Anda di halaman 1dari 5

Tantangan-Tantangan Pendidikan Guru Sains dan Teknologi dalam Menghadapi Abad

Baru
Prof. Ir. Anwar Arif, M.Sc
Universitas Al Azhar Indonesia, Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja,
Kebayoran Baru, Jakarta 12110
Abstrak
In the coming 21th century, science and technology will be developing very fast, due to the
merger of media, telecommunication and computers, Indonesia should plan appropriate strategy
and programs for the education of science and technology teachers, who could develop themselves to follow the development of science and technology they teach. They should be motivated
for self-development in upgrading their knowledge, skills and responsibility.
PE N DAH U LUAN
Menjelang akhir abad-21 ini, Indonesia telah mandapat kemajuan cukup besar dalam berbagai
bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam PJP-I (1966 s/d 1994) telah dicapai peningkatan partisipasi pendidikan
yang cukup berarti. Partisipasi pendidikan adalah rasio jumlah peserta didik per jumlah penduduk usia sekolah 13 s/d 18 tahun. Untuk SD telah naik dari 41,3%menjadi
100%, untuk SLTP dari 14,7% menjadi 47,7%, SLTA dari 8,6% menjadi 33,81%, dan pendidikan tinggi dari 1,6% menjadi 11,06 % (DIKTI 1994).

Walaupun mengalami peningkatan, tantangan yang dihadapi dalam menyiapkan sumber daya
manusia (SDM) yang cukup dan handal adalah makin besar dan kompleks, karena kemajuan
sains dan teknologi yang sangat pesat dengan percepatan yang tinggi, di samping msalahmasalah lain yang dihadapai bangsa dan negara.
Kemajuan sains dan teknologi (S&T) telah didorong kuat oleh perkembangan gabungan media,
telekomunikasi dan komputer, sehingga dunia telah berubah menjadi kecilseperti suatu desa
global, dimana orang dengan cepat dapat mengetahui apa yang terjadi dibagian lainnya dari
desa itu (Ibe, 1995).
Sesuai dengan ramalan Alfin Tofler bahwa zaman kini dan yang akan datang dunia berada pada
gelombang ketiga, yaitu zaman komunikasi, maka peradaban manusia adalah perabadan
Hitech (teknologi tinggi) yang menyebar luas dalam waktu yang singkat (Naisbit & Aburdane,
1990). Menurut The Economist (February 1994), pemilikan TV di Asia meningkat 10% tiap
tahun dan 70 satelit komunikasi akan mengorbit antara tahun 1994-1997 dan lebih dari 500
saluran TV akan mengudara. Selanjutnya trend perkembangan sains dan teknologi dunia akan
meningkat lebih dari 15% per tahun dan tekannnya akan lebih bersifat humanistik dan juga akan
terjadi globalisasi bisnis dan teknologi informasi yang mau tidak mau akan melibatkan
Indonesia. Jadi negara ini harus menyediakan SDM yang cukup dan dengan mutu kompetitif
dalam menghadapi tantangan itu. Apakah sistem dan kondisi pendidikan kita dalam
mempersiapkan SDM masa depan itu sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan abad ke-21 itu?
Kondisi sistem pendidikan, dosen, guru,sarana pendidikan dan sistem kontrolnya akan sangat
menentukan dalam menyiapkan SDM, terutama di bidang sains dan teknologi.

Pada bagian berikut akan dibicarakan masalah sains dan teknologi di Indonesia, trend dan issue
pendidikannya dan tantangan yang dihadapi.

