Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan
terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja
adalah suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan
mengkombinasikan antara beton dan baja dimana beton yang menahan tekanan
sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi material yang tahan terhadap
tekanan dan tarikan yang dikenal sebagai beton bertulang (reinforced
concrete).Jadi pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan,
sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar ).
Sehingga pada beton bertulang, penampang beton tidak dapat efektif 100 %
digunakan, karena bagian yang tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul
tegangan.
Hal ini dapat dilihat pada sketsa gambar disamping
ini. Suatu penampang beton bertulang dimana
penampang beton yang diperhitungkan untuk
memikul tegangan tekan adalah bagian diatas garis
netral (bagian yang diarsir), sedangkan bagian
dibawah garis netral adalah bagian tarik yang tidak
diperhitungkan untuk memikul gaya tarik karena
beton tidak tahan terhadap tegangan tarik.
Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan ( rebar).
Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah berat sendiri (self
1

weight) yang besar, yaitu 2.400 kgl/m 3, dapat dibayangkan berapa berat
penampang yang tidak diperhitungkan untuk memikul tegangan (bagian tarik ).
Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban
bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya,
inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang (prestressed
concrete).
Dengan demikian, penulis ingin merancang desain beton prategang pada jembatan
yag mempunyai struktur simple beam. Struktur ini menggunakan penampang
type - T
1.2. Tujuan
Tujuan penulis merancang desain beton prategang ialah untuk mengetahui dimensi
penampang beton yang lebih ekonomis untuk memikul beban Penampang struktur
akan lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipergunakan secara
efektif. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dari pada jumlah berat besi
penulangan pada konstruksi beton bertulang biasa.
1.3. Permasalahan
Bagimana mendapatkan dimensi yang ekonomis pada beton berpenamapang/pada
struktur yang sudah diketahui beban yang akan dipikul oleh struktur.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah digunakan untuk membatasi bahasan yang diambil penulis agar
tetap fokus dan tidak melebar. Batasan yang diambil sebagai berikut :
1. Penulis hanya menganalisis gelagar pada struktur jembatan dengan over stake
2.

tunggal
Pembebanan sudah ditentukan

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematikan penulisan yang digunakan untuk tugas akhir ini adalah sebagai
berikut : Secara umum, bahasan dalam makalah ini mencakup analisis dan
perencanaan struktur beton prategang. Pertama, bahasan dimulai dengan
pendahuluan dalam Bab I yang membahas sifat bahan beton, jenis struktur beton,
2

peranan mekanika teknik dalam perencanaan, serta perencanaan struktur beton.


Bahasan dilanjutkan dengan Bab II yang berisikan sifat permukaan datar, antara
lain, luas permukaan, momen statis permukaan terhadap garis-garis yang melalui
titik awal tata sumbu, titik berat dan momen inersial.

Analisis batang aksial-lentur disajikan dalam Bab III. Sajian mencakup


bahasan regangan dan tegangan batang, gaya resultanta tegangan, garis netral,
batas daerah inti Kern, dan tegangan serta pada penampang. Isi bahasan ini
merupakan dasar analisis dan perencanaan struktur beton prategang dalam babbab mendatang.

Bahasan diteruskan dengan Bab IV yang Berisikan analisa data yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya

Bahasan selanjutnya dalam Bab V adalah Berisikan penutup yaituh


rangkuman, kesimpulan dan saran

BAB II
DASAR TEORI
2.1.Sifat Bahan Beton
Seperti diketahui, beton adalah suatu baton yang mempunyai kekuatan yang tinggi
terhadap to kan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relatif sangat rendah
terhadap tarik. Ilengan menggunakan kombinasi beton dengan baja sebagai bahan
struktur, maka tegangan-tegangan tekan didalam penampang dipikulkan kepada
beton, sedangkan tegangan-tegangan tarik dipi kulkan kepada baja. Tegangan tarik
3

didalam penampang yang dipikulkan kepada baja menyebabkan beton disekitarnyaretak-retak. Memang beton tidak bekerja efektif seluruhnya didalam penampangpenampang struktur beton bertulang, hanya bagian yang tertekan baja yang efe tif
bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja
efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Hal inilah yang
menyebabkan tidak dapatnya diciptakan struk tur-struktur beton bertulang dengan
bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak
efektif. Disamping itu, retak-retak sekitar baaja tulangan merupakan tempat-tempat
meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan, yang merupakan somber
proses keretakan yang berbahaya bagi struktur. Putusnya baja tulangan akibat
karatan adalah fatal bagi struktur.
bagian kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti
diuraikan dimuka, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi bahan beton
secara lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja yang
ditanam
2.2.

Jenis Struktur Beton


Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton pratekan.
2.2.1. Beton bertulang
Cara bekerja beton bertulang adalah mengkombinasikan antara beton dan
baja tulangan dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja sendirisendiri, dimana beton bekerja memikul tegangan tekan dan baja
penulangan memikul tegangan tarik.Jadi dengan menempatkan
penulangan pada tempat yang tepat, beton bertulang dapat sekaligus
memikul baik tegangan tekan maupun tegangan tarik.
2.2.2. Beton Prategang
Pada beton prategang, kombinasi antara beton dengan mutu yang tinggi dan
baja bermutu tinggi dikombinasikan dengan cara aktif, sedangan beton
4

bertulang kombinasinya secara pasif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan
cara menarik baja dengan menahannya kebeton, sehingga beton dalam
keadaan tertekan. Karena penampang beton sebelum beban bekerja telah
dalam kondisi tertekan, maka bila beban bekerja tegangan tarik yang
terjadi dapat dieliminir oleh tegangan tekan yang telah diberikan pada
penampang sebelum beban bekerja.
2.2.3. Keuntungan Beton Prategang
Konstruksi beton prategang (Prestressed concrete) mempunyai beberapa
keuntungan bila dibandingkan dengan konstruksi beton bertulang biasa,
antara lain:
a. Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga beton prategang
akan lebih tahan terhadap korosi.
b. Lebih kedap terhadap air, cocok untuk pipa dan tangki air.
c. Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum
beban rencana bekerja, maka lendutan akhir setelah beban rencana
bekerja, akan lebih kecil dari pada beton bertulang biasa.
d. Penampang struktur akan lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas
penampang dipergunakan secara efektif.
e. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dari pada jumlah berat besi
penulangan pada konstruksi beton bertulang biasa.
f. Ketahanan geser balok dan ketahanan puntirnya bertambah.
Dengan ini, maka suatu struktur dengan bentangan besar penampangnya
akan lebih langsing, hal ini mengakibatkan Natural Frequency dari struktur
berkurang, sehingga menjadi dinamis instabil akibat beban getaran gempa

atau angin, kecuali bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau
kekakuannya ditambah.
Bila ditinjau dari segi ekonomis, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Jumlah voluma beton yang diperlukan lebih kecil.
b. Jumlah baja/besi yang dipergunakan hanya 1/5 1/3 nya.
c. Tetapi biaya awalnya tidak sebanding dengan pengurangan beratnya.
Harga baja dan beton mutu tinggi lebih mahal, selain itu formwork dan
penegangan baja prate-gang perlu tambahan biaya. Perbedaan biaya awal ini
akan menjadi lebih kecil, jika beton prategang yang dibuat adalah beton
pracetak dalam jumlah yang besar.
d. Sebaliknya beton prategang hampir-hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharan, lebih tahan lama karena tidak adanya retak-retak, berkurangnya
beban mati yang diterima pondasi, dapat mempunyai bentang yang lebih besar,
dan tinggi penampang konstruksinya berkurang.
Ada beberapa keuntungan dari beton prategang bila dibandingkan dengan beton
bertulang biasa:
1. Karena pada beton prategang dipergunakan material yang bermutu tinggi,
baik beton dan baja prategang, maka voluma material yang dipergunakan lebih
kecil bila dibandingkan dengan beton bertulang biasa untuk beban yang
sama. Menurut pengalaman dengan meningkatkan mutu beton 2x lipat
akan menghemat biaya sekitar 30 %.
2. Pada beton prategang seluruh penampang beton aktif menerima beban,
sedangkan pada beton bertulang biasa hanya penampang yang tidak retak saja
yang menerima beban.
6

4. Beton pratekan akan lebih ringan atau langsing ( karena volumanya lebih
kecil) sehingga secara estetika akan lebih baik. Untuk bentangan-bentangan
yang besar seperti jembatan dimana pengaruh berat sendiri sangat besar,
maka penggunaan beton prategang akan sangat menguntungkan, karena
lebih ringan dapat menghemat pondasinya.
5. Karena tidak terjadi retak pada beton prategang, maka baik baja penulangan
dan baja prategang akan lebih terlindungi terhadap bahaya korosi, sehingga
akan lebih cocok untuk struktur yang bertempat didaerah korosif.
6. Lendutan efektif untuk beban jangka panjang dapat terkontrol lebih baik pada
beton prategang penuh maupun prategang sebagian.
2.2.4.
Jenis Material Beton dan Baja yang digunkan
a. Beton
Beton yang dipakai pada beton prategang umumnya mempunyai kuat
tekan 28-55 MPa pada umur 28 hari (benda uji silinder). Untuk benda
uji kubus kira-kira 450 kg/cm2. Nilai slump berkisar 50-100 mm dengan
factor air semen 0,45

b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum dipakai pada struktur
beton prategang. Baja untuk beton prategang terdiri dari:
1. Kawat baja
Kawat baja disediakan dalam bentuk gulungan, kawat dipotong
dengan panjang tertentu dan dipasang di pabrik atau lapangan.
Baja harus bebas dari lemak untuk menjamin rekatan antara beton
dengan baja prategang.
2. Untaian kawat (strand)
7

Kekuatan batas strand ada 2 jenis yaitu 1720 MPa dan 1860 MPa,
yang lazim dipakai adalah strand dengan 7 kawat.

Strand 7 kawat
Tabel spesifikasi strand 7 kawat
Nominal (mm)
6,35
7,94
9,53
11,11
12,70
15,24

Luas Nominal mm2


23,22
37,42
51,61
69,68
92,9
139,35

Kuat Putus (kN)


40
64,5
89
120,1
160,1
240,2

3. Batang Baja
Batang baja yang digunakan untuk beton prategang disyaratkan
pada ASTM A 322, kekuatan batas minimum adalah 1000 MPa.
Modulus elastisitas 1,72 105 1,93.105 MPa. Batang baja mutu
tinggi tersedia pada panjang sekitar 24 m. Batang-batang baja
tersedia sampai 34,9 mm
4. Grouting
Grouting dibutuhkan sebagai bahan pengisi selubung baja
prategang (tendon) untuk metode pasca tarik. Untuk metode
pratarik tidak dibutuhkan selubung sehingga tidak dibutuhkan
grouting. Selubung terbuat dari logam yang digalvanisir. Bahan
grouting berupa pasta semen.
2.3.

Metode Prategang
Pada dasarnya ada 2 macam methode pemberian gaya
prategang pada beton, yaitu:
a Pratarik (Pre-Tension Method) Methode ini baja prategang
diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh karena
8

itu disebut pretension method. Adapun prinsip dari Pratarik ini


secara singkat adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Kabel (Tendon ) prategang ditarik atau diberi


gaya prategang kemudian diangker pada suatu abutment
tetap (gambar 005 A).
Tahap 2: Beton dicor pada cetakan ( formwork) dan landasan
yang sudah disediakan sedemikian sehingga melingkupi
tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan
mengering ( gambar 005 B).
Tahap 3: Setelah beton mengering dan cukup umur kuat
untuk menerima gaya prategang, tendon dipotong dan
dilepas, sehingga gaya prategang di-transfer ke beton
( gambar 005 C).
Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton tsb.
akan melengkung keatas sebelum menerima beban kerja.
9

Setelah beban kerja bekerja, maka balok be-ton tsb. akan


rata.

b. Pasca tarik ( Post-Tension Method)


Pada methode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana
sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang
disebut duct. Secara singkat methode ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Tahap 1: Dengan cetakan (formwork) yang telah disediakan lengkap dengan


saluranlselongsong kabel prategang (tendon duct) yang dipasang
melengkung sesuai bidang momen balok, beton dicor ( gambar
006 A).
Tahap 2: Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang,
tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam selongsong (tendon
duct), kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya prategang.
10

Methode pemberian gaya prategang ini, salah satu ujung kabel


diangker, kemudian ujung lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi).
Ada pula yang ditarik dikedua sisinya dan diangker secara
bersamaan. Setelah diangkur, kemudian saluran di grouting
melalui lubang yang telah disediakan. (Gambar 006 B).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya
prategang telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya prategang tendon memberikan beban
merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya balok melengkung
keatas ( gambar 006 C).
Karena alasan transportasi dari pabrik beton kesite, maka biasanya beton
prategang dengan sistem posttension ini dilaksanakan secara segmental (balok
dibagibagi, misalnya dengan panjang 1 1,5 m), kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan disite, setelah balok segmental tsb. dirangkai.
2.4.

Tahap Pemebebanan
Tidak seperti pada perencanaan beton bertulang biasa. pada perencanaan beton
prategang ada dua tahap pembebanan yang harus dianalisa. Pada setiap tahap
pembebanan harus selalu diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian yang
tertekan maupun bagian yang tertarik untuk setiap penampang. Dua tahap
pembebanan pada beton prategang adalah Tahap Transfer dan Tahap Service
(Layan).
a.Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker dilepas dan
gaya prategang direansfer ke beton. Untuk metode pascatarik, tahap transfer
ini terjadi pada saat beton sudah cukup umur dan dilakukan penarikan
kabel prategang. Pada saat ini beban yang bekerja hanya berat sendiri
struktur, beban pekerja dan peralatan, sedangkan beban hidup belum
bekerja sepenuhnya, jadi beban yang bekerja sangat minimum,
11

sementara gaya prategang yang bekerja adalah maksimum karena belum


ada kehilangan gaya prategang.
b.
Tahap Service
Setelah beton prategang digunakan atau difungsikan sebagai komponen
struktur, maka mulailah masuk ke tahap service, atau tahap layan dari
beton prategang tersebut. Pada tahap ini beban luar seperti live load, angin,
gempa dll. mulai bekerja, sedangkan pada tahap ini semua kehilangan gaya
prategang sudah harus dipertimbangkan didalam analisa strukturnya.
Pada setiap tahap pembebanan pada beton prategang harus selalu dianalisis
terhadap kekuatan, daya layan, lendutan terhadap lendutan ijin,nilai retak
terhadap nilai batas yang di-ijinkan. Perhitungan untuk tegangan dapat dilakukan
dengan pendekatan kombinasi pembebanan, konsep kopel internal (internal
couple concept) atau methode be-ban penyeimbang (load balancing method),
yang akan dibahas pada kuliah-kuliah berikutnya.
2.5.

Perencanaan Beton Prategang


Perencaan struktur beton sekarang ini dapat digolongkan atas 2 jenis, yaitu yang
didasarkan atas kekuatan (strength based design) dan yang didasarkan atas
performa (performance based design). Dalam perencanaan kekuatan, yang
menjadi tolok utama adalah tegangan-tegangan dalam struktur dibandingkan
dengan kekuatan bahan (kekuatan elastis atau plastis), sementara dalam
perencanaan menurut performa, penampilan struktur menjadi tolok ukur utama,
misalnya keretakan terkontrol, lendutan tidak begitu besar, dan sewaktu gempa,
struktur memberikan kesempatan waktu untuk penyelamatan penghuni.
Dalam perencanaan menurut kekuatan, dikenal dua jenis perencanaan sesaui denga
tingkat kekuatan bahan yang diperkenankan digunakan, yaitu :

12

1) Working stress method (metode beban kerja)


Prinsip perencanaan disini ialah dengan menghitung tegangan yang terjadi
akibat pembebanan (tanpa dikalikan dengan faktor beban ) dan
membandingkan dengan tegangan yang di-ijinkan. Tegangan yang diijinkan dikalikan dengan suatu faktor kelebihan tegangan ( overstress
factor) dan jika tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan yang diijinkan tersebut, maka struktur dinyatakan aman.

2) Limit state method (metode beban batas)


Prinsip perencanaan disini didasarkan pada batas-batas tertentu yang dapat
dilampaui oleh suatu sistim struktur. Batas-batas ini ditetapkan terutama
terhadap kekuatan, kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap beban,
api , kelelahan dan persyaratan-persyaratan khusus yang berhubungan dengan
penggunaan struktur tersebut.

13

Gambar 1.4.1: Alur Tindak Perencanaan


2.6.

Analisa Lentur Balok Prategang


Seperti kita ketahui bahwa lentur mengakibatkan sebagian penampang balok
berada dalam keadaan tarik. Daerah tarik tersebut berada pada bagian bawah
balok untuk momen lentur positif dan berada pada bagian atas untuk momen
lentur negatif. Dengan demikian, pemasangan kabel prategang dilakukan pada
bagian yang tertarik tersebut, sehingga pada umumnya lay-out kabel mengikuti
bentuk bidang momen akibat gaya luar.

2.6.1. Perjanjian Tanda


Untuk kemudahan dalam mengikuti pembahasan dalam buku ini, maka
diambil perjanjian tanda untuk koordinat dan gaya-gaya. Kita akan menggunakan
perjanjian tanda yang khusus untuk struktur beton prategang karena dihadapi
kondisi yang khusus dan berbeda dengan mekanika teknik biasa. Sebagai contoh,
gaya aksial tarik biasanya diberi tanda positif dalam mekanika teknik. Dalam
struktur beton prategang, gaya aksial tekan diberi tanda positif.

Perjanjian tanda positif ditunjukkan dalam Gambar 6.2.1 berikut ini. Tata
sumbu ( X , Y , Z ) diambil mengikuti aturan tangan kanan (right-hand-screw rule)
seperti dalam gambar, dengan sumbu X diambil berimpit sumbu aksial batang
dan sumbu X , Y menyesuaikan diri. Tegangan dan gaya resultan tegangan
normal diambil positif jika merupakan tekan terhadap penampang, sementara

14

resultanta momen

My

dan M z ditandai positif jika arah vektorialnya mengarah

ke sumbu Y , Z positif.

Gambar 6.2.1: Perjanjian Tanda

2.6.2. Tegangan Ijin


Dalam bab terdahulu telah dijelaskan bahwa menurut SNI Tata Cara
Perancangan Beton Pracetak dan Beton Prategang untuk Bangunan Gedung,
perencanaan struktur beton prategang dilakukan berdasarkan metoda beban kerja,
dan di beberapa lokasi yang dipandang sebagai penampang kritis, dilakukan
pemeriksaan kapasitas batas penampang.

Dengan demikian, dalam perencanaan kita menggunakan persyaratan


tegangan ijin baja prategang sebagai berikut. Tegangan tarik pada baja prategang
tidak boleh melebihi nilai berikut.

15

o 0.94

f py

akibat gaya pengangkuran baja prategang, tetapi tidak lebih besar

f
dari 0.80 pu atau nilai yang direkomendir oleh fabrikan.
f
o 0.82 py segera setelah penyaluran gaya prategang, tetapi tidak lebih besar
f
dari 0.74 pu .
f
o 0.70 pu untuk kasus tendon pasca tarik pada perangkat angkur dan kopel
segera setelah penyaluran gaya.
2.6.3.
Analisis Penampang
Untuk mudahnya, kita akan lebih sering membahas kasus balok dengan
penampang persegi. Namun, kita akan membahas formulasi dengan kasus yang
lebih umum. Untuk itu, pandanglah suatu penampang dengan luas A yang
padanya didirikan tata sumbu ( X , Y , Z ) yang berawal pada titik berat C dari
penampang. Penampang memiliki minimal sumbu Y sebagai sumbu simetri
dengan yt dan yb masing-masing sebagai jarak dari serat teratas dan serat
terbawah terhadap titik berat.

2.6.4.
Penampang Dengan Gaya Prategang Eksentris
Akibat gaya prategang F dengan eksentrisitas e , timbul tegangantegangan pada penampang. Pada serat teratas dan terbawah, timbul tegangan
sebesar
F F.e

yt
A
I zz
F F.e
f cb

yb
A
I zz
f ct

(a )
(b)

(6.4.1)

Perlu ditambahkan bahwa kalau e bernilai sedemikian hingga gaya F bertitik


tangkap tepat pada batas bawah daerah Kern, yaitu
16

e kb

(6.4.2)

maka diperoleh

f ct 0
f cb

(a)

F F.e

yb
A I zz

(b )
(6.4.3)

sedangkan f ct 0 . Dengan demikian, seluruh penampang berada dalam keadaan


tekan dan serat teratas persis pada keadaan batas antara tekan dan tarik.

6.4.2 Penampang Dengan Momen Lentur


Akibat bobot mati dan beban hidup, pada penampang timbul momen
lentur M d dan M dengan arah vektorial di sumbu Z . Dengan demikian, pada
serat teratas dan terbawah, timbul tegangan sebesar

f ct

Md
M
yt yt
I zz
I zz

(a )

f cb

Md
M
yb yb
I zz
I zz

(b )

(6.4.4)

6.4.3 Penampang Dengan Gaya Kombinasi


Dalam Pasal 5.3 telah diterangkan bahwa tahap-tahap yang menjadi
perhatian adalah tahap transfer gaya prategang dan beban mati balok sudah
bekerja, dan tahap layan. Umumnya, pada tahap transfer, diambil gaya prategang

17

awal F0 sebagai gaya pada baja prategang, dan gaya prategang efektif Fe
sebagai gaya baja prategang pada tahap layan.
Akibat gaya prategang eksentris dan bobot mati, pada penampang timbul
tegangan normal kombinasi menurut Pers. (6.4.1) dan (6.4.4). Dengan demikian,
pada serat teratas dan terbawah, timbul tegangan sebesar

f ct

F0 F0 .e
M

yt d yt
A
I zz
I zz

(a )

f cb

F0 F0 .e
M

yb d yb
A
I zz
I zz

(b)

(6.4.5)

Dalam tahap ini, akibat adanya tegangan tekan pada serat atas akibat
beban mati, maka untuk kondisi batas yang dinyatakan dalam Pers. (6.4.3a),
maka eksentrisitas e bisa bernilai mutlak lebih besar dari pada batas bawah
daerah Kern; jadi,
e kb

(6.4.6)

Akibat gaya prategang eksentris, bobot mati serta beban hidup, pada
penampang timbul tegangan normal kombinasi menurut Pers. (6.4.1) dan (6.4.4).
Dengan demikian, pada serat teratas dan terbawah, timbul tegangan sebesar

Fe Fe .e
M
M

yt d yt yt
A
I zz
I zz
I zz
Fe Fe .e
Md
M
f cb

yb
yb yb
A
I zz
I zz
I zz
f ct

(a )
(b )

(6.4.7)

Dalam tahap ini, akibat adanya tegangan tarik pada serat bawah akibat
beban hidup, maka untuk kondisi batas bahwa pada akhirnya
18

f cb 0

(6.4.8)

kita dapat mendapatkan kondisi itu dengan membatasi nilai eksentrisitas e


dengan persyaratan
e kt

(6.4.9)

6.5 Tata Letak Kabel Prategang


Dalam pasal ini, akan dibahas batas-batas penempatan kabel atau tendon,
sedemikian hingga tidak terjadi tegangan tarik dalam semua tahap pembebanan.
Sesuai dengan pentahapan pembebanan dalam Bab V, maka dalam hal ini, tahap
kritis yang mendiktekan letak baja prategang adalah sebagai berikut.
1 Tahap pembebanan sesaat transfer tegangan, di mana balok akan terangkat
sehingga yang bekerja adalah gaya prategang awal dan beban mati komponen
2

(tanpa beban mati superimpose).


Tahap akhir, di mana tegangan adalah tegangan efektif dalam baja prategang
dengan beban mati (bobot mati serta beban mati superimpose) dan beban
hidup.
Berdasarkan pentahapan di atas maka batas bawah penempatan baja

prategang, diterapkan Pers. (6.4.5a), dengan kondisi

f ct 0

(6.5.1)

sehingga
eb

ryy2
yt

Md
M
k b d
F
F0

(6.5.2)

dalam mana F0 adalah gaya prategang pada tahap transver.


19

Berdasarkan pentahapan di atas maka batas atas penempatan baja prategang,


diterapkan Pers. (6.4.7b), dengan kondisi

f cb 0

(6.5.3)

sehingga
et

ryy2
yb

Md M
M
kt t
Fe
Fe

(6.5.4)

dalam mana Fe adalah gaya prategang efektif pada tahap layan, dan M t adalah
momen total akibat bobot mati, beban superimpose dan beban hidup.

Dalam Pers.(6.5.2) maupun (6.5.4) terlihat bahwa nilai momen-momen M d


dan M bervariasi dari penampang ke penampang sesuai dengan bentuk bidang
momen mati dan bidang momen hidup. Dengan demikian, kita memperoleh batasbatas dari tata letak kabel, berupa batas atas dan batas bawah seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 6.5.1. Dari Pers. (6.5.2) terlihat bahwa batas atas penempatan baja
prategang dapat diukur dari kt sebesar M d / F0 , dan dari Pers. (6.5.4) terlihat bahwa
batas bawah penempatan baja prategang dapat diukur dari kb sebesar M t / Fe .

Gambar 6.5.1: Tata Letak Kabel Prategang


20

Menyimak batas-batas letak baja prategang dalam Gambar 6.5.1, kita dapat
menghadapi 3 kasus. Kasus pertama, dihadapi kondisi dalam mana batas atas sangat
berjauhan dari pada batas bawah, seperti dalam Gambar 6.5.2a. Dalam hal ini, balok
dapat diperkecil karena dimensi kebesaran. Kasus kedua, dihadapi kondisi dalam
mana batas atas berpotongan dengan batas bawah, seperti dalam Gambar 6.5.2b.
Dalam hal ini, balok harus diperbesar karena dimensi tidak mencukupi untuk
ditempati baja prategang. Kasus ketiga, dihadapi kondisi dalam mana batas atas
cukup dekat dengan batas bawah namun masih mempunyai margin bagi penempatan
baja prategang. Kasus ini merupakan kasus yang ideal, sebagai mana terlihat dalam
Gambar 6.5.2c.

Gambar 6.5.2: Kecukupan Dimensi Komponen Balok

21

6.6 Momen Retak Penampang


Momen yang menimbulkan retak rambut pertama dalam balok beton
prategang, dinamakan momen retak (cracking moment). Momen retak dihitung
dengan teori elastisitas dengan mengasumsikan bahwa serat beton ekstrim tarik
mencapai kekuatan tarik f cr , yaitu
Fe Fe .e
M

y b t y b f cr
A
I zz
I zz

(6.6.1)

sehingga
M cr Fe e

Fe I zz
f I
cr zz
Ay b
yb

(6.6.2)

6.7 Momen Batas Penampang


Dalam bab terdahulu telah diterangkan bahwa desain struktur beton prategang
didasarkan atas metoda beban kerja, dan kapasitas momen batas penampang perlu
diperiksa pada penampang-penampang yang dianggap kritis. Dengan demikian, kita
perlu melakukan analisis kapasitas momen batas penampang.

Seperti terlihat dalam Gambar 6.7.1, kapasitas penampang diperoleh dengan


jalan meninjau keseimbangan gaya horizontal pada penampang. kesimbangan gaya
horizontal memberikan
C k 1 f c' k b d

(6.7.1)

'
dalam mana k1 f c adalah tegangan ekivalen seragam pada saat keruntuhan beton.

Dengan demikian, diperoleh

22

kd
k

A f
C
s 's
'
k1 f c b k1 f c b

As fs
k 1 f c'bd

(a)
(b)
(6.7.2)

Karena gaya tekan C berada pada titik tengah blok tegangan persegi seragam, maka
diperoleh dengan momen sebesar
k

a d 1-
2

(6.7.3)

M A s f s d (1 k / 2)

(6.7.4)

sehingga kapasitas momen batas menjadi

Untuk k1 0.85 kita mendapatkan


k

As f s
0.85 f c'bd

(6.7.5)

yang jika dimasukkan ke dalam Pers. (6.7.4) memberikan

As f s

M A s f s d 1
'
2 x 0.85 f c bd

(6.7.6)

Untuk penampang persegi, kita menggunakan A s /(bd ) , dan untuk kapasitas


batas kita menggunakan f s f su , sehingga

0.59 f su

M u A s f su d 1
'
f
c

(6.7.7)

23

Gambar 6.7.1: Kapasitas Momen Batas Penampang

x0

y0

b f h 2 (b f bw )( h t f ) 2
2[b f h (b f bw )( h t f )]

b f h (b f bw )( h t f )

[b f h 2 (b f bw )( h t f ) 2 ]2
1
3
3
[b f h (b f bw )( h t f ) ]
3
4[b f h (b f bw )( h t f )]

1
3
[b f t f (h t f )bw3 ]
12

0
24

b f t f (h t f )bw3
1
12 [b f h (b f bw )( h t f )]

3
3
2
2 2
1 b f h (b f bw )( h t f ) [b f h (b f bw )( h t f ) ]

3 b f h (b f bw )( h t f )
4[b f h (b f bw )( h t f )]2

t
b

b f h 2 (b f bw )( h t f ) 2
2[b f h (b f bw )( h t f )]

b f h 2 (b f bw )( h t f ) 2
2[b f h (b f bw )( h t f )]

25

Anda mungkin juga menyukai