
sebagai sumber energi baru daripada terbuang
sia-sia hanya menjadikan temperatur udara
semakin panas apalagi di kawasan perkotaan
yang padat dan sedikit area hijau.

METODE

Building Integrated Photovoltaics (BIPV)


Pemanfaatan sinar matahari sebagai
sumber energi salah satunya dengan
penerapan photovoltaics atau sel surya. BIPV
adalah sebuah sistem yang menjadikan sel PV
menjadi pengganti bahan bangunan yang
paling luar, sehingga memiliki dua buah fungsi,
yaitu sebagai pelindung dari cuaca maupun
iklim, serta sebagai penghasil energi listrik.
Secara fungsi BIPV tidak jauh berbeda
dengan panel surya. Perbedaannya BIPV
diintegrasikan pada material bangunan seperti
pada atap, dinding, kanopi, maupun fasad
bangunan. Penggunaan BIPV ini bisa
digunakan pada bangunan bertingkat sampai
pada rumah tinggal.

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015
Kelebihan dari BIPV ini selain bisa menjadi
pengganti sumber energi, juga bisa sebagai
penyaring UV dari sinar matahari, sebagai
insulasasi termal, dan mereduksi emisi CO2. BIPV
bisa digunakan dalam semua bangunan seperti
gedung perkantoran, hotel, apartemen, sampai
rumah tinggal.

PENINGKATAN INTENSITAS CAHAYA DALAM BANGUNAN


Kepadatan letak bangunan di kawasan urban membuat intensitas cahaya yang masuk ke
dalam bangunan menjadi berkurang karena terhalang oleh bangunan di sebelahnya. Meskipun
masyarakat kurang memperhatikan hal tersebut, tetapi sebenarnya berdampak pada kinerja dan
aktitas dalam bangunan tersebut karena intensitas cahayanya dibawah standar ruang.
Jika hanya dengan bukaan sederhana seperti pintu dan jendela intensitas cahayanya masih
kurang, dan tidak memungkinkan untuk membongkar bangunan yang ada disekitarnya, bisa
dilakukan dengan menerapkan teknologi terapan untuk pencahayaan alami.

METODE
Teknologi Terapan untuk Pencahayaan Alami
Terdapat bebagai macam teknologi
terapan untuk pencahayaan yang bisa
diterapkan dalam bangunan. Salah satunya
seperti gambar disamping dengan Anidolic
Lighting. Yaitu dengan prinsip menangkap
sinar matahari dengan cermin cekung dan
mengarahkannya ke dalam ruangan melalui
atas plafon, dan sinar dihamburkan untuk
menghindari silau.

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

PENAMBAHAN RUANG TERBUKA HIJAU


Untuk mengurangi peningkatan temperatur
udara di kawasan urban dapat dilakukan dengan
meningkatkan area hijau di kawasan perkotaan. Bisa
dengan membuat area taman kota, menanam pohonpohon peneduh di lingkungan rumah, memanfaatkan
area rooftop/dak sebagai area bercocok tanam.
Dengan menambah area hijau, bisa mengurangi
kondisi panas saat siang hari, menetralkan udara dari
polusi, dan menahan perkembangan lahan untuk
pembangunan.

LOKASI
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di
bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara
astronomis terletak pada 733-812 Lintang
Selatan dan 11000-11050 Bujur Timur,
dengan luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari
luas Indonesia (1.890.754 km2 ).
Yogyakarta sendiri terdiri dari 4
kabupaten yaitu Sleman, Bantul, Kulon Progo
dan Gunung Kidul dan 1 kota madya
Yogyakarta. Pusat pemerintahan propinsi
berada di Kota Madya Yogyakarta dimana
terdapat Keraton Yogyakarta sebagai rumah
Sri Sultan HB X yang sekarang menjabat
sebagai Gubernur D.I.Yogyakarta.

Pemilihan kota ini berdasarkan data


kependudukan memiliki jumlah penduduk
yang padat setelah Jakarta dimana
Yogyakarta menjadi pusat kehidupan
kedua. Selain itu beberapa tahun terakhir
Yogyakarta dirasa semakin panas karena
makin padatnya kendaraan dan sedang
maraknya pembangunan.

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

Kota Yogyakarta sebagai pusat


kehidupan pasti memiliki banyak
permasalahan kota. Salah satunya
kepadatan penduduk. Bisa dilihat pada peta
disamping bahwa beberapa kawasan di Kota
Yogyakarta tergolong padat penduduk.
Otomatis kawasan tersebut padat akan
pemukiman/bangunan dimana
memungkinkan area terbuka hijau sedikit.

Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta tahun 2010, ruang terbuka
hijau (RTH publik ) yang dibangun pemerintah masih kurang dari 20% atau hanya 17,17% (557,90
hektar) dari luas wilayah Kota Yogyakarta. Kurangnya pembangunan RTH publik di wilayah kota
diakibatkan karena keterbatasan lahan yang bisa digarap untuk pembangunan RTH tersebut.
Maraknya pembangunan beragam proyek yang melanggar aturan lingkungan menjadi penyebab
semakin kritisnya ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta.

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

Kepadatan bangunan, menipisnya


area hijau di kawasan perkotaan, semakin
padatnya kendaraan, berdampak pada
kondisi temperatur di Yogyakarta. Suhu
udara di perkotaan yang semakin panas bila
dibandingkan di wilayah desa. Hal tersebut
juga disebabkan karena penggunaan energi
di kota lebih besar sehingga menimbulkan
efek pada kondisi udara di kota.

Kepadatan area Malioboro, Yogyakarta

Maraknya pembangunan di Yogyakarta menjadi salah satu


penyebab area hijau yang makin menipis

Peta Area Tutupan Hijau di Kota Yogyakarta dan


sekitarnya

Pada area pusat kota dilihat dari peta diatas


dikategorikan gundul tutupan hijau.
Sedangkan pada area pinggir kota masuk
dalam kategori sangat rapat tutupan hijau.

Dilihat dari peta disamping, penggunaan lahan


di Kota Yogyakarta hampir 80% areanya
digunakan sebagai permukiman penduduk
terutama area pusat kota. Sementara area
pinggir kota Ruang Terbuka Hijau dalam
bentuk pohon, rumput, maupun sawah.

Peta Penggunaan Lahan di Kota Yogyakarta

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

METODE PERANCANGAN
- Mencari permasalahan urban
- Mencari data tentang
permasalahan tersebut
- Pemilihan kota yang sesuai
dengan masalah urban dan data
yang ada
- Pencarian data tentang kota
yang berkaitan dengan masalah

PERMULAAN

PENGOLAHAN

HASIL AKHIR

- Penentuan kawasan sesuai


dengan data yang didapat
- Pencarian data lebih lanjut

- Pembuatan peta tematik terkait


dengan data yang didapat
- Difokuskan pada kawasan
yang sudah dipilih
- Analisis kawasan
- Referensi preseden dan
tipologi

- Merumuskan kerangka berkir


-Penetapan strategi
pendekatan
- Menetukan metode
perancangan

- Pengembangan desain
- Pengolahan kawasan

- Dokumen perancangan

Panas Matahari
yang berlebih

Sumber Energi
semakin menipis

Kepadatan Massa
Bangunan

SUN-HOUSING
ARCHITECTURE
VARIABEL :
Jumlah Panas
Matahari yang
Dihasilkan

PARAMETER :
Energi yang bisa
dihasilkan oleh
sinar matahri

PERFORMANCE VALUE :
- Panas matahari yang bisa diubah menjadi
sumber energi
- Sumber energi yang bisa dihemat
- Pemaksimalan sinar matahari sebagai
pencahayaan alami
- Pengurangan tingkat Urban Heat Island

Kepadatan
Bangunan

Area Hijau, Suhu


Permukaan

Intensitas cahaya
dalam bangunan

INDIKATOR :
Intensitas cahaya
dalam ruang sesuai
dengan standar sesuai
fungsi dan kebutuhan
ruangnya

Luas area hijau


untuk mengurangi
panas, Penurunan
suhu permukaan
kawasan

10

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

PERFORMANCE VALUE :
PENATAAN KAWASAN MANDIRI BERBASIS ENERGI
MATAHARI SEBAGAI SUMBER MATAHARI DAN
PENCAHAYAAN ALAMI

MASSA BANGUNAN
GREEN AREA
PENANGANAN PANAS MATAHARI

- Panas matahari yang bisa diubah menjadi


sumber energi
- Sumber energi yang bisa dihemat
- Pemaksimalan sinar matahari sebagai
pencahayaan alami
- Pengurangan tingkat Urban Heat Island

Penggantian sumber energi lama dengan sumber


energi terbarukan

Penurunan suhu permukaan kawasan

Penataan massa bangunan beserta area lainnya

PEDESTRIAN
Penggunaan BIPV sebagai penangkap panas matahari

OPEN SPACE
Peningkatan intensitas cahaya dalam bangunan

INTENSITAS CAHAYA

11

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

PEMILIHAN KAWASAN

Peta Indonesia

Peta Provinsi DIYogyakarta

Peta Kota Madya Yogyakarta

Kawasan yang dipilih adalah kawasan yang bermasalah di daerah Kota Yogyakarta.
Dengan tema Sun-Housing Architcture berarti merupakan area pemukiman berupa tempat tinggal.
Selain itu kawasan yang dipilih berdasarkan kawasan yang mendapat paparan sinar matahari
paling tinggi. Sehingga pemanfaatan energi matahari bisa dilakukan dengan maksimal. Karena
memiliki paparan sinar matahari yang tinggi, otomatis memiliki suhu permukaan yang cukup tinggi.

KAWASAN KRANGGAN
Kawasan Kranggan terletak
di Cokrodiningratan, Jetis,
Yogyakarta dengan koordinat
746'53"S 11021'45"E. Kawasan
ini merupakan kawasan mayoritas
residensial yang bercampur dengan
ruko (rumah toko). Jika dilihat dari
peta disamping kawasan ini sangat
minim area hijau.
Kawasan ini mencakup
Jalan Pakuningratan, Jalan
Kranggan, dan Jalan
Poncowinatan.

12

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

Jika dicocokan dengan data yang ada,


kawasan Kranggan ini termasuk kawasan yang
padat. Bangunan-bangunan yang saling
berdempetan menjadikan kualitas cahaya dalam
bangunan kurang.
Kepadatan akan bangunan juga
berpengaruh pada minimnya ruang terbuka hijau di
kawasan ini.

JALAN PAKUNINGRATAN

Jalan Pakuningratan merupakan gang


pertama dari kawasan Kranggan ini. Area jalan ini
mayoritas bangunannya berupa rumah tinggal.
Jarak antar bangunan pada area ini sangat minim
sehingga antar bangunan sangat padat. Area hijau
dapat ditemui pada jalur pedestrian dan rumah
yang memiliki taman.

13

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

JALAN KRANGGAN

Jalan Kranggan merupakan gang keuda


dari kawasan Kranggan ini. Area jalan ini mayoritas
bangunannya berupa rumah tinggal dan ada
beberapa ruko dan cafe serta terdapat sekolah.
Jarak antar bangunan pada area ini juga minim.
Area hijau terdapat di kanan kiri jalan tetapi minim
dan terdapat pada taman di rumah tinggal.

JALAN PONCOWINATAN

Jalan Poncowinatan merupakan gang


ketiga dari kawasan Kranggan ini. Merupakan area
yang paling padat dibandingkan area yang lain.
Merupakan area pertokoan aksesoris gadget dan
ruko. Dibandingkan denga area yang lain, Jalan
Poncowinatan merupakan area yang padat
dengan kendaraan dan minim area hijau.

14

SUN-HOUSING ARCHITECTURE
Penataan Kawasan dengan Pendekatan Pemanfaatan Sinar
Matahari sebagai Sumber Energi dan Pencahayaan Alami

Studio Perancangan Arsitektur 7


Nissa Larasati
12512046
Dr. Ir. Sugini, M.T., IAI
Kelas I
2015

AREA HIJAU
TUGU JOGJA
Kawasan bangunan
yang tidak diolah
Kawasan
bangunan yang
diolah

Figur Ground diatas merupakan area kawasan Kranggan dimana terdiri dari tiga jalan
yaitu Jalan Pakuningratan, Jalan Kranggan, dan Jalan Poncowinatan. Dari gambar diatas
dapat dilihat bahwa kawasan ini sangat minim area hijau dan jarak antar bangunan yang sangat
rapat. Area yang paling banyak penghijauan di area Jalan Pakuningratan sementara yang
paling sedikit di area Jalan Poncowinatan.

15

Anda mungkin juga menyukai