ILEUS OBSTRUKTIF
Disusun oleh :
Nadya Paramardini
20120310089
Pembimbing :
dr. R.S. Sulistijawati, Sp. Rad., M.Sc
C. ANALISIS
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang
menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang
(iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi usus yang terjadi oleh karena obstruksi
menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk
terjadi translokasi kuman. Penyebab ileus obstruktif antara lain :
a. Hernia inkarserata (usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia)
b. Adhesi atau perlekatan usus
c. Invaginasi (disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak)
d. Askariasis
e. Volvulus (pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis
longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii
sehingga pasase makanan terganggu)
f. Tumor
Yang dapat ditemukan pada foto polos abdomen 3 posisi ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction)
dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepiabdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon
Identitas pasien :
a Nama : Tn. R
b Umur : 47 th
c Alamat : Tlogomulyo
d Jenis kelamin : Laki-laki
Anamnesis :
Keluhan Utama : Pasien di bawa ke IGD RSUD Temanggung karena nyeri perut
disertai BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh nyeri perut (+), demam (-), sesak
nafas (-), mual (+), muntah (+), BAK (-) sejak 1 hari lalu, BAB cair (+) sejak 1
hari lalu yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada keluhan seperti ini sebelumnya, riwayat
dirawat di RS (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik
Pre-Operasi
Tanggal 5 Februari 2017
Keadaan umum, kesadaran : tampak kesakitan, compos mentis
Vital sign:
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
GCS E4V5M6
Kepala : Normocephal, simetris
Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, reflex cahaya (+/+).
Mulut : bibir sianosis (-), mukosa pucat (-), lembab (+).
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-).
Thoraks
Jantung
- Inspeksi : ictus kordis (-)
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Auskultasi : S1-S2 reguler, bunyi jantung tambahan (-)
Paru-paru
- Inspeksi : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : ketinggalan gerak (-), vokal fremitus sama kanan-kiri
- Perkusi : sonor seluruh lapang pandang
- Auskultasi : vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : distensi (+)
- Auskultasi : peristaltik meningkat (+)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas
Akral hangat, perfusi jaringan baik, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
Pemeriksaan Fisik Post Laparotomi
Tanggal 18 Februari 2017
Keadaan umum, kesadaran : cukup, compos mentis
Vital sign:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
GCS E4V5M6
Kepala : Normocephal, simetris
Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, reflex cahaya (+/+).
Mulut : bibir sianosis (-), mukosa pucat (-), lembab (+).
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-).
Thoraks
Jantung
- Inspeksi : ictus kordis (-)
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Auskultasi : S1-S2 reguler, bunyi jantung tambahan (-)
Paru-paru
- Inspeksi : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : ketinggalan gerak (-), vokal fremitus sama kanan-kiri
- Perkusi : sonor seluruh lapang pandang
- Auskultasi : vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : distensi (-)
- Auskultasi : peristaltik meningkat (-)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas
Akral hangat, perfusi jaringan baik, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap
Hemoglobin L: 10,2 g/dl (13,2-17,3)
Hematokrit L: 30 % (40-52)
Jumlah Leukosit H: 20,6 10^3/ul (3,8-10,6)
Jumlah Eritrosit L: 3,75 10^6/ul (4,4-5,2)
Hitung Jenis
Eosinofil L: 0,5 % (2-4)
Neutrofil H:87,7 % (50-70)
Limfosit L: 7,2 % (25-40)
Monosit N:4,5 % (2,0-8,0)
TERAPI
- Infus Asering 20 tpm
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Inj. Ketorolac 3x1 A
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 mg
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C., Hall J.E. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke- 9.
Jakarta : EGC .
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2.
Jakarta : EGC. Hal: 623.
Simon, G. 1981. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter
Umum. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jackson MD, Patrick G., Raiji MD, Manish. 2011. Evaluation and Management
of Intestinal Obstruction. Georgetown University Hospital, Washington,
District of Columbia.
Tanto, Chris., Liwang, Frans., Hanifati, Sonia., dkk. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapitus.