Kasus 1
KELOMPOK 7
Yohana Kifli
Yoki oktavani
Yurika Afianti
Ahmad Althof
Albab Youndra D.
Ayuka Nishi
Candra Gumilar
Egidia Eka Rika
Elfa Satri
Eva Mardiana D.
Fidiyatun
Kasus 1
Skenario : batuk Tn. Bawel yang tak pernah hilang
Suatu hari Tn. Bawel 34 tahun datang ke poliklinik
RS dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 hari
yang lalu. Tn bawel sering mengalami batuk
yang hilang timbul, kadang batuk kering, kadang
berdahak, sesekali disertai demam, tetapi sering
sembuh sendiri atau badan terasa lebih enak
selesai minum obat.
Kata kunci : batuk, batuk kering, batuk berdahak
Klarifikasi istilah
Batuk : sistem pertahanan respiratorik untuk
mencegah aspirasi makanan & benda asing
Batuk kering : batuk yang tidak menghasilkan
lendir/dahak
Batuk berdahak : batuk yang menghasilkan
lendir/dahak
Penetapan masalah
tn bawel 34 tahun batuk berdahak sejak 3 hari
yang lalu
batuk hilang timbul, kadang batuk kering, kadang
berdahak disertai demam
Mindmap
obat
Anatomi
&
histologi
saluran
napas
definis
i
klasifika
si
penatalaksan
aan
batuk
Penegakk
an
diagnosis
anamnes
is
Pemeriksa
an fisik
etiologi
mekanis
me
Pemeriksa
an
penunjang
Learning objective
Mahasiswa mampu memahami:
1. Definisi batuk
2. Etiologi batuk
3. Anatomi dan histologi saluran napas
4. Klasifikasi
5. Penatalaksanaan
6. Penegakkan diagnosis
7. Mekanisme batuk
8. Mekanisme sistem pertahanan paru
Learning issue
1. Mekanisme sistem pertahanan paru
2. Pemeriksaan fisik & pemeriksaan penunjang
3. patofisiologi
ETIOLOGI BATUK
1. Penyakit saluran napas akut : Faringitis, laringitis,
bronkitis, bronkiolitis
2. Penyakit saluran napas kronis : Bronkiektasis
3. Penyakit parenkimal : Pneumonia, abses
4. Iritan lingkungan : Asap rokok, debu, perubahan suhu
5. Mekanik : Postnasal drip
6. Alergi : Asma bronkial, rinitis vasomotor
7. Neoplasma : Karsinoma paru, metastatis tumor
8. Terapi ACE Inhibitor
Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran
di dalam rongga hidung. Saluransaluran itu bermuara ke dalam bagian
yang dikenal sebagai vestibulum.
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput
lendir
yang
sangat
kaya
akan
pembuluh darah, dan bersambung
dengan lapisan farinx dan dengan
selaput lendir sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Septum
nasi
memisahkan
kedua
cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari
tulang dan tulang rawan, sering
Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungan-nya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang larinx (larinxfaringeal). Orofaring adalah bagian dari faring
merupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.
Laring
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol
keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang Vertebra cartilago
thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari
bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana
mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara
bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan
dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana
mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian
ini tidak terlibat dalam produksi suara.
Otot-otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago
arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan
kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan
memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut di
inervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Trachea
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kirakira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah
pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus
sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran taklengkap yang berupan cincin tulang rawan
yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang
melengkapi
lingkaran
disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat
beberapa jaringan otot.
Bronchus
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea
yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Masing-masing bronkus terus bercabang sampai
dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli.
Sampai dengan percabangan bronkus terakhir
sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin
tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas
tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara
lancar.
Alveoli
Paru-Paru
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh
jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta
pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang
melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat
juga jantung di dalamnya. Rongga dada
dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
Fisiologi Respirasi
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi Pernafasan
Pernapasan meliputi 3 proses :
Ventilasi (proses memasukkan dan mengeluarkan
gas)
Difusi (pertukaran O2 dg CO2 di alveoli)
Perfusi ( mendistribusikan O2 dan CO2 ke- maupun
dari- jaringan dan paru melalui sirkulasi darah)
KLASIFIKASI
BATUK
BATUK
BERDASARKA
N
DURASI
AKUT
SUB
AKUT
BERDASARKAN
TANDA KLINIS
KRONIS
BATUK
KERING
BATUK
BERDAHA
K
Klasifikasi berdasarkan
durasi
Akut, yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3
minggu
Sub akut, batuk yang terjadi selama 3-8 minggu
Kronis, batuk yang berlangsung lebih dari 8
minggu
Durasi batuk bisa untuk memprediksi
penyebabnya
Klasifikasi berdasarkan
tanda klinis
Batuk kering seringkali sangat menganggu,
tidak dimaksudkan untuk membersihkan saluran
nafas,n pada kondisi tertentu berbahaya (pasca
operasi) perlu ditekan
Batuk kering terjadi apabila tidak ada sekresi
saluran nafas, iritasi pada tenggorokan, sehingga
timbul rasa sakit.
Mekanisme batuk
Resepor sensoris : dimukosa laring, trakea,
saluran nafas perifer, liang telinga luar, lambung,
faring, bronkus, pleura, membran timpani,
Serabut aferen : n.vagus, n.glossofaringeus,
n.trigeminus
Pusat : medulla oblongata
Serabut eferen : n.vagus ( n.rekuren laringeus),
n.frenikus, n.motorik spinal dari otot-otot ekspirasi
Mekanisme Batuk
1. Inspirasi dalam
2. Penutupan glotis yang diperkuat oleh struktur
supra glotis
3. Kontraksi yang kuat dan cepat otot-otot ekspirasi
4. Pembukaan glotis secara tiba-tiba
Mekanisme Pertahanan
Paru
1. Rongga hidung
Terdiri dari 2 struktur :
a. Vestibulum
Permukaan dalam vestibulum terdiri dari kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan vibrissae yaitu rambutrambut pendek dan tebal.
Hal ini mengakibatkan penyaringan udara inspirasi
dari partikel-partikel besar.
b.
Fossa Nasalis
Dinding lateral fossa nasalis ada yang menonjol ke dalam
berbentuk seperti papan yang disebut concha
Adanya concha ini menimbulkan aliran udara yang turbulen.
Aliran turbulen dapat menyaring udara inspirasi, karena
udara yang mengalir melalui saluran hidung membentur
banyak dinding penghalang, yaitu concha nasalis, septum,
dan dinding pharing.
Setiap kali udara membentur salah satu penghalang ini,
maka udara harus merubah arah alirannya.
Partikel yang tersuspensi di dalam udara, karena mempunyai
massa dan momentum jauh lebih besar dari udara, tidak
dapat mengubah arah perjalanannya secepat udara.
Oleh karena itu partikel terus maju ke depan, sehingga
membentur permukaan-permukaan penghalang ini dan
menempel pada mukus
Mekanisme Humoral
Lapisan mukus pada saluran nafas mengandung faktorfaktor yang efektif sebagai pertahanan, salah satunya
IgA, IgE, IgG
Imunoglobulin ini dibebaskan ke permukaan untuk
menetralisir virus, menghambat pembentukan koloni
kuman, menghalangi penyerapan antigen
makromolekular
b.
Mekanisme Selular
Diperankan limfosit T
Limfosit T tersensitisasi -> memproduksi limfokin ->
menarik dan mengaktifkan sel pertahanan lain terutama
makrofag
Limfosit T juga berinteraksi dengan mekanisme humoral
untuk memproduksi antibodi
tatalaksana
Tujuan terapi:
Menghilangkan gejala batuk
Menghilangkan penyakit / kondisi penyebab batuk
Strategi terapi
Menggunakan obat obatan antitusif atau
ekspektoran
Menggunakan obat obat sesuai dengan
penyebabnya
Menghentikan penggunaan obat obat penyebab
batuk
Ekspektoran
Amonium Klorida
Obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak
dari saluran napas.
Stimulasi mukosa lambung > merangsang sekresi
kelenjar saluran napas melalui n.vagus >
menurunkan viskositas > mempermudah
pengeluaran dahak
Mukolitik
Bromheksin, Ambroksol, Asetilsistein
Obat yang dapat mengencerkan sekret saluran
napas dengan jalan memecah benang benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum
Bromheksin
Ambroksol
Metanolit bromheksin
Asetilsistein
Melepaskan ikatan disulfida mukoprotein sehingga
menurunkan viskositas sputum
ES: spasme bronkus, mual, muntah
Supressan
Kodein, dekstrometorfan
Efek langsung pada pusat batuk diotak
Dapat menyebabkan retensi sputum
Kodein
Efek antitusif dan analgesik
Dapat menimbulkan sedatif dan gg.saluran cerna
ES: mual, muntah, pusing
Dekstrometorfan
Meningkatkan ambang rangsang refleks batuk secara
sentral
Jarang menimbulkan sedatif dan gg. Saluran cerna
Tidak menimbulkan adiksi
Tidak ada efek analgesik
Dosis besar: depresi saluran napas
Antihistamin
Difenhidramin (paling banyak)
Komplikasi:
Non-spesifik tersering : badan lemah, anoreksia, mual
dan muntah
Bradiaritmia, pendarahan konjungtiva dan nasal, henti
jantung
Jarang: cough syncope atau tussive syncope
REFERENSI
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K Simadibrata M, Setiyohadi B,
Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
Interna publishing. 2014: hal 1586.
Chung KF, Pavord ID (April 2008). Prevalence,
pathogenesis, and causes of chronic cough. Lancet
371 (9621): 136474.
Goldsobel AB, Chipps BE (March 2010). Cough in the
pediatric population. J. Pediatr. 156 (3): 352358
F.
Dennis
McCool.
Global
Physiology
and
Pathophysiology of Cough. CHEST January 2006 vol.
129 no. 1 suppl 48S-53S