Anda di halaman 1dari 13

Peranan Glandula Prostata dalam Traktus Urogenitalis

Elizabeth Anastasya Yoltuwu


102014175
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
elizabethanatasya@gmail.com

Abstrak
Glandula prostata adalah organ dengan struktur yang terdiri dari kelenjar dan otot.
Bentuknya seperti kenari. Letaknya mengelilingi urethra pars prostatica dan di antara collum
vesica urinaria dan diaphragma urogenital. Organ ini terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat
sedikit di belakang symphisis pubis . Terdiri dari 5 lobus (anterior, medius, posterior dan lateral).
Sebagian besar bagian prostat terdiri dari 3050 komponen kelenjar tubuloasinar atau
tubuloalveolar yang kecil serta bercabang-cabang. Beberapa bagian dari glandula prostata berisi
agregasi sekresi solid yang disebut concretio prostatica/corpora amylacea di dalam asinar, dapat
juga disebut konkremen yang berwarna merah homogen. Sekresi glandula prostata menyumbang
sekitar 15% dari total volume cairan semen. Dari sekitar 1200 ml plasma darah yang
difiltrasi melalui kedua ginjal tubuh manusia, terbentuk 120-125ml filtrat per menitnya.
Setelah terkumpul total filtrat 150-180 liter perharinya, hanya 1% atau sekitar 1,5 L yang akan
dikeluarkan ke lingkungan eksternal tubuh sebagai urin. Melalui 3 proses pada ginjal, yaitu
filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
Kata Kunci: glandula prostata, sistem reproduksi pria, urin.

Abstract
Prostate gland is an organ with a structure consisting of glands and muscles. Shaped like a
walnut. It is located around the urethra pars prostatica and between collum vesica urinary and
1

urogenital diaphragm. This organ is strong fixed by a layer of connective tissue slightly behind
symphisis pubis. Consists of five lobes (anterior, medial, posterior and lateral). Most part of the
prostate gland is composed of 30-50 parts tubuloasinar or tubuloalveolar small and branching.
Some parts of the prostate gland secretions containing solid aggregation called concretio
prostatica/corpora amylacea in acinar, red homogeneous. Prostate gland secretion accounts for
about 15% of the total volume of semen. From about 1200 ml of blood plasma is filtered through
the kidneys of the human body, formed 120-125ml filtrate per minute. Having collected a total
filtrate of 150-180 liters per day, only 1% or about 1.5 L to be issued to the external environment
of the body as urine. Through three processes in the kidneys, ie filtration, reabsorption and
secretion.
Keywords: prostate gland, the male reproductive system, the urine.

Pendahuluan
Manusia memiliki sistem organ untuk dapat bertahan hidup. Salah satunya adalah sistem
berkemih dan sistem reproduksi, yang dapat disebut dengan sistem urogenitalis. Ciri khas pada
sistem urogenitalis pria yaitu saluran yang sama untuk berkemih maupun ejakulasi. Di antara
sekian banyak organ, ada yang bertugas untuk mesekresikan cairan semen yaitu, prostat atau
glandula prostat atau prostata merupakan kelenjar aksesoris terbesar pada sistem reproduksi pria.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih khusus mengenai glandula prostat. Dijabarkan
melalui sebuah skenario sebagai berikut, seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke unit gawat
darurat karena kesulitan buang air kecil, 2 bulan sebelumnya bila buang air kecil menetes dan
merasa tidak pias, pada pemeriksaan colok dubur didapatkan pembesaran glandula prostat.

Makroskopis Glandula Prostata


Prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya kelenjar dan sebagiannya lagi otot.
Organ ini terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat sedikit di belakang symphisis pubis. Organ ini
berukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm.1 Keadaan normal prostat berukuran kira-kira sebesar kenari.
2

Letaknya mengelilingi urethra pars prostatica dan di antara collum

vesica urinaria dan

diaphragma urogenital.2 Glandula prostata merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular.


Bentuknya menyerupai limas terbalik dengan puncak di caudal yang panjangnya 3 cm.
Glandula ini dilapisi selaput fibrotik dan di sebelah luar dilapisi jaringan ikat (lanjutan fascia
pelvis). Glandula prostata dibedakan menjadi:
-

Basis: merupakan bagian atas dan depan, sekitar collum vesica urinaria.
Apex: terletak pada diaphragma urogenitale.

