NO
3
4
5
6
Bila iodium
serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah,
yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4
serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap
kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan
bodoh dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa.
Keadaan lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain
halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang
otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium
otak tetap tidak dapat kembali normal.
CARA PENCEGAHAN KEKURANGAN IODIUM PADA ANAK USIA
SEKOLAH
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100
g/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika
garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap
3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun.
Untuk pencegahan khususnya pada daerah dataran tinggi yang jauh dari
laut dengan kadar iodium pada tanah yang kurang dapat mengkonsumsi garam
beryodium atau banyak mengkonsumsi ikan-ikan laut. Dapat dibeli di pasar
tradisional ataupun di pasar modern karena saat ini garam beryodium dan ikan
laut sudah banyak dijual dipasaran. Tapi harus tetap berhati-hati karena banyak
juga ikan-ikan laut yang palsu di formalin ataupun sudah dibekukan lama bukan
sehat yang didapat tetapi penyakit kanker yang akan menyerang tubuh kita.
Beberapa nutrisi penting yang diperlukan anak usia sekolah diantaranya
adlah sumber karbohidrat, protein, zat besi, asam mineral, vitamin A dan C,
yodium, lemak, mineral,zink,vitamin B kompleks.
Orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus adalah :
a.
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu
seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan
seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya.
Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan Diabetes
Mellitus, namun penderita Diabetes Mellitus sering memperoleh sumber
informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut seperti
penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka, sebenarnya
anjuran makan pada penderita Diabetes Mellitus sama dengan anjuran makan
sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori masing-masing penderita Diabetes Mellitus.
1. Pengertian anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa
indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,
Doenges, Jakarta, 1999)
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita
Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium.
2. Gejala Anemia (Kurang Darah)
Berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa Anda mengalami anemia,
seperti dilansir Boldsky.
1. Kelopak Mata Pucat
Sangat mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata. Ketika Anda
meregangkan kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Anda akan
melihat bahwa bagian dalam kelopak mata berwarna pucat.
2. Sering Kelelahan
Jika Anda merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih, bisa jadi
Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah. Pasokan energi tubuh sangat
bergantung pada oksidasi dan sel darah merah Semakin rendah sel darah merah,
tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang.
3. Sering Mual
Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning sickness
atau mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.
4. Sakit kepala
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terusmenerus. Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan oksigen. Hal ini
sering menyebabkan sakit kepala.
5. Ujung Jari Pucat
Ketika Anda menekan ujung jari, daerah itu akan berubah jadi merah. Tetapi, jika
Anda mengalami anemia, ujung jari Anda akan menjadi putih atau pucat.
6. Sesak napas
Jumlah darah yang rendah menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering terengah-engah
ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan.
Sel darah putih (leukosit). Sel darah ini berguna untuk melawan infeksi.
Platelets / keping darah. Sel darah ini membantu membekukan darah saat terluka.
Sel darah putih (eritrosit). Sel darah merah ini membawa oksigen dari paru-paru
melalui aliran darah menuju otak dan organ serta jaringan lain.
Tubuh memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan zat besi yang
memberikannya warna merah. Banyak sel darah diproduksi oleh sumsum tulang
belakang. Untuk dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, tubuh anda
membutuhkan zat besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari makanan yang
anda makan.
Penyebab Anemia (Kurang Darah).
Anemia terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah,
kehilangan terlalu banyak sel darah merah atau mematikan sel darah merah lebih
banyak daripada menggantinya. Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:
Anemia kekurangan zat besi.
Penyebab anemia jenis ini adalah kekurangan zat besi di tubuh. Sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup,
tubuh tidak akan memproduksi cukup hemoglobin untuk sel darah merah.
Anemia defisiensi vitamin.
Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat dan vitamin B-12
untuk menghasilkan cukup sel darah merah. Asupan makanan yang rendah zat
tersebut dan nutrisi penting lain dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah
merah. Sebagai tambahan, beberapa orang tidak dapat dengan efektif menyerap
vitamin B-12.
Anemia penyakit kronis.
Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi
produksi sel darah merah, menghasilkan anemia kronis. Gagal ginjal juga dapat
menyebabkan anemia.
Anemia berhubungan dengan penyakit sumsum tulang.
Kondisi seperti leukemia dan myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang
menyebabkan produksi darah di sumsum tulang belakang berkurang.
Anemia sel sabit.
Jenis anemia ini disebabkan oleh kecacatan bentuk hemoglobin yang membuat sel
darah merah terbentuk seperti sabit. Sel darah merah ini mati secara prematur dan
menyebabkan kondisi kronis kurangnya sel darah merah.
Anemia lain.
Anemia jenis ini berbeda dari yang lain, antara lain thalassemia dan anemia yang
disebabkan oleh kecacatan hemoglobin.
4. Faktor risiko terkena anemia
Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan peluang terjadinya anemia antara lain: Rendahnya asupan gizi pada makanan.
Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.
Menstruasi.
Kehamilan.
Faktor keturunan.
5. Cara Pencegahan:
Biasakan makan-makanan yang banyak mengandung zat besi. Dianataranya zat
besi banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijou atau Daging dan hati ayam,
daging bebek, ikan, kacang-kacangan, dan lain-lain.
Banyak memakan buah-buahan yang mengandung vitamin C karena vitamin C
akan membantu penyerapan dari zat besi. Itulah cara mengatasi dan mencegah
penyakit anemia. Bila diperlukan, dapat juga dilakukan pemeriksaan darah untuk
memastikan apakah ada gejala anemia. Setelah itu konsultasikan kepada dokter untuk
mengatasinya.
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Tekanan
darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer.
Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar ini sekuncup
ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer
merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah
(arteri
dan
arteriol)
dan
viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri
dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah (Ganiswara,1995:50). Diagnosis
hipertensi tidak boleh ditegakan berdasarkan sekali pengukuran, kecuali bila tekanan
darah diastolik (TDD) 120 mmHg dan atau tekanan darah sistolik (TDS) 210
mmHg. Pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi
dalam waktu satu sampai beberapa minggu (tergantung dari tingginya tekanan darah
tersebut). Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut
diperoleh nilai rata-rata TDD 90 mmHg dan atau TDS 140 mmHg (Ganiswara,
1995:316)
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Joint National
Committee on Prevention Detection Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC7).
KLASIFIKASI
SISTOLIK (mmHg)
DIASTOLIK (mmHg)
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi tingkat 1
140-159
90-99
Hipertensi tingkat 2
160
100
2. penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat sekitar 90% 95% kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor, terdiri
dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan
terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor
predisposisi genetik ini dapat berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler (terhadap
vasokonstriksi)
dan
yang
disebabkan
atau
sebagai
akibat
dari
adanya
penyakit
tercatat
sepertipusing, cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat
ditekuk, mudah lelah, sakit kepala, dan mata berkunang-kunang.Gejala lain yang
disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti : gangguan penglihatan, gangguan
neurologi, gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai.
Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu
segera diturunkan (Susalit et al, 2001:453-472).
4.
Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah yang terjadi
pada pengukuran yang berulang. Joint National Committee VII menuliskan
diagnosis
hipertensi
ditegakan
berdasarkan
sekurang-kurangnya
dua
kali
pengukuran tekanan darah pada saat yang berbeda. pengukuran pertama harus
dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa
minggu (tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut). Diagnosis hipertensi
ditegakan bila dari pengukuran berulang -ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata
tekanan darah diastolik 90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik 140 mmHg.
Diagnosis hipertensi boleh ditegakan bila tekanan darah sistolik 210 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik 120 mmHg (Ganiswara, 1995:317).
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit
kardiovaskuler,beratnya penyakit,serta respon terhadap pengobatan.
c. Mengidentifikasi adanya faktor resiko kardiovaskuler lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan. Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan
cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang (Susalit et al, 2001).
6. Terapi Hipertensi
untuk
penyakit
lain
yang
sementara
dikonsumsi,
harus
terdapat
gangguan metabolisme obat,sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih
rendah pada hipertensi tanpa komplikasi.Hipertensi pada usia lanjut perlu diobati
seperti pada usia yang lebih muda,secara hati-hati sampai tekanan sistolik 140
mmHg dan diastolik 80 mmHg atau kurang. Selain itu perlu diobati faktor resiko
kardiovaskuler yang lain: dislipedemia, merokok, obesitas, diabetes melitus dan
lain-lain (Suharjono,Syakib,2001: 484-485).
1. Pengeretian Marasmus
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196)
2. Gejala
a. Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Cengeng, rewel
d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada
daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants)
e. Perut cekung
f. Iga gambang
g. Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang),
h. diare
3. Faktor-faktor yang menimbulkan marasmus :
a. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak;
misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksienteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic
fibrosis pancreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
e.
f.
g.
h.
i.
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal
10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya
karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika
tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya
bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu
meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting
lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi
yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang
permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.