Anda di halaman 1dari 18

ISSN 0215 - 8250

50

PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU


oleh
I Wayan Rai
Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru dalam dunia
pendidikan, seyogianya dilakukan dalam kerangka, (1) pengembangan dan
peningkatan skill (kemampuan mengajar), (2) pengembangan dan peningkatan
organisasi (melalui Kelompok Kerja Guru untuk guru-guru Sekolah Dasar dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran, untuk guru-guru SMP dan SMA/SMK), dan (3)
pengembangan dan peningkatan keperibadian (motivasi berprestasi).
Kata kunci: profesionalisme guru
ABSTRACT
In the Field of Education the development and improvement of the
teachers professionalism should be done in three different schemes, (1) the skill
improvement (that include the teaching skills), (2) Development and improvement
of organization (through teachers working group for elementary teachers and
Subject content teachers group, especially for SMP and SMA/SMK teachers, and
(3) developing and improving personality (achievement motivation).
Key word: teachers professionalism

1. Pendahuluan
Menghadapi arus globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat dipersiapkan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

51

Salah satu peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.


Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia. Dalam proses tersebut
berbagai aspek kehidupan berpengaruh secara kualitas ataupun kuantitas.
Sanmustari dkk., (1989), mengatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau
daerah lebih banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya daripada
kekayaan sumber daya alamnya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, salah satu upaya penting dan strategis dilakukan adalah dengan
meningkatkan kualitas
pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan adalah
memegang kunci kemajuan suatu bangsa. Karena itu, suatu bangsa yang didukung
oleh jumlah SDM yang besar dengan kualitas yang optimal akan mendatangkan
kesejahtraan yang optimal pula bagi bangsa tersebut, tetapi suatu bangsa yang
didukung oleh jumlah SDM yang besar dengan kualitas yang minimal (rendah)
akan merupakan beban yang sangat berat (cenderung menimbulkan malapetaka)
bagi bangsa tersebut. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan
kualitas SDM hanya bisa dilakukan melalui pendidikan (Dantes, 2004: 1).
Dalam kaitan dengan hal di atas, ada tiga lembaga yang harus secara serius
dapat mengupayakan hal tersebut, yaitu pendidikan dalam keluarga (pendidikan
nonformal), pendidikan di masyarakat (pendidikan nonformal), dan pendidikan di
sekolah (pendidikan formal). Dewasa ini, pendidikan formal memegang peranan
yang strategis dalam kaitannya dengan pengembangan dan peningkatan
profesionalisme guru.
Guru adalah salah satu komponen dalam instrumental input yang
memegang posisi yang strategis. Karena hal tersebut merupakan salah satu faktor
kunci sukses dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan untuk dapat melahirkan
sumber daya manusia yang handal, menguasai ilmu pengetahuan, dan memiliki
moral yang baik. Hal ini dikatakan demikian, karena gurulah yang merencanakan,
menata, mengelola dan mengevaluasi proses tersebut. Karena strategisnya posisi
guru dalam konteks pembelajaran, wajarlah profesi guru diakui sebagai jabatan
profesional
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

52

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar tetap memegang peranan


penting karena adanya beberapa unsur dari aspek kemanusiaan dalam proses
pembelajaran yang masih belum dapat digantikan dengan media lain, seperti radio,
televisi, tape rekorder dan sebagainya. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain,
sikap, nilai, perasaan, motivasi, kepribadian, dan kebiasaan, yang merupakan
faktor psikologis yang cukup penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar.
Oleh karenanya, pekerjaan sebagai seorang guru selalu diperlukan sehingga
dibutuhkan pendidikan khusus bagi calon guru agar dapat menjadi guru yang
profesional.
Sementara, peran guru demikian penting dalam peningkatan mutu
pendidikan, kondisinya justru dikeluhkan belakangan ini. Dewan Riset Nasional
(1993), misalnya mengungkapkan bahwa penyebab rendahnya daya serap
pendidikan adalah guru yang kurang profesional (Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Nomor 10 Februari 2003). Nasanius (dalam Hasan, 2003)
mengatakan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum,
tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar
siswa. Demikian juga Purwanto (2003), mutu pendidikan nasional yang rendah
salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Profesionalisme guru yang
belum menunjukkan kualitas yang memadai, disebabkan oleh banyak guru yang
mengajarkan mata pelajaran yang bukan bidangnya atau kompetisinya, seperti
guru Biologi mengajar Kimia atau Fisika, guru IPS mengajar Bahasa Indonesia
(Hasan, 2003). Dahrin (2000) mengatakan secara kuantitatif jumlah tenaga guru
telah cukup memadai, tetapi mutu serta profesionalismenya belum sesuai dengan
harapan. Banyak di antaranya tidak berkualitas dan menyampaikan materi
pelajaran, sehingga kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan
yang benar-benar berkualitas. Jadi, ketidaksesuaian antara kemampuan guru
dengan apa yang diajarkan membuat para siswa tidak mencapai prestasi yang
gemilang (Bastian, 2003). Hal ini dapat dilihat dari salah satu contoh, yaitu hasil
penelitian Maba (2002) bahwa kegairahan guru SLTP/SMU di kota kalah dalam
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

53

membuat tes hasil belajar siswa yang berkualitas. Guru di kota umumnya, enggan
membuat konstruksi tes yang bagus karena kebanyakan sibuk sambil mengajar di
negeri dan swasta (Bali Post, 13 September 2003).
Hal senada dikatakan oleh Khoe Yau Tung (2002) bahwa guru seharusnya
menjadi manajer kelas. Ia harus dapat bertanggung jawab terhadap kelancaran
tugasnya di dalam kelas, terutama dalam menyampaikan materi pelajaran,
menentukan metode belajarnya sendiri, dan menyusun bahan pelajaran dari waktu
ke waktu demi untuk pengembangan siswanya. Namun, kehidupan guru dewasa
ini meminta banyak waktu untuk pekerjaan-pekerjaan sambilan selepas mengajar
di kelas sehingga tidak mungkin menjadi manajer profesional di kelas.
Sehubungan dengan itu, pertanyaan yang muncul bagaimana
mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme guru. Guru profesional
adalah guru yang memiliki kompetensi (standar kompetensi). Dewasa ini telah
diajukan perumusan standar kompetensi guru (khususnya guru pemula) yang
menyangkut 4 standar kompetensi yaitu, (1) standar I (Penguasaan Bidang Studi),
(2) standar II (Pemahaman Tentang Peserta Didik), (3) standar III (Penguasaan
Pembelajaran yang Mendidik), standar IV (Pengembangan Kepribadian dan
Keprofesionalan).
Dari berbagai permasalahan yang dihadapi guru, maka perhatian serius dari
pihak-pihak pengambil kebijakan sudah selayaknya ditujukan pada usaha-usaha
mencari solusi terhadap hal tersebut dalam peningkatan dan pengembangan
kompetensi guru, manajemen guru, khususnya dalam rekrutmen, peningkatan dan
pengembangan profesi, kesejahtraan, dan eksisnya organisasi profesi guru untuk
pengembangan serta peningkatannya. Hal ini sangat penting, karena dalam rangka
otonomi daerah, yakni berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, efisiensi
pengelolaan pendidikan, relevansi pendidikan, dan pemerataan pelayanan
pendidikan harus diupayakan melalui peningkatan mutu pendidikan dengan
menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan melalui konsensus
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

54

pemerintah dan masyarakat dengan mengarah pada pendidikan berbasis sekolah


(Mulyasa, 2002 dalam Koyan 2004: 6).
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang seksama dengan menelusuri factor internal dan
ekternalnya, sehingga mampu menunjukkan jati dirinya, berwibawa dan dihargai
oleh siswa dan masyarakat pada umumnya. Pembinaan profesionalisme guru
hendaknya menjadi perhatian, di samping hal-hal yang berkaitan dengan
kesejahtraannya.
2. Pembahasan
2.1 Guru sebagai Profesi
Pembicaraan umum mengenai istilah profesi sering digunakan dalam
konteks yang kurang tepat, dimana ketika suatu pertanyaan diajukan kepada
seseorang tentang apakah profesi anda, banyak yang memberi jawaban terhadap
apa yang menjadi pekerjaannya sehari-hari, seperti sopir, tukang, pegawai negeri,
dan sebagainya. Menyimak jawaban-jawaban tersebut, menunjukkan kepada kita
bahwa masyarakat memahami profesi sebagai suatu pekerjaan. Padahal tidak
semua pekerjaan dapat dikatakan sebagai suatu profesi.
Menurut Nana Sudjana (dalam Rusyan dan Hamijaya, 1990), mengatakan
bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.
Pendapat lain mengatakan bahwa profesi menunjuk pada suatu pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan pada profesi.
Suatu profesi secara teori, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak
dilatih atau disiapkan untuk itu (Supriadi, 1998). Menurut Cully (dalam
Engkoswara, 1992) profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut
digunakannya teknik dan prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang
secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabdikan bagi
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

55

kemaslahatan orang lain. Kemudian Schein dan Kommers (dalam Kartadinata dan
Dantes, 1996/1997), mengemukakan tiga karakteristik suatu pekerjaan dapat
dikatakan sebagai profesi, yakni (a) profesi merupakan suatu pekerjaan dengan
aturan yang sangat khusus yang diperoleh dari peran khususnya dalam masyarakat,
(b) profesi merupakan bidang pekerjaan yang menuntut para pekerjanya memiliki
landasan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan melalui pendidikan dan
pelatihan dalam waktu yang panjang dan (c) profesi merupakan bidang pekerjaan
yang menuntut para pekerjanya mampu memberikan pelayanan ahli kepada
sasaran pelayanan serta mampu mengevaluasi sendiri unjuk kerjanya sebagai
balikan bagi upaya pengembangan pelayanan itu sendiri.
Klicman (dalam Dantes, 2004: 2-3) mengajukan dua syarat penting yang
harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, yaitu harus kompeten dan
memiliki komitmen tinggi. Dari guru yang memiliki kompetensi tinggi dan
komitmen tinggi suatu sekolah dan peserta didik mendapatkan kontribusi optimal
dalam pembelajaran yang dapat berdampak optimal pula pembentukan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai pada peserta didik. Sebaliknya dari
guru yang berkompetensi rendah dan didukung oleh komitmen rendah, peserta
didik akan mengalami kontaminasi yang menyesatkan. Oleh karena itulah, profesi
guru harus didukung oleh kompetensi keguruan yang andal serta komitmen yang
memadai.
Secara umum, ciri suatu jabatan profesi ada tiga hal, yaitu (1) expertise,
yaitu jabatan yang didasarkan pada keilmuan/keahlian tertentu, (2) responsibility,
yaitu pemberian jasa yang didasarkan pada keilmuan tersebut yang disertai
dengan tanggung jawab demi untuk kemaslahatan orang lain (penerima jasa), dan
(3) collegial organitation, yaitu terikat pada satu organisasi kesejawatan/profesi.
Secara lebih rinci, Gibson mendeskripsikan ciri profesi sebagai berikut, (1)
masyarakat mengakui layanan yang diberikan, (2) memiliki seperangkat ilmu yang
mendukung profesinya, (3) diperlukan adanya proses pendidikan tertentu, (4)
dimilikinya mekanisme untuk menyaring sehingga mereka yang dianggap
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

56

kompeten boleh melakukan pekerjaan profesional tersebut, dan (5) dimilikinya


organisasi profesional untuk melindungi kepentingan anggotanya dan
meningkatkan mutu layanannya kepada masyarakat, termasuk kode etik
profesional.
Dari beberapa pendapat di atas, suatu pekerjaan dapat disebut sebagai suatu
profesi, apabila orang yang melakukan pekerjaan itu telah mengalami proses
pendidikan dan pelatihan, sehingga telah memiliki kesiapan dan keahlian untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Jadi, suatu profesi berbeda dengan pekerjaan
lainnya karena suatu profesi menuntut suatu pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang khusus untuk itu,
dan dalam jangka waktu yang lama serta menuntut untuk mampu mengadakan
evaluasi diri sebagai balikan bagi pengembangan profesinya.
Guru sebagai suatu profesi membawa konsekuensi terhadap tanggung
jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan profesi tersebut. Tanggung
jawab ini, pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu
mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas serta tanggung jawab
profesinya. Tenaga kependidikan hendaknya sadar bahwa tugas dan tanggung
jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Guru
hendaknya di samping mampu tampil di depan kelas, juga di masyarakat, baik
sebagai pendidik, inovator ataupun dinamisator.
Dilihat dari tugas dan tanggung jawab tenaga kependidikan (guru), maka
untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa persyaratan,
antara lain, (a) menuntut adanya keterampilan yang berlandaskan konsep
pengetahuan yang mendalam, (b) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang
tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (c) menuntut adanya tingkat pendidikan
tinggi, (d) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya, dan (e) memungkinkan pengembangan sejalan dengan dinamika
kehidupan (Ali dalam Rusyan dan Hamijaya, 1992 ).
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

57

Bertolak dari persyaratan di atas, tampaklah dengan jelas bahwa untuk


suatu jabatan profesional harus melalui jenjang pendidikan yang
mempersiapkannya dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan sikap serta
keterampilan yang sesuai dengan profesinya. Demikian pula dengan profesi guru.
Guru yang professional dituntut memiliki, (a) kualifikasi pendidikan profesi yang
memadai, (b) memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuni,
(c) memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, (d)
mempunyai jiwa kreatif dan produktif, (e) mempunyai etos kerja dan komitmen
tinggi terhadap profesinya dan (f) selalu melakukan pengembangan diri secara
terus menerus (Sidi, 2001). Hal yang senada dikemukakan oleh Supradi dalam
Hasan, 2003), bahwa untuk menjadi guru yang profesional, dituntut memiliki lima
hal, yakni, (a) guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (b)
guru menguasai secara mendalam bahan / mata pelajaran yang diajarkannya dan
cara mengajarnya kepada siswa, (c) guru bertanggung jawab memantau hasil
belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (d) guru mampu berpikir sistematis
tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, dan (e) guru
seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.
Dari beberapa pendapat di atas, seorang guru yang profesional, di samping
dituntut memiliki kemampuan akademik, juga menguasai berbagai pengetahuan,
khususnya materi pelajaran yang diajarkannya serta dilandasi oleh adanya
komitmen, disiplin dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas dan
pelaksanaannya.
2.2 Tugas Guru
Di masyarakat sering terjadi ketika murid berperilaku tidak baik, apakah
hal tersebut dilakukan di luar sekolah apalagi di sekolah akan terjadi tudingan
terhadap guru dan sekolah (pendidikan formal) yang tidak berhasil melaksanakan
tugasnya. Sesungguhnya di masyarakat, ada dua lembaga pendidikan yang harus
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

58

juga secara serius dapat mengupayakan hal tersebut, yakni pendidikan dalam
keluarga (pendidikan formal), pendidikan di masyarakat (pendidikan nonformal).
Sehubungan dengan itu pengetahuan tentang fungsi dan peranan tenaga
kependidikan perlu dipahami oleh guru karena hal ini akan memberi pengaruh
terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan memahami fungsi dan
peranannya diharapkan para guru terhindar dari kegiatan-kegiatan yang
menyimpang dari tugas profesinya.
Adapun fungsi dan peranan tenaga kependidikan, dikemukakan oleh
Tabrani dan Hamijaya (1992), sebagai berikut, (a) tenaga kependidikan sebagai
pendidik dan pengajar, (b) tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, (c)
tenaga kependidikan sebagai pemimpin, (d) tenaga kependidikan sebagai
pelaksana administrasi, dan (e) tenaga kependidikan sebagai pengelola proses
belajar mengajar.
Mengacu pada fungsi dan peranan guru, seorang guru dituntut untuk
memiliki kemampuan berupa pengetahuan tentang masalah-masalah kependidikan,
seperti, landasan umum kependidikan, kurikulum, metode mengajar, psikologi
(meliputi, psikolog pendidikan, psikologi sosial, psikologi anak, psikologi
perkembangan, dan psikologi belajar), kemampuan mengelola pembelajaran,
memiliki kepribadian yang baik, menguasai ilmu kepemimpinan, dan sebagainya
yang menunjang keefektifan fungsi dan peranannya.
Terkait dengan tugas guru, Usman (1990) mengemukakan bahwa tugas
guru yang profesional, setidak-tidaknya mengemban tiga tugas pokok, yakni, (a)
sebagai petugas profesional, yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar dan
mengembangkan keterampilan, (b) tugas kemanusiaan, yaitu guru menjadi orang
tua yang kedua. Tugasnya sebagai individu yang mampu merealisasikan seluruh
kemampuan dirinya, melakukan auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat
menempatkan dirinya di dalam keseluruhan kemanusiaan serta mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswa serta mentransformasikan diri
terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat, (c) tugas kemasyarakatan, yaitu
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

59

mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral Pancasila untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sejalan dengan pendapat di atas, Yoesoef (1989) mengungkapkan tentang
tugas guru, yakni, (a) melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, (b)
melaksanakan tugas-tugas kemasyarakatan dan (c) melaksanakan tugas
pertanggungjawaban kemanusiaan.
Secara umum yang terkait erat dengan tugas profesional guru adalah
mengajar, mendidik, dan membimbing siswa.
2.2.1 Guru sebagai Pengajar
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa mengajar merupakan kegiatan
yang transfer of knowledge melalui aktivitas belajar mengajar. Zamroni (2003),
mengatakan bahwa mengajar merupakan suatu seni untuk mentransfer
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai
pendidikan, kebutuhan-kebutuhan individu siswa, kondisi lingkungan dan
keyakinan yang dimiliki guru
Untuk dapat melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memiliki
kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar untuk memperoleh balikan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Merencanakan kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan awal
dari guru sebelum memasuki kelas atau mengajar. Dalam menyusun rancangan
pengajaran, maka rencana yang disusun meliputi antara lain, perencanaan di
bidang pengorganisasian bahan pengajaran, pengelolaan kegiatan belajar
mengajar, penggunaan media pembelajaran, metoda mengajar, dan penilaian hasil
belajar.
Dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memiliki
kemampuan mengajar yang baik. Adapun kemampuan yang dimaksud meliputi,
penggunaan metode, media, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan,
melakukan komunikasi dengan siswa, mendemonstrasikan khazanah metode
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

60

mengajar, mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pengajaran,


mendemonstrasikan penguatan mata pelajaran dan relevansinya, pengorganisasian
ruang, waktu dan perlengkapan pengajaran, melaksanakan evaluasi pencapaian
siswa dalam proses belajar mengajar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1982/1983).
Sebagai akhir dari kegiatan belajar mengajar yang tidak kalah pentingnya
adalah memberikan balikan. Menurut Stone dan Nielson (dalam Ali, 1992)
mengatakan bahwa balikan mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara
minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Hal ini menjadi
penting karena suatu alasan bahwa belajar itu ditandai dengan adanya keberhasilan
dan kegagalan. Keberhasilan dalam pembelajaran akan memberikan semangat bagi
siswa untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasinya, sedangkan kegagalan
akan mendorong siswa lebih giat belajar untuk tidak mengulangi kegagalannya.
Upaya untuk memberikan balikan ini dapat dilakukan dengan mengadakan
penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa.
Penilaian merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran karena
dari kegiatan ini dapat diketahui kegagalan dan keberhasilan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Disamping itu, penilaian merupakan salah
satu cara untuk memotivasi siswa untuk belajar karena bagaimanapun seorang
siswa tidak menginginkan mendapatkan hasil yang tidak memuaskan, dan oleh
karenanya mereka akan berusaha mencapai sukses itu dengan belajar.
Daradjat (1980) mengemukakan tentang hal-hal yang harus diperhatikan
guru dalam proses belajar-mengajar, sebagai berikut, (a) kegairahan dan kesediaan
(siswa ) untuk belajar, (b) membangkitkan minat murid, (c) menumbuhkan sikap
dan bakat yang baik, (d) mengatur proses belajar mengajar, (e) berpindahnya
pengaruh belajar dan pelaksanaannya ke dalam kehidupan nyata, dan (f) hubungan
manusiawi dalam proses belajar.
Mutu pendidikan dapat tercapai, seorang guru yang professional harus
memiliki lima kemampuan dasar, yakni, (a) guru harus menguasai kurikulum dan
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

61

Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), (b) guru harus menguasai materi
setiap mata pelajaran, (c) guru harus menguasai multimetode, multimedia, dan
evaluasi, (d) guru harus komitmen terhadap pelaksanaan tugas, dan (e) guru harus
disiplin (Depdikbud, Dirjen Dikdasmen , 1998/1999 ).
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah masih sangat terbatas
memberikan peluang bagi guru-guru dalam upaya meningkatkan SDM. Hal ini
terlihat dari terbatasnya peluang dan anggaran yang dialokasikan untuk
pengembangan guru. Sementara masyarakat selalu menuntut guru yang
berkualitas.
2.2.2 Guru sebagai Pendidik
Antara mendidik dan mengajar hampir sulit untuk dibedakan, tetapi
diamati secara cermat, kedua kegiatan tersebut memiliki wilayah kerja yang
sedikit berbeda. Guru dikatakan tidak saja semata-mata sebagai pengajar yang
transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of value dan
sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun murid
dalam belajar (Sardiman, 1990).
Jika diperhatikan definisi di atas, mendidik merupakan tugas guru yang
lebih banyak mengarahkan pada segi-segi pengembangan nilai-nilai atau normanorma. Dalam hal ini, siswa diharapkan mampu berperilaku yang positif,
berkepribadian yang baik, berbudi pekerti luhur, baik berarti bagi kehidupan
individu siswa di sekolah ataupun di masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru dituntut memiliki
kesabaran dan kestabilan emosi karena akan menghadapi siswa dari berbagai latar
belakang atau lapisan masyarakat yang memiliki corak sosial budaya yang
beraneka ragam. Guru hendaknya senang memberi bantuan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi siswa, besikap ramah, gembira, baik hati, terbuka, simpati,
empati, berwibawa, dan bertanggung jawab. Dari kepribadian yang dinilai baik
oleh siswa tersebut, maka seorang guru akan dapat mengembangkan kegiatannya
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

62

dalam bentuk, (a) membantu mengembangkan sikap positif pada siswa, (b)
bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa dan orang lain, (c) menunjukkan
kegairahan dan kesungguhan dalam kegiatan belajar mengajar dan dalam pelajaran
yang diajarkan, dan (d) mengelola interaksi pribadi dalam kelas (Depdikbud,
1982/1983).
Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa tugas mendidik merupakan suatu
aktivitas yang ditujukan untuk mengembangkan aspek psikologis dan kepribadian
peserta didik, sehingga mereka terbentuk sebagai manusia-manusia yang
berkepribadian baik, mempunyai etika, bermoral, bertanggung jawab, dan mampu
hidup bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2.2.3 Guru sebagai Pembimbing
Guru, di samping sebagai pendidik dan pengajar juga sekaligus bertindak
sebagai pembimbing, yakni memberi layanan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik yang menyangkut masalah
kegiatan belajar, pemahaman diri, penyesuaian diri ataupun masalah-masalah
lainnya sehingga mereka mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Guru
yang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar, seringkali melakukan
kegiatan bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan dalam menguasai
suatu keterampilan, dan terkait dengan kegiatan materi pembelajaran yang
diajarkan saat itu. Jadi, antara mendidik, mengajar dan membimbing merupakan
tugas guru yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sardiman (2001), mengemukakan pengertian membimbing sebagai suatu
kegiatan untuk menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan
memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Terkait
dengan itu, guru diharapkan mampu memberi arahan atau tuntunan kepada anak
didiknya sesuai dengan kaidah-kaidah atau norma-norma yang baik dan
mengarahkan perkembangannya sesuai dengan cita-citanya, serta membantu
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

63

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Melalui kegiatan membimbing


ini, siswa diharapkan mampu mencapai perkembangan dirinya dengan lebih baik.
2.3 Peningkatan dan Pengembangan Profesionalisme Guru
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, dituntut pula adanya usaha-usaha
peningkatan profesionalisme guru agar dapat memberikan pelayanan yang lebih
berkualitas dan untuk tercapainya hasil belajar yang lebih optimal.
Seorang guru professional, yang mempunyai standar kompetisi I
(Penguasaan Bidang Studi), seyogianya seperti apa yang dikatakan Nana Sudjana,
pekerjaan yang bersifat professional hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu. Demikian juga pendapat Supriadi, bahwa profesi
menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung
jawab dan kesetiaan pada profesi. Cully, mengatakan bahwa profesi adalah suatu
bidang pekerjaan yang menunutut digunakannya teknik dan prosedur yang
bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan
kemudian secara langsung dapat dikatakan bagi kemaslahatan orang lain.
Sehubungan dengan itu, seperti apa yang dikatakan oleh Schein dan
Kommers, profesi merupakan bidang pekerjaan yang menuntut para pekerjanya
memiliki landasan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan melalui
pendidikan dan pelatihan dalam waktu yang panjang. Peningkatan kemampuan
guru dapat dilakukan secara struktural ataupun atas inisiatif guru itu sendiri yang
dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti penataran, seminar, kursus,
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, belajar sendiri atau membaca
berbagai sumber belajar.
Terkait dengan guru sebagai profesi, maka untuk menghindarkan praktikpraktik yang menyimpang dalam pelaksanaan tugasnya, maka guru dituntut untuk
selalu mendasarkan diri pada aturan (kode etik profesi), yang sudah dirumuskan,
yakni, (a) guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia yang ber-Pancasila, (b) guru memiliki kejujuran profesional dalam
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

64

menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing, (c)


guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan, (d) guru
menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik, (e) guru memelihara
hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya ataupun masyarakat yang
lebih luas utnuk kepentingan pendidikan, (f) guru secara sendiri dan/atau bersamasama berusaha mengembangkan serta meningkatkan mutu profesinya (g) guru
menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja ataupun di dalam hubungan keseluruhan, (h) guru secara
bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
professional sebagai sarana pengabdiannya, dan (i) guru melaksanakan segala
ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
(Sardiman, 2001 ).
Secara terorganisir, usaha peningkatan dan pengembangan profesionalisme
guru ini dapat dilakukan secara serius dan terjadwal melalui kegiatan Kelompok
Kerja Guru (KKG), untuk guru-guru Sekolah Dasar dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), bagi guru-guru SMP dan SMA/SMK. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan, di antaranya, (a) memecahkan permasalahan kegiatan belajar
mengajar, (2) memecahkan permasalahan kesulitan belajar peserta didik, (3)
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penyusunan program
pembelajaran (Tahunan/Semesteran), (d) memecahkan permasalahan mengenai
pelaksanaan proses belajar mengajar, dan (e) penyusunan alat evaluasi
Hal ini akan berimplikasi, bila guru profesional yang memiliki kompetensi
tinggi dan komitmen tinggi akan memberikan kontribusi optimal terhadap sekolah
ataupun peserta didik dalam proses pembelajaran, baik dalam pembentukan
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai, demikian juga sebaliknya.
Sehubungan dengan guru sebagai jabatan profesional dengan tuntutan
tanggungjawab yang begitu besar, maka mulai dari rekrutment calon guru
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

65

hendaknya dilakukan seleksi yang memadai. Selanjutnya, dilakukan peningkatan


dan pengembangan profesionalisme guru dengan lebih serius di antaranya melalui
studi lanjut, seminar, loka karya, workshop, pelatihan, dan sejenisnya secara
berkala serta berkesinambungan.
Kegiatan-kegiatan di atas, secara struktural dilakukan pembinaanpembinaan guru oleh Kepala Sekolah, Pengawas dan dari aparat dinas pendidikan,
termasui organisasi profesi guru, seperti Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI).
3. Penutup
Peningkatan dan pengembangan profesionalisme guru merupakan usaha
yang harus dilakukan, mengingat peran strategis guru dalam mengelola proses
pembelajaran yang secara langsung mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar yang
dilaksanakan. Dengan tingkat profesionalisme guru yang tinggi, diharapkan
terjadinya peningkatan perolehan hasil pendidikan, yang berarti pula terjadinya
peningkatan sumber daya manusia yang diharapkan mampu bersaing, baik di
tingkat nasional ataupun internasional.
Untuk hal ini, diperlukan adanya kerja sama dan komitmen dari berbagai
pihak yang terkait, dengan melakukan usaha-usaha yang mengarah pada
tercapainya mutu pendidikan yang lebih berkualitas, mulai dari rekrutmen calon
guru, selanjutnya, regulasi, kurikulum, pemberian bea siswa bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi pada jenjang sekolah. Karena itu, guru yang mengajar
lebih menggalakkan pada pelatihan-pelatihan guru, seminar, semiloka, workshop
dan peningkatan kesejahteraan guru.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Muhammad, 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Penerbit Sinar Baru.
____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

66

Dantes. Nyoman, 2004. Profesionalisme Guru Dalam Kaitannya Dengan


Pelaksanaan Kurikulum Dan Implementasinya Pada Model Asesmen
Berbasis Kompetensi Makalah (disampaikan pada Seminar tentang
profesionalisme Guru di Kabupaten Gianyar, tanggal 27 Nopember 2004)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
1982/1983. Program Kependidikan Akta Mengajar V B Komponen Dasar
Kependidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
________, 1998/1999. Pembinaan Profesional Guru. Jakarta
Engkoswara, 1992. Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jurnal
Pendidikan Nomor 7
Hasan, Ani.M, 2004. Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan,
http/artikel.US/ani hasan html.
Kartadinata, Sunaryo dan Dantes Nyoman, 1996/1997. Landasan-landasan
Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Bagia Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Koyan. I Wayan, 2004. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Pendidikan Dan
Implikasinya Terhadap Asesmen Pembelajaran Orasi (Pengenalan Jabatan
Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja)
Sidi, Indra Djati, 2001. Strategi Pendidikan Nasional. (makalah), Pasca Sarjana
Universitas Negeri Malang
Supriadi, Dedi, 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Penerbit
Adicita Karya Nusa:
Sardiman, AM, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.
Sanmustari, Rasini B. Atamini, Nuryati, Larasati, 1989. Kualitas Kekaryaan
Ditinjau dari Karakteristik Keterlibatan Kerja, Motif Berprestasi dan
Kepuasan Kerja Karyawan di Beberapa Persahan di Indonesia. Laporan
Penelitian, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Usman, Moh.Uzer, 1990.
Rosdakarya

Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

ISSN 0215 - 8250

67

Yoesoef Daoed, 1989. Suara Guru. Nomor 8 tahun XXVIII


Zamroni, 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta

____ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVII Desember 2004

Anda mungkin juga menyukai