PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah shalat adalah rukun Islam yang ke dua, setelah mengucapkan dua
kalimah syahadat, dimana hukum melaksanakannya adalah wajib bagi setiap muslim
laki-laki dan perempuan yang mukallaf. Melainkan perempuan yang kedatangan haid
atau nifas maka tidak wajib shalat selama dia dalam halangan itu.1
Shalat yang merupakan alat komunikasi antar Tuhan dengan manusia, dan
tugasnya sebagai hamba (abdih) tempat sebagai naungan bagi seluruh alam semesta.
Dalam yuridis formal, bahkan shalat yang merupakan bagian dari ibadah
untuk menjalankan ajaran agama telah diatur dalam undang-undang negara yang
mana menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing adalah
dilindungi dan dijamin sepenuhnya oleh undang-undang dasar 1945 pasal 29 ayat 1
yang berbunyi: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya
masing-masing".
Selain itu juga merupakan butir-butir Pancasila, yakni sila ketuhanan Yang
Maha Esa, yang lengkapnya berbunyi: Percaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.2
Karena sikap berkeyakinan dalam beragama yang bersifat individual, maka
diperlukan sebuah sikap yang saling menghormati antar pemeluk agama untuk
1
2
menciptakan perdamaian. Hal ini sangat penting karena adalah bagian dari mental
hidup,( way of life ) jalan hidup manusia yan mutlak.
Sehingga pengembangan dan memberikan tradisi yang saling menghormati
dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain sangat
diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi gejolak atas nama agama.
Maka untuk membentuk masyarakat yang agamis dan toleran,kemudian
agama
dijadikan
bagian
dari
materi
pendidikan
sekolah
mulai
Sekolah
pendidikan
sholat
di
Sekolah
Dasar
bertujuan
untuk
Di dalam firman
Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan(Q.S al Ankabut :45).3
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, ia tidak hanya membekali
anak dengan pengetahuan agama atau mengembangkan intetelektual anak saja dan
tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan (sentiment) agama saja, akan tetapi ia
menyangkut kesluruhan dari perilaku pribadi anak, mulai dari latihan-latihan
(amaliah) sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama sampai pengenalan dan
pengertian terhadap ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia
3
denangan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dan alam serta manusia
dengan dirinya sendiri.4
Mengingat pentingnya shalat itu diajarkan, maka perlu di tanamkan pada
siswa semenjak mereka masih kecil agar menjadi kebiasaan mereka. Dengan
demikikan merekan dapat melaksanakn dalam kedupan sehari-hari.
Sholat merupakan tugas manusia untuk meraih keberhasilan di dunia maupun
di akhirat. Melihat segi Sekolah Dasar (SD) jam pelajaran PAI sangat kurang hanya 2
jam seminggu sekali,jadi siswa-siswi SD masih kurang memahami tentang kesadaran
untuk melakukan shalat.
Menghadapi kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: "PELAKSANAAN IBADAH SHALAT WAJIB PADA
SISWA KELAS IV, V, dan VI DI SDN BADER III,KECAMATAN DOLOPO,
KABUPATEN MADIUN TAHUN PELJARAN 2008/2009".
B. Fokus Penelitian
Latar belakang diatas maka peneliti mengfokuskan pada permasalahan tentang
pengajarn shalat fardlu, apa faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat
fardlu, bagaimana pelaksanaan ibadah shalat.
C. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang diatas, untuk memudahkan arah kajian dan
pembahasan pada penelitian kali ini maka penulis, mencoba memformulasikan pokok
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang pengajaran shalat fardlu siswa kelas IV, V, dan VI di
SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
4
Apa factor pendorong dan penghambat pengajaran shalat fardlu siswa kelas IV,
V, dan VI di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2008/2009.
3. Bagaimana pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas IV, V, dan VI di SDN
Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan latar belakang pengajaran shalat fardlu siswa kelas VI,
V, dan VI di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2008/2009.
2. Untuk mendiskripsikan faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat
fardlu siswa kelas IV, V, dan VI, di SDN Bader III Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
3. Untuk mesdiskripsikan pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas IV, V dan
IV di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
dalam memecahkan masalah pendidikan yang dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh para pemerhati Pendidikan Agama Islam
2. Manfaat praktis
a. Bagi lembaga terkait
Dapat digunakan bahan evaluasi untuk meningkatkan pembinaan keagamaan
di lingkungan sekolah terkait.
b. Bagi STAIN
Dapat menjadi sumbangan keilmuan untuk kemudian sumber bagi peneliti
lebih lanjut
c. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan serta mengembangkan
pengetahuan kesadaran beragama dan untuk menempuh gelar sarjana S1.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan penelitian yang
berorientasi pada pengumpulan data dilapangan. Sedangkan pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan besifat deskriptis, yaitu
penelitian yang memaparkan data secara sestematis dan factual dan akuarat
mengenai fakta-fakta serta hubungan dan fenomena yang diselidiki.5
2. Kehadiran Peneliti
Pada peneltian kualitatif, kehadiran peneliti sangat dipentingkan dan
bertindak sebagai instrumen kunci pengumpulan data, sedangkan instrumen lain
hanya sebagai penunjang. Penelitian kualitatif menghendaki peneliti atau dengan
bantuan orang lain sebagai alat utama pengumpulan data. Hal ini dimaksudakan
agar lebih mudah mudah mengadakan penyusuaian terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan.6
3. Lokasi penelitian
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), 60.
6
Margono, Metode Penilitian PendidikanI (Jakarta: PT Renika Cipta), 38.
Peneliti memilih SDN Bader 3 berada di desa Bader Kec. Dolopo Kab.
Madiun sebagai tempat penelitian. Pemilihan lembaga ini karena ada kesusaian
dengan topik yang peneliti pilih.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.7 Dalam bukunya
Metodologi Penelitian Kualitatif. Moleong mengutip pendapat Lofland dan
Lofland, bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain-lain.8
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, memanfaatkan dua sumber,
yaitu :
a. Manusia, meliputi :
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah
2. Wawancara dengan guru
3. Wawancara dengan murid/siswa
b. Non manusia, meliputi dokumentasi yaqng berkaitan dengan penelitian,
misalnya: Foto, catatan tertulis, dan bahan-bahan lain yang berhubungan
dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga (3) metode: metode
observasi, metode intervirew, metode dokumentasi.
Lexy J. Moleong Metodolgi Penenlitian Kualitatif (Banung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)1
8
Ibid., 17.
Ibid., 158
10
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),143
11
Maman Rachman, M.Sc., Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, IKIP
Semarang Pres, Semarang 1993,hal. 90.
12
Pengumpulan
data
Penyajian
data
Reduksi
data
Kesimpulan
kategori.
Dengan
demikian
data
yang
telah
direkdusikan
13
1992), 20.
Miles, Matthew & Huberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press,
sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada
laporan akhir penelitian.
(c) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Sedangkan menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan
tahapan dalam penelitian. Pada tahapan penjelajahan dengan teknik pengumpulan
data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis dengan domain.
Pada tahap menentukan tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis
taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis
komponensial. Selanjutkan untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan
analisis tema.
7. Pengecekan keabsahan temuan
Bagian
ini
usaha-usaha
untuk
memperoleh
keabsahan
temuannya.
proses penelitian
kualitatif.
a.
rekan-rekannya
sejawat. Hal ini dilakukan denga maksud; (1) untuk membuat agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi denagan sejawat ini
memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan
menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.
e. Kecukupan referensial.
Kecukupan referensial ini adalah sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu: dengan
menyimpan
H. Tahapan-tahapan penelitian
Kedua; bab II merupakan landasan dari yang terdiri dari, pengertian shalat dan
sholat wajib, pengajaran shalat fardlu, fakror- faktor yang mempengaruhi dalam
penajaran shalat fardlu, pelaksanaan ibadah shalat pada anak-anak umumnya, data
pelaksanaan kegiatan mengajar guru.
Ketiga; bab III laporan hasil penelitian yang mengenai gambaran umum lokasi
penelitian yang terdiri dari sejarah berdirinya SDN 03 Bader, letak geografis SDN 03
Bader, visi dan misi, srtuktur organisasi, keadaan guru dan murid, sarana prasarana,
dan kurikulum, data khusus yang berupa data pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar/guru, data lingkungan keluarga, pelaksanaan shlat pada anak.
Keempat; bab IV merupakan analisis data tentang linkungan keluargam,
analisis data tentang kegiatan belajar mengajar, analisis data tentang pelaksanaan
shalat pada anak umumnya.
Kelima: bab V merupakan penutup, pada bagian akhir ini terdiri dari
kesimpulan dan saran dan dilanjutkan daftar pustaka juga lampiran-lampiran sebagai
pelengkap dalam penyusunan skripsi ini.
BAB I
PENGERTIAN SHALAT DAN PENGAJARAN SHALAT
Artinya
Adapun pendapat para ahli fiqih, shalat adalah ucapan-ucapan dan gerakan tubuh yang
dimulai dengan takbir, ditutup dengan salam, yang di maksudkan sebagai peribadatan
kepada Allah SWT, berdasakan syarat-syarat yang ditetapkan.16
Shalat merupakan perwujudan dari rasa kelemahan seorang manusia dan rasa
membutuhkan seorang hamba terhadap tuhan dalam bentuk perkataan dan perbuatan
sekaligus, sebagai perwujudan ketaatan seorang hamba terhadap perintah dan kewajiban
dari tuhan, dan sebagai sarana yang didalamnya.17
14
15
16
Moh. Rifai Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang, CV. TOHA PUTRA)I976
Departemen Agama RI, AL-Quraan dan Terjemahannya (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media,
2005)
Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat Edisi Ringkas (Semarang: PT.
Pustaka Rizky Putra, 2001),3.
17
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk- Beluk Ibadah,175
Kewajiban shalat tidak boleh ditinggalkan, bagaimanapun dalam keadaan apapun, baik
keadaan sehat, sakit, senang, susah, dan lin-lai. Selagi kita masih diberi akal sehat,
kekuatan, serta kekuatan serta kemampuan untuk melaksanakannya. Sehingga dalam
keadaan apapun, bagaimanapun dan dimanapun shalat fardlu wajib dilakukan dan tidak
boleh ditinggalkan.
Shalat dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari lima waktu merupakan alat untuk
berkomunikasi antara mahkluk dengan tuhannya sebagai hamba tempat naungan
mencurahkan segala keluh kesah diantaranya shalat: dzuhur, ashar,maghrib, isyak, dan
subuh. Semua merupakan pekerjaan jasmani dan rohani. Umumnya oarang-orang yang
mendapat ganaguan jiwa akibat emosi yang tinggi dan otot syaraf yang tegang, hal ini
disebabkan betuympuknya fikiran-fikiran ruwet yang tidak terpecahkan. Peyakit
nieorosis (gangguan-gangguan badan yang disebabkan penyakit syaraf)juga bersumber
dari kehilangan keseimbangan dalam jiwa manusia. Menurut Bril, mengatakan : Ayonis
is religius does not develop a neorosis (tiap-tiap orang yang betul-betul menjalankan
agama tidak akan terkena penyakit neorosis) Maka sholat lah menjadi penawarnya bagi
kesehatan jiwa, rohani dan fisik manusia.
1.
Shalat Wajib
bahwa sholat yang wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam yang mukallaf dalam sehari
semalam ada lima yaitu : Dhuhur, ashar, Maghrib, Isyadan subuh.
Shalat lima waktu sehari semalam dan waktu-waktunya dapat dibagi ditetapkan
sebagai berikut :
a. Shalat dhuhur awal waktunya ialah setelah tergelincir matahari, akhir waktunya apabila
bayang-bayangnya sesuatu telah menyamainya.
b.Shalat ashar waktunya mulai habis waktunya sholat dhuhur (bayang-bayang sesuatu
lebih panjang dari bendanya) sampai terbenam matahari
c. Shalat maghrib waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafa merah.
Syafa yaitu :cahaya yanag terpancar ditepi langit sesudah terbenam matahari ada dua
rupa, mula-mula merah setelah hilang warna merah setelah hilang warna merah datang
warna putih, kedua cahaya ini disebut syafa.
d.Shalat Isya waktunya mulai terbenam syafa (setelah habis waktu maghrib) sampai
terbit fajar kedua.
e. Shalat subuh waktunya mulaim dari terbit fajar keua sampai terbit matahari.18
d. Shalat Jumat adalah dua rokaat yang wajib dilakukan secara berjamaah pada waktu
dhuhur hari jumat dan dihului oleh dua khutbah. Hukum sholat Jumat adalah : Wajib
atas setiap laki-laki yang dewasa, merdeka dan muqim. Dasar hukum Shalat Jumat yaitu
firman Allah Surat Al-Jumah ayat ; 9
18
Dasar hukum pelaksanaan shalat dapat dilihat dalam berbagai al-Quran dan hadist di
bawah ini :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadKu (Q.S al-Bayyinah 51:56)19
Firman Allah SWT. Surat Al-Bayyinah ayat 5 berbunyi :
4 n4x.9$# (#?u n4n=9$# (#)u u!$xum te$!$# &s! t= !$# (#6u9 ) (#& !$tu
yhs)9$# y79su
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus(QS.alBayyinah:5).20
Firman Allah SWT. Surat Al-Baqarah ayat 43
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku' (Q.S. Al-Baqarah : 43)21
Bahwa amal manusia akan sempurna dengan berdirinya lima tiang agama yang salah
satunya shalat. Dan Aakan menjadi barometer amal manusia didalam penghisaban semua
amal perbuatan jika shalatnya baik maka semua amal perbuatan ikut baik sebailiknnya
19
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media,
20
Ibid..,95
21
Ibid .,7
2005)
jika shalat jelek maka semua amal ikut jelek.Sebagaimana yang tercantum dalam hadist
Nabi di bawah ini :
a. Tujuan Shalat
Dari beberapa ayat al-Quran di atas, dapat diambil pengertian bahwa Allah
memerintahkan hambanya untuk mendirikan shalat itu ada tujuan dan hikmahnya sangat
berguna bagi yang melaksanakan. Tujuan syara menetapkan kewajiban shalat atas
manusia yang terpenting diantaranya selalu mengingat Allah SAW.
Diantara tujuan mendirikan shalat sebagai berikut :
1. Supaya manusia menyembah hanya kepada Allah, tunduk dan sujud kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah SQ.at- Thaha ayat 14.
Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada tuhan(yang hak) selain Aku, Maka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat unuk mengingat aku.(SQ. at-Thaha : 14)
2. Supaya manusia selalu ingat kepada Allah yang memberikan hidup dan
22
kehidupan.
Imam Jalaluddin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Suyuthi, Terjemahan Al- Jamius Shagir 2,
(Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995)224.
3. Supaya manusia terhindar darimelakukan perbuatan keji dan mungkar, yang akan
mendatangkan kehancuran.
4. Supaya agama Allah tetap tegak dan kalimat Allah tetap berkumandang di muka bumi.
5. Untuk menjadi barometer antara orang Islam dan orang kafir.
b. Hikmah Shalat
Ada kiat untuk memahami sedalam-dalamnya tentang hikmah yang tersembunyi di dalam
ibadah shalat,adalah merupakan media untuk mengingat kebesaran dan kemaha kuasaan
Allah SWT. Sehingga setiap tindakan akan perbuatan kita selalu dipimpin dan diberi
petunjuk oleh Allah dan berhasillah cita-cita yang ditujukan krarah keadilan,
kemakmuran yang hakiki dan abadi.
Dari sudut religius shalat merupakan hubungan langsung hamba dan khaliqnya munajat,
pernyataan ubudiyah penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan
ketrentraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu shalat merupakan suatu cara
untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari perbuatan kejahatan dan
kesalahan.
B. Pengajaran Shalat Fardlu
Metodik umum atau metode pengajaran telah membicarakn berbagim kemungkinan
metode mengajar yang tepat digunakan guru fslm menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar. Telah disediakan mtode ceramah, tanya jawab, metode pemberian tugas dan
restisai, dan lain-lain. Guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan.
1. Metode Pengajaran Shalat
Dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan
tidak berhasil apabila tidak menggunakan metode. Maka dari itu guru di tuntut agar
cermat memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa.Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam
pendidikan Islam sebagai Berikut :
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyampian bahan pengajaran secara lesan oleh guru
dalam kelas atau kelompok. Dalam penggunaan metode ceramah ini peranan guru lebih
dominan karena disini guru lebih aktif dan siswa tampak aktif mendengarkan secara
cermat serata membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru.23
b.
Metode Tanya jawab merupakan metode dalm pendidikan Islam yang mempunyai
pengertian penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa
menjawab. Metode ini efektifitasnya lebih besar dibandingkan metode lain karena dengan
metode tanya jawab pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih mantab sehingga
segala bentuk kesalah pahaman dapat dihindari semaksimal mungkin.24
c. Metode Diskusi
Secara Umum metode diskusi sebagai salah satu metode interaksi edukatif diartikan
sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau penyampain bahan pelajaran dengan
jalan mendiskusikannya, sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman serat perubahan
tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional.
d. Metode Demontrasi
23
Ahmad Tafsir, Metodologi Penajaran Agama Islam, (Bandung : PT> Remaja Rosdakarya
1996)33-34
24
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(PT.Ciputan Pres)43
Metode ini dalam penyampaian materi guru menggunakan peragaan untuk menjelasakan
suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa.
Metode ini dapat digunakan dalam mengajarkan tata cara shalat yang baik dan benar.
e. Metode Drill
Metode Drill adalah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan melatih anak
untuk trampil menggunakan bahan pelajaran yang dimiliki anak. Dalam pembelajaran
shalat mtode ini dimaksudkan agar anak mempuynyai hafalan dan ketrampilan gerak
secara mekanis atau otomatis.
f. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dengan cara
pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing anak yang akhirnya
harus mempertanggung jawabkan hasilnya..
h. Metode Latihan Siap
Metode latihan siap sebagai sdalah satu metode intraksi edukatif dalam pendidikan dan
pengajaran dilaksnakn dengan jalan melatih anak-anak(murid)terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberika Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan pelajaran yang
bersifat motoris dan ketrampilan. Dengan melakukan latihan berkali-kali, terus-menerus
secara tertib dan teratur, pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dan
disempurnakan oleh murid.keluarga merupakn lingkungan sosial pertama yang
dikenalnya, sehingga keluarga merupakan fase awal bagi jiwa pembentukan jiwa
keamaan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Pengajaran Shalat Fardlu.
Sikap keagamaan merupkan sustu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsisten antara
kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagi
unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. Jadi sikap
keagamaan merupakan integrasi secar kompleks antara pengetahuan agama, perasaan
agama serta tidak keagamaan dalam diri seseorang.
Beranjak dri kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan yang ada, maka sikap
kegamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor interen dan faktor ekstern . Hal tersebut
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :25
`1. Faktor Intern
Faktor intern yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antra lain
adalah faktor heriditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.
a. Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan
secara turun temurun, melainkan terbentuk dari unsur kejiwaan lainnya yang mencakup
kognituf, afektif,. Dan psikomotorik.
b.Fator Usia
Dalam bukunya Development of relegius on Cildren, Ernes Harm mengungkapkan bahwa
perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh tingkat usia mereka.
Perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk perkembangan berfikir26. Selanjutnya
pada tingkat remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual, pengaruh itupun
menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan
25
Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2004 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)223
26
Ibid., 235.
kondisi yang dialami para remaja menimbulkan konflik kejiwaan yang mempengaruhi
seseorang dalam hidup beragama dan akhirnya mempengaruhi juga terjadinya agama,
bahwasannya konversi cendeung dinilai sebagi produk sugesti dan bukan akibat
perkembangan kehidupan spiritual seseorang.
c. Kepribadian
Unsur kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur hereditas dan pengaruh
lingkungan27. Unsur akan membentuk jati diri seseorang yang sedikit banyaknya yang
menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu luar dirinya, jati diri tersebut bersifat
permanen dan tidak dapat berubah. Pengaruh lingkungan akan membentuk karakter dan
sifnya dapat berubah karena adanya pengaruh dari luar dirinya.
d. Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan manusia akan mempengaruhi jiwa keagamaan. Hal ini dapat
dicontohkan dari seorang pengidap Schizoprenia akan mengisolasi diri dari kehidupan
sosial serta persepsinysa tentang agama akan mempengaruhi oleh halusinasi.28
2. Faktor Ekstern
Manusia sering disebut dengan homo religius makhluk beragama yang menyatakan
bahwa manusia memilki potensi dasar yang dapat dikembangkan sebagi makhluk yang
beragama. Jadi manusia memiliki potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar
sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi maklhuk yang memiliki rasa dan perilaku
agama. Pengaruh tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan pendidikan dan
sebagainya yang secara umum disebut sosialisasi.
27
28
Ibid.,236
Ibid.., 239
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang
dapat dibagi menjadi lima, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan institusional atau
sekolah, ligkungan masyirakat, tempat ibadah dan teman sepermainan.
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan peletak dasar dari
pembentukan pribadi anak untuk masa-masa
merupakan
lingkungan
sosial
pertama
yang
dikenalnya,
sehingga
keluarga
merupakanfase awal pembentukan jiwa keagmaan pada anak. Sigmund Freud dengan
koinsep Father imag (citra kebapaan) menyatakaan bahwa perkembangan jiwa
keagamaan pada anak dipengaruhi oleh citra bapak kepda anaknya29. Jika seorang bapak
memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak akan mengidentifikasi
sikap tingkah laku sang bapak pada dirinya. Begitu pula sebaliknya, jika bapak
menampilkan sikap yang buruk itu juga akan ikut berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian anak. Sebagai investasi terhadap perkembangan ang tua diberi tanggung
jawab untuk memelihara anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh taat terhadap
ajaran beragama.30
Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalamsatu atap. Kesadaran untuk
hidup bersama dalam satu atap sebagi suami-istri dan saling interaksi dan berpotensi
punya anak akhirnya membentuk komunutas baru yang disebut keluarga.Karenanya
keluarga pun dapat diberi batasan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan lakilaki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan
29
30
Ibid.., 240
Saiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga, (Sebuah
Persepektif Pendidikan Isla) (Jakarta : PT Renika Cipta.)
dan membeasarkan anak. Sebagaimana firman Allah dalal surat At-Tahrim ayat : 6
sebagai berikut :
$pn=t u$yft:$#u $9$# $y%u #Y$t /3=r&u /3|r& (#% (#t#u t%!$# $pr't
. ts $t t=ytu ttr& !$t !$# tt #y s3n=t
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(S.Q.At-Tahrim: 6)31
Seperti
Luqman
aL-Hakim
adalah
sosok
pendidik
yang
patut
kita
contoh
!$t 4n?t 9$#u s39$# t t$#u y9$$/ &u n4n=9$# %r& o_6t
W{$# t y79s ) ( y7t/$|r&
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
32
diwajibkanNya (Q.S.Al-Luqman:18)
31
32
Departemen Agama RI, Al-Quran dan tejemahan (Bandung : PT. Syamil Cipta Media, 2005),.
Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Yang Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah
Anak ) Banduna : PT. Mizan Pustaka. 25
Lingkungan institusional yang ikut berpengaruh jiwa kegamaan dapat berupa institusi
formal seperti madrasah atau non formal seperi perkumpulan dan organisasi.33 Sekolah
sebagai institusi formal ikut memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak.
Pengaruh itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurikulum anak,
hubungan antara anak, hubungan guru dengan murid. Tampaknya diantara ketiga hal ini
berpengaruh sekali dengan perkembangan jiwa keagamaan sebagai upaya untuk
membentuk kepribadian yang luhur. Hal ini tersirat dalam unsur-unsur seperti disiplin,
sabar, keadilan, ketakutan, kejujuran melalui perlakuan dan pembiasaan. Selain itu, guru
dituntut untuk menumbuhkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam
sehingga akan terbentuk yang erat dengan perkembangan jiwa keagamaan pada anak.
Guru sangat berpengaruh dalam pengajaran shalat agar anak-nak dapat mengert dan
faham dalam melaksanakan shalat dengan baik dana benar. Setiap guru ingin berhasil
dalam tugasnya mendidik anak-anak dipercayakan kepadanya, harus memahami
perkembangan jiwa anak yang dihadapinya itu, disamping keinginan ilmiah yang
dimilikinya.34
c. Lingkungan Masyarakat
Berbeda dengan situasi dirumah dan madrasah, umumnya pergaulan di masyarakat kurng
menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secarar patuh. Namun
lingkungan masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untik menumbuhkan jiwa
keagamaan pada anak.
Misalnya lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan
berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak, begitu pula sebaliknya
33
34
masyarakat yang lebih cair akan berpengaruh negatif bagi perkembangan jiwa keagamaan
anak.
d. Sarana dan Prasana Ibadah
Tempat ibadah yaitu masjid, mushalla dan sebagainya oleh umat Islam yang digunakan
untuk pendidikan dasar ke Islaman. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari
poendidikan dalam keluarga. Disilah merupakan tempat ibadah dilakukan setiap hari
shalat berjamaah dan keislaman lainnya Di dalam pelaksanaan ibadah shalat wajib
sarana dan prasarana sering memnimbulkan masalah, karena di sekolah dasar kebanyakan
belum memadai sarana prasarananya. Seperti kurangnya alat-alat shalat yang sedianya
untuk murid, sehingga dengan masalah ini guru harus kreatif bagaimana pelaksanaan
ibadah shalat berjalan dengan tertib.Mungkin salah satunya solusinya adalah para murid
diwajibkan membawa peralatan ibadah sendiri, seperti masjid, mushalla harus dilengkapi
demi kelancaran pembelajaran agama.
e. Teman sepermainan
Perkembangan jiwa kegamaan pada anak sangat dipengaruhi oleh siapa-siapa saja yang
ada dilingkungannya. Teman-teman sepermainan memberikan pengaruh yang positif
terhadap jiwa keagamaan bagi anak, sikap dan akhlaknya. Karena saling meniru diantara
mereka sangat cepat dan kuat, maka hari depn dipengaruhi keadaan teman sepermainan
dimana dia bergaul.35
D. Pelaksanaan Ibadah shalat Pada Anak-anak.
Pelaksanaan shalat pada anak-anak umumnya masih tahap pembelajaran agar anak mau
menjalankan shalat dengan tertib. Adapun snak kecil bagi orang tua atau para wali murid
diwajibkan menagajarkan kapada mereka bagaimana tata cara shalat yang benar,
35
Futiati Rohmah dan Ahmad Zayadi, Ilmu Jiwa Agama Ponorogo : Al-Amin,
36
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama)64
BAB III
PENGAJARAN IBADAH SHALAT WAJIB SDN BADER 03
KEC. DOLOPO KAB. MADIUN
pembelajaran
berwawasan
IPTEK
sehingga
prestasi
meningkat.39
4. Struktur Organisasi SDN 3 Bader
Struktur organisasi ini merupakan gagasan yang berhubungan dengan garis
kekuasaan serta tanggung jawab keseluruhan susunan organisasi.
Adapun struktur organisasi SDN Bader 03 Kec.Dolopo Kab. Madiun adalah
sebagai berikut:40
39
Lihat trandkrip dokumentasi nomor: 02/D/20-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 03/D/21-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
40
KOMITE
KEP SEK
Guru KLS
1
Guru
Agama
Guru KL II
Guru B.
Inggris
Guru KL III
Guru B.
Daerah
Siswa
DOLOPO MADIUN
Guru KL IV
Guru KL V
Guru
Penjaskes
Guru
Kertakes
Guru KL
VI
Koperasi
Penjaga Sekolah
Masyarakat
sekitar
Adapun uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing personalia diatas adalah
sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah
1. Membuat program kerja
2.
seluruh
kegiatan
3.
41
NO
NAMA
NIP
SARONTO, S.Pd
130660163
TGL
LAHIR
29-04-1957
SUTARTI
130310135
SUTRASNO, S.Pd
WASIS
L/P
KET
Kepala Sekolah
14-07-1951
Guru Kelas 1
130586543
07-07-1955
Guru Kelas VI
130585235
07-05-1953
Lihat transkip dokumentasi nomor: 04/D/21-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
BIBIT P, S.Pd
131037712
15-01-1961
Guru Kelas IV
131086397
12-05-1954
Guru PAI
131971269
07-09-1963
Guru Kelas II
KHOLIFATUN, S.Pd
132068433
03-03-1969
Guru Kelas V
132067986
03-08-1969
Guru Penjaskes
10
KUSLAN
131191514
01-03-1952
L Penjaga Sekolah
11
30-07-1982
Guru B. Inggris
NO
1
2
3
4
5
6
KELAS
I
II
III
IV
V
VI
JUMLAH
L
16
17
13
14
10
18
88
6 Lihat transkip dokumentasi nomor: 05/D/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
JENIS SARANA
JUMLAH
KEADAAN
Baik
Kamar Mandi/WC
Baik
Computer
Baik
Sound Sistem
Baik
Almari
14
Baik
Meja/Kursi Guru
12
Baik
Perpustakaan
Perlu Renovasi
a) Pendidikan Agama
b) Pendidikan Kewarganegaraan
c) Bahasa, Bhs Indonesia, Bhs Inggris
d) Matematika
e) Ilmu Pengetahuan Alam
f) Ilmu Pengetahuan Sosial
g) Pendidikan Jasmani dan Olahraga
h) Seni dan Budaya
i) Ketrampilan / Kejujuran
j) Muatan Lokal
B. Data Khusus.
1. Pengajaran shalat Fardlu.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran agama islam
SDN Bader III Dolopo Madiun merupakan suatu rangkaian program yang
terencana secara sistematis dan searah dengan tujuan mencerminkan cita-cita
para pendidik sebagai norma dragger (Input Industri) agama Islam. Dengan
demikian pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya guna
Pendidikan Agama Islam namun setelah itu juga bertanggung jawab atau
pengelolaannya.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Agus Ahmad
Muchid S.Pd.I, selaku guru Pendidikan Agama Islam dapat diketahui metodemetode yang beliau pakai di SDN 03 Bader Dolopo Madiun khususnya kelas
IV, pada sistem pendidikannya antara lain: metode ceramah, tanya jawab, drill,
diskusi, dan problem solving serta penugasan atau resitasi.
Dan diantara latar belakang diterapkannya metode ceramah, demontrasi,
drill tanya jawab, diskusi, dan problem solving ini apabila ditinjau dari aspek
historisnya adalah sebagai penjelasan dari bapak Ahmad Muchid S.Pd.I sebagai
guru Pendidikan Agama Isalam.
Selama saya mengajar yang saya gunakan metode tersebut seperti ceramah,
demontrasi, drill, tanya jawab, diskusi, dan problem solving ini sering saya
jadikan sampel dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Alhamdulillah, berhasil secara maksimal, dan kompetensi yang ada
dapat dicapai pula. Nah, mulai saat itulah saya menggunakan metode itu.45
Sedangkan alasan ataupun tujuan digunakannya ceramah, demontrasi,
drill metode tanya jawab, diskusi ini adalah sebagaimana penjelasan bapak
Ahmad Muchid S.Pd.I sebagai berikut:
Alasan saya ya, bila dengan metode ceramah saja anak akan bosan. Dalam
Pembelajaran Agama Islam guru harus lebih tau mana metode yang paling
tepat dalam kegiatan belajar mengajar contohnya seperti pembelajaran
shalat metode yang digunakan yang paling tepat ceramah, tanya jawab,
demontrasi, dril untuk memudahkan siswa dapat memahami dan mengerti
cara shalat yang benar.46
Hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas IV yang bernama Eka Lina
Budi Ariti, Niken Claudia, dan Maratus Solikah yang saya tanyakan terkait
45
Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/ W/F-1/ 6-III/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
46
Lihat Trankip wawancara nomor 02 /W/F-1/6-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
Orang tua saya selalu menyuruh untuk melaksanakan Shalat bahkan shalat
berjamaah di rumah kadang di mushalla.51
Kalau waktunya shalat orang tua saya selalu menyuruh saya untuk
melaksanakan shalat kalau tidak melaksanakan saya terkena marah orang
tua saya 52
Hal ini di sampaikan salah satu wali murid SDN Bader 03 bahwa pengaruh
orang sanagat diperlukan untuk memdidik mereka agar mau menjalankan shalat
secara baik dan benar .Hasil wawancara dengan bpk Ibu Khotinah dan bpk
Hainur Rifqi.
Faktor yang menjadi pendorong siswa dalam menjalankan shalat keluarga
yang agamis sehingga orang tuanya selalu memerintah anak untuk
melaksanakan shalat.53
Orang tua yang selalu mengajak anaknya untuk menjalankan ibadah shalat
baik dirumah maupun masjid.54
b. Sekolah atau Madrasah.
Lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, sekolah mempunyai peranan
yang sangat penting untuk membentuk jiwa keagamaan pada siswa. Di
sokolah siswa mendapatkan pengajaran baik teori maupun praktek yang
nantinya akan diterapkan dalam kehidupannya. Hal ini seperi yang diutarakan
bpk Mochid selaku guru PAI.
Di dalam sekolah siswa mendapatkan pengajaran shalat secara teori dan praktek.55
51
Lihat Transkip wawancara nomor 07/ W/F-2/ 10-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
52
Lihat Transkip Wawancara nomor 07/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
C. Tempat Ibadah
Tempat ibadah sangat mempengaruhi positif jiwa keagamaan siswa. Karena
siswa uang rumahnya dengan masjid akan rajin ke masjid berbeda siawa
yang jauh dari masjid. Di sekolah ada mushalla memberikan kemudahn
dalam mengerjakan shalat. Hal ini di sampaikan oleh Bpk Slamet.
Lingkungan tempat tinggal siawa yang dekat dengan masjid atau mushalla dapat
mempermudah siswa untuk mengikuti kegiatan shalat berjamaah.56
r
57
Lihat Transkip Observasi nomor 01/O/F-1/-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Lihat Transkip Wawancara Nomor 12/ W/F-1/17-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
59
Lihat Transkip Wawancara Nonor 13/ W/F-1/ 20-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
60
Lihat Transkip Wawancara Nomor 14/ W/F-1/ 23-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
61
Lihat transkip wawancara nomor 15/ W/F-1/ 01-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
62
Lihat transkip wawancara nomor 16/ W/F-1/ 01-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
Saya melaksanakan shalat belum tertib karena belum baligh kadang mengerjakan shalat
kadang- kadang tidak.64
Saya melaksanakan shalat belum tertib karena belum bisa melaksanakan dengan benar.65
Saya belum terib dalam mengerjakan shalat asyik bermain kadang-kadang lupa.
Saya dalam mengerjakan shalat belum tertib.66
Penanaman kebisaan shalat kepada anak sejak kecil merupakan hal yang
sangat berpengaruh bagi anak itu sendiri. Dengan membiasakan shalat maka
kelamaan anak seacar otomatis akan menjalankannya. Dengan kesadaran
sendiri tanpa disuruh orang tua maupun orang lain. seperti yang di utarakan
oleh Nurul Laili latifah, Rifqi Aditya Rismawan, Muhammad Syahir, M. Ihsan
F J siswa kelas V SDN Bader 03.
Saya sudah terbiasa untuk menjalankan shalat tanpa disuruh oleh orang tua maupun guru
kalau sudah waktunya shalat ya shalat. 68
Saya setiap hari dalam menjalankan shalat tanpa di suruh orang tua maupun guru saya.69
63
Lihat transkip wawancara nomor 17/ W/F-1/ 03-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
64
Lihat transkip wawancara nomor 18/ W/F-1/ 03-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
65
Lihat transkip wawancara nomor 19/ W/F-1/ 05-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
66
Lihat transkip wawancara nomor 20/ W/F-1/ 10-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
Lihat Transkip wawancara nomor 21/ W/F-1/ 10-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
68
Lihat Transkip wawancara nomor 22/ W/F-1/ 12-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
Setiap hari saya mengerjakan shalat tanpa di suruh orang tua dengan kesadaran diri saya.70
Dalam kehdupan sehari-hari saya melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua.71
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN IBADAH SHALAT FARDLU DI SDN BADER 03
KEC. DOLOPO KAB. MADIUN
69
Lihat Transkip wawancara nomor 23/ W/F-1/ 12-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
70
Lihat Transkip wawancara nomor 24/ W/F-1/ 14-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
71
Lihat transkip wawancara nomor 25/F-3/18-III/2009 dalam lamiran laporan hasil penelitian ini.
72
M. Nur Abdul Hafizh Sawaid, Mendidik Bersama Rasulullah.
sehari-hari.
Kegiatan
ini
dimaksudkan
untuk
membisakan
dan
shalat fardlu dengan berjamaah di rumah dapat mnjadi pendorong bagi anak.
Orang tua yang pertama mengenalkamn tentang agama tentunnya kewajiban orang
tua untuk mengajarkan agama terutama tentang shalat fardlu. Tugas orang tua tidak
hanya menafkahi saja tapi wajib mengajarkan tata cara mnjalankan shalat. Seorang
anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua.
Faktor kedu adalah sekolah/madrasah dimana siswa mendapatkan pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menumbuhkan keimanan melalui
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui mata pelajaran shalat baik secara
teori
maupun
secara
langsung.
Sehingga
siswa
mampu
menerapkan
masyarakat ini kuran menekankan kedisiplinan dan peraturan yang ketat. Namun
demikian lingkungan masyarakat juga ikut menumbuhkan jiwa keamaan pada anak.
Faktor keempat adalah tempat ibadah. Di dalam pelaksanaan ibadah shalat
wajib sarana dan prasarana sering memnimbulkan masalah, karena di sekolah
dasar kebanyakan belum memadai sarana prasarananya. Seperti kurangnya alatalat shalat yang sedianya untuk murid, sehingga dengan masalah ini guru harus
kreatif bagaimana pelaksanaan ibadah shalat berjalan dengan tertib.Mungkin
salah satunya solusinya adalah para murid diwajibkan membawa peralatan ibadah
sendiri, seperti masjid, mushalla harus dilengkapi demi kelancaran pembelajaran
agama.
Sedangkan faktor penghambat siswa SDN Bader III Dolopo Madun dalam
menjalankan ibadah shalat fardlu adalah :
Faktor pertama yang menjadi penghambat siswa SDN Bader III dalam
menjalankan ibdah shalat fardlu adalah adalah anggapan anak belum dewasa.
Siswa beranggapan bahwa mereka belum memepunyi kewajiban untuk
menjalankan ibadah shalat fardlu karena usia masih kecil. Daalam bukunya yang
berjudul Development of Religion on Children , Hames Harm mengungkapkan
bahwa perkembangan agama pda anak-anak ditntukan oleh tingkat usia
mereka.Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan aspek
kejiwaan termasuk perkembangan berfikir.
Rata-Rata siawa kelas lima, empat, dan enam SDN Bader III Berusia Sekitar
Sepuluh, sebelas sampai dengan duabelas. Pada usia itu siswa sudah mempunyai
kewajiban untuk menjalankan ibadah shalat fardlu, sebagaimana ajran Rasulullah.
perkembangan jiwa keagamaan yang dapat berubah karakter dari diri siswa itu
sendiri, mislanya, seorang anak yang bertempat tinggal lingkungan yang agamis
kemungkinan anak tersebut akan memiliki karakter yang agamis. Begitu
sebaliknya, jika anak berada dalam dalam lingkungan kuarang agamis
kemungkinan anak tersebut akan memiliki karakter yang kurang agamis pula.
Kelonpok pertama
Dalam hal ini peranan orang tua sangat besar dalam pengaruh
keluarga apabila orang tua tidak menertintahnya maka anak tersebut tidak
Kecuali bagi keluarga yang memperhatikan pendidikan bagi anaknya, maka akan
berusaha untuk mengajarkan agama dengan sebaik-baiknya khususnya tentang
ibadah shalat fardlu karena mngingat shalat adalah ibadah yang petama kali yang
akan dihisab.
Untuk membiasakan siswa dalam pelaksanaan ibadah shalat fardlu dalam
kehidupan sehari-hari dengan di adakannya shalat dhuhur berjamaah agar siswa
terbiasa melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua maupun gurunya. Di
dalam pelaksanan ibadah shalat wajib, yang bisa menghambat tercapainya tujuan
yang diinginkan. Mengingat terbatasnya pengetahuan dan waktu serta sarana
yang tersedia, maka hanya menulis beberapa masalah yang sering dihadapi dalam
pelaksaan ibadah shalat pada umumnya diantaranya masalah-masalah tersebut .
Untuk menanamkan kebiasaan tersebut pada anak memang tidak mudah
dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, secara berulang-ulang dalm
arti dilatih dengan tidak jemu-jemu sehingga akan terbentuk kebiasaan pada anak.
Maka dari itu supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya harus
memenhi syarat-syarat, yaitu :
1. .Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan
2. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus dijalankan secara teraturb sehingga
akhirnya menjadi kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan uraian tertera dalam bab-bab tersebut diatas, maka
dapatlah sekarang di kemukakan sutu kesimpulan sebagai berikut
1. Latar belakang pengajaran shalat seorang guru agama Islam Sangat baik dengan
menggunakan berbagai metode .
2. Faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat siswa kelas IV, V, dan VI
SDN Bader 03 Penyebab adalah lingkungan keluarga, lingkungan
masyrakat, lingkungan Ssekolah, dan sarana dan Prasana Ibadah. Hal ini
termasuk faktor ekstern (di luar). Sedangkan faktor pengahambat terbagi menjadi
dua yaitu factor intern (dari diri sendiri) yang meliputi : Anak belum dewasa, lupa
dan malas. Dan faktor ekstern yaiu teman sepermainan.
3. Pelaksanaan ibadah shalat wajib SDN Bader 03 secara umumnya kurang baik.
B. Saran-saran
Pada akhirnya penulisan skripsi ini penulis bermaksud menyampaikan
beberapa yang mungkin berguna dan bernmanfaat bagi guru, murid maupun bagi
penulis sendiri. Saran ini penulis tujukan kepada :
59
1 Kepala Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasby. Pedoman Shalat Edisi Ringkas Semarang: PT.
Pustaka Rizky Putra, 2001.
Bp. 7 Pusat, GBHN Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 Team BP.7 Pusat.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bahri Djamarah Syaiful, Pola Komunikasi orang & Anak Dalam Keluarga (Sebuah
Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Renika Cipta.
Departemen Agama RI, AL-Quraan dan Terjemahannya. Bandung : PT. Syaamil Cipta
Media, 2005.
Hasan, A. Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam.
Imam Jalaluddin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Suyuthi, Terjemahan Al- Jamius Shagir
2, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995.
Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2004. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2004)240
Lexy J. Moleong Metodolgi Penenlitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002.
Maman Rachman, M.Sc., Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, IKIP
Semarang Pres, Semarang 1993.
Margono, Metode Penilitian PendidikanI, Jakarta: PT Renika Cipta.
Miles, Matthew & Huberman, Michael, A. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press,
1992.
Mustaqim Abdul, Menjadi Orang Tua Yang Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai
Masalah Anak. Bandung : PT. Mizan Pustaka.
Muhammad Zein, Metode Penagajaran Agama, Yogyakarta, Sumbangsih, 1990.
Mawardi Labay Al-Shultoni, Dzikir dan Doa . Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2005.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Direkterut Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam
1984/1985.
Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial , (Semarang : Aneka
Ilmu 2002.
Rifai, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang, CV. TOHA PUTRA, I976.
Rahman Ritonga dan Zainudin, Fiqih Ibadah Jakarta : Gaya Media Pratama 1997.
Romlah Futiati, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam. Penerbit STAIN Ponorogo
Press.
Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan kuantitatif Kualitatif, dan R&D Bandung:
Alfabeta, 2006.
Susanto, Ilmu Jiwa Umum.Seribu Satu 1974.
Tafsir. Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya 1996.
Thib Raya Ahmad dan Musdah Mulia Siti. Menyelami Seluk- Beluk Ibadah,175
Zakiah Drajat Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:Bulan Bintang.
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluaraga Dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama.