Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan Normal


2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri),
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain (Mochtar, 1998). Persalinan dianggap normal apabila prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit.Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
(Mochtar, 1998)
1)

Penurunan kadar progesteron


Progesteron

esterogen

menimbulkan

meninggikan

relaksasi

kerentanan

otot

otot
rahim.

rahim,

sebaliknya

Selama

kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan esterogen di dalam


darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
timbul his.
2)

Teori Oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertamabah. Oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim.


3)

Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan

kandung kencing dan lambung, bila

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi


untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula degan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot makin rentan.
4)

Pengaruh janin
Hypofisis

dan

kelenjar

suprarenal

janin

rupa-rupanya

juga

memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering


lebih lama dari biasa.
5)

Teori prostagladin

Prostagladin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah


satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

Kala Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2002) proses persalinan terdiri dari 4 kala:
1)

Kala I

Menurut JNPK-KR (2008) Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya


kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
higga serviks membuka lengkap (10cm). Kala I terdiri dari dua fase yaitu:
a)

Fase laten yaitu dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

sampai pembukaan 3 cm berlangsung selama 7-8 jam (Mochtar, 1998).


b)

Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase

yaitu periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm,


periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm, periode deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu
2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2)

Kala II

Menurut JNPK-KR (2008) kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap


(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
3)

Kala III

Menurut JNPK-KR (2008) kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
4)

Kala IV

Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui


adanya kala IV, ialah 1 jam setelah plasenta lahir. Walaupun sebenarnya
masa ini merupakan masa 1 jam pertama dari masa nifas, tetapi dari segi

praktis masa ini sebaiknya dimasukkan dalam persalinan karena pada


masa ini sering timbul perdarahan. Oleh karena itu pasien masih tetap
harus ada di kamar bersalin tidak boleh dipindahkan ke ruangan, supaya
dapat diawasi dengan baik sedangkan menurut Mochtar (1998) kala IV
adalah dimulai dari lahirnya uri selama 1- 2 jam. Saat yang paling kritis
pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum.
Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum.
Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta
lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

2.1

Definisi
Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat.

Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan
kelahiran, dan melahirkan di luar rumah sakit adalah situasi kedaruratan
yang membuat terjadi peningkatan resiko komplikasi dan/atau hasil yang
tidak baik pada klien/janin.
2.2

Etiologi

Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir atau

biasa disebut inkompetensi serviks. Inkompetensi serviks merupakan


suatu kondisi dimana serviks tidak dapat mempertahankan ketahanan
uterus sampai janin viabel. Inkompetensi cerviks ditandai dengan dilatasi
serviks tanpa rasa nyeri, tanpa disertai tanda-tanda persalinan atau
kontraksi rahim pada trimester kedua atau awal trimester ketiga, dapat
terjadi abortus spontan atau persalinan preterm.

Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat atau

biasa disebut adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri

yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang
biasa, kelainannnya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam di
sebut partus presipitatus).

Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa

nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses-proses
persalinan yang sangat kuat itu.

Kondisi analgesia yang dialami oleh

parturient disebabkan karena cepatnya proses persalinan dan ekspulsi


bayi sehingga proses terjadinya Kala 1 (pasturien merasakan nyeri
subjektif) dan Kala 2 (parturient merasakan nyeri visceral akibat laserasi
jalan lahir) terjadi bersamaan dalam waktu singkat sehingga proses nyeri
subjektif maupun visceral tidak dirasakan oleh parturient, selain itu
tingginya resistensi vascular pada myometrium saat terjadinya persalinan
dapat menekan reseptor nyeri (nosiseptor).

Kelaianan endokrinologi berupa hipertiroid maupun tirotoksikosis

yang meningkatkan kerja dari saraf simpatis. Mekanisme dari awal mula
kerja telah diterangkan di dalam sistem mammalia dan sistem hewan
primata, tetapi mekanismenya pada manusia masih belum jelas. Transisi
dari fase 0 (pasif) sampai fase 1 (aktivasi) bisa diterangkan oleh hilangnya
inhibisi

aktivitas

prostacyclin,

dan

mediator-mediator
lain-lain.

Ketika

uterus,

seperti

pengaktifan

progesteron,

terjadi,

oksitosin,

prostaglandin E2, dan prostaglandin F2 meningkat dan merangsang


kontraksi uterus.

Tumor hipofsis porterior yang spesifik mengeluarkan oxytocin. Kerja

oksitosin yang lain meliputi: kontraksi tuba uterina (Falopii) untuk


membantu pengangkutan sperma; luteolisis (involusi korpus luteum);
peranan neurotransmiter yang lain dalam sistem saraf pusat. Oksitosin
disintesis di dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus.
Mulai dari usia kehamilan 32 minggu dan selanjutriya, konsentrasi
oksitosin-dan demikian pula aktivitas uterus-akan lebih tinggi pada malam
harinya.

Abnormalitas uterus berupa hipertrfi otot.

2.3

Patogenesis

Akibat Pada Ibu


Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yang
serius jika serviks mengadakan penipisan serta dilatasi dengan mudah,
vagina sebelumnya sudah teregang dan perineum dalam keadaan lemas
(relaksasi). Namun demikian, kontraksi uterus yang kuat disertai serviks
yang panjang serta kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak
teregang dapat menimbulkan rupture uteri atau laserasi yang luas pada
serviks, vagina, vulva atau perineum.
Dalam keadaan yang terakhir, emboli cairan ketuban yang langka
itu besar kemungkinannya untuk terjadi. Uterus yang mengadakan
kontraksi dengan kekuatan yang tidak lazim sebelum proses persalinan
bayi, kemungkinan akan menjadi hipotonik setelah proses persalinan
tersebut dan sebagai konsekuensinya, akan disertai dengan perdarahan
dari templat implantasi placenta.
Akibat Pada Fetus dan Neonatus
Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipatatus
dapat meningkat cukup tajam karena beberapa hal. Pertama, kontraksi
uterus yang amat kuat dan sering dengan interval relaksasi yang sangat
singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi darah janin.
Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap proses ekspulsi
kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakronial meskipun keadaan
ini seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak
didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau
memerlukan resusitasi yang tidak segera tersedia.
2.4

Tanda dan Gejala

Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya atau tidak


menyadari kontraksi abdominal. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang
dapat diraba, bila terjadi pada ibu yang obesitas. Ketidak nyamanan
punggung

bagian

persalinan).

bawah

Kontraksi

(tidak

uterus

dikenali

yang

sebagai

lama/hebat,

tanda

kemajuan

ketidak-adekuatan

relaksasi uterus diantara kontraksi yang diistilahkan his hipertonik disebut


juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus
otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His
yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a.
b.

Terjadi persalinan tidak pada tempatnya


Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam

persalinan.
c.

Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan

inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfiksia intra uterine sampai
kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan
yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum.
Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena
mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.

Parturien

Disfungsional
Uterus

Gangguan
fungsional
kontraksi uterus
(His hipertonik)

Gangguan
struktur
myometrium
(Hipertropi)

Gangguan
Endoktrin

In kompetensi
serviks

Hipertroid

Tumor hipofisis
posterior
(peningkatan kadar
oksitosin)

Anda mungkin juga menyukai