Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah shalat adalah rukun Islam yang ke dua, setelah mengucapkan dua
kalimah syahadat, dimana hukum melaksanakannya adalah wajib bagi setiap muslim
laki-laki dan perempuan yang mukallaf. Melainkan perempuan yang kedatangan haid
atau nifas maka tidak wajib shalat selama dia dalam halangan itu.1
Shalat yang merupakan alat komunikasi antar Tuhan dengan manusia, dan
tugasnya sebagai hamba (abdih) tempat sebagai naungan bagi seluruh alam semesta.
Dalam yuridis formal, bahkan shalat yang merupakan bagian dari ibadah
untuk menjalankan ajaran agama telah diatur dalam undang-undang negara yang
mana menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing adalah
dilindungi dan dijamin sepenuhnya oleh undang-undang dasar 1945 pasal 29 ayat 1
yang berbunyi: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya
masing-masing".
Selain itu juga merupakan butir-butir Pancasila, yakni sila ketuhanan Yang
Maha Esa, yang lengkapnya berbunyi: Percaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.2
Karena sikap berkeyakinan dalam beragama yang bersifat individual, maka
diperlukan sebuah sikap yang saling menghormati antar pemeluk agama untuk

1
2

A. Hasan, Pengajaran Shalat, (Bangil: Pustaka Tamaam), 7.


Bp. 7 Pusat, GBHN Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 Team BP.7 Pusat, 30.

menciptakan perdamaian. Hal ini sangat penting karena adalah bagian dari mental
hidup,( way of life ) jalan hidup manusia yan mutlak.
Sehingga pengembangan dan memberikan tradisi yang saling menghormati
dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain sangat
diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi gejolak atas nama agama.
Maka untuk membentuk masyarakat yang agamis dan toleran,kemudian
agama

dijadikan

bagian

dari

materi

pendidikan

sekolah

mulai

Sekolah

Dasar(SD)sampai perguruan tinggi (PT)dimana pendidikan kaifiah sholat wajib


merupakan bagian tertentu dari pendidikan agama.
Pada hakekatnya, pendidikan islam adalah suatu proses yang berlangsung
secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi
yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi
pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senamtiasa tumbuh dan
berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai hayatnya. Secara umum
tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupan sampai mencapai titik
kemampuan optimal. Menurut Ahmad D Marimba Pendidikan Islam yaitu bimbingan
yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam. Bila disingkat pendidkan Islam yaitu bimbingan terhadap agar ia
menjadi muslim semaksimal mungkin.
Secara umum, pendidikan adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidikan dsalam prespektif pendidikan Islam

adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik


dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran Islam.
Pelaksanaan

pendidikan

sholat

di

Sekolah

Dasar

bertujuan

untuk

mendidik,membimbing , melatih dan mengamalkan ajaran agama islam.Maka dari itu


peranan pendidik dalam rangka mendidik,membimbing,melatih anak didiknya agar
sholat wajb dapat dilaksaakan di dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam firman

Allah Surat Al-Ankabut ayat 45:

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan(Q.S al Ankabut :45).3
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, ia tidak hanya membekali
anak dengan pengetahuan agama atau mengembangkan intetelektual anak saja dan
tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan (sentiment) agama saja, akan tetapi ia
menyangkut kesluruhan dari perilaku pribadi anak, mulai dari latihan-latihan
(amaliah) sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama sampai pengenalan dan
pengertian terhadap ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia
3

Alquran dan Terjemahan

denangan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dan alam serta manusia
dengan dirinya sendiri.4
Mengingat pentingnya shalat itu diajarkan, maka perlu di tanamkan pada
siswa semenjak mereka masih kecil agar menjadi kebiasaan mereka. Dengan
demikikan merekan dapat melaksanakn dalam kedupan sehari-hari.
Sholat merupakan tugas manusia untuk meraih keberhasilan di dunia maupun
di akhirat. Melihat segi Sekolah Dasar (SD) jam pelajaran PAI sangat kurang hanya 2
jam seminggu sekali,jadi siswa-siswi SD masih kurang memahami tentang kesadaran
untuk melakukan shalat.
Menghadapi kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: "PELAKSANAAN IBADAH SHALAT WAJIB PADA
SISWA KELAS IV, V, dan VI DI SDN BADER III,KECAMATAN DOLOPO,
KABUPATEN MADIUN TAHUN PELJARAN 2008/2009".
B. Fokus Penelitian
Latar belakang diatas maka peneliti mengfokuskan pada permasalahan tentang
pengajarn shalat fardlu, apa faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat
fardlu, bagaimana pelaksanaan ibadah shalat.
C. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang diatas, untuk memudahkan arah kajian dan
pembahasan pada penelitian kali ini maka penulis, mencoba memformulasikan pokok
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang pengajaran shalat fardlu siswa kelas IV, V, dan VI di
SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
4

Zakiyah derajat, Ilmu Jiwa Agama, ()

Apa factor pendorong dan penghambat pengajaran shalat fardlu siswa kelas IV,
V, dan VI di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2008/2009.

3. Bagaimana pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas IV, V, dan VI di SDN
Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan latar belakang pengajaran shalat fardlu siswa kelas VI,
V, dan VI di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2008/2009.
2. Untuk mendiskripsikan faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat
fardlu siswa kelas IV, V, dan VI, di SDN Bader III Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
3. Untuk mesdiskripsikan pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas IV, V dan
IV di SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
dalam memecahkan masalah pendidikan yang dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh para pemerhati Pendidikan Agama Islam
2. Manfaat praktis
a. Bagi lembaga terkait
Dapat digunakan bahan evaluasi untuk meningkatkan pembinaan keagamaan
di lingkungan sekolah terkait.

b. Bagi STAIN
Dapat menjadi sumbangan keilmuan untuk kemudian sumber bagi peneliti
lebih lanjut
c. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan serta mengembangkan
pengetahuan kesadaran beragama dan untuk menempuh gelar sarjana S1.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan penelitian yang
berorientasi pada pengumpulan data dilapangan. Sedangkan pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan besifat deskriptis, yaitu
penelitian yang memaparkan data secara sestematis dan factual dan akuarat
mengenai fakta-fakta serta hubungan dan fenomena yang diselidiki.5
2. Kehadiran Peneliti
Pada peneltian kualitatif, kehadiran peneliti sangat dipentingkan dan
bertindak sebagai instrumen kunci pengumpulan data, sedangkan instrumen lain
hanya sebagai penunjang. Penelitian kualitatif menghendaki peneliti atau dengan
bantuan orang lain sebagai alat utama pengumpulan data. Hal ini dimaksudakan
agar lebih mudah mudah mengadakan penyusuaian terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan.6
3. Lokasi penelitian

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), 60.
6
Margono, Metode Penilitian PendidikanI (Jakarta: PT Renika Cipta), 38.

Peneliti memilih SDN Bader 3 berada di desa Bader Kec. Dolopo Kab.
Madiun sebagai tempat penelitian. Pemilihan lembaga ini karena ada kesusaian
dengan topik yang peneliti pilih.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.7 Dalam bukunya
Metodologi Penelitian Kualitatif. Moleong mengutip pendapat Lofland dan
Lofland, bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain-lain.8
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, memanfaatkan dua sumber,
yaitu :
a. Manusia, meliputi :
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah
2. Wawancara dengan guru
3. Wawancara dengan murid/siswa
b. Non manusia, meliputi dokumentasi yaqng berkaitan dengan penelitian,
misalnya: Foto, catatan tertulis, dan bahan-bahan lain yang berhubungan
dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga (3) metode: metode
observasi, metode intervirew, metode dokumentasi.

Lexy J. Moleong Metodolgi Penenlitian Kualitatif (Banung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)1
8
Ibid., 17.

a) Metode observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.9, metode tersebut penulis
menggunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan fasilitas baik
berupa fisik, sarana prasarana, serta administrasi sekolah pada umumnya
yang antara lain letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan
siswanya.
b) Metode interview, (wawancara) yaitu proses percakapan dengan maksud
mengontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,
perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai
(interviewee)10. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data
yang berasal dari kepala sekolah, guru PAI dan pelaksanaan shalat siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Metode Dokumenter: cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat lemah
teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter.11
Dalam Penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data
tentang :
1) Sejarah berdirinya SDN Bader 03
2) Letak geografis SDN Bader 3

Ibid., 158
10
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),143
11
Maman Rachman, M.Sc., Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, IKIP
Semarang Pres, Semarang 1993,hal. 90.

3) Visi dan Misi SDN Bader 03


4) Struktu Organisasi SDN Bader 03
5) Keadaan guru dan siswa SDN Bader 03
6) Sarana dan prasarana SDN Bader 03
7) Kurikulum SDN Bader 03
6. Teknik Analisis data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain.12 Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang dipelajari untuk membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain
Melis dan huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi
data reduction, data suplay dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukkan
pada gambar berikut:

12

Sugiono, metodologi Penelitian Pendekatan kuantitatif Kualitatif, dan R&D (Bandung:


Alfabeta, 2006),334

Pengumpulan
data

Penyajian
data

Reduksi
data

Kesimpulan

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemokusan data abstraksi data.


Pelaksanaan data ini berupa pembuatan singkatan, penghadap, pemusatan tema,
pembangunan masalah selama pengumpulan data berlangsung.13
(a) Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting,
memuat

kategori.

Dengan

demikian

data

yang

telah

direkdusikan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti


gambarkan yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
(b) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data
atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, baganm grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang
ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut

13

1992), 20.

Miles, Matthew & Huberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press,

sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada
laporan akhir penelitian.
(c) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Sedangkan menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan
tahapan dalam penelitian. Pada tahapan penjelajahan dengan teknik pengumpulan
data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis dengan domain.
Pada tahap menentukan tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis
taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis
komponensial. Selanjutkan untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan
analisis tema.
7. Pengecekan keabsahan temuan
Bagian

ini

usaha-usaha

untuk

memperoleh

keabsahan

temuannya.

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep


keahlian (validitas) dan keadaan (solibilitas), derajat kepercayaan keabsahan data
(kredibilitas data). Dalam bagian ini peneliti harus mempertugas teknik apa yang
digunakan dalam mengadakan pengecekan keabsahan data yang dikemukan.
Berikut beberapa tekni pengecekan keabsahan data dalam

proses penelitian

kualitatif.
a.

Keikutsertaan yang diperpanjang


Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah istrumen itu sendiri. Keikutsertaan
peneliti sanga menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan
tersebut tidak hanya melakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini akan memungkinkan


peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Maksud dan tujuan
mempanjang keikutsertaan dalam penelitian ini adalah: (1) dapat menguji
ketidakbenaran informasi yang disebabkan oleh distorsi, baik yang berasal dari
diri sendiri, maupun dari responden dan selain itu dapat membangun kepercayaan
subyek, (2) dengan terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang, peneliti
dapar mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data,
pertama-tama dan yang terpenting adalah distorsi pribadi.
b. Pengamatan yang tekun
Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi kalau perpanjangan keikutsertaan
menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
c. Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang laqin di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik
dan teori.
d. Pengecekan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan peneliti dengan mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan

rekan-rekannya

sejawat. Hal ini dilakukan denga maksud; (1) untuk membuat agar peneliti tetap

mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi denagan sejawat ini
memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan
menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.
e. Kecukupan referensial.
Kecukupan referensial ini adalah sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu: dengan
menyimpan

informasi yang tidak direncanakan, sebagai alternatif jika

berhalangan pengujian, informasi tersebut dimanfaatkan untuk keperluan


pengecekan keabsahan data.
f. Kajian kasus negatif
Teknik analisis kasus negatif dilakukan peneliti dengan jalan mengumpulkan
contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi
yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai pembading.
g. Pengecekan data
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data
sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan
anggota yang terlibat meliputi: data , kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan
dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka
dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan situasi merka sendiri
terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
a.

H. Tahapan-tahapan penelitian

Tahapan-tahapan penelitian dalam tulisan ini ada tiga tahapan dan


ditambahkan terakhir dari penulis yaitu penulisan laporan hasil penelitian.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Tahapan pralapangan: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan
penelitian, mengurus perizinan, menyiapkan perlengkapan dan yang
menyangkut persoalan etika penelitian.
b. Tahapan pekerjaan lapangan meliputi: memahami latar belakang
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta
sambil mengumpulkan data.
c. Tahapan analisis data yang meliputi analisis selama setelah analisis data.
d. Tahapan penulisan hasil penelitian.
G. Sistematika Pemabahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh maka skripsi ini
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
sebelum memasuki bab pertama adalah lembaran formal yang terdiri dari:
halaman judul, halaman nota dinas, halaman persetujuan, halaman pengesahan,
halaman mutu, halaman kata pengantar, daftar isi, dan abstraksi skripsi.
Pertama; bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
landasan teoridan atau telaah pustaka, (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian,sumber data, teknik pengumpulan data) dan sistematika
pembahasan.

Kedua; bab II merupakan landasan dari yang terdiri dari, pengertian shalat dan
sholat wajib, pengajaran shalat fardlu, fakror- faktor yang mempengaruhi dalam
penajaran shalat fardlu, pelaksanaan ibadah shalat pada anak-anak umumnya, data
pelaksanaan kegiatan mengajar guru.
Ketiga; bab III laporan hasil penelitian yang mengenai gambaran umum lokasi
penelitian yang terdiri dari sejarah berdirinya SDN 03 Bader, letak geografis SDN 03
Bader, visi dan misi, srtuktur organisasi, keadaan guru dan murid, sarana prasarana,
dan kurikulum, data khusus yang berupa data pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar/guru, data lingkungan keluarga, pelaksanaan shlat pada anak.
Keempat; bab IV merupakan analisis data tentang linkungan keluargam,
analisis data tentang kegiatan belajar mengajar, analisis data tentang pelaksanaan
shalat pada anak umumnya.
Kelima: bab V merupakan penutup, pada bagian akhir ini terdiri dari
kesimpulan dan saran dan dilanjutkan daftar pustaka juga lampiran-lampiran sebagai
pelengkap dalam penyusunan skripsi ini.

BAB I
PENGERTIAN SHALAT DAN PENGAJARAN SHALAT

A. Pengertian Shalat dan Shalat Wajib


1. Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa Arab adalah doa kemudian menurut istilah (syara) adalah ibadah
yanng tersususn dari beberapa perkataan dan beberapa perbutan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syara dan rukun tertentu.14Yang tercantum
didalam Al-qur an surat At-Taubat 9:103

=t y !$#u 3 ; s3y y7s?4n=| ) ( n=t e|u

Artinya

: Dan doakanlah mereka, karena doamu merupakan ketrentaman bagi mereka


dan Allah mengetahui apa yang kamu perbuat (QS. aT-taubah 9:103)15

Adapun pendapat para ahli fiqih, shalat adalah ucapan-ucapan dan gerakan tubuh yang
dimulai dengan takbir, ditutup dengan salam, yang di maksudkan sebagai peribadatan
kepada Allah SWT, berdasakan syarat-syarat yang ditetapkan.16
Shalat merupakan perwujudan dari rasa kelemahan seorang manusia dan rasa
membutuhkan seorang hamba terhadap tuhan dalam bentuk perkataan dan perbuatan
sekaligus, sebagai perwujudan ketaatan seorang hamba terhadap perintah dan kewajiban
dari tuhan, dan sebagai sarana yang didalamnya.17

14

15

16

Moh. Rifai Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang, CV. TOHA PUTRA)I976
Departemen Agama RI, AL-Quraan dan Terjemahannya (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media,
2005)
Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat Edisi Ringkas (Semarang: PT.
Pustaka Rizky Putra, 2001),3.
17
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk- Beluk Ibadah,175

Kewajiban shalat tidak boleh ditinggalkan, bagaimanapun dalam keadaan apapun, baik
keadaan sehat, sakit, senang, susah, dan lin-lai. Selagi kita masih diberi akal sehat,
kekuatan, serta kekuatan serta kemampuan untuk melaksanakannya. Sehingga dalam
keadaan apapun, bagaimanapun dan dimanapun shalat fardlu wajib dilakukan dan tidak
boleh ditinggalkan.
Shalat dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari lima waktu merupakan alat untuk
berkomunikasi antara mahkluk dengan tuhannya sebagai hamba tempat naungan
mencurahkan segala keluh kesah diantaranya shalat: dzuhur, ashar,maghrib, isyak, dan
subuh. Semua merupakan pekerjaan jasmani dan rohani. Umumnya oarang-orang yang
mendapat ganaguan jiwa akibat emosi yang tinggi dan otot syaraf yang tegang, hal ini
disebabkan betuympuknya fikiran-fikiran ruwet yang tidak terpecahkan. Peyakit
nieorosis (gangguan-gangguan badan yang disebabkan penyakit syaraf)juga bersumber
dari kehilangan keseimbangan dalam jiwa manusia. Menurut Bril, mengatakan : Ayonis
is religius does not develop a neorosis (tiap-tiap orang yang betul-betul menjalankan
agama tidak akan terkena penyakit neorosis) Maka sholat lah menjadi penawarnya bagi
kesehatan jiwa, rohani dan fisik manusia.
1.

Shalat Wajib

bahwa sholat yang wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam yang mukallaf dalam sehari
semalam ada lima yaitu : Dhuhur, ashar, Maghrib, Isyadan subuh.
Shalat lima waktu sehari semalam dan waktu-waktunya dapat dibagi ditetapkan
sebagai berikut :
a. Shalat dhuhur awal waktunya ialah setelah tergelincir matahari, akhir waktunya apabila
bayang-bayangnya sesuatu telah menyamainya.

b.Shalat ashar waktunya mulai habis waktunya sholat dhuhur (bayang-bayang sesuatu
lebih panjang dari bendanya) sampai terbenam matahari
c. Shalat maghrib waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafa merah.
Syafa yaitu :cahaya yanag terpancar ditepi langit sesudah terbenam matahari ada dua
rupa, mula-mula merah setelah hilang warna merah setelah hilang warna merah datang
warna putih, kedua cahaya ini disebut syafa.
d.Shalat Isya waktunya mulai terbenam syafa (setelah habis waktu maghrib) sampai
terbit fajar kedua.
e. Shalat subuh waktunya mulaim dari terbit fajar keua sampai terbit matahari.18
d. Shalat Jumat adalah dua rokaat yang wajib dilakukan secara berjamaah pada waktu
dhuhur hari jumat dan dihului oleh dua khutbah. Hukum sholat Jumat adalah : Wajib
atas setiap laki-laki yang dewasa, merdeka dan muqim. Dasar hukum Shalat Jumat yaitu
firman Allah Surat Al-Jumah ayat ; 9

!$# . 4n<) (#y$$s yf9$# t 4n==9 #s) (#t#u t%!$# $pr't


yt79$# (su
Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli(Q.S alJumah :9)
Sementara orang-orang yang boleh meninggalkan sholat jumat diantranya ada empat
golongan yaitu : Hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan orang yang sakit.
3.

Dasar hukum Pelaksanaan Shalat

18

Rahman Ritonga Fikih Ibadah.....

Dasar hukum pelaksanaan shalat dapat dilihat dalam berbagai al-Quran dan hadist di
bawah ini :

7u9 ) }M}$#u g:$# M)n=yz $tu


Artinya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadKu (Q.S al-Bayyinah 51:56)19
Firman Allah SWT. Surat Al-Bayyinah ayat 5 berbunyi :

4 n4x.9$# (#?u n4n=9$# (#)u u!$xum te$!$# &s! t= !$# (#6u9 ) (#& !$tu
yhs)9$# y79su
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus(QS.alBayyinah:5).20
Firman Allah SWT. Surat Al-Baqarah ayat 43

t.9$# yt (#x.$#u n4x.9$# (#?#uu n4n=9$# (#%r&u

Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku' (Q.S. Al-Baqarah : 43)21
Bahwa amal manusia akan sempurna dengan berdirinya lima tiang agama yang salah
satunya shalat. Dan Aakan menjadi barometer amal manusia didalam penghisaban semua
amal perbuatan jika shalatnya baik maka semua amal perbuatan ikut baik sebailiknnya

19

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung : PT. Syaamil Cipta Media,
20

Ibid..,95
21
Ibid .,7

2005)

jika shalat jelek maka semua amal ikut jelek.Sebagaimana yang tercantum dalam hadist
Nabi di bawah ini :

] efg hiT` ]P jek laek Tm : NOP RSTUVP XY Z[\P `_ ^] TaY TS


(pqh[rP s] )efghiT` Znm Znm
Artinya : Yang Pertama hamba hisab tentangnya hari qiamat adalah shalat, maka kalau
ia baik baiklah baginya amal selebihnya dan kalau rusak rusaklah amal selebihnya. (H.R
Thabrani)22
2.

Tijuan dan Hikmah Shalat

a. Tujuan Shalat
Dari beberapa ayat al-Quran di atas, dapat diambil pengertian bahwa Allah
memerintahkan hambanya untuk mendirikan shalat itu ada tujuan dan hikmahnya sangat
berguna bagi yang melaksanakan. Tujuan syara menetapkan kewajiban shalat atas
manusia yang terpenting diantaranya selalu mengingat Allah SAW.
Diantara tujuan mendirikan shalat sebagai berikut :
1. Supaya manusia menyembah hanya kepada Allah, tunduk dan sujud kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah SQ.at- Thaha ayat 14.

2%! n4n=9$# %r&u 6$$s O$tr& H) ts9) I !$# $tr& _)

Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada tuhan(yang hak) selain Aku, Maka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat unuk mengingat aku.(SQ. at-Thaha : 14)
2. Supaya manusia selalu ingat kepada Allah yang memberikan hidup dan
22

kehidupan.

Imam Jalaluddin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Suyuthi, Terjemahan Al- Jamius Shagir 2,
(Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995)224.

3. Supaya manusia terhindar darimelakukan perbuatan keji dan mungkar, yang akan
mendatangkan kehancuran.
4. Supaya agama Allah tetap tegak dan kalimat Allah tetap berkumandang di muka bumi.
5. Untuk menjadi barometer antara orang Islam dan orang kafir.
b. Hikmah Shalat
Ada kiat untuk memahami sedalam-dalamnya tentang hikmah yang tersembunyi di dalam
ibadah shalat,adalah merupakan media untuk mengingat kebesaran dan kemaha kuasaan
Allah SWT. Sehingga setiap tindakan akan perbuatan kita selalu dipimpin dan diberi
petunjuk oleh Allah dan berhasillah cita-cita yang ditujukan krarah keadilan,
kemakmuran yang hakiki dan abadi.
Dari sudut religius shalat merupakan hubungan langsung hamba dan khaliqnya munajat,
pernyataan ubudiyah penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan
ketrentraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu shalat merupakan suatu cara
untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari perbuatan kejahatan dan
kesalahan.
B. Pengajaran Shalat Fardlu
Metodik umum atau metode pengajaran telah membicarakn berbagim kemungkinan
metode mengajar yang tepat digunakan guru fslm menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar. Telah disediakan mtode ceramah, tanya jawab, metode pemberian tugas dan
restisai, dan lain-lain. Guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan.
1. Metode Pengajaran Shalat
Dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan
tidak berhasil apabila tidak menggunakan metode. Maka dari itu guru di tuntut agar

cermat memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa.Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam
pendidikan Islam sebagai Berikut :
a.

Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyampian bahan pengajaran secara lesan oleh guru
dalam kelas atau kelompok. Dalam penggunaan metode ceramah ini peranan guru lebih
dominan karena disini guru lebih aktif dan siswa tampak aktif mendengarkan secara
cermat serata membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru.23
b.

Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab merupakan metode dalm pendidikan Islam yang mempunyai
pengertian penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa
menjawab. Metode ini efektifitasnya lebih besar dibandingkan metode lain karena dengan
metode tanya jawab pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih mantab sehingga
segala bentuk kesalah pahaman dapat dihindari semaksimal mungkin.24
c. Metode Diskusi
Secara Umum metode diskusi sebagai salah satu metode interaksi edukatif diartikan
sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau penyampain bahan pelajaran dengan
jalan mendiskusikannya, sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman serat perubahan
tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional.
d. Metode Demontrasi

23

Ahmad Tafsir, Metodologi Penajaran Agama Islam, (Bandung : PT> Remaja Rosdakarya
1996)33-34
24
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(PT.Ciputan Pres)43

Metode ini dalam penyampaian materi guru menggunakan peragaan untuk menjelasakan
suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa.
Metode ini dapat digunakan dalam mengajarkan tata cara shalat yang baik dan benar.
e. Metode Drill
Metode Drill adalah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dengan melatih anak
untuk trampil menggunakan bahan pelajaran yang dimiliki anak. Dalam pembelajaran
shalat mtode ini dimaksudkan agar anak mempuynyai hafalan dan ketrampilan gerak
secara mekanis atau otomatis.
f. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dengan cara
pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh masing-masing anak yang akhirnya
harus mempertanggung jawabkan hasilnya..
h. Metode Latihan Siap
Metode latihan siap sebagai sdalah satu metode intraksi edukatif dalam pendidikan dan
pengajaran dilaksnakn dengan jalan melatih anak-anak(murid)terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberika Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan pelajaran yang
bersifat motoris dan ketrampilan. Dengan melakukan latihan berkali-kali, terus-menerus
secara tertib dan teratur, pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dan
disempurnakan oleh murid.keluarga merupakn lingkungan sosial pertama yang
dikenalnya, sehingga keluarga merupakan fase awal bagi jiwa pembentukan jiwa
keamaan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Pengajaran Shalat Fardlu.

Sikap keagamaan merupkan sustu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsisten antara
kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagi
unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. Jadi sikap
keagamaan merupakan integrasi secar kompleks antara pengetahuan agama, perasaan
agama serta tidak keagamaan dalam diri seseorang.
Beranjak dri kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan yang ada, maka sikap
kegamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor interen dan faktor ekstern . Hal tersebut
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :25
`1. Faktor Intern
Faktor intern yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antra lain
adalah faktor heriditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.
a. Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan
secara turun temurun, melainkan terbentuk dari unsur kejiwaan lainnya yang mencakup
kognituf, afektif,. Dan psikomotorik.
b.Fator Usia
Dalam bukunya Development of relegius on Cildren, Ernes Harm mengungkapkan bahwa
perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh tingkat usia mereka.
Perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk perkembangan berfikir26. Selanjutnya
pada tingkat remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual, pengaruh itupun
menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan

25

Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2004 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)223
26
Ibid., 235.

kondisi yang dialami para remaja menimbulkan konflik kejiwaan yang mempengaruhi
seseorang dalam hidup beragama dan akhirnya mempengaruhi juga terjadinya agama,
bahwasannya konversi cendeung dinilai sebagi produk sugesti dan bukan akibat
perkembangan kehidupan spiritual seseorang.
c. Kepribadian
Unsur kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur hereditas dan pengaruh
lingkungan27. Unsur akan membentuk jati diri seseorang yang sedikit banyaknya yang
menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu luar dirinya, jati diri tersebut bersifat
permanen dan tidak dapat berubah. Pengaruh lingkungan akan membentuk karakter dan
sifnya dapat berubah karena adanya pengaruh dari luar dirinya.
d. Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan manusia akan mempengaruhi jiwa keagamaan. Hal ini dapat
dicontohkan dari seorang pengidap Schizoprenia akan mengisolasi diri dari kehidupan
sosial serta persepsinysa tentang agama akan mempengaruhi oleh halusinasi.28
2. Faktor Ekstern
Manusia sering disebut dengan homo religius makhluk beragama yang menyatakan
bahwa manusia memilki potensi dasar yang dapat dikembangkan sebagi makhluk yang
beragama. Jadi manusia memiliki potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar
sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi maklhuk yang memiliki rasa dan perilaku
agama. Pengaruh tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan pendidikan dan
sebagainya yang secara umum disebut sosialisasi.

27
28

Ibid.,236
Ibid.., 239

Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang
dapat dibagi menjadi lima, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan institusional atau
sekolah, ligkungan masyirakat, tempat ibadah dan teman sepermainan.
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan peletak dasar dari
pembentukan pribadi anak untuk masa-masa
merupakan

lingkungan

sosial

pertama

selanjutnya. Bagi anak-anak keluarga

yang

dikenalnya,

sehingga

keluarga

merupakanfase awal pembentukan jiwa keagmaan pada anak. Sigmund Freud dengan
koinsep Father imag (citra kebapaan) menyatakaan bahwa perkembangan jiwa
keagamaan pada anak dipengaruhi oleh citra bapak kepda anaknya29. Jika seorang bapak
memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak akan mengidentifikasi
sikap tingkah laku sang bapak pada dirinya. Begitu pula sebaliknya, jika bapak
menampilkan sikap yang buruk itu juga akan ikut berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian anak. Sebagai investasi terhadap perkembangan ang tua diberi tanggung
jawab untuk memelihara anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh taat terhadap
ajaran beragama.30
Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalamsatu atap. Kesadaran untuk
hidup bersama dalam satu atap sebagi suami-istri dan saling interaksi dan berpotensi
punya anak akhirnya membentuk komunutas baru yang disebut keluarga.Karenanya
keluarga pun dapat diberi batasan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan lakilaki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan

29

30

Ibid.., 240
Saiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga, (Sebuah
Persepektif Pendidikan Isla) (Jakarta : PT Renika Cipta.)

dan membeasarkan anak. Sebagaimana firman Allah dalal surat At-Tahrim ayat : 6
sebagai berikut :

$pn=t u$yft:$#u $9$# $y%u #Y$t /3=r&u /3|r& (#% (#t#u t%!$# $pr't
. ts $t t=ytu ttr& !$t !$# tt #y s3n=t
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(S.Q.At-Tahrim: 6)31
Seperti

Luqman

aL-Hakim

adalah

sosok

pendidik

yang

patut

kita

contoh

keteladanannya.Untaian hikmah Luqman, sebagaimana di abadikan dalam al-Quran


sangat layak kita renungkan.

!$t 4n?t 9$#u s39$# t t$#u y9$$/ &u n4n=9$# %r& o_6t
W{$# t y79s ) ( y7t/$|r&
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
32

diwajibkanNya (Q.S.Al-Luqman:18)

b. Lingkungan Institusional atau Sekolah

31
32

Departemen Agama RI, Al-Quran dan tejemahan (Bandung : PT. Syamil Cipta Media, 2005),.
Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Yang Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah
Anak ) Banduna : PT. Mizan Pustaka. 25

Lingkungan institusional yang ikut berpengaruh jiwa kegamaan dapat berupa institusi
formal seperti madrasah atau non formal seperi perkumpulan dan organisasi.33 Sekolah
sebagai institusi formal ikut memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak.
Pengaruh itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurikulum anak,
hubungan antara anak, hubungan guru dengan murid. Tampaknya diantara ketiga hal ini
berpengaruh sekali dengan perkembangan jiwa keagamaan sebagai upaya untuk
membentuk kepribadian yang luhur. Hal ini tersirat dalam unsur-unsur seperti disiplin,
sabar, keadilan, ketakutan, kejujuran melalui perlakuan dan pembiasaan. Selain itu, guru
dituntut untuk menumbuhkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam
sehingga akan terbentuk yang erat dengan perkembangan jiwa keagamaan pada anak.
Guru sangat berpengaruh dalam pengajaran shalat agar anak-nak dapat mengert dan
faham dalam melaksanakan shalat dengan baik dana benar. Setiap guru ingin berhasil
dalam tugasnya mendidik anak-anak dipercayakan kepadanya, harus memahami
perkembangan jiwa anak yang dihadapinya itu, disamping keinginan ilmiah yang
dimilikinya.34
c. Lingkungan Masyarakat
Berbeda dengan situasi dirumah dan madrasah, umumnya pergaulan di masyarakat kurng
menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secarar patuh. Namun
lingkungan masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untik menumbuhkan jiwa
keagamaan pada anak.
Misalnya lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan
berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak, begitu pula sebaliknya

33

34

Jalaluddin, Psikologi Agama, 240-241.


Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak-anak Didik dalam Interaksi, (Jakarta: PT.Renika Cipta)

masyarakat yang lebih cair akan berpengaruh negatif bagi perkembangan jiwa keagamaan
anak.
d. Sarana dan Prasana Ibadah
Tempat ibadah yaitu masjid, mushalla dan sebagainya oleh umat Islam yang digunakan
untuk pendidikan dasar ke Islaman. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari
poendidikan dalam keluarga. Disilah merupakan tempat ibadah dilakukan setiap hari
shalat berjamaah dan keislaman lainnya Di dalam pelaksanaan ibadah shalat wajib
sarana dan prasarana sering memnimbulkan masalah, karena di sekolah dasar kebanyakan
belum memadai sarana prasarananya. Seperti kurangnya alat-alat shalat yang sedianya
untuk murid, sehingga dengan masalah ini guru harus kreatif bagaimana pelaksanaan
ibadah shalat berjalan dengan tertib.Mungkin salah satunya solusinya adalah para murid
diwajibkan membawa peralatan ibadah sendiri, seperti masjid, mushalla harus dilengkapi
demi kelancaran pembelajaran agama.
e. Teman sepermainan
Perkembangan jiwa kegamaan pada anak sangat dipengaruhi oleh siapa-siapa saja yang
ada dilingkungannya. Teman-teman sepermainan memberikan pengaruh yang positif
terhadap jiwa keagamaan bagi anak, sikap dan akhlaknya. Karena saling meniru diantara
mereka sangat cepat dan kuat, maka hari depn dipengaruhi keadaan teman sepermainan
dimana dia bergaul.35
D. Pelaksanaan Ibadah shalat Pada Anak-anak.
Pelaksanaan shalat pada anak-anak umumnya masih tahap pembelajaran agar anak mau
menjalankan shalat dengan tertib. Adapun snak kecil bagi orang tua atau para wali murid
diwajibkan menagajarkan kapada mereka bagaimana tata cara shalat yang benar,
35

Futiati Rohmah dan Ahmad Zayadi, Ilmu Jiwa Agama Ponorogo : Al-Amin,

kemudian mareka harus diperintahkan untuk menunaikannya apabila sudah menginjak


umur tyjuh tahun, dengan tujuan untuk mendidik dan membiasakan mereka dalam
menjalankan shalat. Lalu setelah itu berhak untuk dipukul apabila telah berusia sepuluh
tahun.
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, mulai dari keluarga, anak yang masih kecil,
kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya dalah yang mengandung gerak, sedangkan
pengertian tentang ajaran agama belum dapat di pahami. Anak-anak suka melakukan
shalat, meniru orang tuanya, kendatipun tidak mengerti apa yang dilakukannya.
Pengalaman keagamaan yang menarik diantaranya shalat berjamaah, lebih-lebih lagi bila
ikut shalat di dalam shaf bersama orang dewasa. Disamping itu anak anak senang melihat
dan berada di dalam tempat ibadah (masjid, mushalla, surau dan sebagainya) yang bagus,
rapi dan dihiasi dengan lukisan atau tulisan indah.36

36

Zakiah Drajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama)64

BAB III
PENGAJARAN IBADAH SHALAT WAJIB SDN BADER 03
KEC. DOLOPO KAB. MADIUN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Berdirinya Sekolah
SDN 3 Bader berdiri pada tahun 1978 adapun berdirinya SDN 3 Bader
bukanlah hasil dari gotong royong dari penduduk sekitar, melainkan dibiayai oleh
pemeritah (INPRES 3).
Dalam perkembangan lembaga ini telah mengalami kemajuan yang cukup
signifikan, terbukti dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat sekitar yang
memiliki animo untuk mempercayakan anak-anaknya di lembaga ini. Dan berkat
kerja sama yang baik antara sekolah dengan penduduk sekitar pendidik lembaga
ini berjalan dengan baik.37
2. Letak Geografis SDN 3 Bader
SDN 3 Bader adalah salah satu lembaga pendidikan nasional yang terletak
di kecamatan Dolopo kabupaten Madiun. Posisi tempatnya berada di 20 km dari
kabupaten madiun + 4 km sebelah timur kecamatan Dolopo.
Jumlah penduduk desa Bader adalah sebanyak jiwa dengan mayoritas
pendudukya bekerja sebagai petani. Dan mayoritas penduduknya beragama Islam
tapi masih tercatat sebagai minus agama.38
Adapun posisi tempat desa Bader adalah sebagai berikut:
1 Lihat trandkrip dokumentasi nomor: 01/D/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
38
Lihat trandkrip Wawancara nomor: 01/1-W/1-I/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

 Sebelah Utara berbatasan dengan desa Candimulyo


 Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kradinan
 Sebelah Barat berbatasan dengan desa Glonggong
 Sebelah Timut berbatasan dengan desa Suluk
3. Visi dan Misi SDN 3 Bader
Visi yaitu penigkatan prestasi yang berdasarkan pada IMTAQ dan budaya
masyarakat.
Misi yaitu:
a) Membentuk siswa yang memiliki iman dan budi pekerti luhur.
b) Membentuk siswa yang patuh pada tata tertib dan mampu menggunakan
dalam kehidupan.
c) Meningkatkan

pembelajaran

berwawasan

IPTEK

sehingga

prestasi

meningkat.39
4. Struktur Organisasi SDN 3 Bader
Struktur organisasi ini merupakan gagasan yang berhubungan dengan garis
kekuasaan serta tanggung jawab keseluruhan susunan organisasi.
Adapun struktur organisasi SDN Bader 03 Kec.Dolopo Kab. Madiun adalah
sebagai berikut:40

39

Lihat trandkrip dokumentasi nomor: 02/D/20-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 03/D/21-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

40

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SDN BADER 3

KOMITE

KEP SEK

Guru KLS
1

Guru
Agama

Guru KL II

Guru B.
Inggris

Guru KL III

Guru B.
Daerah

Siswa

DOLOPO MADIUN

Guru KL IV

Guru KL V

Guru
Penjaskes

Guru
Kertakes

Guru KL
VI

Koperasi

Penjaga Sekolah

Masyarakat
sekitar

Adapun uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing personalia diatas adalah
sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah
1. Membuat program kerja

2.

Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengevaluasi

seluruh

kegiatan
3.

Melakukan pembinaan staf


b. Wali kelas

1. Mengenal pribadi, lingkungan keluarga dan masyarakat dari tiap-tiap siswa


yang berada di bawah asuhannya.
2. Mengajukan usul atau pendapat kepada kepala sekolah mengenai bakat siwa.
3. Melakukan koordinasi dengan guru dan kepala sekolah
5. Keadaan Guru dan Siswa SDN 3 Bader41
Keadaan guru secara keseluruhan jumlahnya 10 orang dan perincian guru
tetap tidak ada, guru tidak tetap 1, dan guru yang diangkat PNS 9 orang.

DATA GURU DAN PENJAGA


SD NEGERI BADER 03

41

NO

NAMA

NIP

SARONTO, S.Pd

130660163

TGL
LAHIR
29-04-1957

SUTARTI

130310135

SUTRASNO, S.Pd

WASIS

L/P

KET

Kepala Sekolah

14-07-1951

Guru Kelas 1

130586543

07-07-1955

Guru Kelas VI

130585235

07-05-1953

Guru Kelas III

Lihat transkip dokumentasi nomor: 04/D/21-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

BIBIT P, S.Pd

131037712

15-01-1961

Guru Kelas IV

AH. MUHID, S.Pd.I

131086397

12-05-1954

Guru PAI

SRI WINARNI, S.Pd

131971269

07-09-1963

Guru Kelas II

KHOLIFATUN, S.Pd

132068433

03-03-1969

Guru Kelas V

ERNA SUNARTI , S.Pd

132067986

03-08-1969

Guru Penjaskes

10

KUSLAN

131191514

01-03-1952

L Penjaga Sekolah

11

RIA DWI K, S.Pd

30-07-1982

Guru B. Inggris

6. Keadaan Siswa SDN Bader 3.42


Keadaan siswa SDN 3 Bader. SDN 3 Bader adalah lembaga sekolah Negeri.
Letaknya di desa Bader, maka siswa-siswanya berasal dari lingkungan sekitar
desa Bader. Dengan jumlah keseluruhan siswa 157 siswa yang terdiri dari 88 lakilaki dan 69 perempuan. Sebagaimana yang tertera di bawah ini :

NO
1
2
3
4
5
6

KELAS
I
II
III
IV
V
VI
JUMLAH

L
16
17
13
14
10
18
88

DATA SISWA SDN 3 BADER


P
JUMLAH
11
27
15
32
11
24
14
28
10
20
8
26
69
157

7. Sarana dan Prasarana43

6 Lihat transkip dokumentasi nomor: 05/D/23-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu komponen yang ikut


menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan lengkap, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar.
NO

JENIS SARANA

JUMLAH

KEADAAN

Ruang KS, Guru/TU

Baik

Kamar Mandi/WC

Baik

Computer

Baik

Sound Sistem

Baik

Almari

14

Baik

Meja/Kursi Guru

12

Baik

Perpustakaan

Perlu Renovasi

8. Kegiatan Ekstra Kurikuler


a. Pramuka, Pembina KS dan guru.
b. Kesenian, hadrah
c. Keagamaan, TPQ
9. Kurikulum SDN Bader III 44
Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan dituangkan dalam
kompetensi dimana peserta didik harus menguasainya sesuai dengan beban
belajar yanga ditentukan..Kurikulum yang digunakan SDN Bader III sesuai
dengan Kompetensi Satuan Pendidikan (KTSP) standar pendidikan nasional.
Kurikulum SDN Bader III pendidikan dasar sebagai berikut :
43

Lihat transkip dokumentasi nomor : 06/D/25-1II/2009 dalamlampiran hasil penelitian


44
Lihat transkip dokumentasi: 07/D/4-1/2009 dalam lampiran hasil [enelitian

a) Pendidikan Agama
b) Pendidikan Kewarganegaraan
c) Bahasa, Bhs Indonesia, Bhs Inggris
d) Matematika
e) Ilmu Pengetahuan Alam
f) Ilmu Pengetahuan Sosial
g) Pendidikan Jasmani dan Olahraga
h) Seni dan Budaya
i) Ketrampilan / Kejujuran
j) Muatan Lokal

B. Data Khusus.
1. Pengajaran shalat Fardlu.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran agama islam
SDN Bader III Dolopo Madiun merupakan suatu rangkaian program yang
terencana secara sistematis dan searah dengan tujuan mencerminkan cita-cita
para pendidik sebagai norma dragger (Input Industri) agama Islam. Dengan
demikian pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya guna
Pendidikan Agama Islam namun setelah itu juga bertanggung jawab atau
pengelolaannya.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Agus Ahmad
Muchid S.Pd.I, selaku guru Pendidikan Agama Islam dapat diketahui metodemetode yang beliau pakai di SDN 03 Bader Dolopo Madiun khususnya kelas
IV, pada sistem pendidikannya antara lain: metode ceramah, tanya jawab, drill,
diskusi, dan problem solving serta penugasan atau resitasi.
Dan diantara latar belakang diterapkannya metode ceramah, demontrasi,
drill tanya jawab, diskusi, dan problem solving ini apabila ditinjau dari aspek
historisnya adalah sebagai penjelasan dari bapak Ahmad Muchid S.Pd.I sebagai
guru Pendidikan Agama Isalam.
Selama saya mengajar yang saya gunakan metode tersebut seperti ceramah,
demontrasi, drill, tanya jawab, diskusi, dan problem solving ini sering saya
jadikan sampel dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Alhamdulillah, berhasil secara maksimal, dan kompetensi yang ada
dapat dicapai pula. Nah, mulai saat itulah saya menggunakan metode itu.45
Sedangkan alasan ataupun tujuan digunakannya ceramah, demontrasi,
drill metode tanya jawab, diskusi ini adalah sebagaimana penjelasan bapak
Ahmad Muchid S.Pd.I sebagai berikut:
Alasan saya ya, bila dengan metode ceramah saja anak akan bosan. Dalam
Pembelajaran Agama Islam guru harus lebih tau mana metode yang paling
tepat dalam kegiatan belajar mengajar contohnya seperti pembelajaran
shalat metode yang digunakan yang paling tepat ceramah, tanya jawab,
demontrasi, dril untuk memudahkan siswa dapat memahami dan mengerti
cara shalat yang benar.46
Hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas IV yang bernama Eka Lina
Budi Ariti, Niken Claudia, dan Maratus Solikah yang saya tanyakan terkait

45

Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/ W/F-1/ 6-III/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
46
Lihat Trankip wawancara nomor 02 /W/F-1/6-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.

dengan bagaimana guru dalam menyampaikan mata pelajara agama di sekolah


baik apa tidak.
Guru dalam penyampaian mata pelajaran sangat baik dengan berbagai
metode yang sering digunakan guru yaitu ceramah, tanya jawab,
demontrasi, drill, sehingga siswa dapat memahami dan mengerti apa yang
disampaikan oleh guru. 47
Saya merasa senang kalau diajar guru yang bisa menyampaikan pelajaran
dengan baik sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah dan
mengerti siswa tidak merasa bosan.48
Guru saya kalau menyampaikan mata pelajaran malaui berbagai metode
sehingga siswa tidak jenuh atau merasa bosan didalam kelas.49
2. Faktor Pendorong dan penghambat Siswa SDN Bader 03 dalam melaksanakan
Ibadah shalat Fardlu.
a. Keluarga
Keluarga mempunyai peranan yanga sangat penting dalam mendidik dan
membimbing dalam mengajarkan agama kepada anak agar anak menjadi anak
yang soleh dan taat menjalan perintah Allah dan mengetahui larangan Allah.
Orang tua wajib mendidik anak harus mengajarkan shalat walaupun masih kecil
supaya terbiasa menjalan shalat tanpa di suruh orang tua. Hasil wawancara
dengan beberapa siswa yang bernama Putri Dwi Handayani, Riko Setiawan dan
Endang Lestari.
Faktor pendorong dalam menjalakan shalat adalah keluarga yang agamis
sehingga orang tuannya memerintahkan selalu menjalankan shalat.50
47

Lihat Transkip wawancara Nomor 03/05-W/F-1/7-I/2009 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.
48
Lihat Traskip Wawancara Nomor 04/06-W/F-1/8-1/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
49
Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
50
Lihat Transkip wawancara nomor 06/ W/F-2/ 5-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

Orang tua saya selalu menyuruh untuk melaksanakan Shalat bahkan shalat
berjamaah di rumah kadang di mushalla.51
Kalau waktunya shalat orang tua saya selalu menyuruh saya untuk
melaksanakan shalat kalau tidak melaksanakan saya terkena marah orang
tua saya 52
Hal ini di sampaikan salah satu wali murid SDN Bader 03 bahwa pengaruh
orang sanagat diperlukan untuk memdidik mereka agar mau menjalankan shalat
secara baik dan benar .Hasil wawancara dengan bpk Ibu Khotinah dan bpk
Hainur Rifqi.
Faktor yang menjadi pendorong siswa dalam menjalankan shalat keluarga
yang agamis sehingga orang tuanya selalu memerintah anak untuk
melaksanakan shalat.53
Orang tua yang selalu mengajak anaknya untuk menjalankan ibadah shalat
baik dirumah maupun masjid.54
b. Sekolah atau Madrasah.
Lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, sekolah mempunyai peranan
yang sangat penting untuk membentuk jiwa keagamaan pada siswa. Di
sokolah siswa mendapatkan pengajaran baik teori maupun praktek yang
nantinya akan diterapkan dalam kehidupannya. Hal ini seperi yang diutarakan
bpk Mochid selaku guru PAI.
Di dalam sekolah siswa mendapatkan pengajaran shalat secara teori dan praktek.55

51

Lihat Transkip wawancara nomor 07/ W/F-2/ 10-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
52

Lihat Transkip wawncara nomor.04/W/F-2/10-3/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini


53
Lihat Transkip Wawancara nomor 05/W/F-2/10-3/2009 dalam lampiran penelitan ini
54
Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
55

Lihat Transkip Wawancara nomor 07/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

C. Tempat Ibadah
Tempat ibadah sangat mempengaruhi positif jiwa keagamaan siswa. Karena
siswa uang rumahnya dengan masjid akan rajin ke masjid berbeda siawa
yang jauh dari masjid. Di sekolah ada mushalla memberikan kemudahn
dalam mengerjakan shalat. Hal ini di sampaikan oleh Bpk Slamet.
Lingkungan tempat tinggal siawa yang dekat dengan masjid atau mushalla dapat
mempermudah siswa untuk mengikuti kegiatan shalat berjamaah.56

3. Pelaksanaan Shalat Pada Anak


Dalam pelaksanaan shalat pada anak-anak SDN Bader 03 msih kurang
maksimal, sebagian masih dalam lingkup sekolah saja. Dalam menjalankan
shalat beberapa siswa ada yang tertib melaksakan shalat wajib dan ada yang
masih kurang tertib.
Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan ibadah shalat dalam kehidupan
sehari-hari di ketahui bahwa sisewa SDN Bader 03 secara umum sudah dapat
melaksanakan shalat dengan tertib. Dengan Diadakan shalat berjamaah shalat
dhuhur dan shalat dhuha.57
Dalam hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
mengatakan bahwa siswa-siswi SDN bader masih memerlukan bimbingan guru
maupun orang tua .
Penanaman shalat sejak kecil merupkan kewajiban orang tua dan guru
merupakan hal yang berpengaruh bagi anak itu sendiri. Dengan mendapat
perhatian orang tua maupun guru bagimana mereka diperintah untuk
56

Lihat Transkip Wawancara nomo05/W/F-2/15-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian


ini.

r
57
Lihat Transkip Observasi nomor 01/O/F-1/-1/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

menjalankan shalat. Hasil wawancara dengan kelas 4 Machrus Alwi wahid,


Andrian Widiarto, Yeni Agustina, Endang Lestari, tiga pertanyaannya yaitu
sejak umur berapakah anda mengerjakan shalat, siapakah pertama kali
memberikan pendidikan shalat, apakah anda sudah mengerjakan shalat lima
waktu dengan tertib.
Saya pertama kali mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, yang memberikan pendidikan shalat
adalah orang tua, saya sudah menjalankan shalat dengan tertib.58
Saya pertama kali mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, yang memberikan pendidikan shalat
adalah bapak/ibu guru saya, saya sudah menjalankan shalat dengan baik walaupun terkadang lupa
atau lupa.59
Saya pertama kali mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, yang memberikan pendidikan shalat
adalah orang tua dan bapak guru, saya sudah menjalankan shalat dengan terib walaupun belum
dewasa.60

Dalam melaksanakan ibadah shalat fardlu/wajib suatu kewajiban bagi


anak walaupun belum baligh dengan menanyakan apakah anda sudah tertib
melaksanakan shalat lima waktu . Hasil wawancara kelas IV dengan Wahyu
Indah Lestari, Zainal , Dini Nur Fitriani, Alwi Nurkan, Yoga Zainal Aji
Nugroho, Siti Nur Fatimah61
Dalam kehidupan sehari saya melaksanakan shalat dengan tertib baik dirumah maupun
disekolah.62
Saya melaksanakan shalat sudah tertib merupakan kewajiban seorang muslim menjalankan
shalat .63
58

Lihat Transkip Wawancara Nomor 12/ W/F-1/17-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

59

Lihat Transkip Wawancara Nonor 13/ W/F-1/ 20-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

60

Lihat Transkip Wawancara Nomor 14/ W/F-1/ 23-I/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

61

Lihat transkip wawancara nomor 15/ W/F-1/ 01-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

62

Lihat transkip wawancara nomor 16/ W/F-1/ 01-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

Saya melaksanakan shalat belum tertib karena belum baligh kadang mengerjakan shalat
kadang- kadang tidak.64
Saya melaksanakan shalat belum tertib karena belum bisa melaksanakan dengan benar.65
Saya belum terib dalam mengerjakan shalat asyik bermain kadang-kadang lupa.
Saya dalam mengerjakan shalat belum tertib.66

Dalam melaksanakn shalat dalam kehidupan sehari-hari yang sering tepat


waktu . hasil wawancara Naiva Tri Hamdani, Nafik, dan ganesa.
Mereka menjawab yang sering melaksanakan shalat tepat waktu mahgrib, isya karena
waktu itu menjalankan shalat berjamaah bersama-sama.67

Penanaman kebisaan shalat kepada anak sejak kecil merupakan hal yang
sangat berpengaruh bagi anak itu sendiri. Dengan membiasakan shalat maka
kelamaan anak seacar otomatis akan menjalankannya. Dengan kesadaran
sendiri tanpa disuruh orang tua maupun orang lain. seperti yang di utarakan
oleh Nurul Laili latifah, Rifqi Aditya Rismawan, Muhammad Syahir, M. Ihsan
F J siswa kelas V SDN Bader 03.
Saya sudah terbiasa untuk menjalankan shalat tanpa disuruh oleh orang tua maupun guru
kalau sudah waktunya shalat ya shalat. 68
Saya setiap hari dalam menjalankan shalat tanpa di suruh orang tua maupun guru saya.69

63

Lihat transkip wawancara nomor 17/ W/F-1/ 03-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

64

Lihat transkip wawancara nomor 18/ W/F-1/ 03-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

65

Lihat transkip wawancara nomor 19/ W/F-1/ 05-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

66

Lihat transkip wawancara nomor 20/ W/F-1/ 10-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

Lihat Transkip wawancara nomor 21/ W/F-1/ 10-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
68

Lihat Transkip wawancara nomor 22/ W/F-1/ 12-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

Setiap hari saya mengerjakan shalat tanpa di suruh orang tua dengan kesadaran diri saya.70
Dalam kehdupan sehari-hari saya melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua.71

BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN IBADAH SHALAT FARDLU DI SDN BADER 03
KEC. DOLOPO KAB. MADIUN

A. Analisis Tentang Pengajaran Shalat Fardlu


Pada tahap pertama ini, orang tua mulai mengenalkan bentuk kewajiban dalam
syuariat Islam, yaitu melaksanakan ibadah shalat. Cara pembinaan yang baik adalah
dengan mengajak anaknya untuk melaksanakan shalat berjamaah. Perintah shalat
diberikan anak mulai dapat membedakan antara tangan kanan dan kirinya. Pada saat
itu anak sudah dianggap mampu melaksanakan salah satu bentuk perintah ajaran
Islam ini. Setelah anak mulai dikenalkan adanya kewajban dalam melaksanakan
shalat, orang tua selaku pendidik mulai memgajarkan praktek shalat itu sendiri. Anak
mulai dikenalkan syarat sahnya shalat, rukunmya dan larangan-larangannya.
Rasulullah SAW memberikan batasan umur tujuh tahunsebagi usia diajarkannya
praktek shalat.72

69

Lihat Transkip wawancara nomor 23/ W/F-1/ 12-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

70

Lihat Transkip wawancara nomor 24/ W/F-1/ 14-III/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

71

Lihat transkip wawancara nomor 25/F-3/18-III/2009 dalam lamiran laporan hasil penelitian ini.
72
M. Nur Abdul Hafizh Sawaid, Mendidik Bersama Rasulullah.

Dalam pengajaran shalat shalat di SDN Bader 03 telah menggunakan berbagai


metode bagimana guru cara mengajarkan shalat dengan baik danbenar sesuai dengan
pemahaman siswa. Dengan diadakan shalat dluha dan duhur berjamaah.
Untuk membiasakan siswa SDN Bader 03 dalam melaksanakan ibadah shalat
fardlu dengan diadakannya shalat dzuhur berjamaah akan melatih kedisiplinan dalam
kehidupan

sehari-hari.

Kegiatan

ini

dimaksudkan

untuk

membisakan

dan

mendisiplinkan shalat karena dengan adanya pembiasaan itulah akhirnya suatu


aktifitas akan menjadi milik anak dikemudian hari. Pembisaan yang baik akan
membentuk sosok manusia yang berkepribadian baik, begitu pula sebaliknya
pembiasaan yang buruk akan membentuk
50sosok manusia yang berkepribadian buruk.
Tujuan diadakannya kegiatan shalat dzuhur berjamaah dai sekolah supaya
siswa mandapatkan pengajaran shalat dengan baik dan benar supaya siswa dalam
melaksankan shalat dalam kehidupan sehari-hari menjadi mudah.
B. Analisis Tentang Faktor Pendorong dan Penghambat Pengajaran shalat Fardlu
Meleksanakan ibadah shalat fardlu merupakan amalan ibadah yang harus
dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran untuk mencapai kekhusyuan
dan kesempurnaan dalam menjalankannya. Ada beberapa faktor pendorong dan
penghambat siswa SDN Bader III dalam mnjalankan shalat faedlu. Adapun faktor
pendorong dan penghambat siswa SDN Bader III dalam melaksanakan ibadah
shalat fardlu sebagai brikut :
Faktor pertama yang menjadi pendorong dan penghambat siswa SDN Bader
III dalam menjalankan ibadah shalat adalah keluarga. Keadaan yang agamis dan
orang tua yang selalu melatih dan mengajak anaknya untuk menjalankan ibadah

shalat fardlu dengan berjamaah di rumah dapat mnjadi pendorong bagi anak.
Orang tua yang pertama mengenalkamn tentang agama tentunnya kewajiban orang
tua untuk mengajarkan agama terutama tentang shalat fardlu. Tugas orang tua tidak
hanya menafkahi saja tapi wajib mengajarkan tata cara mnjalankan shalat. Seorang
anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua.
Faktor kedu adalah sekolah/madrasah dimana siswa mendapatkan pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menumbuhkan keimanan melalui
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui mata pelajaran shalat baik secara
teori

maupun

secara

langsung.

Sehingga

siswa

mampu

menerapkan

dalamkehidupan sehari-hari. Dalam teori Empirisme John Locke beranggapan


bahwa perkembangan individu itu ditentukan oleh adanya pengalaman pengaruh
dari luar, termasuk pendidikan ajar, sedangkan dasar sama sekali tidak memainkan
peran. Berdasarkan pendapat diatas maka jiwa keagamaan pda nak dipengaruhi
oleh pengaruh dari luar dirinya, misalnya pengaruh pendidikan, tempat tinggal,
pengalaman dan bukan dari pembawaan atau keturunan. Peran guru dalam
mengajarkan Pendidikan Agama Islam terutama slat fardlu seorang guru wajib
menngajarkan anak diadiknya agar mau melaksanakan shalat dengan baik dan
benar. Seperti yang di utarakan oleh Bapak Mochid selaku guru PAI SDN Bader
03.
Faktor ketiga adalah Lingkungan masyarakat siswa akan mendapatkan
dorongan atau motivasi dari waraga masyarakat untuk mengikuti kegiatan
keagamaan yang ada diingkungannya. Memang pada umumnya di lingkungan

masyarakat ini kuran menekankan kedisiplinan dan peraturan yang ketat. Namun
demikian lingkungan masyarakat juga ikut menumbuhkan jiwa keamaan pada anak.
Faktor keempat adalah tempat ibadah. Di dalam pelaksanaan ibadah shalat
wajib sarana dan prasarana sering memnimbulkan masalah, karena di sekolah
dasar kebanyakan belum memadai sarana prasarananya. Seperti kurangnya alatalat shalat yang sedianya untuk murid, sehingga dengan masalah ini guru harus
kreatif bagaimana pelaksanaan ibadah shalat berjalan dengan tertib.Mungkin
salah satunya solusinya adalah para murid diwajibkan membawa peralatan ibadah
sendiri, seperti masjid, mushalla harus dilengkapi demi kelancaran pembelajaran
agama.
Sedangkan faktor penghambat siswa SDN Bader III Dolopo Madun dalam
menjalankan ibadah shalat fardlu adalah :
Faktor pertama yang menjadi penghambat siswa SDN Bader III dalam
menjalankan ibdah shalat fardlu adalah adalah anggapan anak belum dewasa.
Siswa beranggapan bahwa mereka belum memepunyi kewajiban untuk
menjalankan ibadah shalat fardlu karena usia masih kecil. Daalam bukunya yang
berjudul Development of Religion on Children , Hames Harm mengungkapkan
bahwa perkembangan agama pda anak-anak ditntukan oleh tingkat usia
mereka.Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan aspek
kejiwaan termasuk perkembangan berfikir.
Rata-Rata siawa kelas lima, empat, dan enam SDN Bader III Berusia Sekitar
Sepuluh, sebelas sampai dengan duabelas. Pada usia itu siswa sudah mempunyai
kewajiban untuk menjalankan ibadah shalat fardlu, sebagaimana ajran Rasulullah.

Perintahkan anak-anakmu mengerjakan shalat dikala ia umur 7 tahun dan


pukullah mereka karena tidak mengerjakannya dikala mereka berumur sepuluh
tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya.
Berdasar hadist diatas persepsi siswa itu salah kalau mreka belum mempunyai
kewajiban melaksanakan ibadah shalat fardlu karena usia mereka masih kecil.
Anak yang berusia 10, 11 sampai 12 tahun suadah mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan ibadah shalat fardlu dan apabila tidak maka orang tua mempunyai
kewjiban untuk memukul anaknya. Namun dalam pemukuilan tersebut harus
berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan bukan sembarang memukul yang
dapat melukai anak.
Faktor kedua adalah lupa dan malas. Yang membebankan siswa lupa dan
malas untuk menjalankan ibadah shalat fardlu adalah karena keasyikan nonton
TV, ketiduran dan terlalu asyik bermain. Hal tersebut diatas karena pengaruh dari
faktr lingkungan tempat tinggalnya. Jalaluddin dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Agama Manyatakan bahwa pengaruh lingkungan akan membentuk
karakter dan sifatnya dapat berubah karena danya pengaruh dari luar. Jadi
lingkungan

tempat tinggal anak juga akan mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan jiwa keagamaan yang dapat berubah karakter dari diri siswa itu
sendiri, mislanya, seorang anak yang bertempat tinggal lingkungan yang agamis
kemungkinan anak tersebut akan memiliki karakter yang agamis. Begitu
sebaliknya, jika anak berada dalam dalam lingkungan kuarang agamis
kemungkinan anak tersebut akan memiliki karakter yang kurang agamis pula.

Faktor ketiga adalah teman sepermainan. Teman pergaulan siswa dalam


kehidupan sehri-harinya juga ikut berperan untuk menumbuhkan jiwa
keagamaan, karena mereka sering meniru apa yang dilakukan oleh temannya.
Misal ketika bermain apabila teman tidak menjalankan shalat maka yang lain
akan meniru juga tidak menjalankannya. Untuk itulah peranan siapa-siapa saja
yang ada di situ juga ikut mempengaruhinya.
C. Ansalisis Tentang Pelaksanaan Shalat
Berdasarkan hasil penelitian diproleh data tentang pelaksanaan ibadah
shalat wajib SDN Bader 03 dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
1.

Kelonpok pertama

Kelompok itu merupakan kelompok yamg menjalankan ibadah shalat


fardlu dengan tertib. Lebih dari setengah siswa kelas 4, 5, dan 6 sudah
menjalankan ibadah shalat dengan tertib dan kesadaran mereka sendiri.
Terbukti dari hasil wawancara dengan salah satu siswa SDN Bader 03 Dolopo
Madiun.
2. Kelompok kedua
Kelompok kedua diperoleh data bahwa sebagian kecil dari siswa SDN
Bader 03 belun melaksanakan ibadah shalat fardlu dengan tertib. Penyebabnya
ada 2 (dua) hal :
a.

Masih menuggu perintah orang tua

Dalam hal ini peranan orang tua sangat besar dalam pengaruh
keluarga apabila orang tua tidak menertintahnya maka anak tersebut tidak

melakasanakannya. Terbukti dalam wawancara bahwa salah satu siswa


tidak menjalankan ibadah shalat fardlu jika perintah orang tua.
b.

Lupa dan malas

Terkadang siswa merasa malas atau lupa dalam melaksanakan


ibasah shalat fardlu karena asik bermain atau nonton TV . Seperti apa yang
dikatakan salah satu siswa SDN Bader 03 kebiasaan bermain diluar
sehingga membuat mereka lalai dalam menjalamkam shalat.
Perlunya anak memerlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua
mengenai makana dan tujuan shalat sehingga anak akan mudah mengerti dan
tuajuan yang ia kerjakan. Selain itu perlu juga memberikan memberikan
pengawasan terhadap anak apakah anak-anakanya menjalankan dengan baik dan
benar sehingga kebiasaan menjalankan shalat dengan benar akan terus dilakukan
samapai usia tua.
Memberikan pembinaan dan pengawasan merupakan tanggung jawab orang
tua terhadap anak-anaknya terlebih dalam masalah shalat.
Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada orang tua
untuk melatih agar menjalankan ibadah shalat fardlu semenjak usia dini. Bahkan
dalam hadist Nabi menganjurkan kepada orang tua memberikan hukuman berupa
pukulan yang ringan dan mendidik kepada anak yang tiadak mau menjalankan
ibadah shalat fardlu ketika anak lebih dari usia 10 tahun.
Hal tersebut di atas sangat berbeda dengan apa yang dirasakan sekarang.
Dimasa sekarang ini orang tua telalu lunak dalam mendisipilnkan agama bagi
anak-anaknya, sehingga anak akan menjalankan agama dengan semaunya sendiri.

Kecuali bagi keluarga yang memperhatikan pendidikan bagi anaknya, maka akan
berusaha untuk mengajarkan agama dengan sebaik-baiknya khususnya tentang
ibadah shalat fardlu karena mngingat shalat adalah ibadah yang petama kali yang
akan dihisab.
Untuk membiasakan siswa dalam pelaksanaan ibadah shalat fardlu dalam
kehidupan sehari-hari dengan di adakannya shalat dhuhur berjamaah agar siswa
terbiasa melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua maupun gurunya. Di
dalam pelaksanan ibadah shalat wajib, yang bisa menghambat tercapainya tujuan
yang diinginkan. Mengingat terbatasnya pengetahuan dan waktu serta sarana
yang tersedia, maka hanya menulis beberapa masalah yang sering dihadapi dalam
pelaksaan ibadah shalat pada umumnya diantaranya masalah-masalah tersebut .
Untuk menanamkan kebiasaan tersebut pada anak memang tidak mudah
dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, secara berulang-ulang dalm
arti dilatih dengan tidak jemu-jemu sehingga akan terbentuk kebiasaan pada anak.
Maka dari itu supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya harus
memenhi syarat-syarat, yaitu :
1. .Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan
2. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus dijalankan secara teraturb sehingga
akhirnya menjadi kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan

3. Pendidikan hendaknya konsekwen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap


pendirian yang telah diambilnya. Jangan memebri kesempatan kepada anak
melanggar pembiasaan yang disertai kata hati itu sendiri.
4. Pembiasaan yang mula-mula mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan
yang disertai kata hati anak itu sendiri.
Kegiatan shalat dzuhur berjamaah uang dilaksanakan siswa SDN Bader 03
dapat dikatakan berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari antusiasnya para siswa
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Seperti hasil observasi kelas 4 pada saat
menjalankan shalat dzuhur berjamaah.
Ketika pelajaran telah usai para siswa kelas 4 berhamburan dari kelas untuk
menjalankan shalat dzuhur berjamaah mereka terlihat bersemangat untuk
menjalankan kegiatan shalt berjamaah

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan uraian tertera dalam bab-bab tersebut diatas, maka
dapatlah sekarang di kemukakan sutu kesimpulan sebagai berikut
1. Latar belakang pengajaran shalat seorang guru agama Islam Sangat baik dengan
menggunakan berbagai metode .
2. Faktor pendorong dan penghambat pengajaran shalat siswa kelas IV, V, dan VI
SDN Bader 03 Penyebab adalah lingkungan keluarga, lingkungan
masyrakat, lingkungan Ssekolah, dan sarana dan Prasana Ibadah. Hal ini
termasuk faktor ekstern (di luar). Sedangkan faktor pengahambat terbagi menjadi
dua yaitu factor intern (dari diri sendiri) yang meliputi : Anak belum dewasa, lupa
dan malas. Dan faktor ekstern yaiu teman sepermainan.
3. Pelaksanaan ibadah shalat wajib SDN Bader 03 secara umumnya kurang baik.

B. Saran-saran
Pada akhirnya penulisan skripsi ini penulis bermaksud menyampaikan
beberapa yang mungkin berguna dan bernmanfaat bagi guru, murid maupun bagi
penulis sendiri. Saran ini penulis tujukan kepada :

59

1 Kepala Sekolah

a) Hendaknya mengupayakan adanya peningkatan pengembangan pembinaan


ibadah shalat, sehingga nterdapat perpaduan antara lingkungan sekolah,
keluarga, dan madyarakat.
b) Sebaiknya mengadakan pengawasan dan koordinasi antara guru PAI dan
guru lainnya dalam memberikan bimbingan kepada siswa tentang peljaran
shalat wajib, sehingga dengan mempelajari dan memahami anak-anak akan
mampu melaksanakan shalat setiap hari dengan baik.
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Sebaiknya guru mencari informasi penyebab timbulnya problematika tersebut a.
dan sebaliknya guru mengadakan koordinasi dengan orang tua\wali murid
serta masyarakat untuk menamkan shalat bagi anak anak, sehingga dengan
adanya koordinasi anak dapat mempelajari shalat dan dengan mempelajari
shalat anak otomatis akan melaksanakan shalat dengan baik.
Guru hendaknya rajin mengadakan analisa terhadap hasil yang telah di capai b.
baik dalam masalah pealajaran shalat maupun pelaksanaan ibadah shalat.
Guru hendaknya rajin memberikan dorongan sekaligus memantau kegiatan c.
pelaksanaan ibadah shalat wajib yang dilakukan oleh siswa dilingkungan
sekolah maupun lingkungan keluarga.
d. Siswa diharapkan selalu mengikuti program dan latihan yang di adakan oleh
guru maupun sekolah, sehingga dalam pelaksanaan ibadah shalat wajib dapat
menjadi kebiasaan yang ringan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasby. Pedoman Shalat Edisi Ringkas Semarang: PT.
Pustaka Rizky Putra, 2001.
Bp. 7 Pusat, GBHN Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 Team BP.7 Pusat.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bahri Djamarah Syaiful, Pola Komunikasi orang & Anak Dalam Keluarga (Sebuah
Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Renika Cipta.
Departemen Agama RI, AL-Quraan dan Terjemahannya. Bandung : PT. Syaamil Cipta
Media, 2005.
Hasan, A. Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam.
Imam Jalaluddin Abdurahman Ibn Abi Bakr As-Suyuthi, Terjemahan Al- Jamius Shagir
2, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995.
Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2004. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2004)240
Lexy J. Moleong Metodolgi Penenlitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002.
Maman Rachman, M.Sc., Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, IKIP
Semarang Pres, Semarang 1993.
Margono, Metode Penilitian PendidikanI, Jakarta: PT Renika Cipta.
Miles, Matthew & Huberman, Michael, A. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press,
1992.
Mustaqim Abdul, Menjadi Orang Tua Yang Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai
Masalah Anak. Bandung : PT. Mizan Pustaka.
Muhammad Zein, Metode Penagajaran Agama, Yogyakarta, Sumbangsih, 1990.
Mawardi Labay Al-Shultoni, Dzikir dan Doa . Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2005.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Direkterut Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam
1984/1985.
Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial , (Semarang : Aneka
Ilmu 2002.

Rifai, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang, CV. TOHA PUTRA, I976.
Rahman Ritonga dan Zainudin, Fiqih Ibadah Jakarta : Gaya Media Pratama 1997.
Romlah Futiati, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam. Penerbit STAIN Ponorogo
Press.
Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan kuantitatif Kualitatif, dan R&D Bandung:
Alfabeta, 2006.
Susanto, Ilmu Jiwa Umum.Seribu Satu 1974.
Tafsir. Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya 1996.
Thib Raya Ahmad dan Musdah Mulia Siti. Menyelami Seluk- Beluk Ibadah,175
Zakiah Drajat Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:Bulan Bintang.
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluaraga Dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama.

Anda mungkin juga menyukai