Gambar 1. Penampang Sagital Penis dan Pelvis Pria1

Membrana prostatica peritoneale (Denonviller) dan fascia rectalis memisahkan


permukaan posterior glandula prostata dengan vas deferens dan vesicular seminalis.
Glandula prostata terdiri dari 5 lobus, yaitu :
-

Lobus Anterior
Terletak di depan urethra pars prostatica dan tidak mengandung jaringan kelenjar.
Lobus Medius
Terletak di antara urethra dan ductus ejakulatorius. Lobus medius ini banyak
mengandung kelenjar dan dapat berubah menjadi adenoma.

Lobus Posterior

Terletak di belakang urethra dan di caudal ductus ejaculatorus. Lobus posterior


-

mengandung jaringan kelenjar dan dapat berubah menjadi kanker primer.


Lobus Lateral
Terdapat 2 buah , terletak di kanan dan kiri urethra pars prostatica . pada usia lanjut
bagian ini sering mengalami hipertrofi prostat.3

Pasokan darah ke glandula prostata bervariasi. Glandula ini di perdarahi oleh cabang
cabang dari a. vesicalis inferior (cabang a. ilica interna/hipogastrica), a. rectalis media dan arteri
pudenda interna. Sedangkan aliran balik darah melalui plexus venosus prostaticus . Plexus
venosus prostaticus terletak di antara kapsula prostat dan dan selubung fibrosa luar. Plexus ini
menerima aliran darah dari v. dorsalis penis dan mengalirkannya v. iliaca interna.2,3
Plexus venosus prostaticus berhubungan dengan plexus-plexus vena vertebralis sehingga
tumor pada prostat dapat menimbulkan penyebaran tumor sekunder pada collumna vertebralis. 1
Aliran getah bening glandula prostata di alirkan ke nnll. gl. prostata dan bermuara ke nnll. iliaca
interna. Glandula prostata dipersarafi oleh cabang plexus hypogastricus inferior.3

Topografi Prostat
Apex prostat terletak di atas sphincter urethra externa vesica urinaria. Di anterior
berbatasan dengan symphisis pubis namun dipisahkan oleh lemak extraperitoneal pada rongga
retropubis (cavum Retzius). Di posterior prostat, dipisahkan dari rectum pars analis oleh fascia
Denonviller. Dan lateral oleh M. levator ani.2

Mikroskopis Glandula Prostata


Kelenjar ini merupakan kelenjar pelengkap terbesar, ditembus oleh urethra dan ductus
ejaculatorius. Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikat kolagen padat irregular dengan
banyak pembuluh darah, diselingi selsel otot polos.4
Sebagian besar bagian prostat terdiri dari 3050 komponen kelenjar tubuloasinar atau
tubuloalveolar yang kecil serta bercabang-cabang. Lapisannya dapat dibagi menjadi 3 lapisan
4

konsentris: paling dalam yakni lapisan mukosa, kemudian lapisan submukosa, dan lapisan perifer
yang terdiri dari kelenjar utama dari prostat.
Beberapa bagian dari glandula prostata berisi agregasi sekresi solid yang disebut
concretio prostatica atau corpora amylacea di dalam asinar, dapat juga disebut konkremen yang
berwarna merah homogen. Berperan dalam pengaktifan sperma dan akan memasuki urethra saat
ejakulasi. Selain komponen kelenjar, prostat juga memiliki bagian berupa stroma fibromuskular
yang dibentuk oleh serabut-serabut otot polos yang bercampur dengan serabut kolagen dan
elastik, mengelilingi glandula prostat dan urethra prostatica.
Concretio prostatica yang ada di dalam asinus terbentuk dari lapisan-lapisan sekresi
prostat yang terkondensasi secara konsentris dan hal tersebut merupakan ciri khas dari asinus
glandula prostat. Jumlah konkremen akan bertambah seiring usia dan dapat terkalsifikasi.
Epithelium pelapis glandula prostat umumnya berupa simpleks collumnare atau
pseudostratificatum collumnare. Tapi pada beberapa bagian, epithelium dapat berupa squamosum
atau kuboid.
Ductus ekskretorius glandula prostat sering menyerupai asinus glandula. Pada bagian
terminal dari ductus, epithelium biasanya berbentuk collumnar dengan warna cat yang lebih
gelap sebelum akhirnya memasuki urethra pars prostatica.
Stroma fibromuscular yang merupakan bagian lain dari glandula prostata, terdiri dari
serabut otot polos dan jaringan ikat yang bercampur bersama stroma dan terdistribusi pada
glandula.
Parenkim glandula prostat terdiri dari glandula-glandula prostat individual dengan
berbagai ukuran dan bentuk. Epithelium glandular bervariasi dari simpleks cuboid atau
collumnar hingga pseudostratifiatium. Pada lansia, akan terjadi presipitasi materi sekresi
membentuk concretio prostatica.5

Gambar 2. Mikroskopis Glandula Prostata

Fungsi Glandula Prostata dalam Sistem Reproduksi


Lobus-lobus prostat mengandung banyak kelenjar yang mensekresi basa yang
ditambahkan pada cairan semen saat ejakulasi. Glandula prostata membuka ke sinus prostaticus. 2
Sekresi glandula prostata menyumbang sekitar 15% dari total volume cairan semen. Komponen
penting yang dihasilkan adalah fosfatase asam, seng, sitrat dan protease yang membuat semen
lebih encer Pengenceran sperma tidak lagi sekental ejakulat awal.1

Mekanisme Pembentukan Urin


Dari sekitar 1200 ml plasma darah yang difiltrasi melalui kedua ginjal tubuh
manusia, terbentuk 120-125ml filtrat per menitnya. Setelah terkumpul total filtrat 150-180 liter
perharinya, hanya 1% atau sekitar 1,5 L yang akan dikeluarkan ke lingkungan eksternal tubuh
sebagai urin.
Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam proses pembentukan urin, yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.
1. Filtrasi Glomerulus
6

Filtrasi di dalam ginjal terjadi di dalam glomerulus sehingga disebut filtrasi


glomerulus. Filtrasi glomerulus merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin
pada manusia. Membran glomerulus 100 kali lebih permeabel dari pada kapiler-kapiler di
tempat lain. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang
berperan untuk menginduksi filtrasi glomerulus. Darah yang masuk ke dalam nefron
melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi,
tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen
relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus.6
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati 3
lapisan yang membentuk membran glomerulus, yaitu dinding kapiler glomerulus, lapisan
gelatinosa aselulerm = membran basal (basement membrane) dan lapisan dalam kapsul
Bowman.6
Penyebab utama terjadinya fitlrasi adalah perbedaan tekanan antara glomerulus
dan kapsula Bowman. Perbedaan tekanan ini ditimbulkan oleh tekanan hidrostatik kapiler
glomerulus, tekanan hidrostatik kapsula Bowman/intratubuler dan tekanan onkotik
plasma. Tekanan darah sistemik rata-rata adalah sekitar 110 mmHg. Karena semakin
menjauh dari jantung luas permukaannya semakin bertambah, maka sampai ke arteriol
afferen, tekanan yang tersisa hanya sebesar 40% dari tekanan darah sistemik atau sebesar
45 mmHg. Tekanan ini yang disebut dengan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus.
Tekanan sebesar ini dilawan oleh tekanan intratubuler atau tekanan hidrostatik kapsula
Bowman. Besar tekanan ini adalah sekitar 10 mmHg. Tekanan osmotik koloid plasma 25
mmHG. Pada plasma darah terdapat kandungan protein dan protein ini memiliki
kemampuan untuk menarik sejumlah besar ini. Akibatnya timbulnya tekanan yang
beresultan ke arah glomerulus. Tekanan ini ini disebut dengan tekanan onkotik plasma.
Tekanan osmotik koloid plasma 25 mmHg . Ketiga tekanan diatas berperan penting
dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin
meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada kapsula Bowman. Serta
tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang
terjadi pada glomerulus.7

Tekanan ini pada permukaan kapiler glomerulus besarnya sekitar 20 mmHg.


Sedangkan pada ujung akhir glomerulus tekanan ini menjadi semakin besar, yaitu sekitar
35 mmHg. Peningkatan tekanan filtrasi tentu saja akan mempengaruhi laju filtasi
glomerulus. Laju filtrasi glomerulus disebut dengan Glomerulus Filtration Rate/GFR.
Laju filtrasi glomerulus dapat diukur dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi
glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian
jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan
jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma. Rata-rata GFR normal pada laki-laki
sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah dibandingkan pada pria. Proses
terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut.7
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses filtrasi di glomerulus, yaitu:
-

Tekanan darah
Pada peningkatan atau penurunan tekanan darah, GFR dipertahankan untuk selalu
tetap oleh suatu mekanisme yang disebut sebagai autoregulasi. Autoregulasi merupakan
mekanisme untuk mengatur tekanan darah sistemik sekaligus mengaruhi laju filtrasi
glomerulus. Peningkatan atau penurunan tekanan darah tertentu masih dapat diatasi oleh
mekanisme ini.5
Mekanisme autoregulasi dapat dilakukan melalui dua jalan, yaitu mekanisme
miogenik dan tubuloglomerular feedback. Mekanisme miogenik merupakan mekanisme
yang melibatkan lapisan otot pada pembuluh darah. Jika terjadi kenaikan tekanan darah
secara tiba-tiba, maka peningkatan tekanan darah akan menyebabkan peningkatan
tekanan pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini akan menyebabkan respon kontraksi
lapisan otot dinding pembuluh darah, yang tentu saja menyebabkan pengecilan diameter
pembuluh darah/vasokonstriksi. Vasokonstriksi akan menyebabkan penurunan aliran
darah jika dalam hal ini yang mengalami vasokonstriksi adalah arteriol afferen. Hal ini
akan menyebabkan penurunan suplai darah ke glomerulus sehingga pada akhirnya laju
filtrasi glomerulus akan menurun. Hal yang sebaliknya terjadi pada penurunan tekanan
darah yang akan menyebabkan laju filtrasi glomerulus meningkat.6
Jika terjadi penurunan aliran darah, maka akan terjadi mekanisme autoregulasi
lain yang disebut dengan tubuloglomeruler feedback. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan GFR menurun. Penurunan GFR akan menyebabkan durasi filtrat berjalan
8

disepanjang tubulus semakin menurun. Hal ini menyebabkan ion Na + akan semakin
banyak direabsorpsi. Akhirnya kadar natrium filtrat akan semakin menurun. Begitu
mencapai tubulus kontortus distal, makula densa akan mendeteksi penurunan kadar ion
ini. Jika kadarnya terlalu rendah, makula densa akan mengaktifkan sinyal molekul yang
ditangkap oleh sel mesengeal jukstaglomerular. Sel ini akan berperan dalam pengaktifan
suatu enzim yang disebut dengan renin. Renin akan mengkonversi angiotensinogen
menjadi angiotensin I. Oleh Angiotensin Converting Enzym, angiotensin I akan dipecah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II ialah suatu vasokonstriktor kuat yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah pada akhirnya akan
mempercepat laju alir darah sehingga suplai darah ginjal meningkat. Peningkatan aliran
ini akan menyebabkan peningkatan GFR. GFR yang meningkat akan menonaktifkan
sistem ini. Jadi kesimpulannya tubuloglomerular feedback merupakan suatu mekanisme
untuk menormalkan tekanan darah sambil mempertahankan laju filtrasi.
-

Obstruksi Jalan Arteri yang Menuju ke Glomerulus


Bila ada obstruksi jalan a. renalis, maka yang terjadi adalah penurunan aliran
darah. Selanjutnya laju filtrasi akan menurun karena penurunan tekanan hidrostatik
kapiler sehingga mengaktifkan tubuloglomerular feedback seperti yang telah dibahas
diatas.

Peningkatan Tekanan Intersisial


Peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar korpuskel renalis akan
menyebabkan gangguan pada proses filtrasi sehingga laju filtrasi akan menurun.

Peningkatan Tekanan Intratubuler


Peningkatan tekanan intratubuler dapat menyebabkan tahanan terhadap proses
filtrasi semakin meningkat. Hal ini akan menyebabkan tekanan filtrasi menurun sehingga
laju filtrasi menjadi berkurang.
Filtrat glomerulus akan mengandung zat yang masih diperlukan oleh tubuh,
misalnya air, glukosa, asam amino dan ion-ion. Selain itu ada pula zat yang harus
dibuang seperti urea, kreatin dan asam urat. Zat-zat ini akan mengalami proses reabsorpsi
secara selektif jika masih diperlukan tubuh serta disekresi jika kadarnya terlalu banyak
ataupun tidak lagi dibutuhkan dalam tubuh.7
9

2. Reabsorpsi Tubulus
Proses reabsorpsi zat akan berlangsung secara selektif. Hal ini berarti zat yang tidak
lagi dibutuhkan tubuh tidak akan mengalami proses reabsorpsi. Sebaliknya proses reabsorpsi
zat dengan ambang tinggi akan mulai berlangsung pada tubulus kontortus proksimal. Zat
yang akan direabsorpsi pada tubulus kontortus proksimal ialah ion natrium, klorida dan air.
Pada tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi ketiga bahan ini bersifat obligat.8
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorpsi aktif dan reabsorpsi pasif.
Reabsorpsi aktif, dalam perpindahan ion-ion atau molekul-molekul, tentunya memerlukan
energi. Sedangkan pada reabsoprsi pasif, tidak memerlukan energi. Berikut adalah
pembahasan mengenai reabsorpsi yang terjadi di tubulus ginjal, yaitu:
1.

Reabsorpsi Natrium
Dari semua ion natrium yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5% direabsorpsi,
dengan rata-rata 67% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di lengkung Henle dan 8%
di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Selain direabsorpsi secara aktif ion natrium ini
juga membantu memfasilitasi reaksi perpindahan dari molekul-molekul lain, seperti
glukosa dan asam amino, ion klorida, urea dan molekul air.

2. Reabsorpsi Glukosa dan Asam Amino


Terjadi di tubulus proksimal dan direbsorpsi secara total dengan mekanisme yang
bergantung energi dan ion natrium. Glukosa dan asam amino diangkut melalui proses
transportasi aktif sekunder, suatu pembawa ko-transportasi khusus yang secara simultan
memindahkan ion natrium dan molekul organik tertentu dari lumen ke dalam sel.
Transportasi aktif sekunder glukosa dan asam amino ini memerlukan keberadaan ion
natrium di dalam lumen tubulus. Tanpa adanya ion natrium, maka pembawa ko-transpor
tidak dapat beroperasi. Tubular maximum (Tm) glukosa adalah jumlah maksimum
glukosa yang dapat diangkut dalam waktu tertentu. Tm glukosa rata-rata adalah
375mg/menit, jadi mekanisme pembawa glukosa mampu secara aktif mereabsorpsi
glukosa dengan jumlah 375mg per menit. Sedangkan renal threshold adalah ambang
batas apabila bahan tertentu kadarnya lebih dari ambang, maka akan mulai terdapat
dalam urin. Renal threshold untuk glukosa adalah 170-180 mg/menit.
10

3. Reabsorpsi Klorida
Ion klorida yang bermuatan negatif direbsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien
listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion natrium yang bermuatan positif. Jumlah
ion klorida yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan reabsorpsi ion natrium dan tidak
dikontrol secara langsung oleh ginjal.
4. Reabsorpsi Air
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus. Dari molekul
yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus proksimal dan lengkung
Henle karena secara osmotis mengikuti reabsorpsi zat terlarut. Reabsorpsi ini terjadi
tanpa dipengaruhi oleh beban H2O tubuh dan tidak diatur. Sisa 20%-nya direabsorpsi
dalam jumlah bervariasi di bagian distal tubulus; tingkat reabsorpsi ini berada di bawah
kontrol langsung hormon, bergantung pada status hidrasi tubuh.
5. Reabsorpsi Urea
Selain Cl- dan H2O, reabsorpsi urea juga secara tidak langsung berkaitan dengan
reabsorpsi aktif Na+. Urea adalah suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein.
Reabsorpsi air yang diinduksi secara osmotik di tubulus proksimal yang diinduksi yang
sekunder terhadap reabsorpsi aktif ion natrium menimbulkan gradien konsentrasii untuk
urea yang mendorong reabsorpsi pasif zat sisa bernitrogen ini. Urea yang sebenarnya
adalah zat yang tidak dibutuhkan tubuh lagi tetapi tetap direabsorpsi karena merupakan
zat osmotik yang dapat membantu proses reabsorpsi air di duktus koligens (pengumpul).
6. Reabsorpsi Fosfat
Tidak seperti reabsorpsi nutrien-nutrien organik, reabsorpsi PO 43- dan Ca2+ juga berada di
bawah kontrol hormon. Hormon paratiroid dapat mengubah ambang ginjal untuk PO 43dan Ca2+, sehingga jumlah kedua elektrolit yang ditahan di dalam tubuh ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan sesaat tubuh. Hormon paratiroid bekerja di tubulus
proksimal, untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium, tetapi menurunkan reabsorpsi
fosfat.7,8

11

3. Sekresi Tubulus
Zat yang mengalami sekresi adalah kreatinin, asam urat, kalium dan H +. Kreatinin
akan disekresi bila kadarnya dalam darah lebih dari normal. Sedangkan asam urat setelah
mengalami filtrasi akan direabsorpsi seluruhnya untuk kemudian disekresi kembali di bagian
distal dari tubulus proximal. Setelah mengalami sekresi, ada sebagian dari yang disekresi
akan direabsorpsi kembali untuk kedua kalinya. Sedangkan kalium akan disekresi dalam
tubulus distal setelah juga mengalami proses filtrasi. Sehingga kalium pada urin merupakan
gabungan dari hasil filtrasi dan sekresi.
Sekresi ion H+ berkaitan dengan proses pengasaman urin. Sekresi ion H+ yang terjadi
umumnya ditukar dengan reabsorpsi ion Na+. Proses sekresi terjadi dalam tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal.
Pada tubulus kontortus proksimal, proses sekresi diimbangi dengan reabsorpsi 8085% bikarbonat. Prosesnya dimulai ketika CO2 dan H2O berdifusi ke sel tubuli proksimal.
Enzim carbonic anhidrase yang mengkatalisis pembentukan H2CO3 yang kemudian
berionisasi menjadi H+ dan HCO3-. Ion H+ akan disekresikan ke dalam lumen tubulus
sementara reabsorpsi ion Na+ berjalan. Ion Na+ yang masuk ke dalam sel tubuli akan
berikatan dengan HCO3- untuk membentuk NaHCO3. Sementara H+ akan berikatan dengan
HCO3- hasil filtrasi untuk membentuk H2CO3 yang akan dipecah menjadi CO2 dan H2O untuk
masuk kembali ke dalam lumen tubulus. Mekanisme ini terus berlangsung sampai 80-85%
HCO3- hasil filtrasi terpakai. Selanjutnya proses ini akan dilanjutkan di tubulus kontortus
distal.
Di tubulus kontortus distal sekresi H+ diimbagi reabsorpsi 15-20% bikarbonat yang
tersisa.7 Jika bikarbonat telah habis, maka sekresi H+ akan diimbangi fosfat dan NH3. Reaksi
ini terus berlanjut hingga pH urin menjadi sedikit asam.
Gabungan tiga proses yang telah dibahas diatas yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi
yang menyebabkan terbentuknya urin sekunder yang akan terus berlanjut dari ginjal, ke
ureter, vesica urinaria, dan urethra sebagai saluran keluar sistem perkemihan. Urin akan
terkumpul di dalam vesica urinaria yang memiliki kapasitas 200-400 cc, sebelum akhirnya
menimbulkan sensasi rasa ingin miksi sebagai pertanda bahwa vesica urinaria sudah penuh
kapasitasnya. Mikturasi merupakan suatu gerakan refleks tubuh manusia, di mana dapat
dikontrol melalui koordinasi pusat persyarafan manusia, dibantu oleh keberadaan otot
12

abdominal untu membantu pengosongan kantong kemih, atau lebih sering dikenal dengan
istilah buang air kecil.6

Kesimpulan
Glandula prostata merupakan kelenjar pelengkap terbesar pria. Kelenjar ini memiliki
fungsi sebagai salah satu yang menyumbang bahan sebagai komponen cairan semen. Glandula
prostata ditembus oleh urethra, sehingga apabila lobus lateralnya mengalami hipertrofi akan
menyulitkan ketika berkemih. Biasanya pembesaran kelenjar ini terjadi pada pria dengan usia 50
tahun ke atas.

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.

Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Jakarta: Erlangga; 2006.h.25.
Faiz O, Moffat D. Anatomy at a glance. Jakarta: Erlangga; 2002.h.57.
Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Jakarta: Penerbit Ukrida; 2012.h.33-4.
Fawcett DW . Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.727-

30.
5. Ross MH, Pawlina W. Histology: a text and atlas with correlated cell and molecular
6.

biology. 5th ed. USA: Lippincot Williams and Wilkins; 2006.p.751.


Sheerwood L.Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2013.h.544-63.
7. Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2009.h.68395.
8. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007.h.327-9.

13

Anda mungkin juga menyukai