Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik


2.1.1 Pengertian
Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan,
dimana bahan ini mengandung resin poli(metil metakrilat). Resin akrilik merupakan
turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Sejak
tahun 1940-an resin akrilik menjadi bahan yang sangat populer digunakan sebagai
bahan basis gigitiruan. 1,20,24
2.1.2 Resin Akrilik sebagai Bahan Basis Gigitiruan 1,9,10
Sebagai bahan basis gigitiruan, resin akrilik harus memenuhi kriteria yang
diinginkan, agar bisa dijadikan basis gigitiruan yang ideal. Adapun kriterianya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak larut dalam cairan rongga mulut.
b. Bersifat transparan agar dapat diwarnai sesuai dengan kondisi rongga mulut
pasien.
c. Tidak berbau, tidak memiliki rasa dan mudah dimanipulasi.
d. Mempunyai kekuatan mekanis yang baik dan tahan abrasi dalam kondisi
normal rongga mulut.
e. Bisa dengan mudah dibersihkan.
f. Dapat direparasi (Reline atau Rebase).
2.1.3 Jenis Resin Akrilik 1,3,5,24
Bedasarkan proses polimerisasinya resin akrilik dibedakan menjadi :
a. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic) adalah jenis resin
akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan bantuan dari sinar tampak.

Penyinaran resin dilakukan selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar


400-500 nm.
b.Resin akrilik polimerisasi kimia (self/cold cured resin acrylic) adalah jenis
resin akrilik yang proses polimerisasinya tidak memerlukan bantuan energi panas
maupun energi sinar tampak untuk proses polimerisasi, melainkan mengandung
aminestersier atau dimetil-para-toluidin di dalam monomernya sebagai bahan
akselerator kimiawi untuk membantu proses polimerisasi berlangsung.
c. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah jenis resin
akrilik yang selama proses polimerisasinya memerlukan energi termal

sebagai

pengaktivasi agar polimerisasi berjalan sempurna. Energi termal yang dibutuhkan


bisa diperoleh melalui perendaman dalam air atau oven gelombang mikro
(microwave).1,10,12 Peningkatan temperatur selama proses polimerisasi memberikan
pengaruh nyata pada

karakteristik fisik resin akrilik. Temperatur selama proses

polimerisasi dalam waterbath harus konstan pada suhu 74 selama 1,5 jam dan
dilanjutkan 100 selama 1 jam.
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa gigitiruan dibuat
menggunakan resin poli(metil metakrilat) yang bersifat transparan, tidak bewarna
dan padat.16 Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan
polimer yang paling banyak digunakan saat ini dan proses polimerisasinya
menggunakan energi panas. Energi termal (panas) yang dibutuhkan selama proses
polimerisasi bisa didapatkan dengan menggunakan pemanasan air dalam waterbath
atau

dapat

menggunakan

pemanasan

dalam

oven

gelombang

mikro

(microwave).1,6,8,9,24

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas
adalah sebagai berikut:

1.Bubuk mengandung :3,20,24


a. Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama dalam bubuk resin akrilik
polimerisasi panas.
b. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 %.
c. Reduces Translucency : titanium dioksida.
d. Pewarna yang dapat disesuaikan dengan rongga mulut 1%.
e. Fiber : serat nilon atau serat akrilik.
2.Cairan mengandung :3,20,24
a. Monomer: methylmethacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.
b. Stabilisator: 0,006% inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi
selama penyimpanan.
c. Cross linking agent: 2% ethylene glycol dimetacrylate, untuk menyambung
dua molekul polimer sehingga menjadi rantai yang panjang dan untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan resin akrilik.
d. Plasticizer : dibutil pthalat.

2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik
polimerisasi panas yaitu :1,3,20
a. Perbandingan bubuk (polimer) dan cairan (monomer)
Perbandingan polimer dan monomer merupakan bagian yang sangat penting
diperhatikan

selama

proses

memanipulasi

resin

akrilik

polimerisasi

panas.

Pencampuran polimer dan monomer menggunakan perbandingan volume 3:1 atau


perbandingan berat 2:1. Jika monomer yang dicampurkan terlalu sedikit, maka tidak
semua dari polimer akan dibasahi oleh monomer, hal ini mengakibatkan akrilik yang
telah selesai proses polimerisasi akan bergranula, tetapi jika monomer terlalu banyak
akan menyebabkan waktu untuk mencapai fase dough (konsistensi) akan semakin
lama, hal ini membuat timbulnya porositas pada resin akrilik.

b. Proses pencampuran bubuk dan cairan


Untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang diinginkan maka resin akrilik harus
melalui 5 tahap pada saat pencampuran diantaranya :
1. Tahap I ( Wet sand stage)
Pada tahap ini polimer dan monomer bertahap bercampur membentuk endapan.
Monomer bertahap akan meresap kedalam polimer membentuk suatu fluid yang tidak
bersatu. Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler.
Butiran butiran polimer tetap tidak berubah dan konsistensi adukan masih kasar dan
berbentuk butiran.
2. Tahap II ( Sticky stage)
Pada tahap ini monomer akan mulai meresap atau masuk kedalam permukaan
polimer. Rantai polimer akan terdispersi dalam cairan monomer. Rantai polimer ini
akan melepaskan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan dari adukan. Pada tahap
ini adukan akan berserat berbentuk benang dan akan lengket bila disentuh ataupun
ditarik.
3. Tahap III (Dough/gel stage)
Pada tahap ini campuran akan lebih halus dan homogen. Adukan tidak akan
lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula. Pada tahap ini adukan siap
dibentuk dan dimasukan kedalam mould.
4. Tahap IV (Rubbery stage)
Pada tahap ini monomer tidak ada lagi yang tersisa, karena monomer telah
bersatu meresap sempurna dengan polimer dan sebagian monomer menguap. Massa
pada tahap ini sudah berbentuk plastik dan tidak dapat lagi dibentuk dan dimasukan
kedalam mould.
5. Tahap V (Stiff stage)
Pada tahap ini adonan akan menjadi keras dan kaku, hal ini disebabkan
menguapnya monomer bebas. Secara klinik adukan terlihat sangat kering.

c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould (Mould lining)1


Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus
diolesi bahan separator (could mold seal) untuk menghindari merembesnya monomer
sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng
yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk
menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah
masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik.
d.Pengisian resin akrilik (Packing)1
Packing merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di
kuvet. Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik
berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau
berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan
menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin
akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan
underpacking, hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka dari
itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana mould harus
terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat tekanan yang
perlahan sehingga resin akrilik dapat mengalir kesuluruh rongga mould pada kuvet.
e. Proses curing
Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing secara
konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74oC dan
dipertahankan selama 1,5 jam kemudian suhu dinaikan 100 oC dan dibiarkan selama
1 jam.1
2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas20
2.2.3.1 Sifat Kimia
1. Penyerapan air
Sifat kimia yang dimiliki resin akrilik polimerisasi panas adalah penyerapan air
sebesar 0,69 mg/cm. Penyerapan air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi,
dimana molekul air dapat terserap oleh permukaan polimer yang padat dan beberapa

lagi dapat menempati posisi diantara rantai polimer. Air yang diserap menimbulkan
efek pada sifat dari resin akrilik tersebut.
2. Solubilitas
Meskipun bahan resin akrilik polimerisasi panas dapat larut dalam berbagai
bahan pelarut, namun bahan resin akrilik umumnya tidak dapat larut dalam cairan
ronga mulut.

2.2.3.2 Sifat Biologis


Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat biologis seperti biokompatibel
yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat beradaptasi dengan
mukosa rongga mulut, tidak beracun dan tidak larut dalam saliva.20

2.2.3.3 Sifat Fisis


Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis seperti konduktivitas termal
sebesar 6 x 10-4 cal/sec/cm2 dan koefisien termal ekspansi sebesar 80 ppmoC.20

2.2.3.4 Sifat Mekanis


Sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah:20,25
1. Kekuatan fatique
Kekuatan fatique adalah kekuatan suatu bahan yang mengalami stress berulang
diatas proporsional limit yang menyebabkan bahan tersebut menjadi patah.25
2. Kekuatan transversal
Kekuatan transversal atau kekuatan fleksural adalah beban yang diberikan pada
sebuah bahan berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya, dimana beban
diberikan ditengah-tengah bahan tersebut.25 Selama batang ditekan maka beban akan
meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang diperoleh
akan dimasukan kedalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal resin
akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 85,47 Mpa.

3. Kekuatan impak
Kekuatan impak adalah daya tahan suatu bahan agar tidak mudah patah bila
bahan

tersebut

mendapat

daya

yang

besar

dan

tiba-tiba

dalam

bentuk

tekanan.11,13,15,16,26 Kekuatan impak yang diperlukan oleh resin akrilik polimerisasi


panas sebagai basis gigitiruan adalah 2 x 10

-3

J/mm (ISO 1567:1999).14 Menurut

Craig, dkk (2002) kekuatan impak minimal basis gigitiruan resin akrilik heat cured
adalah sebesar 10 kg/cm.16 Terdapat dua tipe alat untuk menguji kekuatan impak
yaitu uji Izod dan uji Charpy. Pada alat penguji Izod sampel dijepit secara vertikal
pada salah satu ujungnya. Sedangkan pada alat uji Charpy kedua ujung sampel
diletakan pada posisi horizontal yang bertumpu pada ujung alat penguji.25
Kekuatan impak menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang diletakkan
pada alat penguji dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut
kemudian diayunkan

dan membentur sampel hingga sampel patah. Selanjutnya

energi (E) yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan
perhitungan kekuatan impak.
Rumus kekuatan impak :
I=

E
bxd

Keterangan :
I = Kekuatan impak (J/mm2)
E = Energi (Joule)
b = Lebar batang uji (mm)
d = Tebal batang uji (mm)

2.2.4 Keuntungan
Resin akrilik polimerisasi panas digunakan sebagai bahan pembuat basis gigi
tiruan karena memiliki kelebihan diantaranya :
1. Relatif murah.
2. Warna yang stabil.

3. Tidak mengiritasi mukosa mulut.


4. Tidak larut dalam cairan mulut.
5. Mudah dimanipulasi.
6. Perubahan dimensi yang rendah.
7. Tidak toksik.
8. Estetis.

2.2.5 Kerugian
Adapun kelemahan dari resin akrilik polimerisasi panas adalah :
1. Tidak tahan abrasi.
2. Monomer sisa dapat menimbulkan reaksi alergi.
3. Kekuatan impak (resistensi pada benturan) rendah.

2.3 Mekanisme Pembersihan Gigitiruan


Saat ini ada beberapa metode alternatif untuk membersihkan protesa gigitiruan.
Adapun cara untuk membersihkan basis gigitiruan adalah dengan :
1. Cara mekanik
Pembersihan secara mekanik dilakukan dengan menggunakan sikat gigi atau alat
ultrasonic cleaner. Pembersihan secara mekanik terbukti efektif dapat menghilangkan
plak, tetapi jika terlalu sering dilakukan dan dalam waktu yang berulang dapat
menyebabkan keausan pada basis gigitiruan resin akrilik yang menyebabkan
hilangnya retensi pada basis gigitiruan.
2. Cara kimia
Pembersihan secara kimia dilakukan dengan merendaman basis gigitiruan dalam
larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan. Penggunaan tablet pembersih
gigitiruan terbukti efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. Tablet
effervescent mengandung senyawa kimia berupa karbondioksida (CO2) yang
menimbulkan terbentuknya gelembung gas saat tablet dimasukan kedalam air.18,21
Salah satu contoh cara pemakaian tablet pembersih gigitiruan adalah dengan

merendam basis gigitiruan selama 5 menit dalam satu hari pada larutan tablet
effervescent pembersih gigitiruan (Polident).
2.4 Komposisi Bahan Pembersih Gigitiruan 26
Adapun komposisi dari larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan (Polident)
adalah sebagai berikut :
a. Sodium bicarbonate
Sodium bicarbonate adalah senyawa kimia dengan rumus kimia NaHCO3, disebut
juga dengan nama Sodium Hidrogenbicarbonate,sodium bicar, baking soda, bread
soda, cooking soda, bicard soda atau soda bicarbonate. Sodium bicarbonate larut
dalam air, berbentuk kristal putih kental, bersifat abrasif dan dapat melepaskan stain
pada basis gigitiruan.
b. Citrid acid
Citrid acid disebut juga Hydrogen sitrat, mempunyai rumus kimia C6H8O7. Citrid
acid adalah asam organik lemah yang ditemukan dalam buah jeruk. Sifat buffer dari
asam ini digunakan untuk mengontrol pH pada pembersih alat rumah tangga dan
obat-obatan. Bahan ini juga dapat mengurai logam sehingga dapat digunakan dalam
pembuatan sabun dan deterjen pembersih pakaian.
c. Sodium carbonate
Sodium carbonate dikenal juga dengan soda pembersih atau abu soda,
mempunyai rumus kimia Na2CO3. Sodium carbonate merupakan garam sodium dari
asam karbonik, digunakan sebagai pelembut pada pembersih pakaian. Sodium
carbonate membentuk ikatan dengan ion magnesium dan kalium pada air, disebut
juga dengan soda pembersih yang efektif menghilangkan minyak, lemak dan stain
alkohol.
d. Sodium perborate
Sodium perborate merupakan senyawa berwarna putih dan dapat larut dalam air.
Memiliki rumus kimia NaBO3 yang mengalami hidrolisis ketika berkontak dengan
air. Sodium perborate mempunyai komponen oksigen aktif pada detergen, bahan

pembersih dan bahan pemutih. Mempunyai sifat antiseptik dan dapat bertindak
sebagai desinfektan.
e. Sodium hexametophospate
Sodium hexametophospate

mempunyai rumus kimia NaPO3. Bewarna putih,

tidak berbau dan berbentuk bubuk kristal. Sodium hexametophospate merupakan


campuran dari polimerik metafosfat dan sodium hexametophospate yang digunakan
sebagai salah satu bahan dalam detergen.
f. Sodium benzoate
Sodium benzoate digunakan sebagai bahan pengawet, sangat efektif untuk
membunuh jamur dan bakteri.
g. Sodium stearate
Sodium stearate merupakan bahan kimia yang didapat dari hasil reaksi antara
sodium dengan asam stearate. Memiliki rumus kimia C17H35COON, berbentuk bubuk
berwarna putih dan digunakan pada obat-obatan dan pasta gigi.
h. Sodium lauryl sulfoacetate
Sodium lauryl sulfoacetate merupakan derivat dari kelapa dan minyak sawit,
bersifat sebagai agen surfaktan (bahan pembentuk busa) yang umum digunakan dan
aman untuk kulit. Karena berasal dari bahan alami, sehingga menghasilkan bahan
yang dapat menghilangkan bakteri, permukaan yang berminyak dan kotor. Sodium
lauryl sulfoacetate bersifat hidrofilik yang berarti menarik air sehingga dapat larut
dalam air.

Anda mungkin juga menyukai