Anda di halaman 1dari 28

Lab.

Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

BUKU PANDUAN
LATIHAN KETERAMPILAN KLINIS
KODE KUB 351
SEMESTER V

SISTEM
NEFRO-URINARIUS

Dyah Kencana Sinangling


G1A012091
Materi:
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Sistem Nefro-Urinarius
Pemasangan Kateter urinaria & Pungsi Supra Pubik
Sirkumsisi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

2014
ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK
A. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NU
a. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat melakukan anamnesis terarah sistem Nefro-Urinarius (NU)
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik umum dan lokal akibat
gangguan sistem NU
b. Pendahuluan
Untuk menegakkan diagnosis kelainan pada sistem urinarius, seorang dokter harus
dapat melakukan pemeriksaan dasar dengan seksama dan sistematis. Kelainankelainan pada sistem urinarius mempunyai kaitan erat dengan organ-organ lain
serta seringkali memberikan manifestasi klinis pada keadaan umum sehingga
pasien dengan kelainan tersebut harus dihadapi secara keseluruhan baik
anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
c.

Anamnesis
1. Identitas pasien
Identitas pasien merupakan salah satu komponen penting pada anamnesis
karena identitas tersebut dapat mengarahkan diagnosis berdasarkan
epidemiologinya.
2. Keluhan-keluhan pada gangguan sistema urinarius

Nyeri
Nyeri ginjal adalah nyeri yang terjadi akibat regangan kapsul ginjal yang
biasanya sifatnya terlokalisir di area sudut kostovertebra. Nyeri ini dapat
terjadi karena infeksi (glomerulonefritis atau pielonefritis) akut yang
menimbulkan edema, obstruksi saluran kemih (batu atau tumor) yang
mengakibatkan hidronefrosis atau tumor ginjal.
Nyeri kolik terjadi akibat spasme otot polos ureter karena peristaltiknya
terhambat oleh batu, bekuan darah atau benda asing lainnya. Nyeri ini
sangat sakit, dirasakan hilang timbul dan biasanya menjalar dari sudut
kosto-vertebra ke dinding depan abdomen, regio inguinal, testis bahkan
dapat sampai ke tungkai bawah.
Nyeri vesika adalah nyeri akibat distensi vesika urinaria yang dirasakan di
daerah supra pubik akibat keradangan atau retensio.
Nyeri prostat disebabkan oleh adanya keradangan atau abses yang
dirasakan di area perineum sampai ke daerah lumbosakral.
Nyeri testis adalah nyeri pada daerah testis yang seringkali dirasakan
hingga abdomen. Nyeri akut dan tajam sering terjadi akibat trauma, torsio
testis atau epididimitis/orkitis akut. Sedangkan nyeri tumpul dapat
disebabkan oleh varikokel.
Nyeri penis adalah nyeri pada daerah penis yang biasanya didapatkan
pada parafimosis, dan keradangan pada glans penis. Sedangkan nyeri
pada saat ereksi disebabkan oleh penyakit peyronies atau priapismus.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Keluhan miksi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing akibat hiperaktivitas atau iritasi
vesika. Biasanya disebabkan oleh keradangan, obstruksi atau neurogenik
bladder.
Hesitansi adalah sulit untuk memulai kencing sehingga perlu mengejan.
Biasanya terjadi akibat obstruksi infravesika (batu, tumor saluran
kemih/prostate).
Pancaran melemah/mengecil pancaran melemah merupakan
obstruksi infravesika, sedangkan pancaran mengecil dan
menunjukkan adanya penyempitan uretra (striktur).

gejala
deras

Terminal dribbling adalah didapatkannya tetesan-tetesan urin pada akhir


miksi yang disebabkan oleh obstruksi infravesika.
Intermitensi adalah terputus-putusnya pancaran urin pada saat miksi yang
merupakan gejala obstrusi atau gangguan nerogenik.
Residual urin adalah masih terasa ada sisa urin yang belum tuntas setelah
miksi (dapat terlihat dengan pemeriksaan radiografi).
Retensio urin adalah ketidakmampuan vesika untuk mengeluarkan urin
yang telah melampaui batas maksimalnya.
Polakisuria/frekuensi adalah peningkatan signifikan frekuensi kencing
karena iritasi vesika urinaria (perlu dibedakan dengan poliuri dari volume
urin).
Poliuria adalah peningkatan frekuensi dan volume urin.
Disuria adalah perasaan nyeri saat kencing karena iritasi pada vesiak
urinaria.
Enuresis adalah keluarnya urin secara tidak disadari pada saat tidur. Jika
terjadi pada usia lebih dari 5 tahun merupakan keadaan patologis.
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin
yang keluar dari vesika baik disadari maupun tidak disadari. Terdapat
beberapa macam inkontinensia urin, yaitu paradoksa inkontinensia yang
keluar pada saat vesika penuh (akibat obstruksi infravesika), stress
inkontinensia yang keluar pada saat tekanan intra abdominal meningkat
(akibat kelemahan otot panggul), urge inkontinensia yang keluar pada saat
ingin kencing (akibat sistitis atau neurogenik) dan true inkontinensia (pada
fistula vesiko/ureto-vagina, ureter ektopik atau kerusakan sfinkter
eksterna).
Nokturia adalah frekuensi kencing yang sering pada malam hari karena
iritasi vesika.
Anuria/oliguria adalah minimalnya produksi urin (anuria pada dewasa <
200 ml/hari sedangkan oliguria pada dewasa < 600 ml/hari). Keadaan ini
dapat disebabkan oleh faktor prerenal, renal dan postrenal.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Kiluria adalah urin berwarna putih seperti cairan limfe.


Hematuria adalah didapatkan darah di dalam urin. Keadaan ini harus
dibedakan dengan bloody urethral discharge yaitu keluarnya darah dari
metaus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi. Hematuria dapat
terjadi pada awal miksi yang mengindikasikan adanya lesi pada uretra
anterior (hematuri inisial), keseluruhan proses miksi yang mengindikasikan
adanya lesi pada vesika atau saluran kemih di atasnya (hematuri total)
dan akhir proses miksi yang menunjukkan adanya lesi pada area prostat
(hematuri terminal).
Pneumaturi adalah adanya udara yang tercampur saat miksi. Keadaan ini
dapat terjadi pada pasien diabetes atau fistula rekto-vesika.
Cloudy urin adalah urin keruh dan berbau busuk akibat infeksi saluran
kemih.
Hematospermia adalah adanya darah pada ejakulat akibat adanya
keradangan pada prostat atau vesika seminalis. Hematospermia inisial
menunjukkan adanya gangguan pada prostat sengkan hematospermia
terminal menunjukkan adanya gangguan di vesika seminalis.
3. Keluhan umum yang dirasakan

Bengkak
Bengkak biasanya terjadi pada kedua tungkai atau di wajah (pelupuk
mata) dan jarang terjadi di perut. Keadaan ini dapat terjadi karena
kegagalan fungsi ginjal mengeluarkan cairan, kehilangan protein,
kelebihan intake garam atau pengehntian obat-obatan diuretik. Edema
juga dapat terjadi pada salah satu tungkai yang menunjukkan adanya
obstruksi pada aliran limfatik yang mungkin terjadi akibat keganasan.

Gangguan sistemik lain


Pucat biasanya terjadi pada gagal ginjal kronik karena kegagalan fungsi
ginjal menghasilkan eritropoetin.
Penurunan berat badan dapat terjadi karena adanya keganasan atau gagal
ginjal kronik.
Sesak biasanya terjadi karena adanya timbunan cairan, gangguan
keseimbangan asam basa atau anemia.
Hipertensi dapat terjadi akibat gangguan system renin angiotensinaldosteron.
Keluhan uremia seperti badan lemas dan gangguan gastrointestinal (mual
dan nafsu makan menurun)
Demam terjadi pada infeksi.

4. Riwayat penyakit lain, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit


keluarga

Riwayat penyakit lain/riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita sangat


penting untuk diketahui mengingat gangguan ginjal seringkali berkaitan

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

dengan penyakit sistemik lain seperti hipertensi, diabetes mellitus,


gangguan kronis hepar atau faringitis (infeksi streptokokal).

Riwayat penyakit keluarga terutama berkaitan dengan penyakit infeksi.


Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui mengingat seperti halnya pada
penyakit IMS, infeksi saluran kemih seringkali sulit disembuhkan karena
adanya fenomena ping-pong pada pasangan suami istri. Kehidupan
seksual juga perlu diketahui, seperti pada pengantin baru yang sering
menderita honeymoon cystitis.

d. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum
a. Ukur tinggi dan berat badan pasien.
b. Periksa tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu tubuh.
c. Periksa konjungtiva dan sklera mata pasien (anemis/tidak dan
ikterik/tidak).
d. Adakah edema pada wajah, tungkai bawah atau seluruh tubuh (anasarka).
Jika terdapat edema, tekan/cubit menggunakan jari untuk menentukan
pitting atau non-pitting edema.

Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan fisik spesifik pada saluran kemih menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan pemeriksaan fisik abdomen mengingat organ-organnya
terletak intraabdomen.
Persiapan harus dilakukan baik untuk pemeriksa dan pasien. Posisikan pasien
telentang di atas meja pemeriksaan senyaman mungkin. Posisikan pemeriksa
di sebelah kanan pasien. Bantu pasiem membuka pakaiannya agar lapangan
pandang pemeriksa terbuka.
Inspeksi abdomen secara keseluruhan. Perhatikan ada tidaknya perubahan
pada bentuk abdomen. Perut buncit yang simetris biasanya menunjukkan
adanya cairan intraabdominal/asites (sudah dipelajari). Sedangkan perut
buncit asimetris biasanya disebabkan oleh adanya pembesaran organ
intraabdominal.
a. Ginjal
Perut buncit asimetris pada upper abdomen mungkin dapat disebabkan
oleh adanya kelainan ginjal seperti tumor wilms atau ginjal polikistik.
b. Vesika urinaria
Perut membuncit pada hipogastrik dapat disebabkan oleh distensi vesika
urinaria.
Palpasi dapat dilakukan dengan menggunakan kedua tangan (bimanual) atau
satu tangan (monomanual). Pastikan tangan hangat agar memberikan
kenyamanan kepada pasien. Pastikan keadaan hepar dan lien untuk
mempermudah pemeriksaan ginjal.
a. Ginjal kanan
Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bagian posterior tubuh sedemikian
rupa sehingga ujung jari telunjuk berada di sudut kostovertebra untuk
mempresentasikan ginjal dengan cara mendorongnya ke depan. Tangan
lainnya diletakkan di dinding anterior abdomen tepat di bawah kosta.
Pasien diminta untuk inspirasi dalam kemudian raba ballottement ginjal di
antara kedua tangan. Perhatikan permukaan, ukuran, bentuk, konsistensi
dan ada tidaknya rasa nyeri pada perabaan.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

b.

Ginjal kiri
Posisikan diri di sebelah kiri penderita. Gunakan tangan kanan untuk
mempresentasikan ginjal dan tangan kiri untuk meraba. Lakukan seperti
pada palpasi ginjal kanan.

c.

Vesika urinaria
Raba hipogastrik dengan menggunakan tangan kanan kanan. Rasakan
ballottement vesika urinaria. Palpasi dapat menimbulkan rasa nyeri pada
vesika urinaria yang penuh.

Perkusi dapat dilakukan pada pasien dalam keadaan terlentang dan


telungkup.
a. Ginjal
Perkusi pada ginjal terutama bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri
ketok. Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi telungkup.
- Letakkan satu tangan sedemikian rupa sehingga jari kelingking sejajar
dengan costae terakhir, sedangkan ujung-ujung jari di sudut
kostovertebra. Kemudian ketok dengan jari tengah tangan lainnya.
Adanya rasa nyeri menunjukkan adanya keadaan patologis ginjal.
- Apabila tidak timbul nyeri cobalah gunakan kepalan tangan untuk
menumbuhkan nyeri ketok ginjal. Posisikan tangan kiri seperti pada
perkusi, kemudian pukul tangan tersebut menggunakan sisi unler tangan
kanan dengan hati-hati.
b.

Vesika urinaria
Perkusi pada vesika urinaria merupakan bagian dari perkusi abdomen
secara keseluruhan. Lakukan perkusi dari area umbilikus ke arah distal
menuju hipogastrium. Vesika yang terisi menimbulkan suara pekak.
Terdengarnya suara redup menunjukkan adanya massa padat.

Auskultasi upper quadrant abdomen dapat terdengar bruit sistole pada


penderita dengan stenosis arteri renalis atau malformasi arteriovena.

B. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA


a. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik normal genitalia eksterna pria
dan wanita
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik kelainan-kelainan genitalia
eksterna pria dan wanita
b. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik genitalia termasuk prosedur rutin yang harus dikerjakan pada
penderita dengan indikasi kelainan genitalia dan traktus urinarius segmen distal.
Pada modul ini hanya akan dijelaskan pemeriksaan genetalia eksterna pria dan
wanita karena pemeriksaan fisik genitalia interna akan dijelaskan pada

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

pembahasan reproduksi. Sedangkan pemeriksaan Rectal Toucher


pemeriksaan prostate telah dijelaskan pada pembahasan digestif.
c.

untuk

Anamnesis
Anamnesis untuk gangguan-gangguan genitalia bukanlah hal yang mudah karena
berkaitan dengan privasi seseorang, yaitu kehidupan seksualnya. Karena itu untuk
mendapatkan informasi yang akurat, anamnesis harus dilakukan dengan tenang,
hati-hati, mudah dimengerti dan harus dijaga kerahasiaannya.
1. Identitas
Identitas pasien merupakan salah satu komponen penting pada anamnesis
karena identitas tersebut dapat mengarahkan diagnosis berdasarkan
epidemiologinya.
2.

Keluhan pada kelainan genetalia


Sebagian besar keluhan-keluhan pada kelainan genitalia hampir sama dengan
gangguan pada saluran kemih bagian bawah karena letaknya yang sangat
berdekatan (pada pria menjadi satu saluran), seperti gangguan pada saat
berkemih dan nyeri perut bagian bawah. Keluhan lain yang sering muncul
adalah:

Duh tubuh
Terjadi karena adanya infeksi pada genitalia baik pria dan wanita baik
infeksi spesifik maupun nonspesifik dan perlu dibedakan kekentalannya
untuk membantu mengarahkan diagnosis

Keluhan pada penis


Bengkak dapat terjadi karena adanya keradangan atau obstruksi pada
vena-vena di sekitar penis
Luka dapat disebabkan oleh sifilis, chancroid, limfogranuloma venereum
dan herpes genitalis
Benjolan dapat disebabkan oleh adanya neoplasma kulit, sifilis atau
kondiloma akuminata
Kemerahan dan nyeri sering terjadi akibat proses infeksi

Keluhan pada skrotum


Buah zakar membesar dapat disebabkan oleh tumor testis, hidrokel,
spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.
Buah zakar merah dan nyeri dapat disebabkan oleh orchitis atau abses
skrotum.
Buah zakar teraba berkelok-kelok disebabkan oleh varikokel.
Buah zakar di luar kantong disebut dengan kriptorkismus.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Keluhan pada vulvovagina


Bengkak disertai rasa nyeri seringkali menunjukkan adanya bartolinitis
Luka dapat disebabkan oleh sifilis, ulkus mole dan herpes genitalis
Benjolan dapat disebabkan oleh neoplasma kulit, sifilis, kondiloma
akuminata

Keluhan pada inguinal


Keluhan pada inguinal berkaitan dengan pembesaran kelenjar getah
bening atau adanya hernia yang mungkin disertai dengan rasa nyeri dan
tanda-tanda keradangan lainnya.

3.

Keadaan umum dan keluhan lain yang dirasakan

Demam

Komplikasi IMS seperti erupsi kulit, nyeri sendi, gangguan haid atau
gangguan kehamilan

Pembesaran kelenjar getah bening regional atau general

4.

Pengobatan yang telah diberikan


Perlu diketahui pengobatan apa yang telah diberikan untuk pasien sebelumnya
baik topical maupun sistemik dengan penekanan pada antibiotika.

5.

Riwayat seksual

Kontak seksual baik di dalam maupun di luar pernikahan

Kontak seksual dengan pasangan setelah mengalami gejala

Frekuensi dan jenis kontak seksual (homo atau hetero)

Cara melakukan hubungan seksual (genitogenital, orogenital


anogenital)

6.

atau

Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga

d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Periksa tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu tubuh.
b. Adakah lesi pada kulit, mata, mulut atau selaput lendir lainnya.
2.

Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan fisik spesifik pada genitalia eksterna pada pria meliputi
pemeriksaan inguinal, perineum, penis dan skrotum sedangkan pada wanita
meliputi inguinal, perineum, labia mayora dan minora dan vagina.

Persiapan
Pada pemeriksan genitalia pasien diposisikan tidur telentang di atas meja
pemeriksaan senyaman mungkin. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan
pasien. Untuk pemeriksaan vulvo-vagina pasien diposisikan litotomi dan
pemeriksa berada di distal pasien. Bantu pasien melepaskan pakaian
sehingga lapang pandang pemeriksaan terbuka. Lakukan pemeriksaan
menggunakan sarung tangan steril dengan prinsip bersih

Pemeriksaan inguinal
Inspeksi daerah inguinal untuk melihat adanya massa, atau tandatanda keradangan.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Palpasi daerah inguinal untuk menentukan adanya massa. Jika ada,


tentukan jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas, permukaan, batas dan
rasa nyeri.

Auskultasi dilakukan pada kasus hernia untuk menentukan adanya


peristaltik usus.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Pemeriksaan perineum
Inspeksi daerah perineum dan pubis, amati adanya edema, pedikulosis
atau lesi kulit lainnya seperti warts, vesikel, erosi dan ulkus.
-

Palpasi daerah perineum untuk menentukan adanya massa atau lesi


kulit. Jika terdapat massa catat sifatnya meliputi jumlah, ukuran,
konsistensi, mobilitas, permukaan, batas dan rasa nyeri. Jika terdapat
lesi kulit catat sifatnya meliputi jumlah, bentuk, permukaan, tepi dan
warnanya.

Pemeriksaan penis
Inspeksi penis dari pangkal sampai dengan ujung penis.
1. Amati batang penis, adakah pembengkakan, tanda-tanda
keradangan atau lesi kulit lainnya. Jika terdapat lesi kulit catat
sifatnya.
2. Pada pasien yang tidak disirkumsisi, tarik kulit ke proksimal
semaksimal mungkin untuk melihat adanya balanitis, postitis,
warts atau tumor. Perhatikan juga daerah sulkus koronarius untuk
melihat adanya lesi dan hygiene pasien
3. Inspeksi glans penis dan permukaan dalam kulit di atasnya untuk
melihat adanya lesi kulit.
4. Buka glans penis dengan cara dijepit menggunakan ibu jari dan
telunjuk pada posisi jam 6 dan 12 kemudian inspeksi adanya
stenosis meatal atau lesi intrauretral seperti warts.
5. Inspeksi meatus eksterna uretra untuk mengetahui adanya
meatitis, duh tubuh, lesi atau kelainan kongenital seperti
hipospadia atau epispadia. Jika terdapat duh tubuh, catat sifatnya
meliputi konsistensi, warna, bau dan volumenya. Jika tidak
ditemukan duh tubuh, uretra dipijat dengan hati-hati dari pangkal
sampai ke meatus untuk memastikan adanya sekret.
Palpasi jika terdapat lesi atau massa dan catat sifatnya.

Pemeriksaan skrotum
Inspeksi skrotum apakah terdapat asimetri, eritema atau lesi seperti
kista, hemangioma dan massa lainnya
-

Palpasi skrotum dengan hati-hati untuk menentukan ukuran, rasa


nyeri, indurasi atau massa padat

Transiluminasi dilakukan di ruang gelap untuk menentukan isi dari


skrotum. Letakkan sumber cahaya di belakang skrotum. Amati bagian
depan skrotum. Cahaya akan ditransmisikan dengan baik melalui
struktur kista jinak (hidrokel atau spermatokel) tetapi tidak melalui
massa padat (tumor atau massa hernia)

Auskultasi dilakukan untuk menentukan


mendengar ada/tidaknya peristaltik usus.

isi

skrotum

dengan

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

KETERAMPILAN PUNGSI SUPRAPUBIK


a. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pungsi suprapubik
2. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pungsi suprapubik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pungsi suprapubik
b. Pendahuluan
Pungsi suprapubik merupakan salah satu tindakan bedah minor berupa
pemasangan kateter vena melalui area suprapubik yang bertujuan untuk
pengosongan kandung kemih. Tindakan ini dilakukan pada semua pasien dengan
retensio urine akut dimana kateter urine tidak tersedia atau pemasangan kateter
urine tidak dapat dilakukan akibat obstruksi. Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah hematom, perlukaan pada organ-organ intrapelvis, laserasi usus atau
rupture pembuluh darah.
c.

Alat dan Bahan

Meja pemeriksaan

Lampu pemeriksaan

Air mengalir dan


sabun

Handuk kering

Meja instrumen

Sarung tangan steril

Kassa steril

Pinset steril

Tempat
antiseptic
steril

Larutan antiseptik
Duk lubang steril
Disposable syringe 3
cc
Lidokain
2%
(pecahkan
leher
ampul)
Kateter intravena no.
16
Tempat pembuangan
urine

d. Prosedur Tindakan
1. Informed consent

Jelaskan prosedur kepada pasien

Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien

Jelaskan bahwa pasien akan merasa tidak nyaman dengan tindakan yang
dilakukan

Pastikan pasien telah mengerti dengan apa yang telah dijelaskan

Minta persetujuan tindakan kepada pasien


2.

Siapkan alat dan bahan

3.

Prosedur tindakan

Minta pasien untuk berbaring senyaman mungkin di atas meja


pemeriksaan

Cuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun kemudian keringkan
dengan handuk.

Pasang sarung tangan dengan prinsip steril

Pemeriksa berdiri di sebelah kiri pasien

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Ambil kasa steril dengan pinset, celupkan ke dalam larutan antiseptic


kemudian usapkan ke kulit area suprapubik secara melingkar dari dalam
kearah luar
Letakkan duk lubang pada area yang telah diberi antiseptic
Siapkan disposable syringe kemudian ambil lidokain untuk prosedur anestesi
lokal (infiltrasi kulit)
Lidokain disuntikkan di garis tengah suprapubik sekitar 2 cm di atas tulang
pubis, sesuai dengan letak vesika urinaria
Tunggu sekitar 5 menit agar anestesi bekerja
Tusukkan kateter intravena ke vesika urinaria dengan sedikit menyudut ke
arah bawah secara hati-hati
Setelah urin keluar, segera lepaskan jarumnya dan tampung urin yang keluar
Jika kandung kencing sudah kosong, lepaskan kateter kemudian tutup luka
pungsi dengan kassa steril yang telah diberi larutan antiseptic
Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan dan pasien
boleh duduk kembali
Rujuk pasien ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

PEMASANGAN KATETER URIN


TUJUAN PELATIHAN:
Pada akhir pelatihan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1.
2.
3.

Menjelaskan jenis-jenis kateter urin


Mengidentifikasi indikasi pemasangan kateter urin
Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang benar

TINJAUAN PUSTAKA: REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM NU


Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing fungsinya.
Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan
asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air,
elektrolit dan non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga
mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia
asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekkresi renin, bentuk aktif
vitamin D dan eritropoetin. (Hall, 2003; Price and Wilson, 1995)
Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Urethra
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena
tertekan ke bawah oleh hati. Kutup atasnya terletak setinggi kosta keduabelas, sedangkan
kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta sebelas.
Ginjal terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:
Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai
sistem filtrasi.

Nefron

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron
yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama, dengan demikian pekerjaan
ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron tersebut. Setiap
nefron tersusun dari kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai
duktus pengumpul. Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari darah dan
membentuk urin untuk dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi cairan.
2. Ikut mengatur pH darah.
3. Membuang sisa metabolisme darah.
Medula ginjal
Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid, tampak
bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron.
Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini.
Papila ginjal
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari
persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
Kaliks
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal
berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu
membentuk kaliks mayor yang selanjutnya bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis ginjal
merupakan reservoir utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal
dengan kandung kemih.
Ureter
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci, terbentang dari ginjal
sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke kandung
kemih. Urin mengalir melalui ureter karena adanya gerakan peristaltik ureter. Sebuah
membrane yang terletak pada sambungan ureter dan kandung kemih berfungsi sebagai
katup untuk mencegah aliran balik urin.
Kandung kemih
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di
belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter dan
satu muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan
kemih sebelum meninggalkan tubuh dan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh. Kandung kemih dapat menampung sampai dengan 1000
ml urin. Ketika mencapai 250 ml urin dalam kandung kemih, pesan berkemih terkirim
melalui corda spinal, sehingga seseorang merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin
dikontrol oleh spingter interna dan eksterna.
Urethra
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih
sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 3-5 cm mulai dari dinding anterior vagina
dan keluar diantara klitoris dan ostium vagina. Pada pria panjangnya sekitar 18-20 cm,
melewati prostate sampai glands penis. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus
urinarius. (Hall, 2003 ; Price and Wilson, 1995)

Pengosongan Kandung kemih

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Urin yang terbentuk di ginjal mencapai kandung kemih oleh peristaltik ureter.
Setelah terkumpul urin akan dikeluarkan melalui proses miksi yang dikoordinasi oleh reflek
miksi.
Proses miksi awali oleh oleh timbulnya potensial aksi akibat rangsangan pada
Stretch receptor di dinding kandung kemih yang telah terisi urin. Potensial aksi dikirim ke
medulla spinalis sakralis melalui saraf aferen. Medulla spinalis sakralis mengirim impuls ke
saraf parasimpatis sakral dan ke interneuron. Interneuron meneruskan inpuls ke talamus.
Talamus menyebarkan impuls ke kortek serebri. Timbulah kesadaran adanya kandung
kemih yang penuh urin.
Rasa ingin miksi timbul bila isi kandung kemih mencapai 200 ml. Refleks miksi
mulai berfungsi bila Stretch receptor
mengirimkan impuls yang adekuat ke neuron
parasimpatis preganglion di medula spinalis sakralis. Saraf parasimpatis memacu kontraksi
di m. Detrusor.
Kontraksi m. Detrusor meningkatkan tekanan dalam kandung kemih. Miksi terjadi
setelah spingter uretra interna dan eksterna terbuka. Spingter ekterna di bawah kendali
saraf pusat.
Banyak hal dapat menggangu proses miksi yang normal, baik berupa kelainan
anatomik maupun fungsional kandung kemih dan uretra maupun kelainan saraf. Gangguan
miksi akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut dalam sistem urinaria. Ada beberapa
tindakan invasif untuk mengatasi gangguan miksi ini. Tindakan tersebut antara lain
kateterisasi uretha, kateterisasi supra pubik, pungsi supra pubik. (martini, 2000)
KATETER URIN
Definisi:
Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh
manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih
(Anonim, 2005)
Jenis-jenis kateter urin:
Jenis-jenis kateter urin yang dikenal antara lain:
1. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter urin yang
berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempunyai
bermacam-macam ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar diameternya.
Pemasangan melalui uretra.
2.

Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter


yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama,
dapat digunakan untuk waktu lebih lama ( 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau
plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat
mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam
kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit,
cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih dan dapat
disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga
cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas, sementara
cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi yang
steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar
lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat
mahasiswa Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, no date)

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

3.

Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan kateter paling baru
yang dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak
mengandung antimikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi
antimikroba belum sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas
dan belum jelas keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat
dilakukan oleh dokter urologi dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor
(Saint, no date)

UKURAN KATETER
Wanita dewasa
Laki-laki dewasa
Anak-anak
Panjang urethra
Kateter yang masuk
Yang diberi jelly

Kateter no 14/16
Kateter no 18/20
Kateter no 8/10
Wanita
3,7 6 cm
5 - 7,5 cm
3 - 4 cm

Laki-laki
14 - 20 cm
15 - 22,5 cm
5 7,5 cm

TUJUAN PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)


1.
2.
3.

Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih,


terutama pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat,
terbatas pergerakannya atau pasien dengan penurunan kesadaran.
Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa
infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh
tegang sehingga menekan unsur lain.
Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di kandung
kemih karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga
kulit tetap utuh dan tidak terinfeksi.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

4.
5.

Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.


Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara
normal.

KONTRA INDIKASI PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)


1.
Striktur urethra
2. Ruptura urethra
3.
Infeksi uretra (relatif)
ALAT DAN BAHAN
1. Kateter urin
2. Urin bag
3. Sarung tangan steril
4. Set bengkok dan pinset steril
5. Kapas dan cairan sublimate
6. Jelly
7. Plester
8. Perban
9. Spuit dan Steril water aquadest
10. Bengkok tidak steril
11. Alas/ Perlak kecil
12. Handuk kecil + Waskom isi air hangat + sabun
13. Sampiran
14. Lampu

PROSEDUR TINDAKAN

1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Tarik tirai tempat tidur dan atur posisi
a. Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
b. Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
c. Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
4. Pasang urin bag
5. Pasang perlak atau alas pada klien
6. Tuangkan cairan antiseptic
7. Sediakan spuit isi aquadest
8. Cuci tangan dengan cara furbringer
9. Pasang sarung tangan

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Lakukan vulva/perineum hygiene


Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter
Masukkan kateter sampai urin mengalir
Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominant dari labia atau dari penis
ke kateter.
Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter 2,5 cm
Fiksasi kateter
Bantu pasien pada posisi yang nyaman
Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan
sekali pakai
Cuci tangan

KOMPLIKASI
1. Ruptur urethra
2. Infeksi saluran kemih
3. Striktur urethra
REFERENSI
1. http://www.snihc.com/patientEducation. Diakses 4 Februari 2005.
2. Anonim.2005.Urinary Catheter. (Online).
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm. Diakses 1 februari 2005
3. DeCapite,T.,A.Richards.No Date.Nosocomial Urinary tract Infection
http://www.Hopkins.heic.org/Infectious_diseases/Urinary_tract.htm. Diakses 20
Desember 2004.
4. Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line).
http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15a.htm. Diakses 3 Januari 2005.
5. Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line).
http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15b.htm. Diakses 3 Januari 2005.
6. Hall,J. 2003. CatheterizationBasics. (On line).
http://www.nursingceu.com/NCEU/courses/cath/. Diakses 1 februari 2005
7. Senat Mahasiswa Fakultas Kedoktran Universitas Gadjah Mada. 1988. Penuntun
Tindakan Medik bagi Dokter Umum. Andi Ofset, Yogyakarta. Hal. 1-2.
8. Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2000. Panduan Praktek Profesi
Keperawatan. Jakarta.

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

SIRKUMSISI

TUJUAN
Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis
2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi
3. Melakukan sirkumsisi dengan benar

TINJAUAN PUSTAKA
Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam
budaya jawa dikenal dengan istilah sumpit pada dasarnya adalah pemotongan sebagian
dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas.
Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran
kencing dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya
hubungan seksual.
Penis dibagi menjadi tiga regio : pangkal penis, korpus penis, dan glans penis.
Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis pubis. Korpus
penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah
bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan
bagian leher yang terletak antara korpus penis dan glans penis.
Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos
dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur
dibawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh
limfe superficial. Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang
merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan
erektil, corpora cavernosa dan corpus spongiosum.
Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut preputium. Preputium melekat di
sekitar corona radiata dan melanjut menutupi glans. Kelenjar-kelenjar preputium yang
terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan waxy material yang
dinamakan smegma. Sayangnya, smegma merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di daerah ini, khususnya bila
higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi problem ini
adalah dengan sirkumsisi.
Prosedur sirkumsisi di barat khususnya USA umum dilakukan segera pada bayi baru
lahir. Dari sisi agama, budaya dan dukungan data epidemiologi, sirkumsisi dianggap
memiliki pengaruh yang baik bagi kesehatan reproduksi walaupun hal ini masih menjadi
perdebatan di kalangan ahli.
Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 25% pria telah disirkumsisi.
Bukti
epidemiologi yang kuat menunjukkan pengaruh sirkumsisi : pria yang telah disirkumsisi
(dewasa dan neonatus) memiliki resiko lebih kecil menderita infeksi saluran kemih,
penyakit genitalia ulseratif, karsinoma penis, dan infeksi HIV dibandingkan dengan pria
yang tidak disirkumsisi.
Walaupun demikian, sirkumsisi pada neonatus tetap menjadi perdebatan. Sirkumsisi
dianggap memiliki risiko dan efek negative seperti nyeri, perdarahan, trauma penis, dan
infeksi postoperasi. Banyak praktisi medis yang merasa bahwa prosedur sirkumsisi pada
neonatus memiliki efek negative yang lebih besar dibandingkan bila dilakukan pada pria
dewasa. American Academy of Pediatrics dan Canadian Paediatrics Society tidak
menjadikan sirkumsisi sebagai prosedur rutin pada neonatus, tetapi keduanya dapat saja

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

melakukannya dengan dukungan dan persetujuan orang tua berdasarkan evaluasi medis
individu dengan melihat keuntungan dan kerugiannya.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang dibutuhkan dalam sirkumsisi adalah :
1. Sirkumsisi set
2. Spuit 3 cc
3. Jarum jahit jaringan
4. Duk steril
5. Obat anestesi local (lidokain, prokain, bupivakain)
6. Povidon Iodine
7. Kasa steril
8. Catgut plain
9. Plester
10. Handscoen

PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN
1.
2.

Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan


Menempatkan alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilahkan pasien untuk


berbaring)
Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka, perdarahan
dan penyembuhan luka, kelainan epispadia dan hipospadia)
Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan sopan
Melakukan cuci tangan furbringer
Memakai handscoen steril
Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal
Memasang duk steril dengan benar
Melakukan anestesi blok n.pudendus
Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal
Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma menggunakan
kasa betadin sampai corona glandis terlihat.
Kembalikan preputium pada posisi semula
Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6
Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
Lakukan jahit kendali mukosa kulit pada jam 12
Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum
pada klem jam 6
Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan
melingkar)
Jahit angka 8 pada frenulum
Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan
Balut luka dengan kasa steril
Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
Pemberian obat dan edukasi pasien

DAFTAR PUSTAKA
Syamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.

1) PENILAIAN KETRAMPILAN ANAMNESIS


2) PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NU
3) PENILAIAN KETERAMPILAN PUNGSI SUPRA PUBIK
4) PENILAIAN KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

5) PENILAIAN KETERAMPILAN SIRKUMSISI

1) PENILAIAN KETRAMPILAN ANAMNESIS

No

Aspek yang dinilai

Memberikan salam dan tersenyum pada pasien

Memperkenalkan diri kepada pasien

Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat)

Menjelaskan tujuan dilakukannya anamnesis pada pasien

Menanyakan keluhan utama

Menanyakan onset keluhan utama

Menanyakan kuantitas

Menanyakan kualitas

Menanyakan faktor yang memperberat

10

Menanyakan faktor yang memperingan

11

Menanyakan gejala lain yang menyertai

12
13

Menanyakan riwayat penyakit dahulu


Menanyakan riwayat penyakit keluarga

14

Menanyakan riwayat sosial dan lingkungan

15

Menyusun resume singkat hasil anamnesis pasien

16

Menjelaskan langkah berikutnya yang akan dilakukan

17

Menanyakan pertanyaan yang sistematis pada pasien

18

Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya

19

Mengakhiri anamnesis dengan ucapan salam

TOTAL SKOR

Nilai
0

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

2) PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NU


No
Uraian
.
Persiapan
1
Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2
Memberikan keterangan yang jelas mengenai prosedur dan tujuan
pemeriksaan yang akan dilakukan
3
Meminta persetujuan segera setelah pasien mengerti prosedur
pemeriksaan
4
Mempersiapkan peralatan
- Lampu penerangan
- Flash light
- Air dan sabun
- Handuk bersih dan kering
- Sarung tangan steril
5
Minta pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan senyaman
mungkin
6
Mencuci tangan dengan sabun kemudian mengeringkannya
dengan handuk
Pemeriksaan fisik abdomen
7
Inspeksi regio abdomen, suprapubik dan kostovertebra
8
Palpasi area sudut kostovertebra dan dinding abdomen di atasnya
(kanan dan kiri) dengan menggunakan dua tangan. Ginjal diraba
pada saat inspirasi dalam
9
Melakukan palpasi area suprapubik/hipogastrik
10 Melakukan perkusi area suprapubik
11 Auskultasi kwadran atas abdomen untuk mendengar adanya bruit
12 Palpasi dan perkusi sudut kostovertebra kanan dan kiri untuk
menentukan adanya flank pain (nyeri ketok)
Pemeriksaan fisik genetalia
13 Memakai sarung tangan dengan benar
14 Inspeksi dan palpasi batang penis, adakah pembengkakan, tandatanda peradangan atau lesi kulit lainnya. Jika terdapat lesi kulit
catat sifatnya. Pada pasien yang tidak disirkumsisi, tarik kulit ke
proksimal semaksimal mungkin untuk melihat lesi. Perhatikan juga
daerah sulkus koronarius untuk melihat adanya lesi dan hygiene
pasien
15 Inspeksi
glans penis dan permukaan dalam kulit di atasnya untuk melihat
adanya lesi kulit .Buka glans penis dengan cara dijepit
menggunakan ibu jari dan telunjuk pada posisi jam 6 dan 12
kemudian inspeksi adanya lesi
16 Inspeksi meatus eksterna uretra untuk mengetahui adanya
meatitis, duh tubuh, lesi atau kelainan kongenital seperti
hipospadia atau epispadia. Jika terdapat duh tubuh, catat
sifatnya . Jika tidak ditemukan duh tubuh, uretra dipijat dengan
hati-hati dari pangkal sampai ke meatus untuk memastikan

Nilai
0 1 2

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

17
18
19

adanya sekret
Inspeksi dan palpasi skrotum untuk menentukan ada/tidaknya lesi
Melakukan transiluminasi skrotum
Membereskan alat dan dokumentasi

3) PENILAIAN KETERAMPILAN PUNGSI SUPRA PUBIK


No
Uraian
.
Persiapan
1
Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
2
Memberikan keterangan yang jelas mengenai prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilakukan
3
Jelaskan bahwa pasien akan merasa tidak nyaman dengan
tindakan yang dilakukan
4
Meminta persetujuan segera setelah pasien mengerti prosedur
tindakan
5
Mempersiapkan peralatan
6
Minta pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan senyaman
mungkin
7
Menyalakan lampu ke area pemeriksaan
8
Mencuci tangan dengan sabun kemudian mengeringkannya
dengan handuk
Prosedur Tindakan
9
Pasang sarung tangan dengan prinsip steril
10 Pemeriksa berdiri di sebelah kiri pasien
11 Ambil kasa steril dengan pinset, celupkan ke dalam larutan
antiseptik (povidon iodine) kemudian usapkan ke kulit area
suprapubik secara melingkar dari dalam kearah luar
12 Letakkan duk lubang pada area yang telah diberi antiseptik
15 Tusukkan abocath ukuran besar (14,16,18) ke vesika urinaria tegak
lurus (90 derajat), sedalam 1 cm, jika urin sdhkeluar, cabut
jarumnya, dan dorong dengan sedikit menyudut ke arah bawah
secara hati-hati
16 Setelah urin keluar, segera lepaskan jarumnya dan dorong kateter
ke dalam.
17 Fiksasi dengan menggunakan plester, posisi kateter harus dalam
kondisi tegak lurus.
18 Tampung urin yang keluar dengan urin bag.
19 Jika penyebab retensio urin sudah teratasi, lepaskan kateter
kemudian tutup luka pungsi dengan kassa steril yang telah diberi
larutan antiseptic
18 Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan
dan pasien boleh duduk kembali
19 Membereskan alat dan dokumentasi

Nilai
1 2

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

4) PENILAIAN KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER


N
o
1
2
3
4

8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5

1
6
1
7
1
8
1
9
2
0

Aspek yang dinilai


Memberikan salam dan memperkenalkan diri
Menyiapkan alat dan bahan
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien, tujuan,
indikasi, komplikasi
Mengatur posisi pasien
a. Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
b. Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut
fleksi
c. Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
Memasang perlak di bokong pasien
Menyiapkan urin bag
Cuci tangan dengan cara fuerbringers method
Memakai sarung tangan dengan benar (prinsip steril)
Lakukan sterilisasi
a. Wanita: di vulva sampai dengan perineum
b. Pria: dari OUE sampai pangkal penis
Arah putaran dari dalam ke luar.
Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter, dilakukan oleh
asisten
Ambil spuit yang sudah diisi jelly (3cc) oleh asisten, semprotkan ke
dalam OUE untuk melumasi urethra.
Pegang kateter dengan posisi menggulung, lalu masukkan kateter
perlahan-lahan sampai pangkal percabangan kateter
a.
Pada laki-laki tegakkan penis 45 o, masukkan kateter 6-9
inchi, sambil pasien dianjurkan tarik nafas.
b.
Pada perempuan, pastikan lubang uretra, masukan 2-3 inchi
Jika urin tidak langsung mengalir, aspirasi dengan menggunakan
spuit
Jika sudah dipastikan kateter masuk VU (urin keluar), kembangkan
balon dengan spuit 15 cc, kemudian tarik kateter 2,5 cm hingga
ada tahanan
Menghubungkan kateter dengan urin bag
Fiksasi kateter ke bawah abdomen pasien pria atau pada paha
depan untuk wanita, bantu pasien kembali ke posisi nyaman
Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alatalat yang bukan sekali pakai
Cuci tangan dan dokumentasi

TOTAL SKORE = 20

Skore
0 1 2

Lab. Ketrampilan Klinik FKIK-UNSOED 2013

5) PENILAIAN KETRAMPILAN SIRKUMSISI


N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Aspek yang dinilai


Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang
diperlukan
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, indikasi, komplikasi
dan meminta persetujuan
Melakukan anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat
luka, perdarahan dan penyembuhan luka, kelainan epispadia dan
hipospadia)
Meminta pasien membuka celana/sarung dan menenangkan
pasien dengan sopan
Melakukan cuci tangan fuerbringers method
Memakai sarung tangan
Desinfeksi daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis
secara sentrifugal
Memasang duk steril dengan benar
Melakukan anestesi blok n.pudendus
Melakukan anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah
proximal
Melakukan konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
Membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari
smegma menggunakan kasa betadin sampai corona glandis
terlihat.
Kembalikan preputium pada posisi semula
Klem preputium pada jam 11 dan jam 1
Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
Lakukan jahit kendali mukosa kulit pada jam 12
Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan
menyisakan preputium dan frenulum pada jam 6
Lakukan jahitan terputus mengelilingi corona glandis (jam 3 dan
jam 9)
Jahit pada frenulum untuk meligasi pembuluh darah di frenulum
Lakukan pemotongan frenulum di distal jahitan
Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka
jahitan
Balut luka dengan kasa steril
Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua
peralatan
Pemberian obat dan edukasi pasien
TOTAL

Skor
0 1 2

Anda mungkin juga menyukai