Anda di halaman 1dari 11

BACKSTREET

By : @unicanovia__

Stefanny Vanil Herrald, perempuan manis dengan IQ diatas rata-rata yang selalu dibanggakan oleh
keluarga Herren. Oh ya! Jangan lupakan nama Herren yang masih melekat pada dirinya. Herrald,
singkatan dari Herren dan Gerald. Ia benar-benar gigih dalam meraih cita-citanya, hingga dia diterima di
Universitas British Columbia, Canada.

Mark Christian Herren, lelaki yang termasuk bagian dari keluarga Herren. Oh dan jangan lupakan,
kepintarannya benar-benar sejajar dengan Stevanny, hingga dia juga diterima oleh Universitas British
Columbia, Canada. Tentu saja dia adalah salah satu anak yang dibangga-banggakan oleh keluarga Herren.

Herren, keluarga keturunan Canada-Indonesia itu benar-benar harmonis. Setidaknya sebelum


sesuatu terjadi pada keluarga mereka. Jadi, ada kisah apa diantara mereka?

Pagi itu, kediaman keluarga Herren benar benar ricuh.

“MAAAAARRKK, AYO AH, BENTAR LAGI TELAT NIH!!!”

“IYA IYA STEF SABAR DONG”

Danial Herren dan Irene Gerald, ayah dan bunda dari Stefanny hanya bisa menggelengkan kepala
melihat kelakuan putri mereka dan saudara terdekatnya itu. Yah, Stefanny dan Mark sangat dekat dari
kecil, sehingga mereka benar benar tidak canggung lagi.

“kak liat tuh, anak kita” ucap Irene kepada kakak iparnya, Jessica Herren mama dari seorang Mark
Herren.

“haduhh, udah kuliah masih aja kaya anak tk” ujar Jessica

“udah lah, bentar lagi kita pasti kangen” kata Ryan Herren, papa Mark.

“Bunda, Mama, Ayah, Papa ,Stefanny berangkat dulu ya”

“Bun, Ma, Yah, Pa, Mark mau berangkat dulu ya, doain biar cepet punya temen”

Jangan heran, saking dekatnya mereka, tak heran lagi jika Mark atau Stefanny memanggil orang
tua Stefanny atau Mark dengan sebutan ayah-bunda atau mama-papa.

“iya, kalian hati hati di Canada, disana udah ada apartemen buat kalian, jangan lupa kabarin kami
ya kalau udah sampai”

“iya yah”

Tiba saat dimana mereka berpisah. Mark dan Stefanny pun pergi ke bandara dengan supir, orang
tua mereka tidak mengantarkan mereka, karena katanya para ibu tidak kuat jika berpisah dengan mereka.

At Vancouver, Canada

“Halo Vancouver, Canada” senyum manis merekah di bibir Stefanny. Akhirnya ia sampai setelah
berjam-jam dalam pesawat.

“duh, capek sumpah, ayo ah Stef, gua capek, tuh supir udah nunggu” kata Mark itu membuat
Stefanny melihatnya sinis

“lu ah Mark, ganggu orang lagi seneng aja” ucap Stefanny cemberut
At Apartemen

“huahhhhh” ucap Mark yang baru saja merebahkan dirinya di sofa

“heh! Mandi dulu sana lu!” bentak Stefanny

“duh Stef, jan galak-galak ah! Kasian anak kita nanti di masa depan” iya, mereka berdua saling
mencintai. Tumbuh bersama menyebabkan tumbuhnya rasa dihati mereka juga. Tapi ya bagaimana lagi,
mereka adalah keluarga.

“Mark, jangan ungkit perasaan kita. Sakit rasanya liat kamu ga bisa jadi milikku. Kamu harus inget
di nama aku tetep ada nama Herren!” ucap Steffanny dengan kepala tertunduk

“Miss Vanil, are you okay? Kita bebas disini, setidaknya kita bisa berduaan selama di Kanada,
walau aku tau ini salah, tapi setidaknya biarin aku ngerasain punya kamu” setelah mengatakan itu, Mark
langsung merengkuh tubuh kecil Stefanny.

Hening beberapa menit itu dipecah dengan suara isakan Stefanny.

“Stef, kamu kenapa?” dilepaskannya pelukan hangat itu, ia menatap lekat lekat mata Stefanny.

“kenapa sih Mark? Kenapa kita sodara?!” setelah mengatakan itu Stefanny berlari kekamarnya.
Meninggalkan Mark yang terdiam. Mark hanya bisa mengacak surainya.

Didalam kamar, Stefanny pun menangis sejadi-jadinya, hatinya sakit ketika ingat bahwa Mark
adalah saudaranya. Mark maupun Stefanny tidak tau, bahwa takdir yang akan membawa kisah mereka
akan menemui kebahagiaan atau kesedihan.

Keesokan harinya Mark sudah siap untuk berangkat ke Universitas. Ia pun mengetuk pintu kamar
Stefanny guna membangunkannya.

Tok tok tok

“Stef, bangun dong” tak disangka Stefanny membuka pintu kamarnya lalu menghambur ke pelukan
Mark

“Mark, maafin aku soal kemarin, aku bener bener kekanakan banget” kaget tentu saja, siapa yang
tidak kaget ketika tiba tiba ada orang tanpa babibu memelukmu

“Stef, gausa minta maaf, aku juga salah kok, udah ah, yuk makan, ntar terlambat ke kampus loh”
tangan Mark tergerak untuk mengelus surai dark brown itu.

“iya iya, eh kita belum ngabarin ayah bunda sama mama papa!!”

“eh iya!” Mark langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil handphone nya. Sekarang, mereka
berdua sedang video call dengan keluarga yang ada di Indonesia

“kenapa kalian ga telfon kami kemarin?! Kami kan khawatir” baru saja terhubung, mereka sudah
mendapat omelan dari Irene dengan diikuti anggukan dari Jessica.

“yaampun Bundaaa, kan aku sama Mark capek, maaf ya? Kita lupa, Bun” kata Stefanny

“huh, yaudah, kalian apa gak berangkat ke kampus?” kata Jessica

“iya, Ma. Ini mau berangkat, Vanil nih lama”

“heh! Engga maaa, aku tadi udah siap kok, Mark aja yang ngada-ngada”
“haduuuh, udah nanti kalian telat loh! Udah yaa, ati ati disanaa byeee” sambungan itu terputus.
Stefanny dan Mark saling bertatapan, mereka benar-menar menunggu momen ini, yaitu momen dimana
mereka bisa menjalin hubungan tanpa diketahui oleh keluarga mereka.

Setelah dirasa cukup lama, merekapun memutuskan kontak mata diantara mereka.

“Mark, ayooo, udah telat nihh”

“e-eh iya iya Stef”

Sesampainya mereka di Universitas British Columbia, mereka langsung mencari fakultasnya


masing-masing, juga mencari teman tentunya. Mereka pun berpisah dan

BRUUKK

“Aww”

“oh, im sorry miss, are you ok?”

“uhh, I’m okay, hey, who are you?”

“ummm, I’m Stefanny from Indonesia”

“oh haii, I’m Evelyn, nice to meet you”

“nice to meet you too Evelyn”

“hahahah, kaku banget si Stef” kaget tentunya, orang wajahnya aja bule-bule gitu tapi bisa bahasa
Indonesia

“loh Lyn, kok kamu..”

“aku keturunan Indonesia, tapi lahir di London”

“ohh gituu, eh jurusan apa kamu?”

“art Stef”

“wuiiihhh sama dong Lyn”

“ehh? Yaudah ayo sama-sama cari kelas”

Sementara itu, Mark masih linglung untuk mencari kelasnya

“Mark? Loh beneran Mark??”

“eh? Loh Keano??”

“iya ini guaa, wehhh ma broo ketemu juga, lu jurusan apaan dah?”

“science nih”

“lah sama dong? Btw gimana kabar Stefanny?”

“baik aja kok”

“kuliah dimana dia sekarang?”

“ya disini lahh”


“lah? Jurusan apa dia?”

“art dia mah”

“break ayok lah ke kantin bareng, ajak Stefanny juga”

“kuylah”

Istirahat

ChatRoom

Mark Herren
Stef ke kantin bareng ya?
Aku ketemu Keano nih
Stefanny Herald
Hah? Beneran?!
Iyadeh aku kesana tunggu yaa

“Stef” ucap Mark melambaikan tangannya, agar Stefanny dengan mudah melihatnya

“Maarrkk, kenalin nih temen baru aku, namanya Evelyn”

“halo, Evelyn” sambil menjulurkan tangan untuk berjabatan

“Mark” ucapnya membalas uluran tangan Evelyn

“hei Steff, lama ga ketemuu, apa kabar nih ntan?”

“baik nih ntan. Lama ga ketemu kangen nihhh” ntan? Ya Stefanny dan Keano itu mantanan. Tapi
tenang, mereka ga musuhan kok, malah mereka sahabatan.

“loh loh, velin?”

“eh, Kean?”

“lohh, kok kalian saling kenal?” Stefanny melihat mereka dengan tatapan kebingungan, sementara
Mark hanya meminum jus semangkanya seakan tak terjadi apa-apa.

“oh itu, Stef. Apartemen Kean disamping apartemen ku, jadi kita tetanggaan”

“oh gituu. Dunia sempit ya?” mereka pun bercanda ria di waktu istirahat itu

Go Home

“Stef ayo cepetan dongg”

“huhhh iya-iya Mark, sabar dongg”

“jangan males ah, nanti anak kita malesan gimana?”

“ih bodo!” Stefanny pun hanya melewati Mark tanpa menunggunya, kesal katanya digoda terus

“ih sayaaang jangan ngambek dongg”


Blush

Mark mengejar Stefanny yang sudah duluan dan

“ehh pipinya meraahh, ututu Vanil sayaang”

“Ih Maaark” Stefanny hanya bias menutup mukanya dengan kedua tangan

Sebulan kemudian

Tak terasa mereka di Canada sudah sebulan, dan banyak sekali yang terjadi, seperti yang ada
dihadapan mereka ini.

“jadii?” Tanya Stefanny memastikan

“iya, gua sama Evelyna Andira udah Official” ucap Keano sambil menggaruk tengkuk belakangnya.
Sedangkan yang dirangkul hanya menunduk malu, siapa lagi kalu bukan Evelyn.

“ihhh selamaaatt, lucu tau gasih kalian berdua tuhhh”

“lucuan kita ah Stef” kata Mark dengan watadosnya

“heleh, lucu apaan, ngegas doang jadian kagak” sindir Keano tepar sasaran

“No, lu tau kan apa jadinya gua kalau sama Stefanny ketauan sama-sama punya rasa?”

“iya, kita semua tau. Tapi apa keluarga kamu ga terlalu kejam ya?” kini Evelyn ikut buka suara

“yamau gimana. Dulu Bang Vernon sama Kak Alea juga harus dipisah. Bahkan Kak Alea suka
ketauan selalu nangis kalo inget Kak Vernon” kata Mark sendu

“akhir-akhir ini Kak Grace juga habis putus sama Kak Dino, mereka ngelakuin itu biar gak
dicurigai” ucap Stefanny. Ya, tradisi keluarga Herren, kalau ada yang saling jatuh cinta mereka akan
mengasingkan salah satu pihak, benar-benar diasingkan di pulau terpencil, bahkan selama perjalanan
menuju pulau tersebut, mata mereka harus tertutup kain hitam . serta dihapus dari daftar keluarga Herren.
Namun, ketika mereka bertemu kembali, keluarga Herren akan merestuinya, karena menganggap itu
adalah takdir yang sudah di gariskan untuk mereka. Kejam memang, tapi itu sudah turun temurun di
keluarga Herren.

“kalian ga coba pacaran diam-diam?” Tanya Evelyn kemudian. Mark dan Stefanny pun bertatapan.
Dan…

“ya ini lagi backstreet” kata Mark dengan santainya

“hehhh?! Demi apa lo Mark?” Tanya Keano

“yeee Tanya aja ama Miss Vanil”

“bener Stef?”

“iyaaaa beneerr, kita backstreet”

“yaampuuun akhirnyaa kaliaann, udah berapa lama??”

“kepo deh Lyn”

“ihhh Stef kasi tau dongggg”

“iya iyaaa, ayo masuk kelas dulu ah. Mark aku masuk dulu ya”
“iya Stef dahh” Stefanny melambaikan tangannya, dan dengan senang hati Mark membalasnya

“BYE EVELYNAA!!!”

“ebuset No, santuy woe”

“ya abis ada temennya juga malah kaga dianggep, kan sad”

“udahlah yuk ke kelas, bentar lagi Miss Betharia nih”

“eh iya lupa, ayok ah, males dihukum”

At Art Class

“jadi Stef, kalian udah berapa lama?”

“umm udah semingguan deh”

“lah duluan kamu dong, kok gak ceritaa?”

“namanya juga backstreet”

“kan bisa kasi tau aku sama Keano ihh Stefanny mah” ucap Evelyn sambil mengembungkan
pipinya

“ihhh iya iyaaa maaf Evelyn sayaang, waktu itu aku sama Mark masi takutt” kata Stefanny sambil
nyubit pipi Evelyn. Gemas katanya

“aduhh duh iya-iyaa gausa cubit cubit dongg”

“ihh gemes tauuuu”

At Science Class

“jadi lo udah semingguan ini Mark?”

“iya No, gua bener-bener saying ama Stefanny. Tapi kalau ketauan mungkin kita ga akan pernah
bias ketemu lagi”

“Mark, orang tua kalian belum tau kan?”

“mestinya belum No, tapi mereka kok belum ke Canada ya buat jengukin gua ama Stefanny”

“wah, lo musti ati-ati Mark. Siapa tau orang tua kalian tiba-tiba datang kan galucu”

“iya-iya No”

Go Home

“Miss Vanil! Ayo cepet, kita musti beli makan siang dulu!”

“iya Christian! Sebentar, ini lagi jalan”

“mau makan di mana?”

“tempat biasanya aja”


“oke sayang”

“ih Maaark apaan sih sayang sayangan” malu tentu saja, Stefanny benar-benar malu sekarang

“ih nyonya Herren malu”

“aku Herren dari dulu tau!”

“iya iyaa”

“eh ayah kirim uang lagi ya?”

“iya nih Stef. Padahal uang kemarin belum habis”

“ haduhh ayah kebiasaan”

At Apartemen

“ayah, bunda, papa, mama belum kesini ya?”

“belum Stef”

“huhh, mereka juga main rahasia-rahasiaan. Kalo tiba-tiba dateng kan galucu”

“iya juga ya, kalau tiba-tiba mereka tau kita saling jatuh cinta gimana?”

“iya Mark. Apalagi kita sekarang udah pacaran”

BRAAKK

Suara pintu yang dibanting dengan keras membuat Mark dan Stefanny kaget. Dan dengan tidak
diinginkannya orang tua mereka berada di ambang pintu apartemen. Para ayah memasang muka marah,
sedangkan para ibu hanya menangis. Niat mereka meng-surprise kedua anak mereka gagal, malah mereka
yang dikejutkan oleh fakta baru. Bahwa Mark dan Stefanny saling menyukai.

“udah berapa lama?” Tanya Danial selaku ayahnya Stefanny. Mark hanya terdiam.

“JAWAB MARK KAMU LAKI-LAKI! UDAH BERAPA LAMA KALIAN SALING SUKA?”

“udah semingguan yah” ucap Mark menunduk

“Nial, kita salah didik anak, kayaknya mereka harus dapat hukuman. Biarin Granpa nentuin
hukuman kalian” kata Ryan papanya Mark

“pa! gabisa gitu! Aku sama Stefanny saling suka! Apa papa ngga ngerti?! Lagian kita saudara jauh!”

“meskipun saudara jauh, kalian adalah Keluarga Herren! Kamu lupa?!” bentak Danial, dengan
menekankan kata ‘keluarga’

“kita pulang ke Indonesia sekarang! Maafin kita, kalau granpa marah kita gak bisa bantu” putus
Ryan

“Stef maafin aku, kalo emang salah satu dari kita harus pergi, biarin aku aja.” Stefanny yang dari
tadi hanya menunduk dan menangis hanya bias menggeleng lemah.

At Indonesia, Herren’s Home

“kita udah tau semua Mark, Stef” ucap Granpa


“Granpa, kita saling mencintai…”

“TIDAK ADA KATA MENCINTAI LEBIH DARI SEKEDAR SAUDARA DI KELUARGA


HERREN” belum selesai Mark berbicara ia sudah di bentak Granpa Herren terlebih dahulu. Mark hanya
bisa menunduk sambil menggenggam erat tangan Stefanny.

“para orang tua, kita adakan rapat di ruangan khusus” kata granma

Mark dan Stefanny tau apa yang akan mereka bahas. Namun mereka tidak bisa apa-apa, keputusan
ditangan granpa.

“yang sabar ya dek, kalau jodoh pasti diperlancar sama tuhan” kata kak Alea. Iya ia adalah korban
dari aturan keluarga Herren

“apa gini kak, rasanya waktu kakak sana kak Vernon mau disidang?” Tanya Mark

“ya gini dek” Alea tersenyum kecut

“ehem” Stefanny berdehem

“kenapa Stef?”

“aku mau ambil minum Mark” Stefanny pun menuju dapur lantai dua yang melewati raungan
khusus yang digunakan untuk rapat. Karena penasaran ia pun menguping sebentar.

“Stefanny yang harus di asingkan!” itu suara mama Jessica

“kenapa begitu kak?” nah ini baru suara Bunda Irene

“dari awal dia bukan bagian keluarga Herren! Dia Cuma anak angkat, Ren! Kamu harusnya tau
itu!” Stefanny terdiam, ia terkejut dengan perkataan Mama Jessica kali ini. Ia tak kuat lagi

“tapi dia anak ku kak” suara bunda mulai melemah, Stefanny tau ia menangis

Stefanny langsung berlari ke bawah menghampiri Mark

“Mark biarin aku yang diasingin”

“maksud kamu apa Stef?” Mark kaget

“Mark dengerin aku, aku bukan anak kandung Bunda. Kamu keturunan Herren Mark dan aku
bukan, aku cuma orang asing Mark. aku cuma anak angkat ayah dan bunda, jadi biarin aku yang pergi”

“ga Stef ga!”

“Mark aku mohon. Aku janji kita akan ketemu lagi” Mark pun menatap Stefanny yang sedang
berlutut dihadapannya

“okay, janji ya Stef” nada Mark melembut, ia percaya pada gadisnya ini

“janji” merekapun mengaitkan kelingking mereka

Tiba saatnya para orang tua serta granpa mendengar siapa yang akan diasingkan.

“jadi Mark, Stefanny.siapa yang akan diasingkan?” Tanya granpa dengan tegas. Mark dan Stefanny
berpandangan sejenak, lalu..

“Aku!” kata Stefanny lantang

“Fanny!” bunda Irene histeris, dibelakangnya Ayah Danial menatap sendu putrinya itu
“granpa, beri aku waktu ngomong sebentaaar aja” kata Stefanny dengan senyumannya yang ceria.
Granpa mengangguk tanda setuju.

“ayah, bunda. Aku tau aku bukan anak kandung kalian” nafas Danial dan Irene tercekat.

“tapi jangan khawatir, aku ga benci sama kalian. aku malah bersyukur banget pernah punya orang
tua seperti kalian. Ayah Danial, Bunda Irene, makasih udah anggep aku seperti anak kandung kalian. Kita
pasti bakal bertemu lagi kok Bun, Yah” Stefanny memeluk ayah dan bundanya begitu erat, seakan itu
waktu terakhir mereka untuk bersama, seakan tidak mau berpisah dengan mereka, begitu juga Danial dan
Irene. Stefanny pun berpindah ke hadapan papa mama

“papa mama, maafin aku ya. Bikin Mark keseret kasus besar dalam keluarga Herren. Aku sayang
banget sama papa mama. Jagain Mark ya ma pa” Stefanny juga memeluk Ryan dan Jessica yang disambut
hangat oleh keduanya. Oh, sungguh sepertinya setelah ini air mata Stefanny akan habis. Stefanny
berpindah ke hadapan Mark yang sudah meneteskan air mata. Entah yang keberapa.

“loh Mark kok nangis? Jangan nangis. Baik-baik ya tanpa aku. Jaga pola makan, jangan sampe
sakit, Mark kalo sakit nyusahin” tanpa berkata, Mark menarik Stefanny kedalam pelukannya. Ia tak rela
berpisah dengan gadisnya, ia mencintainya. Tak peduli tatapan granpa yang marah. Stefanny masih
sempat sempatnya terkikik kecil padahal air matanya mengalir begitu deras. Mark memeluknya seakan tak
ada hari esok untuk memeluk Stefanny, gadis yang ia cintai.
“kenapa Mark? Aku kan udah janji kita bakal ketemu lagi, jangan nangis dong. Nanti kaya waktu
itu, kamu nangisin aku sampai demam. Jangan sampai gitu ya sayang?” kata Stefanny dengan beraninya.
Mark terkejut, Stefanny berani mengatakan sayang padanya
“Stef, maafin aku, maafin aku” kata Mark menyesal
“ssttt, kamu ga salah, udah ya, aku pergi sebentar kok, gausa khawatir. satu lagi, sampein salamku
ke Evelyn sama Keano” senyum Stefanny merekah.

“ehem, Stef waktunya kamu pergi” kata granpa

“ah ya, granpa! Dahh kaliannn, Stefanny bakal kangen kaliannn” sekarang Stefanny benar-benar
akan pergi dari kehidupan keluarga Herren. Matanya pun ditutupi kain hitam, serta dituntun masuk ke
helikopter pribadi keluarga Herren untuk pergi diasingkan. Tangis keluarga Herren yang ada disana pecah
ketika helicopter yang membawa Stefanny mulai melayang.

Satu jam kemudian belum ada kabar dari pilot yang mengantarkan Stefanny

“granpa, gimana Stefanny?” Tanya Irene penasaran

“belum ada kabar”

“pa, siapa pilot tadi, aku belum pernah melihatnya” Tanya Danial

“dia pilot uji coba”

“APA?! Pa! kau gila?! Itu anakku” bentak Daniel

“diam! Aku melihat sesuatu dari radar!” kata granpa yang mengundang atensi seluruh keluarga
Herren

Granpa melihat sebuah alat yang diyakini terhubung oleh helicopter tersebut. Lalu granpa
menghembuskan nafas kasar. Ia mengadah untuk menahan tangis. Lalu ia berkata

“hari ini, keluarga Herren kehilangan salah satu anggotanya, benar-benar kehilangan” memang
Stefanny akan dikeluarkan dari keluarga Herren, tapi setelah dia di turunkan di pulau tersebut. Tapi tuhan
berkehendak lain.
“maksud Granpa?!!” Tanya Mark

“Stefanny Vanil Herald dinyatakan meninggal, karena helikopter yang dikendarainya jatuh. Pilot
selamat karena sempat terjun menggunakan parasut. Tapi Stefanny tidak”

“APA!!? GRANPA INI BERCANDA KAN?!” bentak Mark

“AKU SERIUS MARK!” Irene yang shock hanya bisa menangis tersedu-sedu .lemas, ia lemas.
Bahkan Irene hampir pingsan disamping Danial. Anak yang dia besarkan pergi meninggalkan dia lebih
dulu. Disampingnya Danial benar-benar terlihat frustasi, baru kali ini keluarga Herren melihat Danial
menangis sederas itu.

“granpa ini salah, ini salah ini salah” kata Mark lirih

“tidak ada yang salah, untungnya mayat Stefanny masih utuh. Kita bisa memakamkannya besok”
kata granpa

“UNTUNGNYA DARI MANA GRANPA?! ITU KARENA ATURAN YANG TIDAK MASUK
AKAL!! BAHKAN KETIKA KALIAN SEMUA TAU BAHWA AKU DAN STEFANNY TAK ADA
HUBUNGAN DARAH!!! ARRGGHHH” Mark keluar rumah dengan berlari

“STEFANNY VANIL HERALD, KAU PEMBOHONG, KAU MENGINGKARI JANJIMU” Mark


benar benar berteriak seperti orang kesetanan.

Keesokan harinya

Suasana duka mengelilingi keluarga Herren. Gadis yang selalu ceria itu sekarang hanya diam.
Bibirnya yang dulunya selalu menunjukkan senyum dan -berwarna pink alami itu, kini menjadi datar dan
pucat. Mata yang selalu memancarkan kebahagiaan itu kini terpejam dengan damai. Ia damai dalam
tidurnya. Kecantikannya pun masih bisa terlihat, meski ia tak mungkin bangun lagi. Mark Herren yang
sedari tadi memandangi peti yang akan dimasukkan kedalam tanah itu dengan pandangan kosong,
mengisyaratkan kesedihan yang teramat dalam. Gadis yang dicintainya, gadis yang disayanginya, gadis
yang bisa membuanya tertawa, pergi meninggalkannya untuk selamanya. Disampingnya Irene hanya bisa
menangis tersedu-sedu, ia sudah beberapa kali pingsan karena syok. Danial hanya bisa menenangkannya,
ia juga menangis sama seperti istrinya. Selesai upacara pemakaman Mark tetap berada disana, bahkan
ketika semua anggota Keluarga Herren pulang. Ia memandangi gundukan tanah yang masih baru itu
cukup lama, hingga ia berutut disamping batu nisan yang bertuliskan “STEFANNY VANIL HERALD” ia
tak peduli bahkan jika pakaiannya akan lusuh nanti. Pertahanannya pun runtuh, ia air mata mengalir
begitu derasnya. Seakan ikut bersedih, langit pun mengeluarkan airmatanya begitu deras. Mark mengadah
untuk melihat langit. Ia tak peduli jika pakaiannya basah.

“Stef, kamu janji kita bakal ketemu lagi. Kamu janji itu Stef. Aku kenal kamu Stef, kamu gabakal
ingkarin janji. Tapi kali ini kamu ngingkarin janji kamu. Kamu pergi ga bilang Stef. Oh ya kamu tau gak?
Aku bener bener nunggu saat kita ketemu lalu mengikat janji suci dihadapan tuhan. Agar kita bisa
bersama selamanya. Tapi kamu jahat, kamu bohongin aku. Kamu ninggalin aku. Kamu tau? Kamu alasan
aku selalu bisa tersenyum walau banyaaak banget yang buat aku bete. Kamu alasan aku tau apa arti
mencintai dan dicintai. Kamu alasan aku bisa semangat kuliah. Kamu alasan aku belajar apa arti setia. Stef,
Aku harap kamu baik-baik disana ya. Aku disini doain kamu selalu. Aku sayang ah nggak. Aku cinta
kamu lebih dari apapun Stef. Aku janji bakal lebih madiri lagi Stef. Aku bakal jaga kesehatanku. Seperti
yang kamu bilang Stef. Stef, tunngu aku ya? Aku bakal kesana, tapi ga sekarang. Dulu katanya kamu
pengen liat aku di wisuda kan? Biarin aku wisuda dulu Stef, biarin waktu yang jemput aku. Sampai waktu
itu datang, aku bakal temuin kamu, Stefanny Herren”
Disini, Mark benar benar menangis, dia menumpahkan segala kesedihannya. Memang cintanya
melebihi apapun yang ada di dunia ini. dan Satu hal yang kita tau. Mark Christian Herren mencintai
Steffanny Vanil Herald sampai kapanpun itu, dan begitu juga Stefanny Vanil Herald mencintai Mark
Christian Herren.

“Bahkan ketika kamu sudah tidak disampingku, kamu tetaplah yang terbaik, kamu yang
mengajarkanku mencintai dengan ketulusan. Tunggu aku ya. Aku janjii bakal nemenin kamu disana, saat
waktuku datang” – Mark Christian Herren

“Mark, tak usah terburu-buru, aku bakal tunggu kamu disini.tunggu waktunya aja, jangan
mempercepatnya. Aku bakal liatin kamu dari sini. Aku bakal jagain kamu dari sini. Semangat Mark, aku
sayang kamu”- Stefanny Vanil Herald

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai