Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN


PARTISIPASI KEAKTIFAN SISWA
Oleh: Ika Hardiyanti S.
NIM: K1213032
A. Hakikat Metode
Model pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based
Instruction (PBI) juga dikenal dengan nama lain seperti Project Based
Teaching

(Pembelajaran

Proyek),

Experience

Based

Education

(Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic Learning (Belajar


Autentik), dan Anchored Instruction (Belajar Berakar pada Kehidupan
Nyata).
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang
mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan
yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana
pengembangannya (Zuchdi, 2001: 34). Pemilihan, penentuan, dan
penyusunan bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa.
Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu,
jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut;
dengan kata lain pendekatan merupakan dasar suatu metode yang
digunakan.
Model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar mengembangkan potensi melalui suatu
aktivitas untuk mencari, memecahkan dan menemukan sesuatu. Dalam
pembelajaran peserta didik didorong bertindak aktif mencari jawaban atas
masalah, keadaan atau situasi yang dihadapi dan menarik simpulan
melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Peserta

didik tidak lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang
diberikan oleh guru atau yang terdapat dalam buku teks saja.
Pemecahan masalah adalah suatu jenis belajar discovery. Dalam hal
ini, peserta didik secara individu maupun secara kelompok berusaha
memecahkan masalah autentik. Memecahkan masalah secara kelompok
dipandang lebih menguntungkan karena dapat memperoleh latar belakang
yang lebih luas dari anggota kelompok, sehingga dapat menstimulasi
munculnya ide, permasalahan dan solusi pemecahan masalah.
Hal

yang

perlu

mendapatkan

perhatian

dalam

pembelajaran

berdasarkan masalah adalah memunculkan masalah yang berfungsi


sebagai batu loncatan untuk proses penyelidikan dan inkuiri. Di sini guru
membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada peserta didik
dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki perbedaan penting
dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan
pada pertanyaan-pertanyaan menurut disiplin ilmu dan penyelidikan
peserta didik berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang
lingkup kelas. Sedangkan pembelajaran berdasarkan masalah dimulai
dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana peserta didik
mempunyai kesempatan melakukan penyelidikan, baik di dalam dan di
luar kelas sejauh itu diperlukan untuk pemecahan masalah.
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan
serta kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar
tersebut. Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang dicapai ia
mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah
itu, guru menentukan bahan ajar yang telah dipilih itu, yang sekiranya
sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar
belakang siswa tersebut. Disusun menurut urutan tingkat kesukaran, yakni
yang mudah lanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru

merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta


mengembangkan bahan ajar tersebut.
Manfaat penggunaan metode dalam pembelajaran:
1. Mengarahkan proses pembelajaran pada tujuan pembelajaran.
2. Menghilangkan dinding pemisah guru dan siswa.
3. Menggali dan memanfaatkan potensi siswa secara optimal.
4. Menjalin kemitraan guru dan siswa.
5. Mempermudah penyerapan informasi
6. Memberikan kesempatan untuk belajar secara optimal.
B. Kajian Teoritis Metode Problem Based Instruction (PBI)
1) Pengertian Metode Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Nurhadi (dalam Prasetyo, 2011: 12), Problem Based
Instruction merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
konsep yang essensial dari mata pelajaran. Metode ini membuat siswa
berpikir, menyelesaikan masalah, dan menjadi pelajar yang otonom bukan
tujuan

baru

pembelajaran

pendidikan.
yang

Problem-based

berlandaskan

instruction

paham

adalah

model

konstruktivistik

yang

mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah


otentik (Arends et al., 2001).
John Dewey (dalam Sugiyanto, 2009: 151) mengungkapkan secara
terperinci tentang nilai penting dari reflective thinking (berpikir reflektif) dan
proses-proses yang semestinya digunakan guru untuk membantu siswa
memperoleh keterampilan dan proses berpikir produktif. Jerome Bruner
(dalam Sugiyanto, 2009: 151) menekankan nilai penting dari discovery

learning dan bagaimana guru semestinya membantu pelajar untuk menjadi


konstruksionis terhadap pengetahuannya sendiri.
2. Proses Pemecahan Masalah
Dalam proses pemecahan masalah, aktivitas yang dilakukan cukup
kompleks karena memerlukan keterampilan berpikir yang sangat beragam
antara

lain

mengamati,

melaporkan,

menganalisis,

mengklasifikasi,

menafsirkan, mengkritik, memprediksi dan menarik simpulan berdasarkan


informasi yang diperoleh dan diolah. Pemecahan masalah dapat dipandang
sebagai proses mencari atau memperoleh informasi secara sistematis, langkah
demi langkah dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan
untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respon terhadap masalah yang
dihadapi.
Pada proses pemecahan masalah, setiap peserta didik harus memiliki
konsep awal terhadap suatu masalah. Pada kegiatan pembelajaran, penguasaan
konsep pada taraf tertentu memerlukan penguasaan konsep pada taraf di
bawahnya, karena ini berguna untuk menentukan kelancaran proses pemecahan
masalah. Bila ada sesuatu yang tidak dikuasai dalam konsep, maka peserta didik
akan menghadapi masalah dalam pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah yang dikenalkan para ahli (Nasution,
2001: 121) adalah sebagai berikut:
1 Model John Dewey
Langkah-langkah pemecahan masalah, sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
b) Mengemukakan hipotesis
c) Mengumpulkan data
d) Menguji hipotesis
e) Menarik kesimpulan

2 Model Karl Albreacht


Terdiri dari enam langkah yang dapat digolongkan dalam dua fase utama:
a) Fase perluasan atau ekspansi atau fase divergen
(1). Menemukan masalah
(2). Merumuskan masalah
(3). Mencari pilihan atau alternatif
b) Penyelesaian atau fase konvergen
(1). Mengambil keputusan (memilih diantara dua alternatif)
(2). Mengambil tindakan (komitmen untuk melaksanakan keputusan demi
hasil yang diperoleh)
(3). Mengevaluasi hasil (menentukan sampai manakah jerih payah itu berhasil
atau menemui kegagalan)
3 Model Berry K beyer
a) Mengidentifikasi masalah
b) Membuat rencana pemecahan
c) Melaksanakan rencana pemecahan masalah
d) Memeriksa jawaban
3. Ciri-ciri Model Problem Based Instruction (PBI)
Terdapat 3 ciri utama dari PBI yaitu :
a. PBI merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi PBI ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBI
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBI siswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI


menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah

didasarkan

pada

data

dan

fakta

yang

jelas.Untuk

mengimplementasikan PBI, guru perlu memilih bahan pelajaran yang


memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya dari
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga
atau dari peristiwa kemasyarakatan
4. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Warsito,
2008: 85). Dalam pengertian lain Sadiman (dalam Warsito, 2008: 85)
berpendapat bahwa pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana
dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam
diri peserta didik.
5. Pendekatan-pedekatan dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain
adalah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul
pendekatan-pendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan
fungsi bahasa, yakni pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu.
1) Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih

dahulu ialah tujuan hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang


telah diharapkan tersebut dapat ditentukan metode yang digunakan dan
teknik pengajaran yang diterapkan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
2) Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa, yang dilandasi asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah
bahasa atau tata bahasa.
3) Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa.
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Bahasa dan Sastra dengan Metode
Problem Based Instruction (PBI)
1. Melaksanakan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Fase

1:

Fase
Memberikan

orientasi Guru

Perilaku Guru
membahas tujuan

pelajaran,

tentang permasalahannya kepada mendeskripsikan dan memotivasi siswa


siswa
Fase

untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi


masalah.
2: Mengorganisasikan siswa Guru
membantu

untuk meneliti

siswa

untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan


tugas-tugas belajar yang terkait dengan

Fase

3:

Membantu

permasalahannya.
investigasi Guru
mendorong

mandiri dan kelompok


Fase

4:

mengembangkan

siswa

untuk

mendapatkan informasi yang tepat,


melaksanakan eksperimen.
dan Guru
membantu
siswa

dalam

mempresentasikan hasil

merencanakan dan menyiapkan hasilhasil

yang

rekaman
membantu
Fase

5:

mengevaluasi

menganalisis
proses

masalah

tepat,

video,

mengatasi melakukan

laporan

model-model

mereka

kepada orang lain.


dan Guru
membantu

seperti

dan

menyampaikan
siswa

refleksi

untuk
terhadap

investigasinya dan proses-proses yang


mereka gunakan.

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Based Instruction (PBI)


Kelebihan:
a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benarbenar diserapnya dengan baik.
b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
d. Siswa berperan aktif dalam KBM.
e. Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka
sendiri yang menemukan konsep tersebut.
f. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
g. Pembelajaran lebih bermakna
h. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah
yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
i. Menjadikan siswa lebih mandiri
j. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain
k. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan
pendapat
Kelemahan:
a. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat
tercapai.
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini


d. Membutuhkan waktu yang banyak
e. Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI.
f. Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat
duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat
pembelajaran, dll
g. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
h. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30
siswa perkelas.
E. Simpulan dan Saran
Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction)
adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang
mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah
otentik. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu
pembelajaran yang menantang dan menarik, maka dengan ini dalam proses
belajar mengajar, siswa dapat dipastikan terlihat sangat antusias, dengan
demikian materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik. Pemberian
pengalaman belajar dapat dirasakan melalui mengalami bukan sekedar
menghafal sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsepkonsep serta hubungan antar konsep dalam ilmu pengetahuan. Siswa mampu
menggunakan bermacam-macam keterampilan dan prosedur pemecahan
masalah dan berpikir kritis.
Dengan metode metode pembelajaran berdasarkan masalah (Problem
Based Instruction) siswa diharapkan mampu mempelajari bahasa Indonesia
penuh dengan antusias. Siswa menjadi lebih aktif dan mampu menyerap materi
dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan bisa dicapai.
F. Daftar Pustaka
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.

Zaini, Hisyam, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: UIN Sunan


Kalijaga.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP Surakarta.
Zuchdi, Darmiyanti, dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Prasetyo, Herry. (2011). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkungdi Kelas IX H SMP
Negeri 2 Majenang. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
UNY Yogyakarta.
Nurhidayati. 2011. Metode Pembelajaran Inovatif. Makalah Seminar Metode
Pembelajaran 2011, Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni.

Anda mungkin juga menyukai