Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdullilah
tepat pada waktunya yang berjudul KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Makalah ini berisikan tentang informasi dari beberapa sumber tentang apa saja yang ada didalam
komunikasi antarpribadi . Harapan kami makalah ini dapat memberikan informasi, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga ALLAH SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Bekasi 24 September, 2015

Penyusun

UNIVERSITAS MERCU BUANA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A
B
C
D

LATAR BELAKANG .................................................................................................. 3


BATASAN MASALAH ............................................................................................... 4
TUJUAN ...................................................................................................................... 4
TEHNIK PENGUMPULAN DATA ............................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
A DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ............................................................ 5
B KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ............................................ 5
C DEFINISI POKOK TEORI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ................................ 6
BAB III PENUTUP
A KESIMPULAN ......................................................................................................... 24
B SARAN ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 25

BAB I
UNIVERSITAS MERCU BUANA

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk individu dan makhluk social. manusia bagaimanapun tidak dapat
terlepas dari yang lain. Secara kodratnya manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama
antar manusia berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang
mempengaruhinya.
Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik guru dengan muridnya, orang tua dengan
anaknya, pimpinan dengan bawahanya, antara sesama karyawan dan lain sebagainya.
Berkomunikasi merupakan bagian terpenting dari semua aktifitas, agar timbul pengertian
dalam menyelesaian tugas masing-masing.
Pada dasarnya, komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja.
Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta atau pendapat. Adapun
komunikasi terdiri dari 6 jenis, dan salah satunya adalah komunikasi antar pribadi.
Agar komunikasi antar pribadi itu dapat berlangsung dengan baik, kita harus memahami
beberapa hal tentang komunikasi antarpribadi terlebih dahulu. seperti pengertian,
karakteristik, tujuan, dan lain sebagainya.
B. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
A. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Antar Pribadi
B. Apa saja karakteristik/ciri-ciri komunikasi Antar Pribadi
C. Apa saja dimensi pokok teori dalam komunikasi antar pribadi

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
A. mengkaji hakikat komunikasi antar pribadi
B. memahami diri pribadi dalam komunikasi
C. mengkaji system komunikasi antar pribadi
UNIVERSITAS MERCU BUANA

D. memaparkan teori-teori yang berhubungan erat dengan komunikasi antar pribadi


E. mampu memahami perbedaan teori-teori dalam komunikasi antar pribadi
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penyusun suatu karya tulis, sekecil apapun bentuknya membutuhkan data sebagai sumber
untuk memaparkan tema dalam karya tulis tersebut. Dalam kajian ini data yang dibutuhkan
diperoleh dengan cara memepelajari sumber-sumber pustaka, seperti buku , literatur-literatur,
sumber-sumber hukum dan bahan-bahan lain yang berhuungan dengan tema kajian. Selain itu
untuk menambah data, penulis juga mengakses dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan pendekatan komunkasi Antar Pribadi


Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan
UNIVERSITAS MERCU BUANA

pribadi unruk kontak social. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar,
menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai,
atau mengasihi orang lain, membenci orang lain dan sebagainya.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama atau sama
makna. Secara sederhana komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses pengoperan isi
pesan berupa lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan. Pengertian
komunikasi menurut dale yoder, dkk dalam Surakhmat (2006:17), communication is the
interchange of information, ideas, attitudes, thoughts, and/or opotions. Komunikasi
adalah pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran, dan pendapat.
Komunikkasi tidak lain merupakan interaksi simbolik. Manusia dalam
berkomunikasi lebih pada memanipulasi lambang-lambang dari berbagai benda. Semakin
tinggi tingkat beradaban manusia, semakin maju orientasi masyarakatnya terhadap
lambang-lambang.
B. Karakteristik/ciri-ciri komunikasi Antar Pribadi
Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses
mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus.
Komunikasi antarpribadi juga merupakan pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan
menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan, makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan
dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang
berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Dibalik pengertian ini sebenernya terdapat sejumlah karakteristik yang
menentukan kegiatan dapat disebut komunikasi antar pribadi. Judy c. pearson (1983)

menyebutkan enam karakteristk antarpribadi :


Komunikasi antar pribadi dimulai dengan diri sendiri (self). Berbagai persepsi
komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi

oleh pengalaman dan pengamatan kita.


Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak
yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima

pesan.
Komunikasi antar pribadi mencangkup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi.
Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Komunikasi antar pribadi mensyaratkan kedekatan fisik antara pihak yang berkomunikasi
Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama

lainya dalam proses komunikasi.


Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah
mengucapkan sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memafkan tapi tidak
bias melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan.

C. Dimensi pokok teori dalam komunikasi antar pribadi


A. Individu dalam komunikasi antar pribadi
Memahami komunikasi dan berhubungan antar pribadi dari sudut pandang
individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi didalam psikologi.
Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi
terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat didalamnya. Karna pemahaman tersebut
bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka pemahaman
psikologi acapkali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan
antar pribadi. Pada bagian ini akan dibahas beberapa aspek psikologis yang terjadi
pada proses komunikasi antar pribadi

Letak (lokus) Psikologi


Aspek psikologis dari komunikasi antar pribadi menempatkan makna
hubungan social kedalam individu, yaitu dalam diri partisipasipan komunikasi.
Hal ini akan tampak jika kita melihat suatu hubungan dari suatu hubungan dari
sudut pandang kita sendiri, maka kita akan menyertakan semacam rasa memiliki
ketika kita berfikir bahwa orang lain dan hubungan kita dengan orang tersebut
seolah-olah milik kita. Kita biasanya mengartikan hubungan dan bahkan orang
lain dalam pengertian yang berpusat pada diri kita sendiri (self centered/selfie),
yaitu bagaimana segala sesuatunya berhubungan atau berkaitan denag diri kita.
Bebrapa persoalan dapat muncul dalam proses pemahaman oleh individu yang
disebut juga sebagai proses intra pribadi ini. Fisher (1987:106) menyebutkan tiga
diantaranya yaitu yang pertama : munculnya respon individu terbatas pada setelah
kegiatan komunikasi; yang kedua : ingatan atau persepsi individu dapat berubah
setelah

suatu

tindakan

komunikasi;

yang

ketiga

individu

sering

UNIVERSITAS MERCU BUANA

mencampuradukan hubungan antarpribadi dengan respon emosional mereka. Ini


semua akan menjadi masalah jika orang menganggap bahwa lokus psikologis
komunikator merupakan pemahaman terpenting atau paling nyata dari komunikasi
antarpribadi. Jadi dengan aspek psikologis saja belum cukup untuk memahami
komunikasi antarpribadi secara menyeluruh.
Hal terpenting dari lokus (psikologis) dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri
pribadi individu terletak pada suatu tempat didalam individu, dan tidak mungkin
dapat diamati secara langsung. Asumsi juga mencangkup anggapan bahwa kita
dapat melakukan pengamatan terhap diri pribadi sesorang scara tidak langsung
dengan menyimpulkannya berdasarkan pengamatan kita terhadap prilaku individu
tersebut. Dengan demikian, lokus psikologis dari komunikasi mengasumsikan
individu memiliki dua dimensi internal dan eksternal. Namun kita juga
mengetahui bahwa dimensi eksternal dalam diri tidaklah selalu sama dengan
dimensi internalnya, biasanya kita tidak mudah percaya pada dimensi eksternal
karna kita tahu bahwa orang mampu mengendalikan prilaku eksternlnya. Fungsi
psikologis dari komunikasi adalah untuk mmengimplementasikan tanda-tanda
melalaui tindakan atau prilaku yang dapat diamati. Kita akan melakukan seleksi
terhadap tanda-tanda dari prilaku dan mengungkapkan mana yang palsu dan mana
yang asli. Cara inilah yang biasa kita lakukan dalam upaya untuk mengungkapkan
dimensi internalnya dari diri yang sesungguhnya. Pertanyaan berikutnya adalah
sejauh mana kita bias menyimpulkan secara akurat? Karna penyimpulan itu
sendiri adalah proses psikologis, suatu proses piker yang melibatkan pernarikan
suatu kesimpulan atas dasar informasi yang tidak lengkap. Menyimpulkanya
adalah dengan menggunakan logika baik yang rasional maupun tidak, dalam
rangka mengisi sejumlah informasi yang belum lengkap sehingga pada suatu
kesimpulan. Dengan kata lain menyimpulkan adalah melompat pada suatu

kesimpulan berdasarkan data yang belum lengkap.


Tataran psikologis dalam komunkasi
Dalam lokus psikologis, komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan
yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri atau
proses psikologis tertentu. Katakanlah ani berkomunikasi dengan budi, maka
proses psikologis ani harus memiliki kesamaan tertentu dengan proses penglaman
UNIVERSITAS MERCU BUANA

budi. Memberikan ilustrasi adanya tumpang tindih antara proses psikologis ani
dan budi. Ketika ani dan budi berkomunikasi, mereka secara individual dan
serempak memperluas diri pribadi masing-masing kedalam tindakan komunikasi
melalui pemikiran, perasaan,keyakinan atau dengan kata lain melalui proses
psikologis mereka. Proses ini akan langsung terus sepanjang keduanya masih
terlibat dalam tindakan komunikasi.
Sebenarnya proses psikologi dalam komunikasi mencangkup beberapa
proses intern yang berbeda dan berlangsung secara slimultan. proses-proses ini
berlangsung dalam beberapa tataran, dengan pengertian masing-masing
mencangkup bagian yang berbeda dari proses psikologis yang dibagi oleh para
partisipan dalam komunikasi antar pribadi. Fisher (1987:110) mengemukakan
bahwa kita ketika berkomunikasi dengan orang lain, proses intrapribadi kita
memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan
bekaitan dengan sejumlah diri yang hadir dalam situasi antarpribadi, pandangan
kita mengenai pandangan orang lain terhadap kita. Sering kali hal ini disebut pula
dengan persepsi, metapersepsi, dan meta-meta persepsi. Selanjutnya ketiga
tataran psikologis ini berfungsi scara slimultan ketika kita sedang berkomunikasi
dengan orang lain dan tiap tataran dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tataran
lainya. Misalnya : budi memandang ani sebagai orang yang jujur dan dapat
dipercaya dan dia menganggap ani tidak menyukainya atau mempercayainya,
maka budi akan mulai menurunkan citra terhadap dirinya sendiri (merasa bahwa
dirinya mungkin tidak jujur sehingga mengganggap tidak disukai oleh orang lain).
Perlu kita ingat kembali bahwa dalam komunikasi antarpribadi sedikitnya
ada dua orang yang terlibat didalamnya. Dengan demikian, pada saat ketika
tataran psikologis kita beroprasi hal yang sama berlaku juga pada partner
komunikasi kita. Dalam kasus semacam ini kita seolah-olah berusaha untuk
mereflesikan proses psikologis kita dengan proses psikologis yang kita anggap
sedang terjadi dalam diri orang lain. Dan tentunya hal yang sama secara stimultan
terjadi pula pada diri partner komunikasi kita. Proses-proses yang terjadi pada dua
inividu ini tentunya tidak akan sama persis, tetapi masing-masing pihak berusaha
untuk menghasilkan adanya tingkat persinggungan tertentu atau bidang-bidang
yang tumpang tindih pada tiap-tiap tataran.
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Arti penting dari komunikasi bukanlah pada kesamaan yang sempurna


antara dua proses psikologi mereka, tetapi bahwa mereka berkomunikasi satu
dengan lainya seolah-olah ada kesamaan diantara mereka. Proses psikologi dapat
berpengaruh pada komunikasi dan hubungan antarpribadi karna individu
menggunakanya sebagai pedoman untuk bertindak atau berprilaku. Ketika hal ini
berlangsung, maka individu akan bertindak atas dasar peoses psikologi yang
diketahui atau diyakininya sebagai diri yang sesungguhnya. Benar tidaknya
penyimpulan yang dilakukan tidak akan dapat diketahui individu tersebut karna
dia memang tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan penafsiranya
terhadap citra diri untuk mempengaruhi prilaku terlepas dari apakah ia berhasil
menyimpulkan diri yang sesungguhnya atau tidak. Persoalan sebetulnya bukan
pada hadirnya diri yang sesungguhnya (real self) dalam tindakan komunikasi,
karna semuanya akan kembali kepada pandangan masing-masing idividu terhadap
diri tersebut. Bukan pula pada akurat atau tidaknya pandangan masing-masing
individu karna mereka berprilaku seolah-olah pandanganya akurat.
Akhirnya, karena proses psikologi scara potensial mampu mempengaruhi
komunikasi kita dapat mengesampingkanya jika ingin benar-benar memahami
hubungan antar manusia. Sebaliknya, kita juga jangan menganggap bahwa hanya
proses

psikologislah

yang

menentukan

komunikasi.

Kita

hendaknya

menempatkan proses psikologi sebagai factor yang dapat mempengaruhi


komunikasi dan hubungan social karena scara teknis proses psikologis bukan
merupakan bagian dari hubungan itu sendiri.
B. Memahami diri dalam komunikasi
Diri pribadi adl ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk
dianggap atau dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya.
Kualitas yang membuat seseorang itu khas, tumbuh dan berkembang melalui interaksi
social dengan orang lain. Pengalaman dan kehidupan akan membentuk diri pribadi
setiap manusia (kesadaran terhadap apa yang sedang dan telah terjadi pada diri
pribadinya, kesadaran terhadap diri pribadi pada dasarnya adalah prosese persepsi yg
ditujukan kepada dirinya sendiri.)
Persepsi
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Pada abad 19 ilmuwan beranggapan apa yang ditangkap panca indera adalah
sesuatu yang akurat dan nyata. Tapi mengapa seseorang biasanya punya kesan yang
berbeda mengenai lingkungannya? Ternyata apa yg kita amati dipengaruhi oleh citra
retina mata dan terutama oleh kondisi pikiran. Semakin tinggi derajat kesamaan
persepsi antar individu maka semakin sering mereka berkomunikasi.
Persepsi menurut Fisher :
interpretasi terhadap berbagai sensasi (penginderaan) sebagai representasi dari
obyek2 eksternal. Interpretasi dan pemberian makna terhadap orang / objek tertentu
Pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indera sarana yang
memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita

Syarat terjadinya persepsi :


1. adanya obyek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indera kita (nyata/kurang
nyata, misalnya : persepsi tentang diri tapi keberadaanya dapat kita rasakan)
2. adanya informasi untuk diinterpretasikan informasi adalah segala sesuatu yang
diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki
3. sifat representatif dari penginderaan tidak mengartikan secara langsung tapi
mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek persepsi
tersebut.
Persepsi manusia terbagi dua :
1. Persepsi terhadap obyek : melalui lambang-lambang fisik, menanggapi sifat
luar, tidak bereaksi atau statis.
2. Persepsi terhadap manusia : melalui lambing-lambang verbal dan non verbal,
menanggapi sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dsb),
beraksi/dinamis dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat dari pada
perspsi terhadap objek.
Persepsi sosial :
proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami
dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional sehingga penilaian terhadap
mereka mengandung resiko. Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana
psikologis yang berbeda membuat persepsi kita juga berbeda
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
0

Sifat Sifat Persepsi


1. Persepsi adalah pengalaman
sebagai dasar untuk melakukan interpretasi atau mengartikan makna dari
sesuatu
dasar ini bisa ditemukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang, objek,
peristiwa tersebut / hal-hal yang menyerupainya

2. Persepsi adalah selektif


individu cenderung mempersepsi atas dasar sikap, nilai, yang ada dalam
dirinya dan mengabaikan karakteritik yang tidak relevan denganya.
kita cenderung memperhatikan bagian-bagian tertentu dari obyek atau orang
atau peristiwa atau hanya karakteristik tertentu yang kita inginkan
3. Persepsi adalah penyimpulan
interpretasi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang ada (tidak
lengkap)
berhubungan dengan sifat selektif, karena keterbatasan otak kita hanya dapat
mem-persepsi sebagian karakteristik dan melakukan pelompatan
penyimpulan
4. Persepsi tidak akurat
suatu persepsi mengandung kesalahan pada kadar tertentu
hal ini disebabkan oleh pengaruh sifat-sifat persepsi sebelumnya. Misalnya :
karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyamaratakan menganggap
sama sesuatu yang hanya mirip
ketidak akuratan tidak selalu menimbulkan atau menjadi masalah dalam
komunikasi antarpribadi
5. Persepsi adalah evaluatif
persepsi tidak akan pernah obyektif karena interpretasi yang kita lakukan
berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan
pribadi untuk memberi makna pada obyek persepsi.
dalam mempersepsi biasanya individu memberikan penilaian dan jarang
bersifat netral
kita cenderung mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu baik atau buruk
dan hal-hal netral atau biasa saja cenderung kita lupakan atau tidak bisa kita
ingat dengan baik
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
1

Elemen-elemen Persepsi :
1. Sensasi atau penginderaan dan interpretasi ketika seseorang menangkap sesuatu
melalui inderanya (melihat, mendengar, mencicipi, membaui/meraba) maka
secara simultan dia atau menginterpretasikan makna hasil penginderaan
2. Harapan, kita cenderung untuk mendengar apa yang ingin kita dengar dan
melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat terlepas dari apa yang
sesungguhnya kita dengar dan lihat
3. Bentuk dan latar belakang
salah satu cara untuk memahami pros persepsi terletak pada kemampuannya
untuk membedakan adalah berbagai informasi
informasi yang dianggap lebih penting dan relevan disebut figure
informasi yang dianggap tidak penting atau kurang penting atau kurang
relevan disebut back ground
4. Perbandingan
seorang biasanya meyakini kebenaran persepsinya dan merupakan cara yang
bisa digunakan untuk menentukan ke-valid-an-nya
dengan cara membandingkannya dengan sesuatu, jika makna yang
dipersepsikan konsisten atau mirip
5. Konteks
seperangkat fenomena yangg sama dengan objek persepsi kita
konteks dimana kita mempersepsikan suatu obyek, sangat kuat pengaruhnya
konteks merupakan objek-objek lain atau peristiwa lainnya
C. kesadaran pribadi ( self awereness)
langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui atau menyadari diri kita
sendiri yaitu mengungkap sikap dan apa kita ini. Dan, sesungguhnya menyadari siapa
diri kita adalah juga persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri kita secara
stimultan kita-kita juga telah mempersepsikan diri kita sendiri. Untuk dapat
menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah diri atau self
tersebut. diri secara sederhana dapat diartikan sebagai identitas individu. Jadi
identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
2

dengan individu-individu lainya. Sedangkan demikian diri adalah suatu pengertian


yang mengacu kepada identitas spesifik dari individu. Fisher (1987 : 134)
menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri yaitu konsep diri, self esteem
dan multiple selves.
Pemahaman terhadap konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita
sendiri. Pada umumnya orang akan menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga
kategori yaitu karakteristik atau sifat pribadi, karakteristik atau sifat social dan peran
social.
Karakteristik social menunjukan sifat-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan
kita dengan orang lain. Antara lain ramah atau ketus, exstrovert atau introvert, banyak
bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli dan sebagainya. Peran social
mencangkup hubungan dengan orang lain dan dalam suatu masyarakat tertentu.
Ketika peran social merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan
hubungan social kita dengan orang lain seperti ayah, istri, guru, polisi eksekutif dan
sebagainya.
Peran social ini dapat pula terbentuk aliasi terhadap budaya, etnik, agama dan
sebagainya. Konsep diri dapat berubah seiring dengan waktu oleh karnanya stabilitas
dari konsep diri ini sulit untuk diperkirakan. Ketika kita menjadi objek persepsi maka
kita juga akan mengevaluasi diri kita sendiri. Ungkapan yang digunakan untuk
menyatakan ungkapan persepsi evaluative seseorang terhadap dirinya sendiri adalah
self esteem, suatu bagian yang inheren dari konsep diri. Orang biasanya memiliki
self esteem yang relative tinggi ini bukan berarti bahwa kita lalu menjadi egoistic. Ini
berarti bahwa tingkat self esteem dari orang normal yang hidup secara normal ratarata diatas titik tengah atau titik netral pada skala evaluasi.
Self esteem juga bersifat lebih mendalam dan langsung dari pada suatu reaksi
temporal. Maksudnya jika suatu ketika kita merasa gagal atau kehilangan
kepercayaan diri pada saat dikecewakan oleh seorang sahabat, ini hanyalah reaksi
sementara yang tidak mengubah self esteem. Self esteem kita adalah bagian dari
interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri dan bukan semata-mata reaksi
terhadap suatu peristiwa tertentu dalam hidup kita. Self esteem berpengaruh terhadap
prilaku kita, khususnya prilaku komunikasi kita. Jika self esteem tinggi, kita
cenderung merasa kompeten sehingga berprilaku secara lebih percaya diri. Orang
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
3

yang self esteemnya tinggi biasanya lebih mandiri, tegas dan tidak mudah dipersuasi.
Sedangkan kebalikan dari hal-hal tadi biasanya ditemukan pada orang yang self
esteemnya rendah.
Multiple selves ini dipahami sebagai seseorang dengan berbagai aktifitas,
kepentingan, hubungan social. Multiple selves dapat pula dipahami dengan bentuk
yang lain. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri
dalam konsep diri kita. Pertama adalah persepsi mengenai diri kita dan persepsi kita
tentang persepsi orang lain terhadap diri kita (meta persepsi). Cara lain untuk melihat
multiple selves adalah melalui diri ideal kita. Sebagian dari konsep diri mencangkup
siapa diri kita sebenarnya sedangkan sebagian lain mencangkup kita ingin menjadi
apa (semacam bentuk idealisasi diri). Upaya untuk mempersempit celah antara diri
sebenarnya dan diri ideal tidak lain adalah suatu bentuk usaha untuk memperbaiki
diri. Misalnya orang yang sebenarnya gemuk berusaha melangsingkan tubuh untuk
mencapai berat dan bentuk yang dia idealkan. Ini terjadi pula pada berbagai hal lain,
orang berusaha memperbaiki diri untuk mencapai diri yang ideal. Selama proses
kehidupan dan interaksi kita dengan orang lain, kita secara terus menerus
mengembangan konsep diri. Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara
kontinyu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami
sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan mendapat manfaatnya maka kita
perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi
didalamnya.
Proses pengembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga konsep yaitu reflexive
self, social self dan becoming self. Jika kita memandang kedalam cermin, apa yang
kita lihat? Jika kita menjawab saya melihat diri saya atau saya melihat wajah
saya, maka kita belum sepenuhnya menangkap arti reflektivitas dan peran cermin
dalam mereflesikan image kita. Perinsip dari reflexive self adalah apabila kita
memandang ke dalam cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita tetapi melihat diri
kita (yang dipantulkan oleh cermin) yang sedang memandang kita. Jadi kesadaran diri
dikatakan reflexive jika bersifat dua arah. Ketika kita mempersepsikan diri kita, kita
mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.

UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
4

Dengan kata lain, orang mempersepsi dan mengevaluasi tindakanya terutama


dengan mempersepsi dan mengevaluasi reaksi orang lain terhadap tindakan kita.
Reaksi orang lain ini membuat tindakan kita jauh lebih berarti dan ini berarti bahwa
sebenarnya orang lain telah memberikan patokan dimana kita dapat mengukur konsep
diri kita. Menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk melihat konsep diri kita
disebut mengunakan social self. Pengertian ini juga dikenal dengan istilah looking
gelass self yang menggambarkan bagaimana kita mengembangkan konsep diri
melalui interaksi. Dalam interaksi, reaksi orang lain merupakan info mengenai diri
kita dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut juntik menyimpulkan,
mengartikan dan mengevaluasi diri kita.
Aspek lain dari pengembangan kesadaran diri melalui interaksi social adalah self
monitoring. Self monitoring memungkinkan kita untuk menyadari prilaku-prilaku
yang dianggap sesuai untuk sesuatu situasi sosial tertentu. Meskipun self monitoring
biasanya mengacu pada kepekaan terhadap prilaku kita sendiri, kita dapat pula
mempelajari prilaku apa yang secara social dianggap sesuai melalui pengamatan
terhadap tindakan orang lain. Self monitoring adalah suatu kemampuan, dimana
tingkatnya berbeda-beda pada setiap orang. Karena merupakan suatu kemampuan,
self monitoring seorang dapat dilatih dan diperbaiki. Sehingga orang akan menjadi
lebih menyadari konsep dirinya seiring dengan meningkatnya pemahaman tentang
interaksi social yang sesuai. Kemampuan ini akan membuat kita menjadi lebih efektif
dalam komunikasi antarpribadi.
D. Persepsi terhadap orang lain
Proses mempersepsikan orang lain mencangkup persepsi terhadap karakteristik fisik
dan perilaku komunikasi orang tersebut. Steve duck (1977) mengemukakan bahwa
prilaku orang akan membantu dalam tiga hal yaitu :
Prilaku tersebut memang kadang akan menyenangkan bagi kita karena kita akan

selalu merasa senang jika mendapatkan senyuman atau pujian misalnya.


Prilaku tersebut memberikan informasi yang dapat kita gunakan untuk
membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang (kepribadian,

sikap, keyakinan dan nilai).


Prilaku seeorang dapat memberikan pikiran mengenai kelanjutan hubungan
dikemudian hari. Untuk mengartikan prilaku orang dalam menyimpulkan
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
5

kepribadian dan kondisi internalnya adalah permainan tebak-tebakan, apakah


kesimpulan kita benar atau salah. Bila seseorang melakukan persepsi, sebenarnya
yang mengendalikan penyimpulan terhadap apa yang dilakukanya adalah
menyadari apa yang terjadi dalam diri kita ketika perhatian kita tertuju kepada
orang lain. Bahasan berikut akan menguraikan tiga proses kognitif yang terjadi
proses kognitif dalam mempersepsikan orang lain. Ketiganya adalah implicit
theory, proses atribusi dan responssse

Implicit personality theory


Teori ini mengansumsikan orang sebagai psikolog amatir yang menggunakan perangkat
psikologis untuk mempresepsi orang lain. Karena pengalaman interaksi dimasa lalu, kita telah
mengenal berbagai ciri-ciri psikologis atau kepribadian yang berbeda dari berbagai orang yang
berbeda. Maka ketika kita berinteraksi dengan orang dan mengamati prilakunya, kita dapat
mengurangi ketidakpastian mengenai diri orang tadi dengan mengevaluasi dengan ciri-ciri
psikologi yang kita kenal. Dengan informasi dari prilaku orang tadi, kita dapat mengaplikasikan
ciri-ciri kepribadian tadi kepadanya hingga sampai pada suatu persepsi mengenai siapakah dia.
Menggunakan implicit personality berarti berusaha memahami individu tertentu dengan
menempatkan ciri-ciri individu tersebut kedalam suatu kerangka pemahaman. Ini merupakan
kebalikan dari proses stereotyping. Ketika sedang melakukan stereotype terhadap seseorang, kita
mulai dengan suatu klasifikasi social secara umum dan menerapkanya pada orang tersebut tanpa
tahu lebih jauh tentang dirinya sebagai individu yang spesifik.
Menggunakan implicit personality theory dimulai dengan individu dan mencoba
mengidentifikasikanya kedalam klasifikasi social berdasarkan apa yang kita ketahui tentang
individu tersebut sebagai sosok yang spesifik atau khas. Proses atribusi adalah proses
intrapribadi yang menempatkan penyebab atas suatu peristiwa kepada seseorang atau sesuatu.
Proses persepsi ini menempatkan locus of control kepada seseorang (dispotensial) atau kepada
konteks (situasional). Sebagai suatu bentuk proteksi, kita biasanya memandang diri kita sendiri
dalam pengertian situasional. Yaitu kita cenderung menimpakan prilaku kita yang tidak disukai
kepada situasi bahkan kepada diri sendiri. Seperti misalnya keterlambatan ini bukan kesalahan
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
6

saya, karena mobil saya tidak bias bergerak dalam kemacetan lalu lintas. Sebaliknya, kita
cenderung mempersepsikan orang lain dengan pengrtian disposional. Ketika memperhatikan
seseorang, kita cenderung menempatkan pada proses intra pribadi yaitu sesuatu yang terjadi
didalam orang tersebut. Misalnya kita akan berkata bahwa dia sedang bingung, sudah dua kali
kami berpaspasan dan dia tidak mengenalu atau menegurku.
Proses atribusi memiliki arti penting bagi komunikasi dalam beberapa hal. Pertama,
proses ini membantu kita untuk menyusung penjelasan mengenai sesuatu kejadian atau pristiwa
dengan menggunakan pola-pola seperti yang telah dicontohkan di atas. Kedua proses ini secara
relative akurat menggambarkan hubungan antara kondisi psikologis dan prilaku. Meskipun
kesusaian antara kondisi psikologi dan prilaku masih diperdebatkan (apakah perilaku benarbenar mereflesikan kondisi psikologisnya), namun keduanya berfungsi secara bersamaan dalam
suatu siklus yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini kita biasanya merasa bahwa kondisi
psikologis tidak mengendalikan prilaku kita tidak secara otomatis mereflesikan perasaan kita.
Namun kepada orang lain kita cenderung menganggap bahwa prilaku mencerminkan bahwa
kondisi psikologisnya dan ini menjadi acuan bagi kita untuk berperilaku terhadap orang lain
tersebut. Ketiga proses atribusi akan mempengaruhi hasil hubungan antarpribadi (misalnya ingin
meneruskan atau meningkatkan hubungan) dan meningkatkan hubungan juga akan
mempengaruhu atribusi. Pada tahap awal hubungan, masing-masing pihak belum merasa dekat
(baru kenal atau sebagai teman biasa), kita cenderung mempresepsikanya dalam pengertian
situasional (jika menyangkut kita) atau diposisional (jika menyangkut orang lain). Namundalam
hubungan yang sudah sangat dekat atau akrab atau intim kita cenderung menempatkan hal lain
sebagai penyebab suksesnya hubungan kita, yaitu pada hubungan itu sendiri (hubungan yang
nyaris sempurna ada saling pengertian diantara kami, hubungan baik itu telah memberi motifasi
dsb). Dengan demikian, tataran intrapribadi (atribusia) dan antarpribadi (hubungan) dari
komunikasi saling mempengaruhi satu dengan lainya.
Response sets
Response sets merupakan predisposisi tertentu yang dilakukan untuk menanggapi orang
lain. Proses ini mengandung lompatan penyimpulan dari prilaku orang lain kepada prilaku kita
ketika menanggapinya. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
7

untuk mengenali orang lain secara utuh, maka kita menggunakan response sets sebagai jalan
pintas untuk melakukan penyimpulan. Oleh karnanya,dalam proses ini kesalahan dalam
mempersepsikan orang sangat mungkin terjadi.
Response sets yang sangat umum diguakan adalah helo effect dan leniency effect. Kita
merasakan halo effect ketika kita terlalu menggeneralisasi prilaku orang dalam situasi tertentu
kepada situasi lain yang sama sekali belum kita ketahui. Misalnya, kita mengetahui prilaku
teman kerja kita yang kurang tanggung jawab, seperti sering terlambat masuk, lambat dalam
mengerjakan tugas dan sebagainya. Dari pengamatan ini, kita lalu menyimpulkan bahwa kita
akan berprilaku sama dalam berbagai bidang kehidupanya yang lain. Kita juga menganggap dia
juga akan ramah kepada orang-orang lainya. Persoalan yang muncul dari halo rffect ini adalah
bahwa kita mengabaikan situasi yang dapat mempengaruhi tindakan orang. Kita melupakan
kenyataan bahwa orang akan berprilaku dan menampilkan peran yang berbeda dalam situasi
yang berbeda kepada orang yang berbeda.
Leniency effect adalah response sets lain dimana kita membiarkan hubungan kita dengan
seseorang mempengaruhu persepsi kita terhadap orang tersebut. Misalnya kita cenderng untuk
mengidealkan teman kita dan sangat toleran dalam menilainya. Kita terlalu berlebihan dalam
menilai kebaikan-kebaikanya dan sangat mentolerir prilakunya yang secara umum dianggap
kurang baik. Sehingga dalam persepsi kita, dia hanya memiliki sedikit kekurangan disbanding
begitu banyak kelebihanya. Oleh karnanya, mungkin kita tidak habis mengerti kenapa banyak
orang tidak menyukai teman kita yang nyaris sempurna ini. Hal yang sebaliknya juga terjadi
kepada orang yang tidak kita sukai. Karna kita cenderung menilai kelewatan rendah prilaku
positifnya dan kelewatan tinggi pada prilaku negatifnya. Persepsi terhadap orang lain seperti
halnya persepsi terhadap diri sendiri, terbuka bagi berbagai kesalahan. Oleh karnanya, persepsi
terhadap orang lain (akurat maupun tidak akurat) dapat menguntungkan atau merugikan dalam
proses hubungan atau komunikasi antarpribadi. Hal yang perlu dicamkan adalah bahwa kita
harus selalu terbuka bagi infprmasi tambahan dan menggunakanya untuk memperbaiki persepsi
kita terhadap orang lain.

Prilaku terhadap orang lain.


UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
8

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat mempengaruhi
persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang lain memiliki penilaian yang
baik mengenai diri kita, paling tidak memiiki kesan bahwa kita konssisten dengan tujuan kita
berkomunikasi kepadanya. Kita dapat berharap agar orang lain memandang kita sebagai teman,
pimpinan, pasangan dan berbagai peran social lainya. Meskipun kita tidak dapat memaksa orang
dalam mempersepsikan diri kita namun kita dapat melakukan sesuatu untuk mengarahkan
persepsi mereka. Yaitu kita dapat berprilaku dalam cara-cara tertentu yang dapat mendorong ke
arah kesan tertentu mengenai diri kita. Jadi kewajiban kita ketika berkomunikasi adalah
memberikan informasi kepada orang lain melalui prilaku kita agar dapat digunakan untuk
mempersepsi diri kita sesuai dengan yang kita harapkan. Tindakan ini sesungguhnya sangat
alamiah atau wajar, artinya bukan selalu merupakan upaya untuk berpura-pura atau menipu
orang lain. Karena meskipun beberapa prilaku kita mungkin pura-pura atau palsu kita
mengetahui pula bahwa memiliki berbagai peran yang social yang berbeda bagi orang dan situasi
yang berbeda dan situasi yang berbeda yang akan mempengaruhi kita ketika berkomunikasi.
Beberapa konsep yang dapat menjelaskan hal ini antara lain impression management, rhetorical
sentivity, attributional response dan komunikasi antarpribadi
a. Impression management
Erving goffman (1963) seorang sosiolog mengemukakan bagaimana setiap orang
dalam kehidupanya sehari-hari terlibat dalam memerankan dirinya kepada orang lain.
Tindakan ini bukan upaya kepura-puraan atau manipulative melainkan bagian yang wajar
dalam interaksi social yang disebut dengan impression management. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa setiap kali kita berprilaku terhadap orang lain, tidak ada pilihan lain
kecuali mengarahkan kesan orang tersebut kepada kita. Penguraian diatas menunjukan
bahwa sebenarnya memiliki pilihan dalam arti kita tidak bisa berprilaku. Persoalanya
adalah apakah kita sadar akan upaya kita mengarahkan kesan orang lain bukan apakah
kita melakukanya atau tidak. Impression management memandang komunikasi
antarpribadi sebagai sebuah drama atau sandiwara. Sebagai partisipan dalam komunikasi
kita bukan hanya sebagai actor tetapi juga sekaligus penulis sekenario yang menulis
naskah drama kehidupan nyata ketika kita terlihat dalam komunikasi antarpribadi.
Ketika kita mengarahkan kesan orang lain, kita menghadirkan diri kita dalam dua bentuk
UNIVERSITAS MERCU BUANA

1
9

prilaku yaitu depan dan belakang. depan mengacu pada bagian dari diri kita yang
dapat diamati atau tampak oleh orang lain, bagian depan ini menunjukan bagian diri
kita yang berada diatas panggung. belakang mengacu pada prilaku dibalik
panggung yang kita lakukan ketika tidak ada orang lain atau kita tidak menyadari
adanya orang lain yang hadir disekitar kita. Perlu dipahami bahwa persoalan diatas
panggung atau depan dan dibalik panggung atau belakang ini bukanlah mengacu pada
prilaku pura-pura tau prilaku sebenarnya. Keduanya adalah wajar, hanya saja yang satu
merupakan situasi social seangkan lainya merupakan situasi pribadi. Misalnya kita
senang duduk sambil mengangkat kaki, ini biasanya bisa kita lakukan bila sedang sendiri,
dengan hadirnya orang lain tentunya kita akan duduk secara lebih baik untuk
menenamkan kesan yang baik pula terhadap orang tersebut.
Uraian diatas menunjukan bahwa sebenarnya impression management merupakan
prilaku yang lebih diarahkan oleh orang lain dari pada kita sendiri. Ketika kita menyadari
prilaku kita dan membiarkan orang lain untuk mengarahkanya maka kita menilai
kesesuaian prilaku kita sebagai respon terhadap prilaku orang lain. Jadi dengan
menyadari bahwa setiap prilaku kita adalah respon terhadap prilaku orang lain, maka kita
telah berinteraksi secara wajar dan mampu mengendalikan kesan orang terhadap diri kita.
b. Rhetorical sensitivity
Rhetprical sensitivity adalah konsep yang dikembangkan oleh Rod Hart dan Don
Burks (1972) yang mengacu pada kualitas persepsi yang didasarkan atas kemungkinankemungkinan (contingencies). Menjadi rhetorical sensitivity berarti peka terhadap diri
sendiri, peka terhadap situasi dan terutama peka terhadap orang lain. Tindakan ini
mencangkup pemilihan prilaku komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antar diri kita,
orang lain dan situasi tertentu selama kegiatan komunikasi antarpribadi.
Dengan kata lain rhetorical sensitivity berarti melakukan adaptasi atau
penyesuaian terhadap kemungkinan-kemungkinan. Terdapat lima karakteristik yang
menandai rhetorical sensitivity.
Pertama, orang yang rhetorical sensitivity dapat menerima kompeksitas pribadi
yaitu dapat memahami bahwa setaiap idividu merupakan kesatuan dari banyak diri
(multiple selves). Individu memiliki banyak konsep diri yang berkaitan dngan berbagai
peran social yang dimainkan (teman, ayah, guru dsb).

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2
0

Kedua, orang yang rhetorical sensitivity mengindari sifat kaku keras dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Ketiga, orang semacam ini akan mengembangkan kepentingan pribadi dengan
kepentingan orang lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi (interaction
consciousness).
Keempat, orang yang mempunyai rhetorical sensitivity sadar kapan harus
mengkomunikasikan atau tidak mengkomunikasikan sesuatu dalam situasi yang berbeda.
Kelima, orang semacam ini menyadari bahwa suatu kesan dapat dikemukakan
melalui berbagai cara dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaiian pesan kepada
peserta berkomunikasi dalam situasi tertentu.
c. Attributional Responses
Merupakan cara ini penggunaaan proses atribusi melalui prilaku kita sebagai
reaksi atas tindakan orang lain. Dalam hal ini kita menanggapi dengan sesuatu cara yang
sangat jelas menunjukan suatu makna tertentu terhadap prilaku orang lain. Setiap
tindakan dalam komunikasi dalam suatu percakapan dapat meyatakan suatu ekspresi atau
pernyataan atributif melalui penilaian terhadap makna prilaku orang lain.
Seorang dalam menanggapi ungkapan atributif orang lain yang ditunjukan
padanya memiliki bebrapa pilihan. Misalnya menaggapi suatu ungkapan atributif seperti
kamu sebenarnya tidak ingin pergi, kan?. Maka kita dapat menyangkalnya (bukan
begitu maksudku) atau meyetujuinya (ya, karena saya memang sangat lelah) atau
mengalihkan lokus atribusi (karena situasinya tidak memungkinkan untuk sya pergi).
Dengan kata lain, atribusi dapat diterapkan sebagai strategi percakapan seperti halnya
pada proses persepsi dan ketika kita menggunakanya sebagai strategi atribusi akan
mempengaruhi keseluruhan alur percakapan.
d. Konfirmasi antarpribadi
Konfirmasi antarpribadi merupakan tanggapan atau reaksi prilaku orang lain.
Konsep ini masih berkaitan dengan impression management. Ketika kita berusaha untuk
mengarahkan kesan, maka pada saat yang bersamaan orang lainpun melakukan hal yang
sama kepada kita. Dalam menanggapinya kita memiliki tiga alternative, yaitu konfirmasi,
menolak atau diskonfirmasi.

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2
1

Jika kita melakukan konfirmasi berarti kita menerima identifiaksi orang lain
seperti yang ditampilkanya dihadapan kita. Miasalnya kita berkata usulan kamu sangat
tepat, suatu gagasan yang bagus.
Ketika menolak kita keberadaan orang tersebut namun menyangkal definisi diri
yang dia tampilkan, misalnya saya tidak percaya apa yang kamu ceritakan.
Sementara itu diskonfirmasi berarti lebih jauh dari sekedar penolakan. Ketika kita
mendiskonfirmasi penampilan orang lain, kita spenuhnya mengabaikan pesan orang lain
dan menganggapnya tidak pernah diucapkan. Misalnya teman kita berkata, kasian.
Kamu mau apa sekarang?. Ketiga alternative tersebut dapat membantu kita untuk
memahami komunikasi.

BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antar
orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan
tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan
UNIVERSITAS MERCU BUANA

2
2

suatu pertukaran, yaitu tindakan penyampaian dan menerima pesan secara timbal balik.
Sedangkan makna, yaitu suatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan
pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang
digunakan dalam proses komunikasi.
Komunikasi antarpribadi di pengaruhi oleh persepsi interpersonal. Terdapat beberapa
teori penting dari komunikasi antar pribadi yaitu memahami diri dalam komunikasi, yaitu
mencangkup locus dan tataran psikologis dalam komunikasi,
sifat-sifat persepsi : pengalaman, selektif, penyimpulan, tidak akurat,
elemen pembentuk persepsi : sensasi penginderaan dan iterprestasi, harapan, bentuk
dan latar belakang, perbandingan dan konteks.
Kesadaran (awareness) : self-concept / konsep diri, self-esteem, multiple-selves.
Mencangkup memahami orang lain dalam komununikasi
Proses kognitif dalam mempersepsi orang lain : implicit personality theory ;
mencoba memahami individu dan menempatkanya pada klasifikasi tertentu,
attribution : menempatkan penyebab suatu pristiwa kepada seseorang atau sesuatu,
response set : predisposisi prilaku tertentu yang dilakukan untuk menanggapi
sesuatu.
Prilaku yang ditampilkan diri kepada orang lain dalam komunikasi : impression
management : acting sesuai harapan orang lain, rhetorical sensitivity : peka
terhadap diri, situasi, dan orang lain, attributional responses : memberikan atribut
terhadap isi komunikasi.

B SARAN
Sebenarnya setiap komunikasi kita dengan orang lain mengandung potensi
komunikasi antarbudaya, karena kita selalu berbeda budaya dengan orang tersebut,
seberapa kecilpun perbedaan itu. Maka komunikasi antarudaya seyogyanya
merupakan kepedulian siapa saja yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain.
UNIVERSITAS MERCU BUANA

2
3

Pentingnya kita mengetahui komunikasi budaya juga membantu kita memahami


kontak antarbudaya sebagai suatu cra memperoleh pandangan kedalam budaya
sendiri, membantu menyadarkan bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat
dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.
Demikianlah penulis maklah berjudul komunukasi antarbudaya penulis mohon
maaf atas kekurangan dari isi makalah ini dan mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini dapat menjadi media belajardidalam kelas. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Sendjaja, sasa Djuarsa. 1994. Teori komunikasi. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Drs. Jalaludin rakhmat, M.sc. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja rosda karya.
Suryanto, S.sos., M.Si. pengantar ilmu komunikasi. Pustaka Setia : Bamdung.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California : Wadsworth
Publishing Company.

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2
4

Anda mungkin juga menyukai