MASALAH-MASALAH SAINS DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA

Sampai waktu ini kita masih merupakan konsumen dari sains dan teknologi dari negara-negara
maju, belum lagi menjadi kontributor dalam perkembangan kedua bidang itu. Sebaliknya banyak
maslah yang berkaitan dengan sains dan teknologi yang harus dihadapi dan diatasi, yakni; (1)
masalah pertumbuhan penduduk dan kependudukan, (2) sumber daya alam (SDA) yang makin
tipis, (3) sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan perkembangan teknologi atau
industri, baik dalam jumlahmaupun dalam mutu masih kurang, (4) bagaimana menggunakan
teknologi yang cukup bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam, kebutuhan akan
teknologi tepat guna (appropriate) untuk usaha kecil dan individual, (5) masalah alih teknologi
yang menyangkut daya serap SDM kita dan intelectual property right, (6) kecepatan dan
percepatan pertumbuhan ekonomi dan, (7) masalah kerusakan lingkungan (Arif, 1995).
Pemecahan masalah-masalah itu memerlukan strategi, perencanaan dan pemilihan teknologi
yang sesuai, yang akhirnya tergantung pada sumber daya manusia yang tersedia dan harus
disiapkan.
Dengan berkembang cepatnya sains dan teknologi, issue dalam pendidikan sains adalah
penyesuaian kurikulum dan pelaksanaannya dengan perkembangan itu. Guru yang ada atau yang
akan bertugas harus disiapkan untuk memahami perkembangan sains dan teknologi yang sedang
terjadi.
Trend perkembangan dalam bidang biologi adalah perubahan pendekatan dan tekanannya dalam
pendidikan akan bersifat molekuler dan fisiokimiawi dari proses kehidupan. Bioteknologi akan
erkembang luas karena kebutuhan akan bahan hayati yang dapat diproduksi dengan murah dan
mudah. Walaupun mempunyai manfaat yang bsar akan tetapi dampak negatif dari
penggunaannya harus diteliti dengan sungguh-sungguh.
Dalam bidang fisika beberapa konsep dsan prinsip dari fisika teoritik akan berkembang dan
berubah. Material science akan berkembang karena kebutuhan akan bahan-bahan baru.
Perkembangan itu didukung oleh penemuan-penemuan dalam fisika zat padat, fisika permukaan
dan lapis tipis. Teknologi microelectronic, telekomunikasi dan informasi didukung oleh
penemuan microchips, superconductor, laser dan serat optik serta lain-lainnya.
Dalam mengahadapi perkembangan itu kita belum tahu usaha apa yang sudah atau sedang
dilakukan. Dalam kurikulum LPTK belum terlihat adanya program penyediaan guru teknologi
yang siap untuk perkembangan teknologi di abad yang akan datang.

KONDISI DAN ISSUE DALAM PENDIDIKAN SAINS, MATEMATIKA DAN


TEKNOLOGI

Di negara kita, keadaan, trend dan isuue entang pendidikan sains, matematika dan teknologi telah
sering dibahas. Laporan tim PGSM dari DIKTI (1995) menyatakan bahwa banyak issue dalam
pendidikan sains, matematika dan teknologi yang harus dicarikan pemecahannya, yaitu : (1)
mutu program pendidikan guru di LPTK cukup memprihatinkan, (2) kurangnya dosen yang
qualified di LPTK, (3) minimnya sumber daya dan fasilitas untuk mendukung program
pendidikan guru, (4) mutu pengelolaan pendidikan dan sistem monitoring kemajuan LPTK masih
belum seperti yang diharapkan, (5) hampir tak ada penelitian action research atau school based
research dalam pendidikan guru, dan (6) efektivitas in-service training guru sains dan
matematika perlu peninjauan dan perbaikan.
Masalah lainnya adalah kondisi kesejahteraan dosen dan guru sains dan teknologi tidak
mendukung pengembangan diri secara mandiri. Padahal pendidikannya bertujuan agarorang
dapat mengembangkan diri dibidang misinya. Selain dari harus menyesuaikan keterampilan dan
ilmu yang diasuhnya dengan perkembangan sains dan teknologi, seorang guru haruslah berusaha
mengurangkan miskonsepsi dari ilmu asuhannya. Masalah miskonsepsi ini dalam pemahaman
konsep dan prinsip sains tertentu ditemukan agak tinggi di Indonesia. Hal ini tercermin dari
laporan Wasrik IPA pada SMA Negeri seluruh Indonesia tahun yang lalu dan miskonsepsi pada
buku-buku ajar dan juga pada buku-buku terjemahan. Pada murid telah dikembangkan metode
konstruktivisme untuk memperbaiki miskonsepsi yang dibawa dari pendidikan sebelumnya.
Tetapi pada penulis dan guru sains dan teknologi belum ada laporan pengembangan metodanya.
Cara yang logis untuk itu adalah guru atau dosen berusaha sendiri meninjau kembali
pemahamannya tentang konsep dan prinsip sains atau teknologi yang diajarkannya. Untuk itu
perlu penguasaan bahasa Inggris yang cukup dalam memahami teks dan tersedianya buku
referensi internasional. Tampaknya keadaan ekonomi dan waktu yang tersedia dan tidak adanya
motivasi adalah kendala utama dalam perbaikan itu. Usaha-usaha seperti sanggar, MGMP dan
penataran saja tidak cukup untuk mengembangkan diri.

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN


Akibat perkembangan pesat dalam bidang gabungan media, telekomunikasi dan komputer, maka
pada abad yang akan datang akan terjadi globalisasi atau penyebaran cepat dari perkembangan
sains dan teknologi keseluruh dunia. Waktu ini diperkirakan informasi tentang sains dan
teknologi bertambah lebih kurang 15% per tahun dan terus meningkat pada abad ke-21.
Dalam bidang biologi perkembangan bioteknologi akan sangat menonjol. Di bidang fisika
berbagai konsep dan prinsip fisika teori akan berubah dan berkembang terus. Teknologi
mikroelektronika, teknik komunikasi berkembang pesat akibat penemuan microchips baru atau
superconductor, laser, serat optik dan sebagainya.

Untuk menghadapi globalisasi sains dan teknologi itu Indonesia perlu menyesuaikan sistem
pendidikan guru yang lebih handal dalam mengikuti perkembangannya. Kondisi dan sistem
pendidikan guru yang ada sekarang perlu diperbaiki, sehingga guru dapat mengembangkan diri
dalam tugasnya. Tingkat miskonsepsi guru dan buku-buku ajar perlu diminimumkan, karena
miskonsepsi tentang konsep dan prinsip sains dan teknologi pada peserta didik sulit dihilangkan.
Saran selanjutnya adalah perbaikan yang diperlukan pada tingkat pre-service atau pendidikan
guru di LPTK, yakni perbaikan kurikulum, kegiatan pengembangan dosen dan hubungan yang
kuat antara sekolah dengan LPTK dalam menentukan kebutuhan guru dalam jumlah, jenis dan
kualifikasinya.
Mutu staf pengajar LPTK perlu ditingkatkan dalam penguasaan ilmunya serta kemampuan
melakukan penelitian, disamping peningkatan rasa tanggung jawabnya.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru, selain dari perbaikan sistem inservice training seperti penataran, perlu dikembangkan sistem motivasi yang dapat mendorong
guru mengembangkan diri sendiri dan menguasai bahasa Inggris.
Akhirnya suatu sistem skuntanbilitas guru dalam melaksanakan tugasnya dan dalma
pengembangan dirinya perlu dimulai tanpa tekanan tapi dengan kesadaran dalam menilai kinerja
diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Anwar (1995), The Challenges in the Ptreparation of Science and Mathematics Education
for 21st Century: An Indonesian Perspective. Paper presented at The Regional Workshop on
Strategic planning in Science and Mathematics Education in SEA countries for 21st Century.
RESCAM, Penang-Malaysia. Sep. 1995

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990). Kurikulum Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam MIPA-LPTK. Program Strata-1 (S-1) DIKTI-Jakarta.

- (1995). Laporan Konferensi Nasional II PGSM DIKTI-Jakarta.

Ibe, M.D. (1995). Science Education: Moving on to 21th Century. Paper presented at The
Regional Workshop on Strategic planning in Science and Mathematics Education. RESCAM,
Penang-Malaysia. Sep. 1995.

Mayer, W.V. (1978). Biologi Teachers Handbook. BSCS. Wiley & Sons, N.Y.

Naisbitt, J. and P. Aburdane (1990). Megatrend 2000 : en new Directions for 1990s. Avonbooks,
N.Y.

The Economist (Feb. 1994). Feeling for the future : A survey of Television.

Anda mungkin juga menyukai