Anda di halaman 1dari 20

TAHAPAN PROSES KONSELING

NO

Unsur Tahap dan Proses Konseling

Sapa Klien: Senyum, Sapa, Salam, Jabat, Perkenalan,


Tanya Persoalan Klien: Kumpulkan data dasar

diagnosis dari semua aspek dengan metode;


ASSESSMENT

3
4
5
6

Jelaskan tujuan Konseling


Menetapkan dan menerapkan alternatif pemecahan
masalah
Menerapkan penggunaan bahan makanan, food model
atau daftar bahan makanan penukar yang ada
Konfirmasi kembali apakah klien sudah merasa puas/
mengungkapkan apa yang belum jelas
Menutup konseling gizi, mengucapkan terimakasih,
dengan senyum, sopan dan santun serta melakukan
kontak mata dengan pasien.
TERIMA KASIH

PENGERTIAN KEKURANGAN IODIUM

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder)


adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh
tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Yodium adalah sejenis mineral yang
terdapat di alam, baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
PENYEBAB KEKURANGAN IODIUM
GAKY dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal
ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis
terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang
dikonsumsinya.
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara
terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar.

Bila iodium

dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya


iodinisasi tirosin dan proses coupling.
2. Lokasi (Geografis dan non geografis)
Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini
disebabkan kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY
secara umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena
yodium yang berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan
dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung
yodium rendah bahkan tidak ada.
3. Asupan Energi dan Protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat
disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan
diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan
alat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid
keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon.
Dengan adanya defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai
tahap dalam sintesis hormon tiroid terutama tahap transportasi hormone
(Djokomoelyanto, 1994).
4. Pangan Goitrogenik

Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan


fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung zat
goitrogenik menghambat uptake yodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti
tiosianat dan isotiosianat menghambat proses tersebut karena berkompetisi
dengan yodium.
CARA PENANGANAN KEKURANGAN IODIUM
Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia.
Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997
2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI
pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan
kerja sama lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah dimulai sejak
pemerintahan Belanda melalui distribusi garam beryodim ke daerah endemik
berat. Penanggulangan GAKI dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :
A. Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam
konsumsi dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium.
B. Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara
oral maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah
endemik berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974.

DAMPAK KEKURANGAN IODIUM PADA ANAK USIA SEKOLAH


Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium
menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok
umur yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini
dapat disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif
rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium
memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak
yang berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi
yodium akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3
otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3

serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah,
yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4
serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap
kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan
bodoh dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa.
Keadaan lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain
halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang
otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium
otak tetap tidak dapat kembali normal.
CARA PENCEGAHAN KEKURANGAN IODIUM PADA ANAK USIA
SEKOLAH
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100
g/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika
garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap
3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun.
Untuk pencegahan khususnya pada daerah dataran tinggi yang jauh dari
laut dengan kadar iodium pada tanah yang kurang dapat mengkonsumsi garam
beryodium atau banyak mengkonsumsi ikan-ikan laut. Dapat dibeli di pasar
tradisional ataupun di pasar modern karena saat ini garam beryodium dan ikan
laut sudah banyak dijual dipasaran. Tapi harus tetap berhati-hati karena banyak
juga ikan-ikan laut yang palsu di formalin ataupun sudah dibekukan lama bukan
sehat yang didapat tetapi penyakit kanker yang akan menyerang tubuh kita.
Beberapa nutrisi penting yang diperlukan anak usia sekolah diantaranya
adlah sumber karbohidrat, protein, zat besi, asam mineral, vitamin A dan C,
yodium, lemak, mineral,zink,vitamin B kompleks.

1. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa
darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan koleh kelenjar pankreas sangat
penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang
normal (non diabetes) waktu puasa antara60-120 mg/dL dan dua jam sesudah
makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin,
keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung
naik. Gejala bagi penderita Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak
minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri),
badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar
gula darah pada waktu puasa 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu 200
mg/dL (Badawi, 2009).
2. Penyebab Diabetes Mellitus

Orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus adalah :
a.

Usia diatas 45 tahun


Pada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun, hal ini
diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi
berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak menerima
insulin.

b. Obesitas atau kegemukan


Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat
memicu munculnya Diabetes Mellitus.
c. Pola makan
Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian
masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh
dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan gorengan yang
mengandung nilai gizi yang minim.

d. Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga


Sekitar 15-20 % penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
mempunyai riwayat keluarga Diabetes Mellitus, sedangkan IDDM (Insulin
Dependen Diabetes Mellitus) sebanyak 57% berasal dari keluarga Diabetes
Mellitus.
e. Kurangnya berolahraga atau beraktivitas
Olahraga dapat dilakukan 3-5 kali seminggu, kurang berolahraga dapat
menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat
mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan
Diabetes Mellitus.
3. Tipe Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus Tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).

Penyebab utama Diabetes Mellitus Tipe I adalah terjadinya kekurangan


hormon insulin pada proses penyerapan makanan. Fungsi utama hormon
insulin dalam menurunkan kadar glukosa secara alami dengan cara :
a. Meningkatkan jumlah gula yang disipan didalam hati.
b. Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula.
c. Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.
Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula
dalam darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati.
Sebagian gula disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah
fungsi hormone insulin sebagai stabilizer alami terhadap kadar glukosa
dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi (produksi) hormone insulin
ataupun terjadi gangguan pada proses penyerapan hormone insulin pada selsel darah maka potensi terjadinya Diabetes Mellitus sangat besar sekali.
2.

Diabetes Mellitus Tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes


Mellitus).Jika pada Diabetes Mellitus Tipe I penyebab utamanya adalah dari
malfungsi kelenjar pankreas, maka pada Diabetes Mellitus Tipe II, gangguan
utama justru terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni
sel-sel darah. Dalam kondisi ini produktivitas hormone insulin bekerja
dengan baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas volume reseptor yang
cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin. Dibawah
ini terdapat beberapa fakor-faktor yang memiliki peranan penting terjadinya
hal tersebut :
a. Obesitas.
b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
c. Kurang gerak badan (olahraga).
d. Faktor keturunan.
Diabetes Mellitus tidak menakutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-gejala
yang timbul sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru akan
menjerumuskan kedalam komplikasi yang lebih fatal. Jika berlangsung
menahun kondisi penderita Diabetes Mellitus berpeluang besar menjadi
ketoasidosis ataupun hipoglikemia.

4. Komplikasi dari Diabetes Mellitus


1. Impoten atau disfungsi ereksi dan kesemutan dikaki penderita, mampu
merusak jaringan saraf dan pembuluh darah baik pada kemaluan maupun
kaki, sehingga dapat menyebabkan impoten dan kesemutan.
2. Kerusakan ginjal.
3. Ganggren (infeksi berat pada kaki hingga membusuk).
4. Kebutaan.
5. Serangan stroke.
6. Serangan jantung koroner.
7. Kematian mendadak.
5. Pengobatan
1. Obat Hipoglikemik Oral
Obat hipoglikemik peroral biasanya diberikan kepada penderita Diabetes
Mellitus tipe II jika diet dan olahraga gagal menurunkan kadar glukosa. Obat
ini kadang biasa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa
penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-oral
tidak dapat mengontrol kadar glukosa dengan baik maka penderita akan
memerlukan suntikan insulin.
2. Terapi Insulin
Pada penderita Diabetes Mellitus tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin sehingga harus disuntikkan insulin pengganti. Pemberian insulin
hanya dapat dilakukan melalui suntikan. Insulin disuntikkan dibawah kulit
kedalam lapisan lemak, biasanya dilengan atau dipaha.
6.

Penatalaksanaan Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus


Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah
makanan yang tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi
sesuai dengan kebutuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiapola
diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian pola makan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan adalah suatu cara atau

usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu
seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan
seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya.
Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan Diabetes
Mellitus, namun penderita Diabetes Mellitus sering memperoleh sumber
informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut seperti
penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka, sebenarnya
anjuran makan pada penderita Diabetes Mellitus sama dengan anjuran makan
sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori masing-masing penderita Diabetes Mellitus.

1. Pengertian anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa
indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut

oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,
Doenges, Jakarta, 1999)

Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral

FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita
Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium.
2. Gejala Anemia (Kurang Darah)
Berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa Anda mengalami anemia,
seperti dilansir Boldsky.
1. Kelopak Mata Pucat
Sangat mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata. Ketika Anda
meregangkan kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Anda akan
melihat bahwa bagian dalam kelopak mata berwarna pucat.
2. Sering Kelelahan
Jika Anda merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih, bisa jadi
Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah. Pasokan energi tubuh sangat
bergantung pada oksidasi dan sel darah merah Semakin rendah sel darah merah,
tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang.
3. Sering Mual
Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning sickness
atau mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.
4. Sakit kepala
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terusmenerus. Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan oksigen. Hal ini
sering menyebabkan sakit kepala.
5. Ujung Jari Pucat
Ketika Anda menekan ujung jari, daerah itu akan berubah jadi merah. Tetapi, jika
Anda mengalami anemia, ujung jari Anda akan menjadi putih atau pucat.
6. Sesak napas
Jumlah darah yang rendah menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering terengah-engah
ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan.

7. Denyut Jantung Tidak Teratur


Palpitasi adalah istilah medis untuk denyut jantung tidak teratur, terlalu kuat atau
memiliki kecepatan abnormal. Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen,
denyut jantung meningkat. Hal ini menyebabkan jantung berdebar tidak teratur
dan cepat.
8. Wajah Pucat
Jika Anda mengalami anemia, wajah Anda akan terlihat pucat. Kulit juga akan
menjadi putih kekuningan.
9. Rambut rontok
Rambut rontok bisa menjadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak
mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh, Anda akan mengalami penipisan
rambut dengan cepat.

10. Menurunnya Kekebalan Tubuh


Ketika tubuh Anda memiliki energi yang sangat sedikit, kekebalan atau
kemampuan tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun. Anda akan mudah
jatuh sakit atau kelelahan.
3. Penyebab & Faktor Risiko.
Darah terdiri dari plasma dan sel. Ada tiga jenis sel darah:

Sel darah putih (leukosit). Sel darah ini berguna untuk melawan infeksi.
Platelets / keping darah. Sel darah ini membantu membekukan darah saat terluka.
Sel darah putih (eritrosit). Sel darah merah ini membawa oksigen dari paru-paru
melalui aliran darah menuju otak dan organ serta jaringan lain.
Tubuh memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan zat besi yang
memberikannya warna merah. Banyak sel darah diproduksi oleh sumsum tulang
belakang. Untuk dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, tubuh anda
membutuhkan zat besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari makanan yang
anda makan.
Penyebab Anemia (Kurang Darah).

Anemia terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah,
kehilangan terlalu banyak sel darah merah atau mematikan sel darah merah lebih
banyak daripada menggantinya. Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:
Anemia kekurangan zat besi.
Penyebab anemia jenis ini adalah kekurangan zat besi di tubuh. Sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup,
tubuh tidak akan memproduksi cukup hemoglobin untuk sel darah merah.
Anemia defisiensi vitamin.
Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat dan vitamin B-12
untuk menghasilkan cukup sel darah merah. Asupan makanan yang rendah zat
tersebut dan nutrisi penting lain dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah
merah. Sebagai tambahan, beberapa orang tidak dapat dengan efektif menyerap
vitamin B-12.
Anemia penyakit kronis.
Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi
produksi sel darah merah, menghasilkan anemia kronis. Gagal ginjal juga dapat
menyebabkan anemia.
Anemia berhubungan dengan penyakit sumsum tulang.
Kondisi seperti leukemia dan myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang
menyebabkan produksi darah di sumsum tulang belakang berkurang.
Anemia sel sabit.
Jenis anemia ini disebabkan oleh kecacatan bentuk hemoglobin yang membuat sel
darah merah terbentuk seperti sabit. Sel darah merah ini mati secara prematur dan
menyebabkan kondisi kronis kurangnya sel darah merah.
Anemia lain.
Anemia jenis ini berbeda dari yang lain, antara lain thalassemia dan anemia yang
disebabkan oleh kecacatan hemoglobin.
4. Faktor risiko terkena anemia
Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan peluang terjadinya anemia antara lain: Rendahnya asupan gizi pada makanan.

Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.

Menstruasi.

Kehamilan.

Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.

Faktor keturunan.

5. Cara Pencegahan:
Biasakan makan-makanan yang banyak mengandung zat besi. Dianataranya zat
besi banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijou atau Daging dan hati ayam,
daging bebek, ikan, kacang-kacangan, dan lain-lain.
Banyak memakan buah-buahan yang mengandung vitamin C karena vitamin C
akan membantu penyerapan dari zat besi. Itulah cara mengatasi dan mencegah
penyakit anemia. Bila diperlukan, dapat juga dilakukan pemeriksaan darah untuk
memastikan apakah ada gejala anemia. Setelah itu konsultasikan kepada dokter untuk
mengatasinya.

Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Tekanan
darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer.
Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar ini sekuncup
ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer
merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah

(arteri

dan

arteriol)

dan

viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri
dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah (Ganiswara,1995:50). Diagnosis
hipertensi tidak boleh ditegakan berdasarkan sekali pengukuran, kecuali bila tekanan
darah diastolik (TDD) 120 mmHg dan atau tekanan darah sistolik (TDS) 210
mmHg. Pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi
dalam waktu satu sampai beberapa minggu (tergantung dari tingginya tekanan darah
tersebut). Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut
diperoleh nilai rata-rata TDD 90 mmHg dan atau TDS 140 mmHg (Ganiswara,
1995:316)
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Joint National
Committee on Prevention Detection Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC7).
KLASIFIKASI

SISTOLIK (mmHg)

DIASTOLIK (mmHg)
Normal

< 120

< 80

Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi tingkat 1

140-159

90-99

Hipertensi tingkat 2

160

100

(Sumber : Dipiro et al, 2006).

2. penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat sekitar 90% 95% kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor, terdiri
dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan
terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor
predisposisi genetik ini dapat berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler (terhadap

vasokonstriksi)

dan

resistensi insulin (Setiawati dan Bustami, 1995:315-342).


b. Hipertensi sekunder atau Renal
Hipertensi

yang

disebabkan

atau

sebagai

akibat

dari

adanya

penyakit

lain(terdapat sekitar 5% -10% kasus) penyebabnya antara lain hipertensi akibat


penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obat
dan lain-lain.
3.

Manifestasi klinik/ Gejala hipertensi


Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya
pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya
hilang setelah bangun (Tan dan Raharja, 2001). Pada survai hipertensi di
Indonesia

tercatat

berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi

sepertipusing, cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat

ditekuk, mudah lelah, sakit kepala, dan mata berkunang-kunang.Gejala lain yang
disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti : gangguan penglihatan, gangguan
neurologi, gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai.
Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu
segera diturunkan (Susalit et al, 2001:453-472).

4.

Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah yang terjadi
pada pengukuran yang berulang. Joint National Committee VII menuliskan
diagnosis

hipertensi

ditegakan

berdasarkan

sekurang-kurangnya

dua

kali

pengukuran tekanan darah pada saat yang berbeda. pengukuran pertama harus
dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa
minggu (tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut). Diagnosis hipertensi
ditegakan bila dari pengukuran berulang -ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata
tekanan darah diastolik 90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik 140 mmHg.
Diagnosis hipertensi boleh ditegakan bila tekanan darah sistolik 210 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik 120 mmHg (Ganiswara, 1995:317).
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit
kardiovaskuler,beratnya penyakit,serta respon terhadap pengobatan.
c. Mengidentifikasi adanya faktor resiko kardiovaskuler lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan. Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan
cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang (Susalit et al, 2001).
6. Terapi Hipertensi

Terapi pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas


dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi, ini berarti tekanan darah harus diturunkan
serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi, ginjal, otak, jantung maupun
kualitas hidup. Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi
Non farmakologi (tanpa obat) dan terapi farmakologi (dengan obat)

Terapi non farmakologi ditujukan untuk menurunkan tekanan darah pasien


dengan jalan memperbaiki pola hidup pasien. Terapi ini sesuai untuk segala jenis
hipertensi. Modifikasi pola hidup terbukti dapat menurunkan tekanan arah lain
penurunan tekanan darah pada kasus obesitas, diet asupan kalium dan kalsium,
pengurangan asupan natrium, melakukan kegiatan fisik, dan mengurangi
konsumsi alcohol (Chobanian et al, 2003).

Terapi farmakologi sedikit berbeda dibanding dengan pasien usia muda.


Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada usia lanjut menyebabkan
konsentrasi obat menjadi tinggi dan waktu eliminasi menjadi panjang. Juga terjadi
penurunan fungsi dan respon organ-organ, adanya penyakit lain, adanya
obat-obat

untuk

penyakit

lain

yang

sementara

dikonsumsi,

harus

diperhitungkan dalam pemberian obat anti-hipertensi.


Prinsip pemberian obat pada pasien usia lanjut:
1) Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecil.
2) Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan,untuk penyesuaian
autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
3) Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari.
4) Antisipasi efek samping obat.
5) Pemantauan tekanan darah itu sendiri di rumah untuk evaluasi
Efektivitas pengobatan.
Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat
kelainan target organ. Oleh karena itu fungsi ginjal telah menurun dan

terdapat

gangguan metabolisme obat,sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih
rendah pada hipertensi tanpa komplikasi.Hipertensi pada usia lanjut perlu diobati
seperti pada usia yang lebih muda,secara hati-hati sampai tekanan sistolik 140

mmHg dan diastolik 80 mmHg atau kurang. Selain itu perlu diobati faktor resiko
kardiovaskuler yang lain: dislipedemia, merokok, obesitas, diabetes melitus dan
lain-lain (Suharjono,Syakib,2001: 484-485).

1. Pengeretian Marasmus
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196)
2. Gejala
a. Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Cengeng, rewel
d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada
daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants)
e. Perut cekung
f. Iga gambang
g. Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang),
h. diare
3. Faktor-faktor yang menimbulkan marasmus :
a. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak;
misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksienteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic
fibrosis pancreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

e.

f.

g.

h.

i.

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang kibat reflek mengisap


yang kurang kuat.
Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makan-an tambahan yang
cukup.
Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galac-tosemia, lactose
intolerance.
Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah
disingkirkan.
Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang
akan menimbulkan marasmus.
Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai
dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh
dalam marasmus.

4. Penyebab Cara pencegahan marasmus :


a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
b. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun
ke atas.
c. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
d. Pemberian imunisasi.
e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
f. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan
5. Pengobatan
Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi. Pengobatan pada stadium berat
cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit harus diobati satu persatu.
Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis
secara penuh.
6. Pencegahan

1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal
10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya
karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika
tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya
bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu
meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting
lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi
yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang
permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai