Anda di halaman 1dari 2

Penyebab Terpuruknya PT Koba Tin

1. Cadangan Timah Indonesia


Menurut Adnan (2006), produksi Timah MSC Group dan PT Koba Tin setiap
tahunnya mencapai 58.300 ton per tahun. Sedangkan cadangan timah Indonesia
berdasarkan data Badan Geologi Indonesia pada tahun 2008 hanya terdapat
650.135 ton saja. Hal ini menunjukkan bahwa pertambangan timah di Indonesia
bila tidak ditemukan tambang baru, hanya dapat bertahan hingga tahun 2017
atau 2018.
PT Koba Tin sebagai salah satu kuasa penambang timah di Indonesia sudah
mulai gelisah disebabkan hal tersebut di atas. Oleh karena itu, PT Koba Tin mulai
mengambil langkah antisipatif guna menjaga keberlangsungan usahanya dengan
mengambil langkah-langkah investasi yang menguntungkan. Mulai tahun 2014,
manajemen PT Koba Tim melakukan investasi di sejumlah instrumen keuangan di
Malaysia.
Namun, analisis yang lemah terhadap risiko, menyebabkan PT Koba Tin
mengalami kerugian pada investasinya yang berdampak sistemik pada
terganggunya kegiatan operasional PT Koba Tin serta kegagalan PT Koba Tin
dalam melunasi kewajiban-kewajibannya. Berdasarkan ilmu Manajemen
Keuangan, ada 3 hal penting yang setidaknya harus dipertimbangkan investor
sebelum berinvestasi, yaitu:
a. Analis Kondisi Makroekonomi;
b. Analisis Jenis Industri; dan
c. Analisis Fundamental Perusahaan.
Kegagalan Investasi yang dilakukan oleh PT Koba Tin kemungkinan terjadi
akibat biasnya penilaian manajemen terhadap analisis yang telah dilakukan,
dikarenakan masih adanya hubungan istimewa antara PT Koba Tin dan
perusahaan yang menerima investasinya. PT Koba Tin masih berada di bawah
naungan perusahaan Malaysia MSC Group, sehingga investasi yang dilakukannya
semata-mata hanya langkah yang diambil guna mempersiapkan mudik setelah
cadangan timah Indonesia habis.

2. Lemahnya Pengawasan oleh Pemerintah Indonesia


Pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham sebesar 25% melalui PT
Timah telah menempatkan wakilnya pada jajaran Direksi dan Komisaris PT Koba
Tin. Namun tidak berhasil melakukan deteksi dini terhadap blunder yang
dilakukan oleh manajemen PT Koba Tin. Padahal berdasarkan data Financial
Market yang dirilis oleh IRESS, PT Koba Tin mengalami kerugian operasional
selama tahun 2009, 2011, dan 2012 dengan total kerugian mencapai 53,285,298
USD.
Meskipun hanya sebagai pemegang saham minoritas dalam PT Koba Tin,
namun pemerintah Indonesia seharusnya memiliki nilai tawar yang kuat
dikarenakan kekuasaannya sebagai pembuat kebijakan dan pengawas kegiatan
usaha. Hal ini sejatinya dapat digunakan guna menekan manajemen PT Koba Tin
dan mempengaruhi kebijakan yang diambil.

Solusi yang mungkin diambil


Pemerintah tidak boleh tinggal diam atas apa yang terjadi pada PT Koba Tin,
mengingat dampak akibat kejadian ini bukan hanya kepada keuangan negara
berupa kerugian yang ditanggung sebesar 25% dan tunggakan pajak yang tidak
mampu dibayarkan namun juga berakibat pada perekonomian masyarakat
sekitar yang bergantung pada PT Koba Tin. Untuk itu penting kiranya pemerintah
melakukan upaya-upaya recovery guna mengurangi dampak yang disebabkan
oleh gagal bayar PT Koba Tin dengan alternatif sebagai berikut:
1. Melakukan upaya likuidasi terhadap PT Koba Tin dalam rangka pemenuhan
kewajiban yang belum terselesaikan.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap wakil PT Timah yang berada dalam
jajaran direksi dan komisaris PT Koba Tin.
3. Menumbuhkan industri dan lahan usaha baru guna meredam melemahnya
perekonomian masyarakat yang bergantung pada PT Koba Tin.
4. Melakukan evaluasi terhadap regulasi usaha di Indonesia guna mencegah
terjadinya hal yang sama di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai