Anda di halaman 1dari 3

Didaktika

Senin, 24 Mei 2004

Akuntabilitas dan Kualitas Universitas BHMN


Khoe You Tung
PENDIDIKAN tinggi yang berkualitas dan terjangkau masih menjadi dambaan masyarakat kita. Apalagi
wacana keunggulan human development capital sering didengungkan menjadi kunci utama meraih
peluang dalam menghadapi kompetisi ketat di era keterbukaan. Komitmen pemerintah untuk
meningkatkan kualitas perguruan tinggi dengan memberikan status otonomi kampus belum
memberikan harapan yang berarti. Namun, kekhawatiran mahasiswa dan masyarakat akan tingginya
beban biaya yang harus ditanggung sudah menampakkan gejalanya, apalagi bila sistem auditing
keuangan universitas masih sangat tertutup.
Gagasan otonomi kampus untuk lebih memandirikan universitas agar dapat lebih bertumbuh dan
berkembang dalam realisasi "world class university", harus dimulai dari momentum awal. Kelengahan
ketidakjelasan manajemen otonomi kampus yang terlalu lama dapat membuat jebakan kejenuhan
rektorat berkepanjangan yang berakibat pada kebuntuan pada komitmen dan spirit yang mula-mula.
Bahkan, akan semakin memupus impian universitas dengan keunggulan dalam hal kualitas
pendidikan, pengajaran, penelitian, pelayanan, kesejahteraan pendidik, "kebebasan finansial" dan
demokratisasi. Status Universitas Badan Hukum Milik Negara (BHMN) tidak semata hanya tampak
pada saat ingar-bingar kampanye pemilihan rektor secara terbuka. Namun, harus diperlengkapi
dengan seperangkat regulasi yang mengatur administrasi keuangan, status unit usaha. Lembaga
penelitian dan terapan serta status kepegawaian dosen dan karyawan. Masalahnya semakin rumit
manakala harus mengatur dan mengelola human capital berkualitas yang selama ini layaknya raja
kecil di jurusan dan fakultasnya, apalagi mempunyai nama besar di "luar". Status kepegawaian ini
perlu segera dibenahi dengan cara yang elegan, perubahan status dosen dan karyawan pegawai
negeri menjadi dosen dan karyawan "otonomi kampus", perlu segera direalisasikan. Bila hal ini tidak
segera dibenahi, akan sulit sekali memadukan raja-raja kecil untuk mendendangkan alunan "musik
jazz" yang membuai di bawah konduktor rektorat.
Otonomi kampus meninggalkan banyak tugas, terutama perangkat legalitas peraturan anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga, seperti sistem permodalan, sistem pertanggungjawaban keuangan,
kepegawaian, dan sistem pengembangan usaha, yang harus disesuaikan dengan sistem perguruan
tinggi (PT) yang ada. Apalagi bila perangkat peraturan itu pada dasarnya tidak terlepas dari sistem
eksternal yang ada. Oleh karenanya, dibutuhkan penyesuaian terhadap peraturan di luar sistem
pendidikan itu sendiri. Apabila penyesuaian ini tidak dilakukan akan menyebabkan persoalan yang
besar karena otonomi kampus mencakup kewenangan merekrut mahasiswa, merekrut tenaga
akademik, dosen dan karyawan. Otonomi juga mencakup pembenahan kurikulum serta pencarian dan
pengelolaan dana secara mandiri. Perangkat peraturan itu harus dengan jelas mengatur kenaikan
jenjang jabatan akademik seorang tenaga pengajar. Padahal, dalam sistem kepegawaian yang
berlaku, tidak dikenal pegawai tetap yang diangkat oleh pihak PT.
"Human capital"
Industri pendidikan (noble industri) yang berkualitas membutuhkan biaya yang tinggi dan mahal.
Namun biaya ini tidak harus selalu dan melulu dibebankan pada mahasiswa, apalagi universitas
BHMN yang saham mayoritasnya adalah milik pemerintah, berhubungan langsung dengan visi dan
misi pemerintah dalam mencerdaskan bangsa. Bila pembebanan biaya hanya melulu pada
mahasiswa, hal ini tak bedanya dengan universitas swasta yang sumber pendapatannya hanya
berasal dari biaya pendidikan yang dibebankan pada mahasiswa. Kerelaan mahasiswa membayar

biaya yang lebih tinggi harus diikuti dengan keterbukaan administrasi keuangan dalam hal pendanaan
operasional, yang secara berkala diperiksa oleh auditing independent. Transparansi berkaitan dengan
akuntabilitas universitas berstatus BHMN untuk mengelola keuangannya, berkaitan dengan
penggunaan block grant yang disediakan pemerintah setiap tahunnya, serta berkaitan dengan
manajemen universitas BHMN membiayai unit usahanya serta surplus yang dihasilkan.
Di tengah-tengah tuntutan efisiensi, pihak universitas dituntut untuk meningkatkan pelayanannya,
terutama peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran, kualitas penelitian, sarana prasarana, serta
pengabdian pada masyarakat. Pengembangan teknologi pendidikan dalam memodernisasi metode
dan kualitas pendidikan tinggi, termasuk pembentukan virtual library, virtual lab, language lab yang
modern, networking fiber optic, computer lab dengan teknologi telekomunikasi terkini (akses informasi
broadband internet leased line, penggunaan komunikasi bergerak untuk mengakses data akademik
yang berkaitan dengan administrasi mahasiswa). Hal ini dapat disiasati dengan memberikan tugas
penelitian bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi mahasiswa tingkat akhir. Dengan
proyek-proyek penelitian mahasiswa, beberapa universitas di luar negeri dapat mematenkan dan
menjual "industri" content dan teknologi dari hasil penelitian ini. Bahkan, hasil kreativitas akademik ini
mampu memberikan tambahan pemasukan bagi kegiatan-kegiatan universitas.
Tidak semata-mata efisiensi, komitmen dan paradigma kehidupan sivitas akademika menjadi esensi
terpenting, human capital di universitas harus menjadi motor penggerak. Komitmen dalam
membangun universitas perlu kembali di tata ulang dalam hal emosional reward, kerelaan berkorban,
dan kebanggaan institusi. Perbaikan sistem jabatan akademik bagi universitas BHMN perlu
dikembangkan sendiri dalam memberikan emosional reward bagi dosen dan peneliti berkaliber
internasional dengan percepatan kenaikan jabatan akademik ataupun penciptaan tradisi kursi
kehormatan keilmuan. Sistem ini juga nantinya memberikan perbaikan renumerasi bagi dosen yang
bersangkutan sekaligus kebanggaan pada institusi serta peningkatan komitmen dalam kerelaan penuh
bagi profesi keilmuan. Di India, negara Asia yang banyak mengekspor para pengajar, pendidik, peneliti
dan entrepreneur teknologi kelas dunia, kondisinya tidak berbeda jauh dengan kita. Para dosennya
pun dibayar tidak terlalu tinggi. Namun, komitmen dan kebanggaan pada institusinya merupakan hal
yang utama dalam menghasilkan kualitas pendidikan yang terbaik.
Universitas BHMN tbk
Tidak berlebihan bila universitas menyiapkan program kerja berkualitas, dengan masukan berbagai
sumber untuk menganggarkan perkembangan insitusinya. Bahkan di beberapa negara maju
pengangguran program menuju universitas kelas dunia dibiayai dengan obligasi (utang).
Penghimpunan dana harus menempatkan penganggaran pada product driven yang menghasilkan
kemampulabaan dalam mendukung biaya pelaksanaan pendidikan yang lebih bertanggung jawab.
Sudah saatnya dibentuk pokja tim untuk memakmurkan sivitas akademika dengan serangkaian
program, apalagi bila PT BHMN masuk dalam listing bursa saham, seperti UI BHMN tbk, UGM BHMN
tbk, ITB BHMN tbk, ataupun IPB BHMN tbk. Sebagai perbandingan pendapatan pinjaman obligasi
yang didapat berbagai universitas ternama di Amerika Serikat, mencapai rekor fantastis! Data tahun
2001 menunjukkan Harvard University memperoleh bond sebesar 19,2 miliar dollar AS, Yale University
memperoleh 10,1 miliar dollar AS, Texas University memperoleh 10 miliar dollar AS dan Michigan
University sebesar 3,5 miliar dollar AS. Bahkan, University of Texas mempunyai rating Aaa (higher
credit rating) dari Wall street Journal di tahun 1997 sebagai instrumen keuangan dengan pengelolaan
terbaik. Hasil pengelolaan dana tersebut juga mengagumkan dengan tingkat kemampuan yang
diperoleh berkisar 15-20 persenan.
Penghasilan dari unit pendukung (auxiliary unit), seperti academic medical center telah tumbuh
sebagai sumber penghasilan universitas besar di Amerika Serikat dua puluhan tahun belakangan ini.
Executive education Program yang diluncurkan oleh pengelolaan business school ternama di Amerika
Serikat, telah sukses menghasilkan kontribusi penghasilan dan sumber daya bagi pembiayaan institusi
pendidikan. Dana yang didapatkan dapat mendukung penghargaan dan renumerasi bagi dosen yang

sangat berprestasi, membangun kursi kehormatan profesor (professorship chair honour), beasiswa
bagi siswa berprestasi dan pengembangan jawatan bestari keilmuan pada program-program akademik
fakultas (scholarship and fellowship) serta pengembangan teknologi pendidikan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
Endowment fund (dana abadi) yang diberikan seseorang berkaitan dengan berbagai alasan, antara
lain ucapan terima kasih dan balas jasa atas pelayanan yang pernah diberikan selama bersekolah.
Lainnya memberikan donor berkaitan dengan pendongkrakan popularitas dengan menarik simpati
masyarakat. Beberapa di antaranya berharap pada kontribusi yang monumental, bahkan minta
didirikan monumen bagi dirinya sendiri. Lainnya mengharapkan penggunaan namanya untuk
penamaan gedung atau fakultas. Namun, donor pemberiannya ini lebih memilih universitas yang
punya reputasi, universitas ternama, agar prestise pemberian donornya lebih terangkat (gejala edifice
complex), sehingga tampaknya akan terjadi the rich get richer and the poor fall further and further
behind.
Dari data pendanaan operasional untuk pembiayaan universitas di Amerika Serikat tahun 1997-1998,
umumnya berasal dari lima sumber, yaitu 33 persen berasal dari course fee (tuition fee), 7 persen
berasal dari pendapatan bunga dana abadi (endowment income), 7 persen berasal dari donasi alumni,
21 persen berasal dari program-program pelatihan, seminar dan vokasional, 10 persen berasal dari
pendapatan asrama (housing), jasa boga (dining), toko kampus, dan pengelolaan parkir, sisanya
dukungan block grant pemerintah. Dari data di atas kunci utama, kualitas dan akuntabilitas universitas
terletak pada human capital development (brainware) yang ada di PT. Perpaduan dan sinergi brain
drain inilah yang merupakan resources penting untuk mewujudkan universitas berkelas dunia, dan
kesemuanya berkaitan dengan komitmen, etika akademik dan profesionalisme dalam pengelolaan
operasional untuk menghasilkan universitas yang berkualitas.
Penutup
Universitas membutuhkan biaya mahal, namun tidak seharusnya beban itu ditanggung seluruhnya dari
pembiayaan dana mahasiswa. Oleh karenanya, pembenahan regulasi peraturan universitas,
profesionalisme dan peningkatan komitmen universitas BHMN menjadi hal urgent dan kunci utama
bagi pengelolaan aset dan sumber daya. Dengan demikian, pendidikan yang "murah" (berkualitas dan
terjangkau) dapat dinikmati masyarakat dengan efisiensi dan profesionalisme. Paradigma inilah yang
pada gilirannya nanti harus berorientasi pada asas quality, equality, dan equity dalam kehidupan dunia
kampus. Suatu kehidupan dan pengelolaan pendidikan yang harus menjunjung tinggi etika, nilai
akademik, dan akuntabilitas pada pelayanan masyarakat. Semoga pendidikan kita menjadi tulang
punggung yang menjadikan realitas bagi perbaikan harkat dan martabat bangsa kita.
Khoe You Tung Pengamat Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai