Oleh:
Ujang Suandi Abdul L.
Adinda Febrianda R.
Riska Frindona
(240110140059)
(240110140077)
(240110140092)
2015
Abstrak
Usaha pengembangan sistem pertanian organik sangat ditentukan oleh (a)
kemampuan petani dalam menciptakan jaring penyelamat hara sehingga kehilangan hara
melalui pencucian dan aliran permukaan dapat direduksi, dan menekan terjadinya konflik
antar warga (b) mendapatkan produk pertanian yang sehat (c) adanya kriteria dan aturan
pertanian organik yang jelas.
Untuk menciptakan jaring penyelamat hara yang efisien dan memberikan
keuntungan secara ekonomi maka pengembangan sistem pertanian agroforestri
merupakan salah satu tawaran yang mempunyai peluang cukup besar.
Kata kunci : jaring penyelamat hara, keseimbangan hara,
efisiensi serapan hara, agroforestri.
1. Nomenklatur pertanian organik
Usaha pertanian modern seringkali menyebabkan pengurasan unsur hara dari
dalam tanah dalam jumlah besar pada saat panen. Sebagai contoh hasil panen tanaman
padi sebanyak 5 ton per ha akan menyerap dari dalam tanah sebanyak 150 kg N, 20 kg
P, dan 20 kg S.(Sutanto, 2002).Pengelolaan kesuburan tanah pada sistem ini hanya
ditekankan pada penggantian unsur hara melalui aplikasi pupuk anorganik, tanpa
usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah secara lestari (keseimbangan antara
input dan output hara). Tujuan dari suatu program kesuburan tanah yang lestari adalah
menggunakan secara efisien hara-hara yang diberikan ke tanah untuk produksi
tanaman tanpa mengakibatkan akumulasi atau kelebihan yang dapat hilang terbawa ke
lingkungan yang sensitif Samosir, (2000). Tidak adanya keseimbangan antara jumlah
panen yang diangkut dari dalam tanah dengan jumlah yang dikembalikan,
mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman dan kualitas lingkungan.
Pada dekade terakhir ini muncul sistem pertanian organik sebagai suatu sistem
alternatif untuk menanggulangi krisis pertanian modern yang ditujukan untuk
mempertahankan biodiversitas dan konservasi tanah. Oleh karena itu, muncul
pertanyaan apa yang dimaksud dengan pertanian organik? Pertanian organik adalah
sistem pertanian yang berbasis pada penggunaan residu atau mendaur ulang residu
dari kegiatan apa saja di sekitar lahan seoptimal mungkin asalkan memenuhi kriteria
(Hairiah K, 2003). Sementara Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik adalah
campur tangan manusia lebih intensif untuk memanfaatkan lahan dan berusaha
meningkatkan hasil berdasarkan prinsip- prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai
kondisi setempat.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pertanian organik antara lain
bahwa residu yang akan didaur ulang memiliki standar perbandingan C/N tertentu
dan tidak membahayakan kesehatan ditinjau dari konsentrasi logam berat antara
lain Plumbum (Pb), Cadmium (Cd), Zinc (Zn), dan Cuprum (Cu). Masyarakat Uni
Eropa telah membuat standar kritis untuk keempat logam tersebut
Kandungan logam berat dari setiap titik pengambilan sampel tanah bervariasi,
bahkan ada yang telah melebihi ambang batas yang diizinkan oleh Uni Eropa terutama
Cd, Zn, dan Cu.Namun demikian, tidak ada Cd yang diserap oleh tanaman sayuran,
tetapi pada tanaman jagung Cu yang diserap sekitar 1-3 mg per kg, ketimun
mengakumulasi Zn hingga 4 mg per kg, sedang tanaman liar paitan (Tithonia
difersifolia) mengakumulasi Zn hingga 102-106 mg per kg dan Cd sekitar 10 mg per
kg. Tanaman liar dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang terpolusi, dan
tanaman ini sering juga dimakan oleh ternak kambing dan sapi. Sayangnya tidak ada
informasi yang lebih terperinci bagaimana dengan kualitas daging hewan yang
memakan daun Tithonia tersebut. Sistem ini dapat mempertahankan pH dan
kandungan bahan organik tanah sehingga dapat mengurangi mobilitas logam berat
maka serapan oleh tanaman diharapkan dapat sedikit ditekan. Jadi sistem pertanian
organik ini merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan produk yang
diperolehnyapun merupakan produk yang aman bagi kesehatan.
2. Mengapa petani memilih dan tidak memilih pertanian
organik
Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pertanian organik dapat
memberikan keuntungan baik ditinjau dari segi laingkungan maupun ekonomi.
Keuntungan dari segi ekonomi terutama diharapkan dari premi yang diperoleh dan
biaya perawatan yang rendah. Memang banyak alasan, dan alasan ini bervariasi dari
satu tempat ke tempat lainnya. Petani ingin melakukan pertanian terutama
disebabkan oleh semakin mahalnya harga bahan-bahan kimia, dan adanya pemintaan
pasar akan produk bahan organik yang cukup tinggi. Banyak pula petani mengetahui
bahwa dengan pertanian organik kelestarian lingkungan akan lebih terjamin
Pertanyaan selanjutnya dapatkah produksi pertanian berkelanjutan dapat
diperoleh dari sistem pertanian yang hanya tergantung kepada sumber organik lokal?
Hasil penelitian di Lampung Utara yang betujuan untuk melihat pengaruh kombinasi
pemupukan organik dan anorganik terhadap tanaman jagung menunjukkan bahwa
produksi biji jagung terendah diperoleh dari perlakuan tanpa penambahan pupuk
anorganik. Hasil biji yang diperoleh berkisar antara 0.2-0.6 Mg per ha, dan bila
ditambah pupuk NP hasilnya meningkat menjadi 1.5 Mg per ha. Pada kondisi
optimal produksi jagung dapat mencapai 5-6 Mg per ha. Contoh yang signifikan ini
membuktikan bahwa penambahan bahan organik saja tidak dapat memenuhi
sepenuhnya kebutuhan hara NP tanaman jagung, tambahan dari sumber lain masih
diperlukan. Peranan bahan organik disini lebih penting untuk perbaikan sifat fisik
tanah dan pengurangan kehilangan hara melalui leaching.
Contoh pada skala petak diatas dengan hasil pertanian yang rendah dan
waktu yang diperlukan tergolong lama untuk menghasilkan produksi merupakan
alasan utama keengganan petani dalam mengembangkan sistem pertanian organik.
(Hairiah K, 2003)
Ancaman
Petani adalah aktor yang paling aktif dalam melaksanakan sistem pertanian
organik, selama mereka belum mengenal bahan kimia atau adanya janji yang
terbawa aliran air ke lapisan bawah, sehingga keluar dari batas jangkuan akar
tanaman, maka hara tersebut menjadi tidak tersedia lagi bagi tanaman dan
dinyatakan hilang. Penyebab utama terjadinya kehilangan hara lewat pencucian
adalah rendahnya tingkat sinkronisasi antara saat ketersediaan hara dengan saat
tanaman membutuhkannya.
Bila hara bergerak diluar batas jangkauan akar maka tidak ada sinklokasi
lagi antara hara dan akar tanaman, hara tersebut akhirnya hilang. Beberapa hara
terutama dalam bentuk anion diikat sangat lemah oleh partikel tanah dan memililain
melalui pencucian terjadi pada awal pertumbuhan tanaman (musim hujan) pada saat
ini tanaman membutuhkan hara dalam jumlah sedikit sedangkan, ketersediaan hara
dan air cukup berlimpah. Pada fase pertumbuhan generatif kemungkinan jumlah hara
yang dibutuhkan tanaman sedikit lebih rendah daripada fase awal. Kehilangan hara
dapat terjadi melalui aliran air tanah, maupun melalui run off. Banyak hara yang
hilang sangat ditentukan oleh iklim, jenis tanah, respon vegetasi. Suprayogo (2000)
dalam Hairiah, K. (2003) melaporkan bahwa pemberian pupuk urea sebanyak 90 kg
N per ha untuk tanaman jagung selama satu musim tanam pada tanah Ultisol di
Lampung Utara, telah terjadi kehilangan N melalui pencucian sebesar 3-65 persen kg
per ha.
5. Usaha meningkatkan efisiensi serapan hara secara biologis
Usaha menanggulangi kehilangan hara, selain strategi penyediaan hara, adalah
dengan cara menyebar jaring penyelamat hara (safety net) di horizon
tanah bawah. Istilah jaring penyelamat hara dipakai untuk kondisi dimana unsur hara
yang berada di lapisan atas (top soil) hanyut ke lapisan bawah (sub soil) dan
harus diselamatkan dengan cara dijaring. Bagaimana memasang jaring penyelamat
hara ini ? jaring hara ini dapat diperoleh dengan diversifikasi tanaman yang
mempunyai berbagai macam pola distribusi dan kedalaman perakaran. Contoh
sederhana adalah sistem tumpangsari. Pada sistem tumpangsari ini kita berusaha
meningkatkan keragaman sistem perakaran tanaman. Misalnya menanam jagung
yang pada umumnya berperakaran dangkal dengan tanaman pepohonan yang
umumnya berperakaran lebih dalam. Pada musim hujan banyak unsur hara yang
tidak dapat diserap oleh jagung, akan diserap oleh akar pohon yang berperakaran
dalam untuk pertumbuhannya. Hara tersebut sebagian akan kembali ke lapisan
permukaan tanah (top soil) melalui serasah yang jatuh. Dengan demikian sistem
perakaran pepohonan yang dalam tersebut dapat berfungsi sebagai jaring penyelamat
hara. Jadi, dengan sistem tumpangsari ini sebenarnya yang ingin dicapai adalah
peningkatan efisiensi pengunaan hara, bukan memperkaya kondisi hara dalam tanah.
Sistem pertanian agroforestri sebagai salah satu cara untuk membentuk
jaringan hara. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang merupakan
perpaduan kegiatan kehutanan, perkebunan, tanaman pangan, perikanan ke arah
usahatani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan.
Keuntungan pelaksanaan sistem agroforestri dapat meliputi :
1.
Dalam bentuk agroforestri, didapati tegakan yang tidak homogen dan tidak
seumur yang terdiri dari 2 strata atau lebih. Dengan tegakan demikian, tajuk tegakan
dapat menutup tanah, sehingga terhindar dari erosi dan produktivitasnya dapat
dipertahankan.
2.
Sumber bahan organik. Daun pepohonan yang gugur dan hasil pangkasan
dikembalikan ke dalam tanah dan dapat menjadi pupuk sehingga tanah menjadi
3.
4.
Mengurangi kehilangan hara. Pada tanah-tanah miskin hara akar pohon berperan
sebagai jaring penyelamat hara, sementara tanah-tanah yang subur, akar pohon berperan
sebagai sebagai pemompa hara, yaitu menyerap hara hasil pelapukan mineral/batuan
induk yang memang sudah ada pada lapisan bawah dan membawanya kepermukaan tanah
melalui pelapukan daun-daunnya yang gugur. Jadi fungsi akar pohon disini seperti mesin
pompa.
5.
6.
2. Pertanian organik tidak selalu terjangkau oleh petani kecil. Semakin besar
kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan bahan kimia di lahannya,
maka semakin banyak perusahaan besar berlomba-lomba membuat produkproduk baru yang lebih ramah lingkungan lengkap dengan hak paten. Sehingga
harganya sangat mahal sehingga tidak sesuai dengan kondisi ptani kecil di
Negara-negara berkembang. Sebagai contoh harga bahan aktif pestisida seperti
methyl parathion harganya sekitar Rp.63.000,- per liter, sedang pestisida yang
ramah lingkungan harganya bisa mencapai Rp.150.000,- per liter. Kondisi ini
tentu saja tidak memungkinkan bagi petani kecil di daerah tropis, mereka akan
kembali ke penggunaan bahan kimia sehingga harga produknya menjadi lebih
rendah.
3. Belum menentunya standart international tentang kriteria pertanian organik
Contoh yang diberikan oleh Sulistyowati (2002) dalam Hairiah, K (2003) tentang
pertanian organik monokultur sayuran Radish. Pengelolaan pada sistem ini telah
menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, akan tetapi bila ditinjau dari
prinsip biodiversitas, sistem ini tidak bisa sepenuhnya diterima sebagai pertanian
organik. Hal semacam ini masih banyak sekali yang belum bisa dipecahkan,
sehngga kriteria pertanian organik perlu terus disempurnakan.
7. Penutup
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat melalui pertanian organik, hal yang
terpenting yang perlu diperhatikan adalah (a) bagaimana menekan kehilangan hara
dari jangkauan akar seminimal mungkin baik yang hanyut melalui pencucian, aliran
permukaan dan erosi, (b) bagaimana meningkatkan tingkat daur ulang atau return flow
dari sampah domestik (sampah kota) ke dalam sistem pertanian pada tingkat yang
tidak membahayakan kesehatan.
Upaya pemerintah yang mungkin dapat dilaksanakan untuk tetap merangsang
petani menjalankan sistem pertanian organik yang lebih ramah lingkungan, antara
adalah (a) memasyarakatkan usaha pemisahan sampah kota antara sampah organik dan
anorganik; mengisolir sampah yang mengandung logam berat yang membahayakan
kesehatan , (b) mengadakan pasar untuk produk ecofarming dengan standar dan
prosedur yang jelas. Saat ini dukungan pemerintah sangat diperlukan, penundaan
berarti semakin hancurnya lingkungan.
Tujuan sistem
Pada dekade terakhir ini muncul sistem pertanian organik sebagai suatu
sistem alternatif untuk menanggulangi krisis pertanian modern yang ditujukan
untuk mempertahankan biodiversitas dan konservasi tanah. Pertanian organik
adalah sistem pertanian yang berbasis pada penggunaan residu atau mendaur
ulang residu dari kegiatan apa saja di sekitar lahan seoptimal mungkin asalkan
memenuhi kriteria. Tujuan dari pengembangan sistem pertanian organik adalah
mendapatkan produk pertanian yang sehat, pertanian organik dapat memberikan
keuntungan baik ditinjau dari segi lingkungan maupun ekonomi. Dari segi
ekonomi terutama diharapkan dari keuntungan yang diperoleh tinggi dan biaya
perawatan yang rendah saat menggunakan sistem pertanian organik ini, selain itu
dengan pertanian organik kelestarian lingkungan akan lebih terjamin karena tidak
ada pemakaian pupuk kimia dan tidak terjadi nya pencemaran lingkungan.
Termasuk Jenis Sistem Apa?
Sistem tersebut termasuk kedalam jenis sistem buatan manusia yaitu
Gambar Skematis
Jaringan Penyelamat
Hara
Penyerapan Unsur
Hara Lebih Maksimal
Petani Melakukan
Pertanian Organik
Pertanian Organik
Hasil Pertanian
Berkualitas Tinggi