Lebar perkerasan 10,0 meter yang terbuat dari konstruksi flexible pavement (tebal
AC-WC = 5 cm; tebal AC-BC = 6 cm; tebal LPA = 30 cm; tebal LPB = 45 cm; CBR
tanah dasar 7,0%. Tinggi timbunan rata-rata untuk membangun badan jalan adalah
6,0 meter.
Sumber material untuk bahan LPA dan LPB berada 35 km dari lokasi proyek.
Sumber material untuk membuat AC-WC dan AC-BC berada 28 km dari lokasi
proyek.
Fakta pada saat pelaksanaan banyak menghadapi persoalan teknis dan non-teknis
sehingga progres proyek mengalami keterlambatan yang terjadi pada tiap komponen
pekerjaan jalan. Beberapa kejadian penting yang mengganggu capaian progres adalah
:
(1) Pada STA 10+500 hingga STA 20+000 ditemukan tanah lunak berupa lumpur
hitam di bawah badan jalan sedalam 3,0 meter yang belum teridentifikasi dalam
DED, sehingga konsultan pengawas berinisiatif mengubah DED. Perubahan yang
dilakukan adalah mengganti material tanah lunak tersebut dengan bahan timbunan
tanah urug yang dicampur semen tanpa melakukan revisi ulang tebal perkerasan.
Sementara progres mengalami penurunan 35% dari target capaian dan waktu
penyelesaian pekerjaan tersisa 2,5 minggu terhadap batas akhir kontrak.
Bagaimana sikap dan tindakan pihak terkait (Kontraktor, Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana, dan PPK/Satker) terutama dikaitkan dengan : (a)
administrasi proyek yang harus disiapkan; (b) addendum kontrak yang harus
disiapkan; (c) inovasi teknologi yang diusulkan tanpa meninjau ulang tebal
perkerasan; (d) rencana kerja reaktif untuk mengejar keterlambatan progres; (e)
antisipasi kesalahan prosedur administrasi proyek agar tidak ada temuan hukum.
Penyelesaian:
Sebagai PPK (Pejabat Pembuat Komitmen):
a. Administrasi proyek yang harus disiapkan: (modul 15 halaman 12)
Ditinjau pada tahap pelaksanaan proyek, PPK bertugas untuk:
1. Menyetujui Shop Drawing yangn telah diubah sesuai desain yang baru
unsur-unsur
teknis/proyek,
hukum,
bendahara,
bina
pengawas,
dimanan
rencana
kerja reaktif
tidak
boleh
merubah
Penyelesaian:
a. Sikap dan tindakan reaktif PPK/Satker terhadap kasus di atas di antaranya dapat :
PPK
(Pejabat Pembuat
Komitmen)
ULP
(Unit Layanan
Pengadaan)
Mediator
Masyarakat
Sikap yang mungkin diambil PPK/Satker terkait konflik sosial budaya yang
terjadi adalah melakuan perundingan lewat mediator seperti tokoh masyarakat,
tetua setempat yang diyakini dapat menjembatani pihak PPK dan masyarakat
sehingga tercipta solusi yang tidak berpihak, adil, dan harmonis.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan musyawarah
tertutup antara owner, ahli waris tanah, dan instansi yang terkait seperti BPN
dan notaris.
d. Ketidaklengkapan dokumen RKL/RPL:
Pekerjaan konstruksi dapat menimbulkan dampak penting atau perubahan
lingkungan yang mendasar, yang penentuannya didasarkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pelaksanaan RKL dan RPL pada tahap pra konstruksi: Kegiatan pra konstruksi
dalam hal ini adalah pengadaan tanah dan pemindahan penduduk yang harus
didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang lokasi, luas, jenis
peruntukkan serta kondisi penduduk yang memiliki atau menempati tanah yang
akan dibebaskan. Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang pembebasan tanah
dalam RKL dan RPL harus digunakan dan dimanfaatkan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pembebasan tanah tersebut.
Sikap kita sebagai owner adalah mengklarifikasi kelengkapan dokumen
RKL/RPL kepada pihak yang bersangkutan meliputi Konsultan AMDAL, BPN.
Jika memang ditemukan ketidak lengkapan dalam dokumen, maka kita berhak
untuk menuntut pertanggung jawaban pihak terkait untuk melengkapi dokumen
tersebut.
e. Pihak yang bertanggung jawab terhadap kegagalan bangunan:
Untuk masalah dalam hal pembebasan lahan, maka pihak yang paling bersalah
adalah owner, karena seharusnya dalam sebuah pekerjaan jalan, pembebasan
lahan sudah harus diselesaikan sebelum pekerjaan dimulai. Namun jika
konsultan
pengawas
tersebut
merupakan
kesalahan
prosedur
atau
Penyelesaian:
(a) bagaimana sikap dan pendapat PPK/Satker terhadap kesepakatan tersebut
dan dampak kerusakan apa yang dapat diprediksi terjadi sebelum dan sesudah
serah terima pekerjaan.
PPK/Satker akan menolak kesepakatan untuk mengubah tebal hampar yang
awalnya 17 cm diubah menjadi 50 cm karena dapat mengakibatkan penurunan
mutu yang signifikan dan berpotensi menyebabkan banyak masalah di masa
depan. Di dalam modul juga telah dijelaskan bahwa tebal hampar untuk tanah
timbunan tidak boleh lebih dari 20 cm. Lagipula kontraktor masih dapat
menambah jumlah pekerja dan alat untuk mengejar waktu penyelesaian yang
telah ditentukan.
Jika kesepakatan tetap dilaksanakan, sebelum serah terima pekerjaan,
kemungkinan kerusakan yang akan terjadi adalah retak atau adanya settlement
dari tanah timbunan itu sendiri. Hal ini diakibatkan karena terdapat banyak
rongga udara akibat proses pemadatan yang tidak sempurna. Jika masih
terdapat
banyak
rongga
udara
pada
saat
pemadatan
telah
selesai
dilaksanakan, maka jika tanah tersebut mendapat beban lagi, maka akan terjadi
bertambah rapatnya suusnan butiran tanah sehingga terjadi perubahan bentuk,
volume, dan adanya settlement.
(4) Hasil uji laboratorium untuk lapis permukaan adalah kepadatan beton AC-BC 2,29
t/m3. Hasil uji trial spreading dan trial compacting dengan berbagai variasi passing
pemadatan beban alat berat dapat dilihat dalam tabel berikut. Hasil trial tersebut
harus diputuskan dengan cermat agar nantinya tidak menimbulkan berbagai
problem lapangan : (a) bagaimana sikap dan penilaian dari pihak Kontraktor,
Konsultan Pengawas, dan PPK/Satker terhadap model pelaksanaan pemadatan
AC-BC yang paling efektif terhadap capaian waktu dan paling efisien terhadap
biaya operasional; (b) tindakan apa saja yang harus dilakukan tiap pihak tersebut;
(c) apa substansi pokok berita acara lapangan yang harus dibuat; (d) kadar aspal
optimum hasil trial5,7% terhadap berat campuran, apa yang harus dilakukan jika
terjadi penyimpangan di lapangan; (e) siapa yang bertanggung jawab jika salah
memilih hasil trial tersebut?.
No
Pias
Tebal
hampar
IA
IB
IC
Tebal padat;
kadar aspal
lapangan
Kepadatan
lapangan
(t/m3)
7,0 cm
7,0 cm
7,0 cm
Awal
(10 ton)
2x
3x
4x
Tengah
(12 ton)
12x
10x
8x
Akhir
(10 ton)
2x
3x
4x
2,25
2,20
2,18
IIA
IIB
IIC
6,5 cm
6,5 cm
6,5 cm
2x
3x
4x
12x
10x
8x
2x
3x
4x
2,19
2,20
2,25
IIIA
IIIB
IIIC
6,0 cm
6,0 cm
6,0 cm
2x
3x
4x
10x
8x
6x
2x
3x
4x
2,20
2,15
2,25
Penyelesaian:
(a) bagaimana sikap dan penilaian dari pihak Kontraktor, Konsultan Pengawas,
dan PPK/Satker terhadap model pelaksanaan pemadatan AC-BC yang paling
efektif terhadap capaian waktu dan paling efisien terhadap biaya operasional;
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomro 54 Pasal 11 Tahun 2010
diosebutkan mengenai tugas pokok dan kewenangan dari PPK, salha satunya
adalah menetapkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi
spesifikasi teknis barang/jasa, harga perkiraan sendiri (HPS), dan rencana
kontrak.
Dalam buku Spesifikasi Teknis Divisi 6 dan Modul 13 Kepala Pengawas
Pekerjaan Jalandan Jembatan, terdapat persyaratan sebagai berikut :
1.
1.
No
Pia
s
Tebal
hampar
IA
7,0 cm
2x
12x
2x
IB
7,0 cm
3x
10x
3x
IC
7,0 cm
4x
8x
4x
II A
6,5 cm
2x
12x
2x
II B
6,5 cm
3x
10x
3x
II C
6,5 cm
4x
8x
4x
6,0 cm
2x
10x
2x
6,0 cm
3x
8x
3x
6,0 cm
4x
6x
4x
III
A
III
B
III
C
Tebal padat;
kadar aspal
lapangan
5,4% - 6,0%
=
2,244 t/m3
KET
6,6 cm;
5,4%
6,4 cm;
5,5%
6,0 cm;
5,6%
Oke
6,2 cm;
5,3%
5,9 cm;
5,3%
5,7 cm;
5,5%
Tidak
Oke
Tidak
Oke
Oke
5,8 cm;
5,2%
5,6 cm;
5,4%
5,4 cm;
5,6%
Tidak
Oke
Oke
Oke
Oke
Oke
Kepadata
n
lapangan
(t/m3)
2,25
2,20
2,18
2,19
2,20
2,25
2,20
2,15
2,25
KET
Oke
Tidak
Oke
Tidak
Oke
Tidak
Oke
Tidak
Oke
Oke
Tidak
Oke
Tidak
Oke
Oke
memperbaiki
pekerjaan
10
Penyelesaian:
(a) apa resiko yang terjadi kadfar aspal yang terpakai jauh di bawah kadar aspal
optimumnya;
Aspal merupakan bahan pengikat dalam campuran. Kadar aspal optimum
dipengaruhi oleh Stabilitas Marshall, Kelelehan, Marshall Quotient, Berat
volume, Rongga udara, Rongga terisi aspal. Kadar aspal berpengaruh pada
umur layan suatu perkerasan, sehingga jika kadar aspal yang dipakai kurang
dari kadar aspal optimum mengakibatkan campuran tersebut kurang rekat
sehingga terjadi penurunan fungsi aspal. Retakan tersebut akan mudah terisi
oleh air yang dapat mengakibatkan jalan yang sudah dibangun mengalami
pengurangan umur pelayanan, atau rusak sebelum umur pelayanan yang
ditentukan.
(Modul 11
7.62)
(b) apa sikap dan tanggapan anda terhadap pendapat kontraktor, konsultan
pengawas, dan PPK;
Pendapat Kontraktor:
Pendapat kontraktor menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan kadar
aspal 5,2% tsb karena nilai stabilitas-nya masih memenuhi standar mutu.
Kurang setuju, dikarenakan syarat kadar aspal memenuhi spesifikasi
teknis tidak hanya dipengaruhi oleh nilai stabilitas saja, akan tetapi ada banyak
factor lain yang mempengaruhi, antara lain density, nilai VFMA, VITM, VMA,
stability, flow, dan MQ dan kesemuanya itu tergabung dalam persyaratan
Marshall Properties. Semakin banyaknya parameter Marshall Properties yang
terpenuhi, maka kadar aspal yang didapat terhadap kualitas perkerasan nya di
lapangan semakin baik. Disamping itu, kadar aspal 5,2% melewati batas
toleransi yang ada, yaitu sebesar 0,3% (berdasarkan pedoman konstruksi dan
11
Pendapat Konsultan:
Pendapat konsultan pengawasan menyatakan bahwa kadar aspal 5,2%
tidak bermasalah kecuali semua karateristik marshall beton aspal memenuhi
spesifikasi teknis.
Sangat setuju, karena untuk parameter yang terdapat didalam Marshall
Properties harus terpenuhi untuk mendapatkan kualitas kadar aspal yang
diinginkan sehingga dapat bekerja sesuai umur rencana dan masa layan yang
sudah ditentukan.
Pendapat PPK:
Pendapat PPK, bahwa pembayaran aspal yang digunakan dilakukan
tersendiri terhadap agregat batuan.
Setuju, dikarenakan untuk aspal, agregat, dan filler dalam persyaratan QS
dibuat terpisah, sehingga hitungan pembayaran untuk masing-masing tidak
mempengaruhi satu sama lainnya.
(c) apakah pekerjaan beton aspal yang sudah terpasang tersebut dapat dibayar?;
Kondisi tidak diperbolehkannya pembayaran adalah ketika:
1. Tidak memenuhi mutu yang disyaratkan,
2. Tidak memenuhi toleransi yang disyaratkan,
3. Kuantitasnya melampaui kuantitas yang terdapat dalam daftar kuantitas
yang terdapat dalam BOQ,
4. Mata pembayaran yang ada kuantitasnya tetapi tidak ada harga satuannya,
5. Mata pembayarannya tidak ada dalam daftar kuantitas (BOQ).
Dari kelima poin diatas, kondisi perkerasan aspal beton yang terpasang
memenuhi poin nomor 2, dengan melanggar toleransi yaitu kadar aspal kurang
0,5 % dari job mix formula (syarat toleransi penyimpangan 0,3%) sehingga
beton aspal yang terpasang tidak dapat dibayar, dan seharusnya perkerasan
yang telah terpasang diganti atau diperbaiki (overlay) menggunakan aspal yang
masih memenuhi batas toleransi.
12
(d) apa dampak kadar aspal yang terpasang jauh di bawah kadar aspal optimum
job mix formula terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi dan kegagalan
bangunan jalan di kemudian hari?;
Dengan pemakaian kadar aspal yang jauh lebih rendah, menyebabkan
nilai rongga dalam campuran (VIM) semakin besar. Hal itu dikarenakan aspal
yang mampu mengisi rongga-rongga yang ada semakin sedikit sehingga
campuran menjadi lebih longgar, dan makin banyak. Nilai VIM yang semakin
besar, menyebabkan campuran tidak kedap air, sehingga air yang jatuh di atas
lapis perkerasan dapat terinfiltrasi masuk ke dalam, menyebabkan terjadinya
oksidasi dan aspal menjadi lebih rapuh. Bahkan, jika air dapat masuk
menembus ke dalam lapis fondasi sehingga menyebabkan nilai stabilitas tanah
tersebut menjadi turun, sehingga terjadinya kerusakan struktur pada lapis
fondasi juga dapat terjadi lebih cepat.
Kurang berfungsinya aspal sebagai perekat dan pengisi yang berakiba
lapisan
dibawahnya.
Kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan umur rencana tidak terpenuhi,
sehingga perawatan yang dibutuhkan akan lebih banyak.
(Modul 117.1)
(e) Siapa yang bertanggung jawab terhadap temuan kerugian negara jika PPK
terlanjur menandatangani persetujuan pembayaran?
Yang harus bertanggung jawab adalah PPK, dimana sebelum melakukan
penandatanganan persetujuan pembayaran, PPK melalui PPHP diwajibkan
untuk terlebih dahulu melakukan penilaian/pemeriksaan terlebih dahulu
terhadap hasil dan spesifikasi dari pekerjaan akhir. Jika terjadi kekurangan atau
cacat pada hasil pekerjaan akhir, PPK berhak meminta pihak penyedia jasa
untuk
segera
melakukan
perbaikan
penandatanganan.
13
pekerjaan
sebelum
dilakukannya
14