Anda di halaman 1dari 19

Nilai :

LAPORAN RESPONSI
TEKNIK PASCA PANEN I
(Kesetimbangan Energi)

Oleh :
Nama

: Adinda Febrianda R.

NPM

: 240110140077

Hari, Tanggal Praktikum

: Selasa, 29 Oktober 2015

Waktu

: 13:00

Co. Ass

: 1. Aditya Ramadhan
2. Cindy Almas R.
3. Jeremia Kristian
4. Prisilia Reina S.
5. Shayana Junita

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan Energi
Kesetimbangan energi adalah bila sistem tersebut berada dalam keadaan
setimbang mekanis, setimbang termal dan setimbang secara kimia. Dalam
kesetimbangan termodinamik, tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan
keadaan, baik untuk sistem maupun untuk lingkungannya. Kesetimbangan
mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang takberimbang di bagian dalam sistem,
dan juga antara sistem dan lingkungannya. Dalam kesetimbangan termal, semua
bagian sistem bertemperatur sama, dan sistem juga memiliki suhu yang sama
dengan lingkungannya.
Dalam kesetimbangan kimia, suatu sistem tidak mengalami perubahan
spontan dalam struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam
kesetimbangan kimia juga tidak mengalami perpindahan materi dari satu bagian
sistem ke bagian sistem lainnya, seperti difusi atau pelarutan.
Bila ketiga syarat kesetimbangan tersebut tidak dipenuhi, maka sistem
termodinamik disebut berada dalam keadaan tidak setimbang.
2.2 Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke
fluida lain. Proses perpindahan panas ini biasanya terjadi dari fase cair ke fase cair
atau dari fase uap ke fase cair.
Klasifikasi heat exchanger berdasarkan fungsinya yaitu:
1.

Heat exchanger
Alat ini menjalankan dua fungsi yaitu :
1. memanfaatkan fluida dingin
2. menggunakan fluida panas yang didinginkan

Hampir tidak ada panas yang hilang di dalam perpindahan panas. Tipe heat
exchanger yang banyak digunakan yaitu :
1) Tipe shell and tube
Tipe ini mempunyai luas penampang perpindahan panas yang besar jika

dibandingkan dengan tipe double pipe. Oleh karena itu tipe ini banyak digunakan
dalam industri minyak dan gas bumi.
2) Tipe double pipe
Tipe ini dipergunakan bila aliran fluida tidak terlalu banyak (luas perpindahan
panasnya tidak terlalu besar). Tipe ini akan lebih efektif bila digunakan dengan
memakai sirip (fin), apabila fluida berbentuk vapor atau viscous.
2.

Cooler
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida cair, gas dengan

menggunakan mediapendingin air atau udara.


Tipe-tipe cooler, antara lain adalah tipe pipe coil, spiral coil, pipe coil, box cooler,
tipe air cooler dimana media pendingin yang digunakan adalah udara.
3.

Condenser
Alat ini berfungsi untuk mengembunkan uap atau campuran uap. Sebagai

media pendingin biasanya digunakan air. Umumnya condenser memiliki tipe shell
and tube dan dapat mempunyai dua tipe yaitu tipe vertical dan tibe horizontal
yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri-sendiri.
Tipe-tipe condenser berdasarkan fungsi:
1. Partial condenser
Condenser ini memiliki fungsi hanya mengembunkan sebagian dari total uap yang
dihasilkan (kondensat) yang dipakai sebagai reflux. Condenser ini biasanya
dipasang dekat puncak dalam fraksinasi.
2. Overhead condenser
Condenser ini memerankan 3 hal pada saat bersamaan yakni mendinginkan uap,
mengembunkan uap menjadi cairan, kemudian mendinginkan menjadi cairan
tersebut
3. Surface condenser
Condenser ini berfungsi untuk mengkondensasikan steam, yang mana kondensasi
ini dijalankan dengan tekanan vakum dari 1 sampai 1,5 inHg absolute. Untuk
membuat tekanan vakum digunakan ejector.
4.

Heater
Alat ini berfungsi untuk memanaskan fluida cair atau uap dengan

menggunakan steam atau air panas yang mana dengan memberikan sensible heat
5.

Evaporator
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan atau menguapkan fluida cair

dengan menggunakan steam atau media panas lainnya.


6.

Chiller
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida pada temperature rendah.

Sebagai media pendinginnya dapat digunakan air, propane, Freon, ataupun


amoniak
7.

Reboiler
Biasanya dihubungkan dengan dasar kolom fraksionasi atau stripper untuk

melengkapi panas pendidihan yang diperlukan untuk destilasi. Sebagai media


pemanas dapat berupa steam atau fluida panas (misalnya residu). Tipe dari alat ini
adalah tipe ketel dengan tipe shell and tube, dimana shell membesar untuk
memindahkan penguapan. Selain itu dapat digunakan furnace.
Macam-macam reboiler:
1. Natural Circulation/thermosiphon reboiler yang memdidih diperoleh
dengan mempertahankan head yang cukup dari liquid untuk melengkapi
sirkulasi.
2. Forced

circulation

reboiler

dengan

menggunakan

pompa

untuk

mendorong liquid masuk reboiler


8.

Air cooled exchanger (air cooler)


Air cooler exchanger digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu

ambient dengan udara. Diklasifikasikan sebagai berikut


1.

Forced draft
Bila letak tube pada daerah discharge dan fan

2.

Induced draft
Bila letak tub pada daerah suction dan fan

Klasifikasi Heat Exchanger berdasarkan kontruksinya:


1.

Fixed tube sheet


Kedua tube sheet tepat pada shell. Kelemahan dari tipe ini adalah jika
perbedaan suhu telalu besar maka tube akan bengkok

2.

Floating Heat/tube sheet (removeable and non removeable bundles)


Satu tube sheet loates dalam shell, yang lain tepat pada shell. Tipe ini
dapat digunakan pada suhu tinggi (>200oF), dapat dioperasikan pada
fluida yang kotor

3.

U-tube, U-bundle
Hanya pada satu tube sheet dioperasikan pada tube bentuk U. dapat
digunakan pada suhu yang tinggi.

4.

Kettle
Tube bundle removable sebagai tipe U dan floating head. Shell
membesar untuk memudahkan pendidihan dan penguapan.

5.

Double pipe
Masing-masing tube mempunyai shell sendiri-sendiri untuk membentuk
ruang annulus. Biasa digunakan finned tube

6.

Pipe coil
Tipe pipe coil yaitu:
1. Spiral coil
Coil yang direndam dal;am box coil yang berisi air, digunakan untuk
pemanasan dan pendinginan. Coil berbentuk spiral.
2. Pipe coil
Biasa dipasang pada dasar suatu tankiuntuk memanaskan isi tanki
dengan aliran steam dalam pipa. Dapat berbentuk hair pain, spiral,
tipe ring.
3. Box coil
Pendinginan dilakukan dengan jalan mengalirkan fluida panas dalam
suatu coil yang tercelup dalam media pendingin air.

Klasifikasi Heat exchanger berdasarkan Standar TEMA :


TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Assosiation), mengklasifikasikan

HE berdasarkan perencanaan dan pembuatannya menjadi tiga kelas yaitu:


1.

Hean exchanger kelas R umumnya digunakan untuk industri minyak

2.
3.

dan peralatan untuk proses tersebut


Heat exchanger kelas C umumnya digunakan untuk keperluan komersil
Heat exchanger kelas B umumnya digunakan untuk proses kimia.

Klasifikasi heat exchanger berdasarkan jenis alirannya:


1.

Heat exchanger counter current (aliraran berlawanan arah). Jika aliran

2.
3.
4.

kedua fluida yang mengalir dalam HE berlawanan arahnya


Heat exchanger co-current (aliran searah)
Jika aliran fluida yang didinginkan dengan media pendinginnya searah.
Hear exchanger cross current (aliran silang). Jika aliran fluida
yangmengalir dalam HE saling memotong arah

Alat Penukar Panas Dilihat dari arah Aliran dan Tube Layout
Apabila ditinjau aliran fluida alat penukar panas ini dibagi dalam tiga macam
aliran, yaitu:
1.
2.
3.

Aliran sejajar
Aliran berlawanan arah atau counter flow
Aliran kombinasi

Susunan tube (tube layout) akan mempengaruhi baik bruknya perpindahan


panas. Disamping itu, pemilihan harus mempertimbangkan system pemeliharaan
yang akan dilakukan. Pembersihan tube dengan mekanikan atau secara kimiawi
akan mempengaruhi pemilihan dari tube. Selain susunannya yang terjadi, aliran
laminar atau turbulen, bersih atau kotor fluida yang mengalir. Susunan tube terdiri
dari:
1.
2.
3.
4.

Tube dengan susunan bujur sangkar (In-line square pitch)


Tube dengan susunan segitiga samam sisi (Triangular pitch)
Tube dengan susunan berbentuk belah ketupat (Diamond square pitch)
Tube dengan susunan segitiga diputar 60oC (Rotated triangular pitch)

Shell and Tube Heat exchanger


Secara keseluruhan komponen utama penyusun shell and tube heat
exchanger adalah:
1. Shell
Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligussebagai

wadah mengalirnya zat


2. Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas.
Pada bagian ini terdapat saluran masuk fluida yang mengalir kedalam tube.
3. Head bagian belakang
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas
4. Sekat (baffle)
Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari fluida
dalam alat penukar panas. Untuk menentukan sekat diperlukan pertimbangan
teknis dan operasional. Macam-macam baffle yaitu:
1. Horisontal cut baffle
1)
Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell
2)
Baik ada dissolves gas dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam
heat exchanger maka perlu diberi notches dalam baffle
2. Vertical cut baffle
Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy
fouling fluida
3. Disc and doughtnut baffle
1) Fluida harus bersih, bila tidak akan terbentuk sediment dibelokkan
doughtnut
2) Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bias
dilepaskan melalui top dari doughtnut, bila ada kondensat liquid
tidak dapat di drain tanpa large ports pada doughtnut.
4. Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan
lubang-lubang untuk semua tube.
5. Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua
atau beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk
perpindahan panas yang lebih baik.
5. Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda
suhunya diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus

sesuai dengan suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalir. Tube ada dua
macam, yaitu tube polos (bare tube) dan tube bersirip (finned tube).
6. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell
7. Channel and pass partition
Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube, sedangkan
pass partition merupakan pembatas antara fluida yang masuk dan keluar tube.
8. Shell cover and channel cover
Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada saat
pembersihan.

BAB II
HASIL

Soal 1
Kerjakan soal dibawah ini dengan benar :
a.

Berapa panas yang harus diberikan untuk memanaskan air dari


34C menjadi 60C pada tekanan 1 atm

b.

Berapa panas yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari 34C


menjadi 100C, kemudian diuapkan pada 100C

c.

Hitung panas yang harus diberikan untuk menguapkan air pada


suhu 100C, tekanan 101,35 kPa

Penyelesaian:
a) Diketahui:
T1 = 340C u1 = 142,50 kJ/kg
T2 = 600C u2 = 251,13 kJ/kg Kedua data ini didapat dari tabel uap A-2
dengan menggunakan nilai dari energi
Ditanya:
dalam
Panas yang diberikan untuk memanaskan air (Q)?
Jawab:
Q = H
Q = H2 H1
Q = 251,13 kJ/kg 142,50 kJ/kg
Q = 108,63 kJ/kg
Maka panas yang dibutuhkan untuk memanaskan air dengan kondisi diatas
yaitu sebesar 108,63 kJ/kg
600
340
6

Gambar: Diagram proses terjadinya fase

b) Diketahui:
H1 = 340C u1 = 142,50 kJ/kg
H2 (gas) = 1000C u2 = 419,04 kJ/kg
Kedua data ini didapat dari tabel
uap A-2

H3 (fluida) = 1000C u3 = 2676,1 kJ/kg


Ditanya:
Nilai Q total?
Jawab:
Q1 = (u2 u1) = 419,04 - 142,50 = 276,54 kJ/kg
Q2 = (u3 - hf) = 2676,1 - 419,04 = 2257,06 kJ/kg
Qtotal = Q1 + Q2
Qtotal = 276,54 kJ/kg + 2257,06 kJ/kg
Qtotal = 2533,6 kJ/kg
Maka panas yang harus dipenuhi untuk memanaskan air dengan kondisi diatas
yaitu sebesar 2533,6 kJ/kg

fase II

fase I

1000 C

340
C

Gambar: Perubahan fase yang terjadi


c) Diketahui:
H = 1000C h 1000 air = 419,04 kJ/kg
h 1000 gas = 2676,1 kJ/kg
p = 101,35 kpa
Ditanya:
Panas yang harus diberikan untuk menguapkan air (Q)?
Jawab:
Q = H
Q = h gas h air
Q = 2676,1 kJ/kg 419,04 kJ/kg
Q = 2257,06 kJ/kg
Maka panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air dengan kondisi diatas
yaitu sebesar 2257,06 kJ/kg
t0C

340
(t
Gambar: Fase yang terjadi )
Soal 2
a.

Berapa panas yang dibuang pada pendinginan dan kondensasi uap

b.

jenuh pada suhu 110C (1 atm) menjadi cairan dengan suhu 60C?
Berapa panas yang dibuang pada kondensasi uap jenuh pada suhu
110C (1 atm)?

Penyelesaian:
a) Diketahui:
T1 = 110C
T2 = 60C
P = 1 atm
hg110C = 2691,5 kJ/kg
hg100C = 2676,1 kJ/kg
hf100C = 419,04 kJ/kg
Didapat dari tabel uap A-2
hf60C = 251,13 kJ/kg
Ditanya:
Panas yang dibuang pada pendinginan dan kondensasi uap jenuh (Qtotal)?
Jawab:

Q1 = hg100C h110C
= 2676,1 2691,5
= -15,4 kJ/kg
Q2 = hf100C hg100C
= 419,04 2676,1
= -2257,06 kJ/kg
Q3 = hf60C hf100C
= 251,13 419,04
= -167,91 kJ/kg
Qtotal = Q1 + Q2 + Q3
= -15,4 + (-2257,06) + (-167,91)
= -2440,37 kJ/K

Maka panas yang dibuang pada pendinginan dan kondensasi uap jenuh
dengan kondisi diatas adalah sebesar -2440,37 kJ/kg

t0
C

1030 C h1
1000
C

h2

h3

600
C

h4
T1

b) Diketahui:
hg100C = 2676,1 kJ/kg
hg110C = 2691,5 kJ/kg
hf100C = 419,04 kJ/kg
Ditanya:
Uap panas yang dibuang (Qtotal)?
Jawab:

T3

Gambar: Fase-fase yang terjadi

T2

Q1 = hg100C - hg110C
Q1 = 2676,1 2691,5
Q1 = -15,4 kJ/kg
Q2 = hf100C - hg100C

Q2 = 419,04 2676,1

Q2 = -2257,06 kJ/kg

Qtotal = Q1 + Q2

Qtotal = -15,4 + (-2257,06)


Qtotal = -2272,46 kJ/kg

Maka panas yang dibuang pada kondensasi uap jenuh dengan kondisi

seperti yang diketahui diatas yaitu sebesar -2272,46 kJ/kg

Soal 3

Sebanyak 357 kg madu pada suhu 24C dipanaskan dengan


menambahkan energi sebesar 21300 kJ. Jika panas spesifik rata-rata
madu sebesar 2,2 kJ/kg K. Berapa suhu madu setelah keluar dari
proses?

Penyelesaian:

Diketahui:

m = 357 kg

T1 = 240C = 297 K

Q = 21300 kJ

Cp = 2,2 kJ/kg K

Ditanya:

Berapa suhu madu setelah keluar dari proses (T2)?

Jawab:

Q = M.Cp.t

21300 = 357 x 2,2 x (T2 297)

21300 = 785,4 T2 233263,8

254563,8 = 785,4 T2

T2 = 324,1199389 K

Maka didapatkan suhu madu setelah keluar dari proses diatas dengan
kondisi yang sudah diketahui yaitu sebesar 324,12 K

Soal 4

Minyak goreng mengalir pada heat exchanger dengan laju 1277 kg/jam
pada suhu 50C, dan dipanaskan menjadi 100C dengan menggunakan
udara panas. Udara panas yang masuk dengan suhu 200C dan keluar
125C. Berapa udara yang dibutuhkan jika panas spesifik udara dan
minyak masing-masing 29.1 btu/lb F dan 0.45 btu/lb F?

Penyelesaian:

Diketahui:

m dot minyak = 1277 kg/jam

T1minyak = 500 C = 323 K 0


T = 50 C
0
T2minyak = 100 C = 373 K

T1udara = 2000 C = 473 K 0


T = 75 C
T2udara = 1250 C = 398 K

Cp minyak = 0,45 btu/ lb 0F x 4,186 = 1,8837 kJ/kg.K

Cp udara = 29,1 btu/ lb 0F x 4,186 = 121,8126 kJ/kg.K

Ditanya:

Laju udara (m dot udara)?

Jawab:

Qminyak = Qudara

m dot minyak . Cp . t = m dot udara . Cp . t

1277(1,8837) . 50 = udara(121,8126) . 75

120274,245 kg/jam = 9135,945 x m dot udara

m dot udara = 13,1649 kg/jam

Maka udara yang dibutuhkan untuk proses diatas yaitu sebesar 13,1649
kg/jam

Soal 5

Udara 32,2 0C digunakan sebagai media pengeringan dan dipanaskan


dengan pemanas uap menjadi 65,5 0C dengan laju 1077 kg/jam. Uap
yang masuk menjadi jenuh pada suhu 148,9 0C, terkondensasi keluar
pada suhu 137,8 0C. Hitunglah uap panas yang dibutuhkan!

Penyelesaian:

Diketahui:

tudara1 = 32,20 C

tudara2 = 65,50 C

udara = 1077 kg/jam

tuap1 = 148,90 C kJ/kg h1 = 2746 kJ/kg

tuap2 = 137,80 C kJ/kg h2 = 2730,2 kJ/kg

Cpudara = 121,8126 kJ/kg

Ditanya:

Uap panas yang dibutuhkan (uap)?

Jawab:

Qudara = Quap

udara . Cp . t = uap . h

1077 (121,8126) (65,5-32,2) = (uap) (2746 2730,2)

4368699,268 = 15,8 mdot uap

uap = 276499,9537 kg/jam

Maka uap panas yang dibutuhkan dalam proses diatas yaitu sebesar
276499,9537 kg/jam

h=15,8 kJ/kg

BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas soal-soal mengenai


kesetimbangan energi. Soal yang berhubungan dengan kesetimbangan
energi kali ini berkaitan dengan heat exchanger. Perhitungan ini amat
sangatlah penting agar dapat menerapkan analisis kesetimbangan
energi pada proses penanganan pasca panen. Kesetimbangan energi
panas berguna untuk menerapkan prose pengolahan hasil-hasil
pertanian dalam suatu kondisi dan penanganan yang tepat sehingga
diperlukannya perhitungan dan perencanaan terlebih dahulu. Pada soal
pertama menanyakan besarkan kalor yang harus dikeluarkan untuk
memanaskan air dari 34 C

menjadi 60 C

pada tekanan 1 atm.

Untuk menyelesaikan soal ini haru mengetahui nilai hg pada suhu


34 C dan 60 C . Setelah mengetahui hg dari masing-masing
suhu dan melakukan perhitungan maka didapat besar kalor yang
dikeluarkan adalah 108,63 kJ/kg.

Di soal kedua, membahas mengenai besarnya kalor yang dibuang

pada pendinginan kondensasi uap jenuh pada 103 C

dan tekanan 1 atm

menjadi 60 C . Setelah mendapat nilah hg dan hf dari setiap suhu yang didapat
dari tabel A-2 makan akan dapat dicari besarnya kalor yang terbuang. Besar kalor
yang terbuang pada kasus ini adalah -2440,37 kJ/kg. Tanda minus disini berarti
membuang kalor.

Untuk soal ketiga, ditanyakan besarnya T madu pada saat keluar

dari proses pemanasan pada 24 C

dengan manambahkan energi sebesar

21.300 kJ jika diketahui rata-rata spesifik rata-rata madu sebesar 2,2 kJ/kgK.
Setelah melakukan perhitung, Maka didapatkan suhu madu setelah keluar dari
proses diatas dengan kondisi yang sudah diketahui yaitu sebesar 324,12 K.

Dari soal keempat, dapat diketahui bahwa minyak goreng mengalir

pada heat exchanger dengan laju 1200 kg/jam pada suhu 50 C

dan

mengalami pemanasan hingga suhunya menjadi 100 C


kalor masuk dengan suhu 200 C

dengan menggunakan

dan keluar 125 C . Soal keempat ini

menanyakan besarnya udara yang dibutuhkan jika panas spesifik masing-masing


29,1 btu/lb

dan 0,45 btu/l b .

Di soal kelima menanyakan besarnya uap panas yang dibutuhkan

pada pengeringan dan pemanasan dari 32,2

menjadi 65,5 . Sehingga

didapat uap panas tersebut adalah 276499,9537 kg/jam.

DAFTAR PUSTAKA

Fendy.

Hukum

Kesetimbangan

https://fendymaniz.wordpress.com/tag/rumus-kalor/

Energi.
(diakses

pada

Senin, 28 September 2015 pukul 21:35 WIB).

Moran, Michael J. 2007. Temodinamika Teknik Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Iswahyudi.

2011.

Heat

Exchanger.

http://iswahyudi8962.blogspot.co.id/2011/12/heat-exchanger.html?m=1
(diakses pada Senin, 28 September 2015 pukul 22:15 WIB).

Anda mungkin juga menyukai