Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdullilah
tepat pada waktunya yang berjudul KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Makalah ini berisikan tentang informasi dari beberapa sumber tentang apa saja yang ada didalam
komunikasi antarpribadi . Harapan kami makalah ini dapat memberikan informasi, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga ALLAH SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ............................................................ 5
B KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ............................................ 5
C DEFINISI POKOK TEORI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ................................ 6
BAB III PENUTUP
A KESIMPULAN ......................................................................................................... 24
B SARAN ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 25
BAB I
UNIVERSITAS MERCU BUANA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk individu dan makhluk social. manusia bagaimanapun tidak dapat
terlepas dari yang lain. Secara kodratnya manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama
antar manusia berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang
mempengaruhinya.
Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik guru dengan muridnya, orang tua dengan
anaknya, pimpinan dengan bawahanya, antara sesama karyawan dan lain sebagainya.
Berkomunikasi merupakan bagian terpenting dari semua aktifitas, agar timbul pengertian
dalam menyelesaian tugas masing-masing.
Pada dasarnya, komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja.
Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta atau pendapat. Adapun
komunikasi terdiri dari 6 jenis, dan salah satunya adalah komunikasi antar pribadi.
Agar komunikasi antar pribadi itu dapat berlangsung dengan baik, kita harus memahami
beberapa hal tentang komunikasi antarpribadi terlebih dahulu. seperti pengertian,
karakteristik, tujuan, dan lain sebagainya.
B. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
A. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Antar Pribadi
B. Apa saja karakteristik/ciri-ciri komunikasi Antar Pribadi
C. Apa saja dimensi pokok teori dalam komunikasi antar pribadi
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
A. mengkaji hakikat komunikasi antar pribadi
B. memahami diri pribadi dalam komunikasi
C. mengkaji system komunikasi antar pribadi
UNIVERSITAS MERCU BUANA
BAB II
PEMBAHASAN
pribadi unruk kontak social. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar,
menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai,
atau mengasihi orang lain, membenci orang lain dan sebagainya.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama atau sama
makna. Secara sederhana komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses pengoperan isi
pesan berupa lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan. Pengertian
komunikasi menurut dale yoder, dkk dalam Surakhmat (2006:17), communication is the
interchange of information, ideas, attitudes, thoughts, and/or opotions. Komunikasi
adalah pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran, dan pendapat.
Komunikkasi tidak lain merupakan interaksi simbolik. Manusia dalam
berkomunikasi lebih pada memanipulasi lambang-lambang dari berbagai benda. Semakin
tinggi tingkat beradaban manusia, semakin maju orientasi masyarakatnya terhadap
lambang-lambang.
B. Karakteristik/ciri-ciri komunikasi Antar Pribadi
Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses
mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus.
Komunikasi antarpribadi juga merupakan pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan
menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan, makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan
dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang
berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Dibalik pengertian ini sebenernya terdapat sejumlah karakteristik yang
menentukan kegiatan dapat disebut komunikasi antar pribadi. Judy c. pearson (1983)
pesan.
Komunikasi antar pribadi mencangkup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi.
Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Komunikasi antar pribadi mensyaratkan kedekatan fisik antara pihak yang berkomunikasi
Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama
suatu
tindakan
komunikasi;
yang
ketiga
individu
sering
budi. Memberikan ilustrasi adanya tumpang tindih antara proses psikologis ani
dan budi. Ketika ani dan budi berkomunikasi, mereka secara individual dan
serempak memperluas diri pribadi masing-masing kedalam tindakan komunikasi
melalui pemikiran, perasaan,keyakinan atau dengan kata lain melalui proses
psikologis mereka. Proses ini akan langsung terus sepanjang keduanya masih
terlibat dalam tindakan komunikasi.
Sebenarnya proses psikologi dalam komunikasi mencangkup beberapa
proses intern yang berbeda dan berlangsung secara slimultan. proses-proses ini
berlangsung dalam beberapa tataran, dengan pengertian masing-masing
mencangkup bagian yang berbeda dari proses psikologis yang dibagi oleh para
partisipan dalam komunikasi antar pribadi. Fisher (1987:110) mengemukakan
bahwa kita ketika berkomunikasi dengan orang lain, proses intrapribadi kita
memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan
bekaitan dengan sejumlah diri yang hadir dalam situasi antarpribadi, pandangan
kita mengenai pandangan orang lain terhadap kita. Sering kali hal ini disebut pula
dengan persepsi, metapersepsi, dan meta-meta persepsi. Selanjutnya ketiga
tataran psikologis ini berfungsi scara slimultan ketika kita sedang berkomunikasi
dengan orang lain dan tiap tataran dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tataran
lainya. Misalnya : budi memandang ani sebagai orang yang jujur dan dapat
dipercaya dan dia menganggap ani tidak menyukainya atau mempercayainya,
maka budi akan mulai menurunkan citra terhadap dirinya sendiri (merasa bahwa
dirinya mungkin tidak jujur sehingga mengganggap tidak disukai oleh orang lain).
Perlu kita ingat kembali bahwa dalam komunikasi antarpribadi sedikitnya
ada dua orang yang terlibat didalamnya. Dengan demikian, pada saat ketika
tataran psikologis kita beroprasi hal yang sama berlaku juga pada partner
komunikasi kita. Dalam kasus semacam ini kita seolah-olah berusaha untuk
mereflesikan proses psikologis kita dengan proses psikologis yang kita anggap
sedang terjadi dalam diri orang lain. Dan tentunya hal yang sama secara stimultan
terjadi pula pada diri partner komunikasi kita. Proses-proses yang terjadi pada dua
inividu ini tentunya tidak akan sama persis, tetapi masing-masing pihak berusaha
untuk menghasilkan adanya tingkat persinggungan tertentu atau bidang-bidang
yang tumpang tindih pada tiap-tiap tataran.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
psikologislah
yang
menentukan
komunikasi.
Kita
hendaknya
Pada abad 19 ilmuwan beranggapan apa yang ditangkap panca indera adalah
sesuatu yang akurat dan nyata. Tapi mengapa seseorang biasanya punya kesan yang
berbeda mengenai lingkungannya? Ternyata apa yg kita amati dipengaruhi oleh citra
retina mata dan terutama oleh kondisi pikiran. Semakin tinggi derajat kesamaan
persepsi antar individu maka semakin sering mereka berkomunikasi.
Persepsi menurut Fisher :
interpretasi terhadap berbagai sensasi (penginderaan) sebagai representasi dari
obyek2 eksternal. Interpretasi dan pemberian makna terhadap orang / objek tertentu
Pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indera sarana yang
memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita
1
0
1
1
Elemen-elemen Persepsi :
1. Sensasi atau penginderaan dan interpretasi ketika seseorang menangkap sesuatu
melalui inderanya (melihat, mendengar, mencicipi, membaui/meraba) maka
secara simultan dia atau menginterpretasikan makna hasil penginderaan
2. Harapan, kita cenderung untuk mendengar apa yang ingin kita dengar dan
melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat terlepas dari apa yang
sesungguhnya kita dengar dan lihat
3. Bentuk dan latar belakang
salah satu cara untuk memahami pros persepsi terletak pada kemampuannya
untuk membedakan adalah berbagai informasi
informasi yang dianggap lebih penting dan relevan disebut figure
informasi yang dianggap tidak penting atau kurang penting atau kurang
relevan disebut back ground
4. Perbandingan
seorang biasanya meyakini kebenaran persepsinya dan merupakan cara yang
bisa digunakan untuk menentukan ke-valid-an-nya
dengan cara membandingkannya dengan sesuatu, jika makna yang
dipersepsikan konsisten atau mirip
5. Konteks
seperangkat fenomena yangg sama dengan objek persepsi kita
konteks dimana kita mempersepsikan suatu obyek, sangat kuat pengaruhnya
konteks merupakan objek-objek lain atau peristiwa lainnya
C. kesadaran pribadi ( self awereness)
langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui atau menyadari diri kita
sendiri yaitu mengungkap sikap dan apa kita ini. Dan, sesungguhnya menyadari siapa
diri kita adalah juga persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri kita secara
stimultan kita-kita juga telah mempersepsikan diri kita sendiri. Untuk dapat
menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah diri atau self
tersebut. diri secara sederhana dapat diartikan sebagai identitas individu. Jadi
identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu
UNIVERSITAS MERCU BUANA
1
2
1
3
yang self esteemnya tinggi biasanya lebih mandiri, tegas dan tidak mudah dipersuasi.
Sedangkan kebalikan dari hal-hal tadi biasanya ditemukan pada orang yang self
esteemnya rendah.
Multiple selves ini dipahami sebagai seseorang dengan berbagai aktifitas,
kepentingan, hubungan social. Multiple selves dapat pula dipahami dengan bentuk
yang lain. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri
dalam konsep diri kita. Pertama adalah persepsi mengenai diri kita dan persepsi kita
tentang persepsi orang lain terhadap diri kita (meta persepsi). Cara lain untuk melihat
multiple selves adalah melalui diri ideal kita. Sebagian dari konsep diri mencangkup
siapa diri kita sebenarnya sedangkan sebagian lain mencangkup kita ingin menjadi
apa (semacam bentuk idealisasi diri). Upaya untuk mempersempit celah antara diri
sebenarnya dan diri ideal tidak lain adalah suatu bentuk usaha untuk memperbaiki
diri. Misalnya orang yang sebenarnya gemuk berusaha melangsingkan tubuh untuk
mencapai berat dan bentuk yang dia idealkan. Ini terjadi pula pada berbagai hal lain,
orang berusaha memperbaiki diri untuk mencapai diri yang ideal. Selama proses
kehidupan dan interaksi kita dengan orang lain, kita secara terus menerus
mengembangan konsep diri. Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara
kontinyu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami
sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan mendapat manfaatnya maka kita
perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi
didalamnya.
Proses pengembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga konsep yaitu reflexive
self, social self dan becoming self. Jika kita memandang kedalam cermin, apa yang
kita lihat? Jika kita menjawab saya melihat diri saya atau saya melihat wajah
saya, maka kita belum sepenuhnya menangkap arti reflektivitas dan peran cermin
dalam mereflesikan image kita. Perinsip dari reflexive self adalah apabila kita
memandang ke dalam cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita tetapi melihat diri
kita (yang dipantulkan oleh cermin) yang sedang memandang kita. Jadi kesadaran diri
dikatakan reflexive jika bersifat dua arah. Ketika kita mempersepsikan diri kita, kita
mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.
1
4
1
5
1
6
saya, karena mobil saya tidak bias bergerak dalam kemacetan lalu lintas. Sebaliknya, kita
cenderung mempersepsikan orang lain dengan pengrtian disposional. Ketika memperhatikan
seseorang, kita cenderung menempatkan pada proses intra pribadi yaitu sesuatu yang terjadi
didalam orang tersebut. Misalnya kita akan berkata bahwa dia sedang bingung, sudah dua kali
kami berpaspasan dan dia tidak mengenalu atau menegurku.
Proses atribusi memiliki arti penting bagi komunikasi dalam beberapa hal. Pertama,
proses ini membantu kita untuk menyusung penjelasan mengenai sesuatu kejadian atau pristiwa
dengan menggunakan pola-pola seperti yang telah dicontohkan di atas. Kedua proses ini secara
relative akurat menggambarkan hubungan antara kondisi psikologis dan prilaku. Meskipun
kesusaian antara kondisi psikologi dan prilaku masih diperdebatkan (apakah perilaku benarbenar mereflesikan kondisi psikologisnya), namun keduanya berfungsi secara bersamaan dalam
suatu siklus yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini kita biasanya merasa bahwa kondisi
psikologis tidak mengendalikan prilaku kita tidak secara otomatis mereflesikan perasaan kita.
Namun kepada orang lain kita cenderung menganggap bahwa prilaku mencerminkan bahwa
kondisi psikologisnya dan ini menjadi acuan bagi kita untuk berperilaku terhadap orang lain
tersebut. Ketiga proses atribusi akan mempengaruhi hasil hubungan antarpribadi (misalnya ingin
meneruskan atau meningkatkan hubungan) dan meningkatkan hubungan juga akan
mempengaruhu atribusi. Pada tahap awal hubungan, masing-masing pihak belum merasa dekat
(baru kenal atau sebagai teman biasa), kita cenderung mempresepsikanya dalam pengertian
situasional (jika menyangkut kita) atau diposisional (jika menyangkut orang lain). Namundalam
hubungan yang sudah sangat dekat atau akrab atau intim kita cenderung menempatkan hal lain
sebagai penyebab suksesnya hubungan kita, yaitu pada hubungan itu sendiri (hubungan yang
nyaris sempurna ada saling pengertian diantara kami, hubungan baik itu telah memberi motifasi
dsb). Dengan demikian, tataran intrapribadi (atribusia) dan antarpribadi (hubungan) dari
komunikasi saling mempengaruhi satu dengan lainya.
Response sets
Response sets merupakan predisposisi tertentu yang dilakukan untuk menanggapi orang
lain. Proses ini mengandung lompatan penyimpulan dari prilaku orang lain kepada prilaku kita
ketika menanggapinya. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi
UNIVERSITAS MERCU BUANA
1
7
untuk mengenali orang lain secara utuh, maka kita menggunakan response sets sebagai jalan
pintas untuk melakukan penyimpulan. Oleh karnanya,dalam proses ini kesalahan dalam
mempersepsikan orang sangat mungkin terjadi.
Response sets yang sangat umum diguakan adalah helo effect dan leniency effect. Kita
merasakan halo effect ketika kita terlalu menggeneralisasi prilaku orang dalam situasi tertentu
kepada situasi lain yang sama sekali belum kita ketahui. Misalnya, kita mengetahui prilaku
teman kerja kita yang kurang tanggung jawab, seperti sering terlambat masuk, lambat dalam
mengerjakan tugas dan sebagainya. Dari pengamatan ini, kita lalu menyimpulkan bahwa kita
akan berprilaku sama dalam berbagai bidang kehidupanya yang lain. Kita juga menganggap dia
juga akan ramah kepada orang-orang lainya. Persoalan yang muncul dari halo rffect ini adalah
bahwa kita mengabaikan situasi yang dapat mempengaruhi tindakan orang. Kita melupakan
kenyataan bahwa orang akan berprilaku dan menampilkan peran yang berbeda dalam situasi
yang berbeda kepada orang yang berbeda.
Leniency effect adalah response sets lain dimana kita membiarkan hubungan kita dengan
seseorang mempengaruhu persepsi kita terhadap orang tersebut. Misalnya kita cenderng untuk
mengidealkan teman kita dan sangat toleran dalam menilainya. Kita terlalu berlebihan dalam
menilai kebaikan-kebaikanya dan sangat mentolerir prilakunya yang secara umum dianggap
kurang baik. Sehingga dalam persepsi kita, dia hanya memiliki sedikit kekurangan disbanding
begitu banyak kelebihanya. Oleh karnanya, mungkin kita tidak habis mengerti kenapa banyak
orang tidak menyukai teman kita yang nyaris sempurna ini. Hal yang sebaliknya juga terjadi
kepada orang yang tidak kita sukai. Karna kita cenderung menilai kelewatan rendah prilaku
positifnya dan kelewatan tinggi pada prilaku negatifnya. Persepsi terhadap orang lain seperti
halnya persepsi terhadap diri sendiri, terbuka bagi berbagai kesalahan. Oleh karnanya, persepsi
terhadap orang lain (akurat maupun tidak akurat) dapat menguntungkan atau merugikan dalam
proses hubungan atau komunikasi antarpribadi. Hal yang perlu dicamkan adalah bahwa kita
harus selalu terbuka bagi infprmasi tambahan dan menggunakanya untuk memperbaiki persepsi
kita terhadap orang lain.
1
8
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat mempengaruhi
persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang lain memiliki penilaian yang
baik mengenai diri kita, paling tidak memiiki kesan bahwa kita konssisten dengan tujuan kita
berkomunikasi kepadanya. Kita dapat berharap agar orang lain memandang kita sebagai teman,
pimpinan, pasangan dan berbagai peran social lainya. Meskipun kita tidak dapat memaksa orang
dalam mempersepsikan diri kita namun kita dapat melakukan sesuatu untuk mengarahkan
persepsi mereka. Yaitu kita dapat berprilaku dalam cara-cara tertentu yang dapat mendorong ke
arah kesan tertentu mengenai diri kita. Jadi kewajiban kita ketika berkomunikasi adalah
memberikan informasi kepada orang lain melalui prilaku kita agar dapat digunakan untuk
mempersepsi diri kita sesuai dengan yang kita harapkan. Tindakan ini sesungguhnya sangat
alamiah atau wajar, artinya bukan selalu merupakan upaya untuk berpura-pura atau menipu
orang lain. Karena meskipun beberapa prilaku kita mungkin pura-pura atau palsu kita
mengetahui pula bahwa memiliki berbagai peran yang social yang berbeda bagi orang dan situasi
yang berbeda dan situasi yang berbeda yang akan mempengaruhi kita ketika berkomunikasi.
Beberapa konsep yang dapat menjelaskan hal ini antara lain impression management, rhetorical
sentivity, attributional response dan komunikasi antarpribadi
a. Impression management
Erving goffman (1963) seorang sosiolog mengemukakan bagaimana setiap orang
dalam kehidupanya sehari-hari terlibat dalam memerankan dirinya kepada orang lain.
Tindakan ini bukan upaya kepura-puraan atau manipulative melainkan bagian yang wajar
dalam interaksi social yang disebut dengan impression management. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa setiap kali kita berprilaku terhadap orang lain, tidak ada pilihan lain
kecuali mengarahkan kesan orang tersebut kepada kita. Penguraian diatas menunjukan
bahwa sebenarnya memiliki pilihan dalam arti kita tidak bisa berprilaku. Persoalanya
adalah apakah kita sadar akan upaya kita mengarahkan kesan orang lain bukan apakah
kita melakukanya atau tidak. Impression management memandang komunikasi
antarpribadi sebagai sebuah drama atau sandiwara. Sebagai partisipan dalam komunikasi
kita bukan hanya sebagai actor tetapi juga sekaligus penulis sekenario yang menulis
naskah drama kehidupan nyata ketika kita terlihat dalam komunikasi antarpribadi.
Ketika kita mengarahkan kesan orang lain, kita menghadirkan diri kita dalam dua bentuk
UNIVERSITAS MERCU BUANA
1
9
prilaku yaitu depan dan belakang. depan mengacu pada bagian dari diri kita yang
dapat diamati atau tampak oleh orang lain, bagian depan ini menunjukan bagian diri
kita yang berada diatas panggung. belakang mengacu pada prilaku dibalik
panggung yang kita lakukan ketika tidak ada orang lain atau kita tidak menyadari
adanya orang lain yang hadir disekitar kita. Perlu dipahami bahwa persoalan diatas
panggung atau depan dan dibalik panggung atau belakang ini bukanlah mengacu pada
prilaku pura-pura tau prilaku sebenarnya. Keduanya adalah wajar, hanya saja yang satu
merupakan situasi social seangkan lainya merupakan situasi pribadi. Misalnya kita
senang duduk sambil mengangkat kaki, ini biasanya bisa kita lakukan bila sedang sendiri,
dengan hadirnya orang lain tentunya kita akan duduk secara lebih baik untuk
menenamkan kesan yang baik pula terhadap orang tersebut.
Uraian diatas menunjukan bahwa sebenarnya impression management merupakan
prilaku yang lebih diarahkan oleh orang lain dari pada kita sendiri. Ketika kita menyadari
prilaku kita dan membiarkan orang lain untuk mengarahkanya maka kita menilai
kesesuaian prilaku kita sebagai respon terhadap prilaku orang lain. Jadi dengan
menyadari bahwa setiap prilaku kita adalah respon terhadap prilaku orang lain, maka kita
telah berinteraksi secara wajar dan mampu mengendalikan kesan orang terhadap diri kita.
b. Rhetorical sensitivity
Rhetprical sensitivity adalah konsep yang dikembangkan oleh Rod Hart dan Don
Burks (1972) yang mengacu pada kualitas persepsi yang didasarkan atas kemungkinankemungkinan (contingencies). Menjadi rhetorical sensitivity berarti peka terhadap diri
sendiri, peka terhadap situasi dan terutama peka terhadap orang lain. Tindakan ini
mencangkup pemilihan prilaku komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antar diri kita,
orang lain dan situasi tertentu selama kegiatan komunikasi antarpribadi.
Dengan kata lain rhetorical sensitivity berarti melakukan adaptasi atau
penyesuaian terhadap kemungkinan-kemungkinan. Terdapat lima karakteristik yang
menandai rhetorical sensitivity.
Pertama, orang yang rhetorical sensitivity dapat menerima kompeksitas pribadi
yaitu dapat memahami bahwa setaiap idividu merupakan kesatuan dari banyak diri
(multiple selves). Individu memiliki banyak konsep diri yang berkaitan dngan berbagai
peran social yang dimainkan (teman, ayah, guru dsb).
2
0
Kedua, orang yang rhetorical sensitivity mengindari sifat kaku keras dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Ketiga, orang semacam ini akan mengembangkan kepentingan pribadi dengan
kepentingan orang lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi (interaction
consciousness).
Keempat, orang yang mempunyai rhetorical sensitivity sadar kapan harus
mengkomunikasikan atau tidak mengkomunikasikan sesuatu dalam situasi yang berbeda.
Kelima, orang semacam ini menyadari bahwa suatu kesan dapat dikemukakan
melalui berbagai cara dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaiian pesan kepada
peserta berkomunikasi dalam situasi tertentu.
c. Attributional Responses
Merupakan cara ini penggunaaan proses atribusi melalui prilaku kita sebagai
reaksi atas tindakan orang lain. Dalam hal ini kita menanggapi dengan sesuatu cara yang
sangat jelas menunjukan suatu makna tertentu terhadap prilaku orang lain. Setiap
tindakan dalam komunikasi dalam suatu percakapan dapat meyatakan suatu ekspresi atau
pernyataan atributif melalui penilaian terhadap makna prilaku orang lain.
Seorang dalam menanggapi ungkapan atributif orang lain yang ditunjukan
padanya memiliki bebrapa pilihan. Misalnya menaggapi suatu ungkapan atributif seperti
kamu sebenarnya tidak ingin pergi, kan?. Maka kita dapat menyangkalnya (bukan
begitu maksudku) atau meyetujuinya (ya, karena saya memang sangat lelah) atau
mengalihkan lokus atribusi (karena situasinya tidak memungkinkan untuk sya pergi).
Dengan kata lain, atribusi dapat diterapkan sebagai strategi percakapan seperti halnya
pada proses persepsi dan ketika kita menggunakanya sebagai strategi atribusi akan
mempengaruhi keseluruhan alur percakapan.
d. Konfirmasi antarpribadi
Konfirmasi antarpribadi merupakan tanggapan atau reaksi prilaku orang lain.
Konsep ini masih berkaitan dengan impression management. Ketika kita berusaha untuk
mengarahkan kesan, maka pada saat yang bersamaan orang lainpun melakukan hal yang
sama kepada kita. Dalam menanggapinya kita memiliki tiga alternative, yaitu konfirmasi,
menolak atau diskonfirmasi.
2
1
Jika kita melakukan konfirmasi berarti kita menerima identifiaksi orang lain
seperti yang ditampilkanya dihadapan kita. Miasalnya kita berkata usulan kamu sangat
tepat, suatu gagasan yang bagus.
Ketika menolak kita keberadaan orang tersebut namun menyangkal definisi diri
yang dia tampilkan, misalnya saya tidak percaya apa yang kamu ceritakan.
Sementara itu diskonfirmasi berarti lebih jauh dari sekedar penolakan. Ketika kita
mendiskonfirmasi penampilan orang lain, kita spenuhnya mengabaikan pesan orang lain
dan menganggapnya tidak pernah diucapkan. Misalnya teman kita berkata, kasian.
Kamu mau apa sekarang?. Ketiga alternative tersebut dapat membantu kita untuk
memahami komunikasi.
BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antar
orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan
tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2
2
suatu pertukaran, yaitu tindakan penyampaian dan menerima pesan secara timbal balik.
Sedangkan makna, yaitu suatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan
pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang
digunakan dalam proses komunikasi.
Komunikasi antarpribadi di pengaruhi oleh persepsi interpersonal. Terdapat beberapa
teori penting dari komunikasi antar pribadi yaitu memahami diri dalam komunikasi, yaitu
mencangkup locus dan tataran psikologis dalam komunikasi,
sifat-sifat persepsi : pengalaman, selektif, penyimpulan, tidak akurat,
elemen pembentuk persepsi : sensasi penginderaan dan iterprestasi, harapan, bentuk
dan latar belakang, perbandingan dan konteks.
Kesadaran (awareness) : self-concept / konsep diri, self-esteem, multiple-selves.
Mencangkup memahami orang lain dalam komununikasi
Proses kognitif dalam mempersepsi orang lain : implicit personality theory ;
mencoba memahami individu dan menempatkanya pada klasifikasi tertentu,
attribution : menempatkan penyebab suatu pristiwa kepada seseorang atau sesuatu,
response set : predisposisi prilaku tertentu yang dilakukan untuk menanggapi
sesuatu.
Prilaku yang ditampilkan diri kepada orang lain dalam komunikasi : impression
management : acting sesuai harapan orang lain, rhetorical sensitivity : peka
terhadap diri, situasi, dan orang lain, attributional responses : memberikan atribut
terhadap isi komunikasi.
B SARAN
Sebenarnya setiap komunikasi kita dengan orang lain mengandung potensi
komunikasi antarbudaya, karena kita selalu berbeda budaya dengan orang tersebut,
seberapa kecilpun perbedaan itu. Maka komunikasi antarudaya seyogyanya
merupakan kepedulian siapa saja yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2
3
DAFTAR PUSTAKA
Sendjaja, sasa Djuarsa. 1994. Teori komunikasi. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Drs. Jalaludin rakhmat, M.sc. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja rosda karya.
Suryanto, S.sos., M.Si. pengantar ilmu komunikasi. Pustaka Setia : Bamdung.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California : Wadsworth
Publishing Company.
2
4