thorax a. Efusi pleura - Jantung dan paru terdorong kea rah yang normal - Tampak garis pleura - Sudut costophrenicus tidak dapat dinilai - Gambaran perselubungan yang menutupi paru - 1/2 atau lapangan paru terdapat air fluid level b. Atelektasis ec KP - Jantung dan paru tertarik kearah lesi - Bercak infiltrate (+) pada tempat yang terdapat lesi c. TB anak - Bercak infiltrate (+) pada paru kanan dan kiri - Hilus melebar (+) - Air Bronchogram (-) d. Broncopneumonia - Bercak infiltrate (+) pada paru kanan dan kiri - Hilus tidak melebar - Air Bronchogram (+) 2. Indikasi foto polos abdomen 2 atau 3 posisi. Jelaskan secara rinci ! - Foto polos abdomen adalah pemeriksaan konvensional yang dilakukan tanpa persiapan. - Foto polos abdomen 2 atau 3 posisi dilakukan bila pasien mengeluh: a. Nyeri perut b. BAB tidak lancar c. Colic abdomen d. Abdominal discomfort - Posisi pada foto polos abdomen 2 atau 3 posisi, yaitu : a. Erect : tegak berdiri, sinar dari arah vertical, proyeksi AP b. Duduk atau setengah duduk atau berdiri : sinar dari arah horizontal, proyeksi AP c. LLD(Left Lateral Decubitus) : sinar dari arah horizontal, proyeksi AP - Tujuan dari foto polos abdomen 2 atau 3 posisi adalah untuk melihat: a. Ileus paralitik b. Ileus obstruktif c. Pneumoperitoneum
Indikasi dilakukan foto polos
abdomen 2 atau 3 posisi adalah - Jika BAB (-) lebih dari 2-3 hari - Flatus (-) lebih dari 2-3 hari - Dicurigai ileus paralitik - Dicurigai ileus obstruktif - Gambaran ileus paralitik: - Distensi usus (+) - Air fluid level (-) - Plica sirculare (+) membentuk herring bone appearance (tulang ikan) - Gambaran ileus obstruktif: - Distensi usus(+) - Air fluid level(+) - Plica sirculare (+) 3. Pemeriksaan appendicogram a. Indikasi Indikasi pemeriksaan appendicogram apabila dicurigai adanya appendicitis akut atau kronik. Yang dijumpai gambaran klinisnya : nyeri perut kanan bawah dan colic abdomen. b. Cara pemeriksaannya Menggunakan Barium sebagai kontras pada appendicogram : - Barium(kontras) + soda diminum oleh pasien 6-8 jam sebelum difoto. - Kontras diharapkan masuk sampai ke colon ascendens - Kemudian difoto c. Gambaran Rontgentnya - Normal : jika lumen appendic terisi kontras barium - Kasus Appendicitis akut : jika lumen appendic hanya terisi kontras barium sebagian saja, feeling defect (+) karena pada appendicitis akut lumen appendic sedikit terbuka sehingga zat kontras hanya sedikit yang bias masuk. - Kasus Appendicitis Kronik: jika lumen appendic tdk terisi kontras barium,feeling defect (-) karena pada appendicitis kronik sudah terjadi peradangan kronik sehingga lumen menutup dan kontras barium tidak bias masuk ke dalam lumen. 4. Beda pemeriksaan foto BNO dengan foto polos abdomen. Jelaskan ! a. Foto BNO
Pemeriksaan BNO adalah
pemeriksaan konvensional yg dilakukan dengan persiapan, yaitu : 1. 1 hari sblm pemeriksaan pasien hrs makan bubur kecap 2. Malamnya sblm pemeriksaan dilakukan, pasien harus minum obat pencahar pada jam 00.00 WIB, lalu pasien dipuasakan kira=kira 6-8 jam sampai foto dilakukan. 3. Pasien jg dianjurkan untuk mengurangi bicara. Pemeriksaan BNO dilakukan tanpa persiapan, tujunannya untuk melihat: Psoas line kanan dan kiri Kontur ginjal kanan dan kiri Distribusi udara merata atau tidak didalam usus - Pemeriksaan BNO dilakukan apabila dicurigai adanya batu pada ginjal, ureter, vesica urinaria. Yang ditandai dengan gejala klinis: Nyeri pinggang Sulit BAK Colic renal Hematuria - Penilaiannya : foto BNO dilakukan selain untuk melihat adanya batu ginjal, ureter, vesica urinaria. Yaitu untuk menilai kelainan-kelainan berupa: Massa tumor Kompresi fraktur Scoliosis lumbalis Osteopite lumbal b. Foto polos abdomen
Pemeriksaan foto polos
abdomen adalah pemeriksaan konvensional yg dilakukan tanpa persiapan. - Dilakukan dengan indikasi dan gejala klinis : Sakit perut terus menerus Perut kembung BAB tdk lancar 2-3 hari - Penilaiannya : Distensi usus +/Air fluid level +/Kompresi fraktur tulang lumbal Plica sirculare Osteopite lumbal Scoliosis lumbalis Udara didalam usus 5. Gambaran USG a. Cholecistitis kronis - Dinding menebal (+) - Hiperecoid (+) - Sludge (+) (menyerupai lumpur) b. Hepatitis Cronis - Hepar membesar (+) - Limfa membesar (+) - Struktur parenkim hiperecoid (+) c. Hydronefrosis - Pelvic calises melebar (+) - Hipoecoid bulat-bulat hitam sekitar 2-3 atau lebih (+) d. Cystitis - Dinding menebal (+) - Hiperecoid (+) - Irregular (+) e. Nephrolithiasis - Gambaran batu hiperecoid (+) pd ginjal atau kanan - Acutic shadow (+) pd ginjal kiri atau kanan