Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifatsifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh
vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas
terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih
dipengaruhi
oleh
proses
alami
yang
terjadi
di
darat
seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat
seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir merupakan daerah
pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran
(Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002
tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir
didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari
wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas
administrasi kabupaten/kota.
Berdasarkan batasan tersebut di atas, beberapa ekosistem wilayah pesisir yang khas
seperti estuaria, delta, laguna, terumbu karang (coral reef), padang lamun(seagrass), hutan
mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalam wilayah ini. Luas suatu
wilayah pesisir sangat tergantung pada struktur geologi yang dicirikan oleh topografi dari
wilayah yang membentuk tipetipe wilayah pesisir tersebut. Wilayah pesisir yang berhubungan
dengan tepi benua yang meluas (trailing edge) mempunyai konfigurasi yang landai dan luas. Ke
arah darat dari garis pantai terbentang ekosistem payau yang landai dan ke arah laut terdapat
paparan benua yang luas. Bagi wilayah pesisir yang berhubungan dengan tepi benua patahan atau
tubrukan (collision edge), dataran pesisirnya sempit, curam dan berbukit-bukit, sementara
jangkauan paparan benuanya ke arah laut juga sempit.
Mendasarkan pada batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan
wilayah peralihan (interface) antara daratan dan laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir merupakan
ekosistem khas yang kaya akan sumberdaya alam baik sumberdaya alam dapat pulih (renewable
resources) seperti ikan, terumbu karang, hutan mangrove, dan sumberdaya tak dapat pulih (nonrenewableresources) seperti minyak dan gas bumi, bahan tambang dan mineral lainnya. Selain
itu diwilayah pesisir juga terdapat berbagai macam proses yang sangat khas pula, seperti
gelombang, erosi dan pengedapan, dan proses lainnya yang dapat membentuk wilayah pesisir
menjadi lebih komplit.
Ekosistem alami di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan
mangrove, padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky
beach), formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, delta dan ekosistem pulau kecil.
Sedangkan ekosistem buatan dapat berupa tambak, pemukiman, pelabuhan, kawasan industri,
pariwisata dan sebagainya.
A.
khas dan berbeda satu sama lainnya.Berdasarkan hal ini zone pesisir dibagi menjadi backshore,
foreshore, shoreface, dan offshore.
1.
Backshore terletak diantara batas bawah gumuk pasir (sand dune) hingga ke garis air
pasang paling tinggi (mean high water line). Jadi Backshoreterdapat di amabang pantai
2.
(beach bar).
Foreshore yaitu zone pasang surut, kawasan yang terletak di antara batas atas dan bawah
pasang air laut disebut. Backshore dan foreshoremerupkan bagian atas dari pesisir pantai.
Dikawasan ini terdapat zone pemecah, zone swash dan arus sepanjang pantai (longshore
current). Sehingga kawasan ini menerima tenaga aliran yang kuat. Sedimensedimen yang
3.
zone
peralihan.
Batas
maximum wave base). Di kawasan shoreface sedimennya terdiri dari pasir bersih,
dibagian atas shoreface terdapat arus pesisir pantai. Pada saat cuaca buruk arus ini akan
bertambah kuat dan akan mengkikis bagian atasshoreface dan mengendapkannya semula
di bagian bawah shoreface atau membawanya kearah daratan seperti laguna. Jadi
dibagian shorefacesedimennya makin kasar kearah daratan dan riak simetri berubak
menjadi tak simetri dan gumuk (Clifton, 1967). Bagian bawah shoreface terdiri dari
lapisan dan percampuran antara lumpur dan pasir, tetapi pada saat cuaca buruk bagian
bawahnya mengalami tindakan gelombang dan akibatnya endapan pasir akan
4.
Selain pembagian diatas wilayah pesisir juga dapat dibagi berdasarkan kedalamannya, yaitu:
1.
Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayahini pada saat
air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubahmenjadi daratan. Oleh karena
itu wilayah ini sering disebut juga wilayah pasang surut.
2.
Zona Meritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga
kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga
wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun
tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-laut disekitar
kepulauan Riau.
3.
Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara
150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh karena itu
kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona meritic.
4.
Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman
lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan,
jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas.
B.
tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan.
Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat, tergantung pada
imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan
angin. Perubahan pesisir terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen
pesisir melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai
akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang
surut, gelombang, arus laut, dan salinitas (Sutikno, 1993 dalam Johanson D. Putinella, 2002).
Iklim mempengaruhi gelombang dan juga aktivitas biologi serta proses-proses kimia di
permukaan atau dekat dengan permukaan seperti evaporation, penyemian dan lain-lain. Menurut
Dahuri (1996) dalam Johanson. D. Putinella (2002), ombak merupakan salah satu penyebab yang
berperan besar dalam pembentukan pesisir. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya
tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya
ombak yang terdapat di dekat pesisir, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi
besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pesisir, seperti menyeret sedimen
(umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir.
Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan
daratan (erosi laut). Daya penghancur ombak terhadap daratan atau batuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain keterjalan garis pesisir, kekerasan batuan, rekahan pada batuan,
kedalaman laut di depan pesisir, bentuk pesisir, terdapat atau tidaknya penghalang di muka
pesisir dan sebagainya.
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pesisir, arus laut, terutama yang
mengalir sepanjang pesisir merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi
pesisir. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula
terjadi karena ombak yang membentur pesisir secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang
mengangkut sedimen tegaklurus terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang
mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah
pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pesisir. Bentuk morfologispit, tombolo,
beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty (dermaga atau tembok laut) dan tanggul
pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi
sebagai penyebab terjadinya abrasi pesisir.
Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan
sedimen di muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pesisir. Apabila jumlah
sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan
dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus
laut dalam pengangkutannya, maka dataran pesisir akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia
yang memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi
pesisir menjadi rusak apabila pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.
Proses-proses lainnya yang terjadi di wilayah pesisir antara lain:
Proses Fisika yaitu proses-proses fisik yang mempengaruhi pembentukan pesisir seperti
gelombang, rombakan arus (rip current), arus pasang surut, pasang surut dan sebagainya.
kekerasan (resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya. Relief/topografi
dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal,
palung llaut, gunung bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di
kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus, gelombang, kondisi
Pesisir Pantai (Beach) adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik dan pasang surut.
Laguna adalah air laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil, sering merupakan
3.
teluk atau danau yang terletak diantara pulau penghalang dengan pantai.
Pulau Penghalang (Barrier Island) adalah gosong pasir yang tersembul dipantai yang
dipisahkan dari pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini bias tebentuk sebagai spit atau
gumuk pasir yang dibentuk oleh angin atau air.
Delta adalah deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium) yang mengendap di
4.
muara suatu sungai. Delta dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu Delta
Arcuate (Berbentuk kipas), Delta Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta Estuarine
(Berbentuk estuarine).
Goa Laut (Sea Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal (cliff) atau
5.
tanjung (headland) sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.
6. Sea Arch merupakn sea cave yang telah tereosi sangat berat akibat dari hantaman
ombak.
Sea Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang tersusun dari
7.
gelombang.
Bar yaitu gosong pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut dipinggir pantai yang
terjadi oleh pengerjaan arus laut dan gelombang. Kadanngkadang terbenam seluruhnya
oleh air laut.
besar,
spit
itupun
membelok
pula
ke
arah
darat
yang
Baymouth Bar adalah spit yang kedua ujungnya terikat pada daratan yang
KARAKTERISTIK LAUT
Genesa Dan Tipologi Pantai
Kepulauan Indonesia terbentuk oleh proses (endogen) rumit geologi dari gejala
konvergensi lempeng (litosfer) menghasilkan bentang alam (fisiografi) yang sangat kompleks.
Demikian halnya dengan pantai pulau-pulaunya, terbentuk seiring evolusi geologi dengan ciri
masing-masing berdasar proses dan mandala geologinya, yang kemudian terlihat pada
keragaman jenis batuan, struktur dan kelurusan, lereng pantai dan perairan bentuk muara sungai
dan lain-lain bagian bentang pantai. Kondisi iklim/cuava (atmosfer) dan laut (biosfer) mengiringi
evolusi tersebut memberi pengaruh (eksogen) pada proses pembentukan bentang alam. Kegiatan
manusia (biosfer) mulai ikut berpengaruh pada proses evolusi mengubah bentang alam melalui
upaya (anthropogenic) mengubah lingkungan untuk kepentingannya sejak zaman Anthroposen.
Berdasar kenyataan demikian, klasifikasi wilayah pesisir dan pantai di Indonesia akan
lebih sempurna bila didasarkan atas beberapa hal yang menyangkut proses pembentukan
(genesa) dan perubahannya yang melibatkan unsur-unsur di atas. Berdasar klasifikasi ini, dapat
lebih mudah mengenali sifat dan potensi hingga kerawanan yang dimilikinya, yang bermanfaat
sebagai dasar dalam upaya pengelolaannya berdasar keseimbangan dan kelestarian, di masa yang
akan datang. Suatu pengkelasan pantai berdasar genesa, morfologi serta kondisi perairannya
diusulkan sebagai berikut, mengikuti kriteria-kriteria:
Tektonik:
Proses tektonik akibat konvergensi gerak lempeng dan kerak adalah sebagai kendali
utama proses yang menghasilkan geologi dan bentang alam pesisir dan pantai saat ini.
Penunjaman (Subduction): Gerak relatif kerak Samudra Hindia dan benua Australia ke utara
menghasilkan penunjaman di bawah Sumatra, Jawa dan sebagian Sunda Kecil (NTB).
Penunjamann dicirikan oleh palung dalam samudra, lereng depan curam, jalur busur luar dan
jalur volkanik. Pesisir dan pantai jalur ini umumnya dibentuk oleh perbukitan terjal dengan
tebing lereng depan curam tanpa tutupan tumbuhan. Pantai umumnya menerima langsung
hempasan gelombang dan erosi, sementara teluk terbentuk dikontrol oleh struktur geologi yang
rumit dan batas antar litologi. Pasir pantai terbentuk di dataran sempit hasil akumulasi sedimen
sungai. Terumbu karang tumbuh di perairan yang terlindung di pantai pulau utama dan pulaupulau kecil.
Ciri morfologi pantai dan pesisir lainnya adalah:
- Tebing curam perbukitan pantai
- Erosi dan abrasi kuat pada tebing curam
- Pantai datar berpasir relatif lurus dengan asupan sedimen dari sungai kadang
-
sungai
Kegempaan kuat dan sering kejadiannya, adakalanya diikuti tsunami
Penenggelaman bergantian dengan pengangkatan pantai atau terumbu karang
mengiringi proses penunjaman. Curah hujan tinggi dan gejala geologi di kawasan
ini memberikan bentang alam dengan tebing dan lereng curam. Contoh kota
pantai di jalur ini adalah: Sibolga, Padang, Bnegkulu, Cilacap, dll.
jalur ini umumnya sangat labil dan rawan bencana, mengingat kegempaan juga relatif tinggi
(gempa dan tsunami di. P Biak). Contoh kota di mandala ini: Biak, Manokwari, Sorong
Kraton Stabil : Inti atau kraton di Indonesia ditandai oleh hampir absennyakegempaan,
sebagaimana dicatat di Kalimantan (barat dan selatan) yang dianggap sebagai kraton dari busur
kepulauan Indonesia saat ini. Stabilnya kawasan ini dari kerjaan gejala geologi menyebabkan
gaya
eksogen
(cuaca, dll)
mengontrol
lebih
jauh
dengan
gejala
denudasi
atau
pendataran (peneplain) dari bentang alam pegunungan tua menghasilkan wilayah pesisir sangat
luas yang ditempati rawa dataran (lahan) basah (wet land) dari bentang alam hilir yang telah
lanjut. Dataran basah ditutupi rawa atau hutan tropis basah. Estuari terbentuk lebar di bagian
yang memiliki beda pasang tinggi, yang pasang naiknya dapat dirasakan di pedalaman jauh dari
muara.
Rataan tebal
bakau
menutup
pantai,
menahan
gempuran
gelombang
dan
menangkap sedimen dari muara yang menyebar, menghasilkan akresi pantai. Contoh kota di
jalur ini adalah: Pontianak, Banjarmasin
Pantai terangkat dan tenggelam : Jenis pantai yang mengalami pengangkatan dan penuruan
dapat ditemukan di berbagai pulau di kawasan yang saat ini berada pada jalur aktif tektonik yang
menghasilkan gerak tegak, di jalur tumbukan atau penunjaman. Di darat, gejala ini terlihat di
pantai yang bertutupan tumbuhan adalahtenggelamnya sebagian tumbuhan (Cassuarina sp,
mangrove, dll) atau bentukkhusus terumbu karang yang menandai gejala ini (out side stepping)
dan gejala erosi pantai. Adanya pengangkatan dapat terlihat dari bentuk undak teras pantai dan
adanya akresi pantai sementara munculnya terumbu karang membentuk daratan merupakan tanda
di bagian perairan. Penurunan daratan dapat diakibatkan oleh adamya kompaksi endapan di
pesisir, atau memang ada gejala kenaikan permukaan air laut. Contoh kota di pulau ini
adalah: Waingapu (Sumba), Tuah Pejat (Mentawai)
Volkanik: Jalur gunung api menempati suatu kelurusan, yang di pulau besarseperti Sumatra dan
Jawa, hasil kegiatannya membentuk kerucut yang kakinya tidak mencapai pesisir (kecuali
beberapa: Muria, Rajabasa, dll), namun di Sunda Kecil, pulau volkanik relatif kecil dan memiliki
gugusan gunung api yang muntahan kegiatannya mencapai pesisir dan masuk ke laut (BaliFlores, Alor). Batuan padat dan keras hasil kegiatan volkanik membentuk tebing curam pantai
pulau gunung api, diseling lereng landai kaki gunung berbatuan lepas dan pasir membentuk
pantai sempit datar. Aliran lava atau lahar seringkali langsung masuk ke laut, membentuk lereng
dasar laut dengan kemiringan dan jenis batuannya tergantung dari komposisi magmanya.
Pantai sempit landai dengan sungai kecil disekitarnya memungkinkan bakau tumbuh, adakalanya
bersisian atau menumpang di atas substrat pasiran danterumbu karang. Kota-kota pantai di
mintakat ini antara lain: Jepara, Denpasar, Larantuka, dll.
Pantai dan pesisir berdasar fisiografi kepulauan:
Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas : Pantai dan pesisir yang menghadap ke
arah laut/samudera lepas ditandai oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam
kasar, berbukit terjal menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir
adakalanya menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai. Jalur ini
umumnya erat kaitannya dengan jalur tumbukan atau penunjaman. Gelombang besar
merupakan bagian dari sistim gelombang samudra, namun tsunami adakalanya terjadi
menyusul gempa kuat yang sering terjadi di jalur ini. Contoh kota di pesisir ini antara
Semarang, dll.
Pesisir menghadap tepian kontinen. Indonesia memiliki dua tepian kontinen, Sunda dan
Sahul yang ke arah mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri pantai landai dan
sangat stabil dari gejala geologi. Dua paparan tersebut menyisakan bentang alam dataran
saat sempat kering ketika susut laut hingga 145 m dari muka laut sekarang. Bentang
alam saat susut laut memiliki kemiripan dengan bentang pesisir sekarang, ditandai oleh
daerah limpahan banjir, rataan terumbu karang dan bakau serta endapan pasir pantai.
Beberapa sisa bentang alam tinggian masih terlihat berupa pulau pulau di perairan ini
(Senayang-Lingga-Bangka- Natuna-Karimata dll). Landai dan dangkalnya perairan
seringkali menyebabkan kekeruhan akibat agitasi laut saat musim barat sulit hilang.
Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan. Sisa pematang pantai purba membentuk
rataan tipis oleh endapan pasir kuarsa. Terumbu karang kurang pertumbuhannya di
perairan ini yang umumnya ditandai oleh air keruh siltasi sedimen agitasi gelombang.
Kota-kota yang mewakili antara lain: Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, dll
Jalur pulau busur luar:Jalur pulau non volkanik busur luar terbentuk hampir menerus di
barat dari pulau Sumatra menghadap ke lepas Samudra Hindia. Di bagian timur busur
Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau Sumba dan Sabu. Pulau-pulau tersebut
terbentuk dari terangkatnya sedimen laut oleh proses penunjaman dan tumbukan lepeng,
dicirikan oleh lapisan batuan yang terlipat membentuk perbukitan dan terpotong patahan.
Adakalanya batu gamping terumbu karang ikut terangkat keluar membentuk perbukitan
di pantai bertebing curam. Teluk terbentuk oleh struktur geologi, umumnya padanya
bermuara sungai membentuk endapan pasir disekelilingnya atau tutupan bakau.
Dangkalan akibat terangkatnya batuan, ditumbuhi terumbu karang yang di atasnya
seringkali kemudian tumbuh bakau. Sedimen lepas atau keras terkomkakan dari endapan
karbonat di pantai terbentuk dari hasil rombakan terumbu karang. Pulau-pulau di barat
Sumatra mengalami gerak pengangkatan mengiringi kegempaan yang adakalanya diikuti
tsunami, namun ditengarai pula adanya penurunan. Di Sumba dan Sabu, pengangkatan
lebih dominan dan menerus menghasilkan undak teras. Kota-kota yang mewakili, antara
yang mewakili mintakat ini antara lain: Denpasar, Mataram, Bima, Banda, Maumere, dll
Pulau kecil di laut dalam: Guyot dan kerucut gunung api aktif banyak ditemukan di
perairan Laut Banda, membubung naik dari kedalaman membentuk pulau yang terisolasi.
Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan curam, namun lereng atas dekat
permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu karang yang menempel pada batuan
volkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat membentuk undak sempit batu gamping
karang dengan takik ombak, sebagai bukti adanya pengangkatan. Pantai sempit landai
adakalanya ditumbuhi bakau. Contoh kota yang mewakili pemukiman di pulau ini antara
kota yang menempati gugusan pulau ini adalah: Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, dll.
Pulau Delta:Pulau-pulau delta terbentuk di bagian perairan landai di muara sungai yang
mengalir jauh dari pedalaman mengangkut sedimen yang diendapkan dan membentuk
pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau umumnya ditutupi bakau atau hutan tropis dataran
basah pada kisaran supra tidal atau intertidal. Kota-kota di pesisir timur Sumatra dari
Riau hingga Jambi menempati kawasan ini (Rumbai, dst). Daerah peralihan antara daratn
Continental Slope
Continental Slope mempunyai lereng yang lebih terjal dari Continental Shel di mana
Continental Rise
Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan lahan
menjadi datar pada dasar lautan. Masih ada lagi istilah di kawasan pantai, yaitu lepas pantai
(offshore), tepi laut depan (foreshore), dan tepi laut belakng (backshore). Adapun rincian
penjelannya yaitu:
1.
kawasan lepas pantai (offshore) adalah daerah yang ada di luar lintasan gelombang laut
2.
kawasan tepi laut depan (foreshore) dibatasi dari zona pasang rendah hingga pasang
tinggi.
3. Kawasan tepi laut belakang (backshore) adalah kawasan yang tidak tergenang laut pada
waktu pasang tinggi, tetapi hanya terbenam bila ada gelombang ataupasang yang sangat
besar.
Adapun kenampakan yang terkait dengan pantai yaitu:
Laguna (haff) atau danau pantai atau pantai berdanau, yaitu bagian laut yang ada di tepi
pantai yang terpisah sebagian atau seluruhnya akibat adanya lidah tanah atau kubus
pesisir (nehrung)
Estuarium adalah sebagian lembah yang sudah tenggelam di sebuah pantai rendah.
Estuarium terjadi karena di tempat itu terdapat perbedaan besarantara tingginya air laut
pada waktu pasang naik dan pasang surut. Estuarium berbentuk corong agak jauh kea rah
darat.
Delta adalah daratan yang rendah sekali di muara sebuah sungai, yang terjadi karena
penurunan.
Teluk adalah laut yang menjorok ke darat.
Laut
Laut adalah bagian dari permukaan bumi yang digenangi oleh air dan mempunyai kadar
garam yang cukup tinggi. Ilmu yang mempelajari laut adalah oseanografi. Indonesia adalah
Negara maritime, luas laut territorial sebesar 3,1 juta km2 atau kira-kira 63 % dari seluruh
wilayah Indonesia. Laut dapat dikelompokkan menurut letak, kedalaman, dan terjadinya.
1.
Menurut letaknya, laut dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
Laut tepi adalah laut yang terletak di tepi benua, seakan-akan terpisah oleh sederetan
1.
2.
Menurut kedalamanya, laut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu ebagi berikut.
Zona litoral (zona pesisir), yaitu laut yang terletak di antara garis pasang dan garis surut.
Zona neritios, yaitu laut yang mempunyai kedalaman dari 0 m - 200 m.
Wilayah ini memiliki cirri-ciri:
1.
2.
pulau-pulau di Indonesia.
Laut ingresi (laut tanah turun), yaitu laut yang terjadi akibat tanah longsor, patahan atau
pelipatan kulit bumi dan biasanya sangat dalam. Contohnya, laut banda
Kawasan abisal luasnya mencakup hingga dua pertiga luas dasar lautan.
b. Trench Palung memanjang adalah ngarai dasar laut sempit yang dalam dan panjang.
Bagian laut yang terdalam adalah berbentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah
sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua dengan kepulauan. Contohnya
palung jawa. Palung ini ada yang mencapai kedalaman 7700 m.
c. Seamount .Gunung laut adalah gunung yang ada di dasar laut. Gunung tersebut
merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lautan, tetapi tidak dapat
mencapai permukaan laut. Seamount mempunyai lereng yang curam, berpuncak runcing
dan kemungkinan mempunyai tinggi 1 km.
d. pulau gunung api pulau gunung api adalah gunung api laut yang tersembul hingga
permukaan laut.
e. punggung laut atau pematang tengah samudera pematang tengah samudera adalah
pegunungan besar dan sangat panjang yang ada di tengah samudera. Panjangnya hingga
puluhan ribu kilometer. Contohnya. Pematang tengah samudera pasifik dan pematang
tengah samudera atlantik.
f. atol-atol daerah ini terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagaian tenggelam di bawah
permukaan air. Batu-batuan yang terdapat di sini ditandai oleh adanya terumbu karang
terbentuk bila terdapat cukup kelembaban dari air laut (spray) dan terik matahari. Jenis
pantai ini berkembang baik di perairan yang menghadap samudra Hindia (Sumatra
pantai barat, Jawa, dst.). Paparan pasir juga terbentuk di perairan yang menghadap
cekungan dalam di pulau kecil atau gunung api sejauh cukup landai lereng pantai dan
pada sisi paling lemah, yaitu permukaan rataan pasir pantai. Erosi diperparah bila
sedimen sungai yang menjadi penyeimbang tidak cukup mengganti sedimen yang
tererosi. Jenis pantai dengan ancaman seperti ini terdapat di pesisir barat Sumatra,
selatan Jawa dan beberapa tempat yang menghadap perairan dengan agitasi gelombang
kuat. Pada tebing pantai batuan keras, abrasi terjadi pula namun memerlukan waktu
lama untuk menghasilkan dampak yang terlihat. Takik pada batuan di ketinggian
tertentu diakibatkan kerjaan abrasi ini, bila takik terlalu dalam dan beban tidak dapat
tertahan lagi, bagian atas tebing runtuh. Pada beberapa kejadian, takik juga dipercepat