Anda di halaman 1dari 45

KESETIMBANGAN

HETEROGEN
Referensi : Prinsip-prinsip Kimia Modern
Penulis : Oxtoby, Gillis, Nachtrieb

Fenomena

Kesetimbangan fasa antara air dalam


bentuk cair dan dalam bentuk uap
H2O(l)
H2O(g)

Kesetimbangan antara iosin padat dan


iodin yang larut dalam air
I2(s)
I2(aq)

Penguraian kalsium karbonat


CaCO3(s)
CaO(s) + CO2(g)

1. Hukum Aksi Massa Untuk Reaksi


Heterogen: Konsep Aktivitas

Jika satu atau lebih reaktan atau produk


adalah zat padat atau cair dalam wujud
murninya, prosedurnya menjadi kurang jelas,
karena konsentrasi tidak mempunyai arti
apabila diterapkan pada spesies murni.
Konsep ini dapat dipecahkan dengan konsep
aktivitas, yang merupakan cara praktis
untuk membandingkan sifat-sifat suatu zat
dalam keadaan termodinamika umum
dengan sifat-sifatnya dalam keadaan acuan
yang dipilih secara khusus

Konsep aktivitas diperkenalkan dengan


meninjau energi bebas Gibbs suatu
sistem terhadap tekanan (jika suatu zat
murni) atau terhadap komposisi (jika
suatu larutan), tanpa memandang fasa
dari sistem tersebut
Perubahan energi bebas Gibbs bila gas
dibawa dari keadaan acuan Pref ke
tekanan P diberikan oleh :
G = nRT ln(P/Pref) = nRT ln P

Untuk itu kita dapat mendefinisikan aktivitas


dengan persamaan
G = nRT ln(a/aref) = nRT ln a
dimana aref adalah aktivitas dalam keadaan acuan
yang dipilih dan a adalah aktivitas dalam keadaan
temodinamika umum. Aktivitas dalam keadaan
acuan selalu dinyatakan dengan nilai 1
Hal ini berarti perubahan energi bebas Gibbs pada
waktu pengambilan sistem dari keadaan acuan ke
suatu keadaan termodinamika umum ditentukan
oleh aktivitas a dalam keadaan umum

Aktivitas ini dihubungkan terhadap


tekanan atau konsentrasi oleh koefisien
aktivitas () yang didefinisikan dengan
persamaan
a=

P
Pref

Nilai untuk gas ideal = 1


Aktivitas suatu gas ideal adalah nisbah
antara tekanannya dengan tekanan
standar tertentu

Aktivitas untuk larutan


a=

c
cref

Koefisien aktivitas sama dengan 1 pada


keadaan acuan, yang dipilih sebagai
larutan ideal dengan konsentrasi yang
sesuai
Keadaan acuan dipilih larutan ideal (cref)
pada 1 M

Keadaan acuan untuk zat padat dan cair


murni dipilih berbentuk stabil pada 1
atm
Zat murni dalam keadaan acuannya
memiliki nilai aktivitas sebesar 1
Dengan keadaan acuan didefinisikan,
koefisien aktivitas dapat ditentukan
dari P-V-T hasil eksperimen dan data
kalorimetri dengan percobaan

Tetapan kesetimbangan K tanpa


memperhatikan fasa dari setiap produk
dan reaktan
acC . adD

=K

a a A . ab B
Persamaan-persamaan diatas
menghasilkan hukum aksi massa

Bentuk umum hukum aksi massa sekarang dapat


disebutkan:
1. Gas ikut serta dalam persamaan kesetimbangan
sebagai tekanan parsial, dalam atmosfer
2. Spesies yang larut masuk sebagai konsentrasi,
dalam mol per liter
3. Zat padat murni dan zat cair murni tidak muncul
dalam persamaan kesetimbangan, demikian pula
dengan pelarutnya yang akan ikut serta dalam
reaksi kimia, asalkan larutan tersebut encer

4. Tekanan parsial dan konsentrasi produk


muncul di bagian pembilang, dan
tekanan parsial dan konsentrasi reaktan
di bagian penyebut, masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien dalam
persamaan kimia yang balans

Rumus kesetimbangan yang digunakan


disini mempunyai kecermatan sekitar
5% jika tekanan gas tidak melebihi
beberapa atmosfer dan konsentrasi
pelarut tidak melebihi 0.1 M.
Faktor koreksi bisa lebih besar dari 5
sesuai kondisi dan sifat zat

2. Distribusi Spesies Tunggal Di Antara Fasa


yang tidak dapat Tercampurkan: Proses
Ekstraksi dan Proses Pemisahan

Immiscible berarti saling ta terlarutkan


Larutan-larutan terpisah menjadi dua
fasa atau lebih karena perbedaan
kerapatannya
Zat terlarut akan terdistribusi ke dalam
setiap fasa
Tetapan kesetimbangannya disebut
koefisien partisi
I2(aq)
I2(CCl4)
[I2]CCl4

Proses Ekstraksi

Ekstraksi memanfaatkan pembagian


sebuah zat terlarut antara dua pelarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain
Dapat digunakan sebagai prosedur
pemisahan

Pemisahan dengan
Kromatografi

Kesetimbangan partisi merupakan dasar dari


teknik pemisahan yang disebut kromatografi
Kromatografi adalah proses ekstraksi kontinu
dimana spesies terlarut ditukar antara dua
fasa. Yang satu, fasa bergerak, berpindah
relatif terhadap yang lain, yaitu fasa diam.
Nisbah partisi K dari zat terlarut A antara
fasa diam dan fasa bergerak adalah
[A] diam
=K
[A] bergerak

seiring dengan fasa bergerak yang mengandung zat


terlarut melewati fasa diam, molekul zat terlarut
bergerak antara kedua fasa. Kesetimbangan
sebenarnya tidak pernah benar-benar tercapai
karena pergerakan fasa cair secara terus menerus
mempertemukan pelarut dengan fasa diam
Makin besar K, makin banyak waktu yang dihabiskan
zat terlarut dalam fasa diam dan karena itu, makin
lambat pula kemajuannya dalam sistem pemisahan.
Zat terlarut dengan nilai K yang berbeda dipisahkan
oleh kecepatan perjalannya yang berbeda

Kromatografi kolom menggunakan tabung yang diisi


dengan bahan berpori seperti silika gel dimana air
teradsorpsi. Air menjadi fasa cair diam. Fasa gerak
benzen atau piridin. Jika fraksi mencapai dasar
kolom, mereka dipisahkan untuk dianalisis. (lihat
gambar 11.3)
Kromatografi Gas-Cair, fasa diam cairan yang
diadsorpsi pada zat berpori dengan fasa bergerak
gas. Sampel diuapkan dan dilewatkan melalui kolom,
terbawa aliran gas lembam seperti helium dan
nitrogen. Waktu tinggal dalam kolom tergantung
pada koefisien partisi spesies terlarut, lalu dideteksi
setelah meninggalkan kolom. (lihat gambar 11.4)

3. Sifat-sifat Kesetimbangan Kelarutan

Sifat-sifat Umum Kesetimbangan


Kelarutan

Kesetimbangan larutan merupakan


kompromi dinamik dimana kecepatan
keluarnya partikel dari fasa pekat sama
dengan kecepatan baliknya
Asumsinya bahwa larutan yang berada
diatas zat padat yang tidak larut adalah
larutan ideal.
Kesetimbangan pelarutan dan
pengendapan antara zat padat dan
bentuk terlarutnya disebut larutan jenuh

Prinsip Le Chatelier diterapkan pada


kesetimbangan ini.
Penambahan pelarut akan membuat konsentrasi
zat terlarut dan penambahan zat padat akan
mengembalikan keadaan kesetimbangan
Pengambilan pelarut yang sudah jenuh memaksa
zat padat mengendap agar konsentrasi tetap
Prinsip ini sering digunakan untuk proses
pemurnian zat disebut dengan proses
rekristalisasi
Rekristalisasi didasarkan pada prinsip perbedaan
kelarutan zat yang diinginkan dan kotorannya.

Dalam rekristalisasi, larutan mulai


mengendapkan sebuah senyawa bila larutan
tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa
tersebut. Dalam pelarutan, pelarut menyerang
zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat
partikel individual. Dalam pengendapan, terjadi
kebalikannya: tarik menarik zat terlarut terjadi
kembali saat zat terlarut meninggalkan larutan.
Sering, tarik menarik zat terlarut-pelarut tetap
berlangsung selama proses pengendapan dan
pelarut bergabung sendiri ke zat padat.

Kelarutan Zat Padat Ionik

Garam menunjukkan interval kelarutan yang


besar dalam air.
Kebanyakan reaksi pelarutan untuk zat padat
ionik bersifat endotermik, sehingga menurut
prinsip Le Chatelier kelarutan naik dengan
naiknya suhu
Pelarutan yang bersifat eksoterm menunjukkan
sifatyang berlawanan. Lihat gambar 11.7
Dengan mengetahui kelarutan zat ionik, kita
dapat memprediksikan jalannya reaksi. Lihat
tabel 11.2

4. Kesetimbangan Ionik antara


Zat Padat dan Larutan

Jika sebuah zat padat ionik seperti CsCl


larut dalam air, maka akan terpecah
menjadi ion yang bergerak berjauhan
satu dengan yang lain dan menjadi
terselubungi oleh molekul air
(terhidratasi/terakuasi)
CsCl(s)
Cs+(aq) + Cl-(aq)
Hal berbeda jika garam perak klorida
dilarutkan dalam air. Dimana hanya
sebagian kecil yang larut
AgCl(s)
Ag+ (aq) + Cl-(aq)

Kesetimbangannya mengikuti hukum kesetimbangan


heterogen
[Ag+]1 [Cl-] 1 = Ksp

Dimana sp berarti hasil kali kelarutan, yang


membedakan K sebagai yang mengacu pada
pelarutan zat padat ionik yang sedikit larut dalam air
Konsentrasi kedua ion dipangkatkan 1 karena
koefisiennya 1 dalam persamaan kimia
Zat padat AgCl tidak mempengaruhi kesetimbagan
selama sejumlah zat padat ini tersedia. Jika zat padat
tidak ada, kemudian hasil kali kedua konsentrasi ion
tidak lagi dipengaruhi oleh rumus hasil kali kelarutan

Kelarutan dan Ksp

Kelarutan molar garam dalam air tidak


sama dengan tetapan hasil kali
kelarutan, tetapi terdapat hubungan
sederhana diantara keduanya
Menghitung Ksp dari kelarutan dan
menghitung kelarutan dari Ksp berlaku
jika larutan adalah ideal dan jika tidak
ada reaksi sampingan yang menurunkan
konsentrasi ion-ion setelah mereka
masuk ke dalam larutan

5. Pengendapan dan Hasil Kali


Kelarutan

Pengendapan dari Larutan

Mencampurkan AgNO3 dengan NaCl, akan


membentuk endapan AgCl bila Kuosien reaksi
awal (Q0) jika lebih besar dari Ksp. Lihat gambar
11.6
Konsentrasi ion dalam kesetimbangan setelah
pencampuran kedua larutan untuk memberikan
pengendapan yang paling mudah dihitung
dengan menganggap bahwa reaksi pertamatama berlangsung sempurna (dengan
mengkonsumsi satu jenis ion) dan bahwa
pelarutan zat padat selanjutnya mengembalikan
beberapa senyawa ionik ini ke larutan

Pengaruh Ion yang Sama

Bila NaCl ditambahkan ke dalam larutan jenuh


AgCl, konsentrasi Cl- akan meningkat.
Besarnya Q0 akan melebihi Ksp AgCl dan AgCl
akan mengendap sampai konsentrasi Ag+(aq)
dan Cl-(aq) berkurang sehingga sesuai dengan
rumus hasil kali kelarutan.
Hal ini menunjukkan penurunan konsentrasi
Ag+ bila dibandingkan dengan konsentrasi Ag +
dalam air murni dengan volume yang sama.
Adanya kelebihan Cl- menurunkan konsentrasi
Ag+ dan menurunkan kelarutan AgCl

Keadaan yang sama akan terjadi bila larutan


mengalami penambahan larutan AgNO 3.
Kelarutan AgCl akan menurun sebab
konsentrasi terjadi peningkatan konsentrasi
Ag+ dan menurunkan konsentrasi Cl- untuk
mempertahankan kesetimbangan
Ini disebut sebagai efek ion yang sama: jika
larutan dan garam padat yang dilarutkan di
dalamnya mempunyai ion yang sama, maka
kelarutan garam akan berkurang. Lihat
gambar 11.11

6. Pengaruh pH terhadap Kelarutan

Kelarutan Hidroksida

Beberapa zat hanya sedikit larut dalam air,


tetapi sangat larut dalam larutan asam. Sebagai
contoh
CaCO3(s) + H3O+(aq)

Ca2+(aq) + HCO3-(aq) + H2O(l)

Pengaruh langsung pH terhadap kelarutan


berlangsung dengan logam hidroksida
Zn(OH)2(s)
Zn2+(aq) + OH-(aq) Ksp = 4.5 x 10-17
jika larutan lebih asam, konsentrasi ion OH- akan
berkurang dan kenaikan konsentrasi Zn2+. Jadi,
seng hidroksida lebih larut dalam larutan asam

Kelarutan Garam Basa

Kelarutan garam dimana anionnya adalah


basa lemah atau basa kuat yang berbeda juga
dipengaruhi oleh pH. Sebagai contoh
CaF2(s)
Ca2+(aq) + 2 F-(aq) Ksp = 3.9 x 10-11
Jika larutan dibuat lebih asam, maka F- akan
bereaksi dengan ion hidronium
H3O+(aq) + F-(aq)
HF(aq) + H2O(l)
Sehingga konsentrasi F- berkurang sehingga
konsentrasi akan naik untuk mempertahankan
kesetimbangan, dan kelarutan garam CaF2
naik dalam larutan asam

Kelarutan garam asam hanya akan


terpangaruh sedikit oleh penurunan pH.
Penyebabnya adalah bahwa HCl adalah
asam kuat, sehingga Cl- tidak efektif
sebagai basa. Reaksi
Cl-(aq) + H3O-(aq)
HCl(aq) + H2O(l)
berlangsung pada tingkatan yang dapat
diabaikan dalam larutan asam

7. Pengendapan Selektif
Ion

Pemisahan AgCl dan PbCl2 dapat


dilakukan dengan pengendapan selektif
ion. Keduanya mempunyai anion yang
sama dan perbedaan kelarutan yang
besar
AgCl(s)
Ag+(aq) + Cl-(aq) Ksp = 1.6 x
10-10
PbCl2(s)
Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq) Ksp = 2.4 x
10-4
PbCl2 jauh lebih larut dari AgCl

Dipisahkan dengan mengatur


konsentrasi ion hidronium sedemikian
rupa sehingga AgCl mengendap, tetapi
PbCl2 tetap larut, sehingga padatan AgCl
dapat diambil dari larutan campuran

8. Ion Kompleks dan


Kelarutan

Banyak ion logam transisi membentuk ion


kompleks dalam larutan atau dalam zat
padat; ini terdiri dari ion logam yang
dikelilingi oleh kelompok anion atau
molekul netral yang disebut ligan. Interaksi
ini melibatkan pembagian pasangan
elektron bebas ion logam pada tiap
molekul ligan, yang memberikan ikatan
kovalen parsial dengan ligan tersebut.
ion kompleks seperti ini mempunyai warna
gelap yang menyolok

Kesetimbangan Ion
Kompleks

Reaksi ion perak dengan larutan amonia akan


membentuk kompleks perak amonia koordinat
ganda
Ag+(aq) + NH3(aq)
Ag(NH3)+(aq) + NH3(aq)
Ag+(aq) + 2 NH3(aq)

Ag(NH3)+(aq)

K1 = 2.1 x 103

Ag(NH3)2+(aq)

K2 = 8 x 103

Ag(NH3)2+(aq) Kf = K1K2 = 1.7 x 107

Kf adalah tetapan pembentukan ion kompleks


total
Makin besar tetapan pembentukan K f ion
kompleks akan makin stabil, untuk ion dengan
jumlah ligan yang sama

Dalam larutan, konsentrasi ion kompleks


Ag(NH3)+ dan Ag(NH3)2+lebih besar
dibandingkan bentuk ion logamnya Ag+.
Ion kompleks bekerja dengan tetapan
pembentukan
Pembentukan kompleks menaikkan
kelarutan Ag+

Keasaman dan Sifat Amfoter Ion Kompleks

Jika dilarutkan dalam air, banyak ion logam


menaikkan keasaman larutan
Fe(H2O)63+(aq) + H2O(l)

H3O+(aq) + Fe(H2O)5OH2+

(aq)
asam

basa

asam

basa

Ka = 7.7 x 10-3

Ion kompleks Fe(H2O)63+ berfungsi sebagai


asam bronsted lowry. Asam yang terbentuk
merupakan asam kuat
Ion kompleks juga dapat membentuk asam
poliprotik, sehingga juga bersifat amfoter

Thank you fren

Tugas
Kesetimbangan
Heterogen
Hal 364 367
Nomor 3, 15, 17,
19, 21, 23, 27,
29, 33, 39, 41,
43, 45

Anda mungkin juga menyukai