LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
: Syaipul Bahri
: 61 tahun
: Laki-laki
: Jln. Anggrek Karang Asam Rt. 07 Rw. 03 Tanjung
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Ruangan
MRS
ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Ada
Disangka
l
Mukosa bukal
Mukosa palatum
Mukosa labial
Palatum
Torsus palatinus
: Tidak ada
Lidah
Dasar mulut
Ginggiva
Malposisi
: (-)
Maloklusi
: (-)
Debris
Plak
Kalkulus
Hubungan rahang
: ortognati
Missing teeth
: (+), 2 7, 2 8, 4 7, 4 8
d.
Status
Lokalis
Gigi
Lesi
Sondase CE
Perkusi
Palpasi
Diagnosis
16
D4
Tidak
dilakukan
Tindakan
disertai
Ekstraksi
periodontitis
grade II
46
D4
Tidak
dilakukan
disertai
Ekstraksi
periodontitis
grade II
35
D6
Tidak
dilakukan
37
D6
Tidak
dilakukan
44
D6
Tidak
dilakukan
Gangren
Pro
Radiks
Ekstraksi
Gangren
Pro
Radiks
Ekstraksi
Gangren
Pro
Radiks
Ekstraksi
D4
IV
III
II
II
III
IV
IV
III
II
II
III
IV
D4
D6
D6
D4
D6
ODONTOGRAM
IV. TEMUAN MASALAH
Plak di semua kuadran atau regio
Calculus pada gigi posterior semua regio/ kuadran
Abses periodontal pada regio 3.
Gangren radiks pada gigi 3 5, 3 7, 4 4
Karies Dentin disertai periodontitis grade II pada gigi 1 6, 3 6, 4 6
V. RENCANA TERAPI
-
Abses periodontal
: Insisi abses + Ab
: Pro ekstraksi
VI. PROGNOSIS
Gigi 1 6 Quo ad Vitam & fungsionam
Gigi 3 5 Quo ad Vitam & fungsionam
Gigi 3 6 Quo ad Vitam & fungsionam
Gigi 3 7 Quo ad Vitam & fungsionam
Gigi 4 4 Quo ad Vitam & fungsionam
Gigi 4 6 Quo ad Vitam & fungsionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
keadaan umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
3. Pulpa
Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi.
Pulpa berisi pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Tugas dari pulpa adalah
mengatur nutrisi/makanan agar gigi tetap hidup, menerima rangsang, membentuk
dentin baru bila ada rangsangan panas, kimia, tekanan, atau bakteri yang dikenal
dengan dentin sekunder. Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a) Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian
tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi
mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin sekunder, pengendapan
ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.
b) Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
c) Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian
akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah
akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai lebih dari sebuah saluran.
d) Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar
berupa suatu lubang kecil.
e) Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu
foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat
apikalnya yang disebut multiple foramina / supplementary canal.
f) Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan
dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari
satu saluranpulpa, misalnya akar mesio-bukal dari M1 atas dan akar mesial
dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah
foramen apikal.
12
13
14
15
Aspek oklusal
:permukaan gigit.
Aspek labial
Aspek radix
Aspek palatal
Aspek bukal
Aspek mesial
Aspek distal
Aspek lingual
Aspek proksimal
II.2
ABSES PERIODONTAL
A. DEFINISI
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir
pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses
periodontal lateral atau abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai
lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium terjadi
selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis
dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak di dalam saku
periodontal.
B. KLASIFIKASI
Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu:
1. Berdasarkan lokasi abses
a) Abses gingival
16
merah,
licin,
kadang-kadang
sangat
sakit
dan
lunak
karena
adanya
eksudat
purulen
dan
17
bengkak,
memungkinkan
lesi
yang
terbentuknya
sakit
eksudat
jika
disentuh
purulen,
dan
trismus,
18
Abses
periodontal
berhubungan
atas
dengan
2,
yaitu:
periodontitis
19
pembentukan
abses
periodontal. Adanya
cervical
20
E. PATOGENESIS
Abses gingival sebenarnya adalah komplikasi daripada karies gigi.
Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah atau
hancur). Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan
menginfeksi bagian tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke
akar gigi dan tulang yang menyokong gigi. Infeksi menyebabkan
terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari jaringan tubuh yang mati,
bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan
pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi. Jika
struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan
meluas terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain.
Penyebaran abses selanjutnya adalah:
1. Periostitis
Perjalanan pus ini mengalami beberapa kondisi, karena sesuai
perjalanannya, dari dalam tulang melalui cancelous bone, pus bergerak
menuju ke arah tepian tulang atau lapisan tulang terluar yang kita
kenal dengan sebutan korteks tulang. Tulang yang dalam kondisi hidup
dan normal, selalu dilapisi oleh lapisan tipis yang tervaskularisasi
dengan baik guna menutrisi tulang dari luar, yang disebut periosteum.
Karena memiliki vaskularisasi yang baik ini, maka respon keradangan
juga terjadi ketika pus mulai mencapai korteks, dan melakukan
21
pembengkakan,
peristiwa
ini
disebut
peiostitis/serous
2. Abses Gingival
produk-produknya,
dan
menjalar
hingga
pulpa.
23
potensial
yang
dibatasi/ditutupi/dilapisi
oleh
lapisan
jaringan
1. Maksila
a. Canine spaces
b. Buccal spaces
c. Infratemporal spaces
2. Mandibula
a. Submental spaces
b. Buccal spaces
c. Sublingual spaces
d. Submandibular spaces
oleh jaringan ikat dengan pasokan darah yang kurang. Ruangan ini
berhubungan secara anatomis dengan daerah dan struktur vital. Yang
termasuk fascial
spacessekunder
yaitu masticatory
space, cervical
Buccal spaces
Terletak sebelah lateral dari m. buccinator dan berisi
kelenjar parotis dan n. fascialis. Infeksi berasal dari gigi premolar
dan molar yang ujung akarnya berada di atas perlekatan m.
buccinator pada maksila atau berada di bawah perlekatan m.
buccinator pada mandibula. Gejala infeksi yaitu edema pipi dan
trismus ringan.
Infratemporal spaces
Terletak di posterior dari maksila, lateral dari proc.
Pterigoideus
inferior dari
dasar
tengkorak,
dan
profundus
Submental space
Infeksi berasal dari gigi incisivus mandibula. Gejala infeksi
berupa bengkak pada garis midline yang jelas di bawah dagu.
Sublingual space
Terletak di dasar mulut, superior dari m. mylohyoid, dan
sebelah medial dari mandibula. Infeksi berasal dari gigi anterior
mandibula dengan ujung akar di atas m. mylohyoid. Gejala infeksi
berupa pembengkakan dasar mulut, terangkatnya lidah, nyeri,
dan dysphagia.
- Submandibular space
Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m.
platysma. Infeksi berasal dari gigi molar mandibula dengan ujung
akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis. Gejala infeksi
25
dengan
banyak space di
sekelilingnya
Gejala
infeksi
berupa
kaku
leher,
sakit
26
berlangsungnya
pemeriksaan
periodontal,
abses
kegoyangan
gigi.
Pemeriksaan
radiografi
dapat
Analgesik
Abses gingiva sangat nyeri, tetapi dapat digunakan analgesik
B. Dental procedures
27
membentuk
kembali
jaringan
gusi
dan
memindahkan
Stadium
submukosa
dan
subkutan Dilakukan
insisi
dan
diberikan
obat-obatan
antibiotika,
antiinflamasi,
gigi
karena
manipulasi
ekstraksi
yang
dilakukan
dapat
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul karena abses periodontal meliputi
kehilangan gigi dan penyebaran infeksi, dibawah ini akan dijelaskan
secara rinci:
a. Kehilangan Gigi
Abses periodontal yang dikaitkan dengan kehilangan gigi biasanya
dijumpai pada kasus-kasus periodontitis sedang sampai parah. Abses
periodontal merupakan penyebab utama dilakukan ekstraksi gigi pada fase
pemeliharaan dimana terjadi pembentukan abses yang berulang dan gigi
mempunyai prognosis buruk.
b. Penyebaran Infeksi
Sejumlah literatur menyatakan bahwa infeksi sistemik dapat
berasal dari abses periodontal. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu:
penyebaran bakteri dalam jaringan selama perawatan atau penyebaran
bakteri melalui aliran darah karena bakteremia dari abses yang tidak
dirawat.
Pada abses dentoalveolar yang berasal dari endodontik lebih sering
menyebabkan komplikasi penyebaran infeksi daripada abses periodontal.
Cellulitis, infeksi subkutaneus, phlegmone dan mediastinitis dapat berasal
dari infeksi odontogenik tetapi jarang berasal dari abses periodontal.
Namun, abses periodontal dapat berperan sebagai pusat infeksi non oral.
Abses periodontal bisa menjadi pusat dari penyebaran bakteri dan produk
bakteri dari rongga mulut ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan
keadaan infeksi yang berbeda. Pada perawatan mekanikal abses
periodontal bisa menyebabkan bakteremia seperti pasien dengan
endoprotesa atau imunokompromise dapat menyebabkan infeksi non oral.
29
30
BAB III
ANALISIS MASALAH
Tn. SB, 61 tahun dirawat di Bagian Penyakit Dalam RSMH Palembang
dengan diagnosis AdenoCarcinoma prostat + melena e.c gastric erosive e.c
NSAID dan sekarang sedang menjalani kemoterapi siklus ke 6. Pasien
dikonsulkan dari bagian atau Departemen Penyakit Dalam RSMH untuk
dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk mengevaluasi dan tatalaksana
bengkak pada gusi pasien. Pasien memiliki keluhan tambahan berupa sulit
membuka mulut akibat bengkak tersebut.
Riwayat perjalanan penyakit pada pasien yaitu sejak 10 tahun yang lalu
penderita sering merasakan nyeri pada gigi nya, nyeri tersebut dirasakan penderita
berdenyut-denyut dan hilang timbul. Os mengatakan tidak merasakan ngilu saat
makan panas atau dingin. Pasien selama ini tidak pernah memeriksaan gigi ke
dokter gigi. Penderita juga mengeluhkan giginya sering goyang, lalu penderita
sering menggoyangkan giginya tersebut hingga patah. Sejak 1 bulan yang lalu
penderita mengalami bengkak pada gusi dan berobat ke dokter gigi di tanjung
enim, penderita diberikan obat kemudian bengkak tersebut hilang perlahan. Saat
ini Os kembali mengalami bengkak dan nyeri pada gusi, nyeri dirasakan Os
berdenyut-denyut dan terus menerus. Os mengatakan gigi kiri belakang bawahnya
ada yang goyang.
Adanya keluhan bengkak pada gusi, nyeri disertai pipi yang juga ikut
membengkak merupakan pertanda telah terjadinya abses pada gingival yang
telah menyebar ke jaringan periodontal. Untuk memastikan penyebab dari
terbentuknya abses tersebut maka diperlukan pemeriksaan intraoral yang
meliputi pemeriksaan inspeksi, sondase, chlor etil, perkusi dan palpasi.
31
32
diakibatkan oleh 2 hal yaitu akibat nyeri tersebut atau dapat diakibatkan oleh
penyebaran abses pada otot-otot di rongga mulut. Pada pemeriksaan intra oral
bagian mukosa bukal labial dan palatum dalam batas normal namun, ditemukan
Gingivitis marginalis generalisata yang berarti terdapat inflamsi pada jaringan
lunak disekitar gigi berupa gusi yang tampak merah, membengkak, abrasi, dan
mudah berdarah pada seluruh region namun belum memberikan kerusakan pada
tulang. Pada pasien diduga atau suspect candidiasis lidah dikarenakan pada
pemeriksaan didapatkan selaput putih pada permukaan lidah dan xerostomia (+),
didapatkan juga plak dan kalkulus generalisata (+), yang berarti adanya lapisan
lunak dan keras yang menempel pada gigi berupa plak dan calculus atau karang
gigi di seluruh kuadran/regio, missing teeth (+) 1 1, 1 6. Pada status lokalis
ditemukan adanya karies dentin disertai periodontitis grade II gigi 1 7, 2 6, hal
tersebut didasarkan pada pemeriksaan yang didapatkan hasil lesi mencapai D 4
(dentin), pemeriksaan sondase dan perkusi (+) pada gigi 1 7 dan 2,6. Periodontitis
Grade II menandakan terjadinya inflamsi pada jaringan periodontal yang telah
menimbulkan kerusakan pada tulang sehingga gigi tersebut pada pemeriksaan
mobilisasi dapat bergerak dalam arah vestibular maupun oral > 1 mm. Ditemukan
adanya pulpitis gigi 3 6 didasarkan pada hasil pemeriksaan berupa lesi telah
mencapai D5(pulpa), sondase (+) yang dapat pula dapat menandakan jenis pulpitis
yang masih reversible. Ditemukan adanya ganggren radiks gigi 4 6 yang berati
terdapat sisa akar pada gigi 4 6 yang merupakan tempat subur bagi
perkembangbiakan bakteri.
Dari anamnesis dan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral didapatkan
tanda-tanda fokal infeksi berupa Plak dan Calculus di semua kuadran atau regio,
Gingivitis marginalis generalisata, suspect candidiasis lidah, Gangren radiks pada
gigi 4 6, Karies Dentin disertai periodontits grade II pada gigi 1 7, 2 6, Pulpitis
pada gigi 3 6. Dimana tanda fokal infeksi tersebut sangat berhubungan dengan
adanya pengaruh penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang dididerita pasien sejak 3
tahun yang lalu. Dimana keadaan hiperglikemia akan menyebabkan terbentuknya
stress oksidatif berupa AGEs dan ROS yang menimbulkan berkurangnya
osteoblast dan meningkatkan osteoclast serta mediator imflamasi (TNF) sehingga
33
menyebabkan defek atau ganggungan pada tulang termasuk gigi dan jaringan
periodontal lainnya. Terjadinya xerostomia pada pasien juga erat kaitannya
dengan DM dimana pada pasien terdapat gangguan pada sistem simpatis yang
mempengaruhi sel muskarinik dalam memproduksi saliva serta kelainan fungsi
jaringan adipose pada glandula salivarus, sehingga dapat mengganggu glandula
salivarus dalam sekresi saliva. Sehingga dengan adanya kondisi xerostomia ini
akan mengakibatkan atau mempengaruhi untuk terjadinya karies dan candidiasis
oral.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pro ekstraksi
gangren radiks dan karies dentin dilanjutkan dengan pro konservasi seperti
penambalan gigi, lalu dilakukan pula pro konservasi pada gigi lainnya yang
mengalami pulpitis, kemudian juga dilakukan pro scaling dan swab lidah untuk
membersihkan plak dan calculus serta untuk menegakkan diagnosis candidiasis
lidah. Selain dilakukan beberapa rencana tindakan juga dilakukan perawatan
dengan menjaga oral hygiene pasien. Mengedukasikan kepada pasien mengenai
oral hygiene untuk mengatasi adanya komplikasi yang lebih lanjut. Edukasi juga
dilakukan pada pasien dalam pemilihan makanan seperti menghindari makanan
yang keras, terlalu panas dan yang mengandung banyak gula seperti yang
dikonsumsi dalam intensitas sering dan jumlah yang banyak, pasien juga
diajarkan cara menyikat gigi yang benar dan teratur serta pentingnya memberitahu
kepada pasien mengenai kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan.
34
DAFTAR PUSTAKA
35