Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PADA MATERI SISTEM TATA SURYA DAN KEHIDUPAN DI BUMI TERHADAP


HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARTASURA
TAHUN AJARAN 2015/2016

PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi
Tugas Akhir Mata KuliahPenelitian Pendidikan Biologi
Dosen Pemimbing: Dra. Hariyatmi

Disusun oleh:
RIZKA NUR FITRIANTI
A420120066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

A. LATAR BELAKANG
Transformasi dunia karena revolusi teknologi telekomunikasi dan
komputer menjadi agenda utama perubahan dunia saat ini. Dunia tidak lagi dapat
dipandang sebagai benua-benua yang terpisah atau kumpulan negara yang terpisah,
melainkan dunia menjadi saraf global telekomunikasi dan komputer. Kepesatan
perkembangan

teknologi

telekomunikasi

dan

komputer

telah

mengantarkan

masyarakat memasuki era global. Globalisasi ditandai oleh kompleksitas keragaman


kehidupan masyarakat. Aktivitas hidup lebih banyak bermula dan berlangsung pada
interaksi-interaksi antar individu yang diprakarsai individu itu sendiri. Setiap individu
diera global dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan
mengadaptasikan diri kedalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Setiap individu dituntut melakukan daya nalar kreatif dan kepribadian
yang tidak simple, melainkan kompleks. Untuk itu ketrampilan yang harus
dimiliki individu adalah keterampilan intelektual,sosial, dan personal. Pendidikan
sebagai bagian integral kehidupan masyarakat diera global harus dapat memberi
dan memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan intelektual, sosial dan
personal. Keterampilan-keterampilan tersebut dibangun tidak hanya dengan landasan
rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan
spiritual.
Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu
mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global.
Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang berkualitas,
oleh

karena

itu

guru

sebagai

salah

satu

komponen

penting keberhasilan

pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang mampu


membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar.
Hasil belajar IPA merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
pembelajaran, karena merupakan indikator berhasil atau tidaknya pembelajaran IPA.
Menurut Suprijono (2010) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja dari siswa. Hasil belajar dapat
dikatakan tuntas jika siswa mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan oleh guru, karena pentingnya peningkatan hasil belajar siswa agar
tercapainya tujuan pembelajaran IPA, maka perlu adanya pembelajaran yang dirancang
untuk menarik hasil belajar siswa baik secara kognitif, afektif dan psikomotor.
Proses pembelajaran yang terjadi menempatkan siswa hanya sebagai
pendengar pasif terhadap materi yang disampaikan gurunya. Dengan asumsi porsi

materi dan pertemuan sudah memenuhi ketentuan yang berlaku, tidak hanya para guru
menerapkan cara-cara praktis untuk mencapai harapan anak didiknya bisa memperoleh
nilai yang memuaskan.
Di satu sisi tidak menutup kemungkinan hasil itu akan tercapai, namun
disisi lain justru akan menjadikan siswa tidak terarah dalam proses belajar dan
cenderung mementingkan hasil dibandingkan proses. Akibatnya proses belajar menjadi
sesuatu yang dikesampingkan dan menjadikan siswa malas belajar. Sifat anak didik
yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja, tetapi
pada hampir semua mata pelajaran termasuk biologi sebagai bagian dari ilmu sains.
Masalah-masalah pembelajaran sains atau biologi yang sering ditemukan
diantaranya adalah pengajaran biologi atau sains hanya mencurahkan pengetahuan
(tidak berdasarkan praktik). Dalam hal ini, fakta. Konsep dan prinsip sains lebih banyak
disampingkan melalui ceramah atau tanya jawab tanpa didasarkan pada hasil kerja
praktik. Hal itulah yang menyebabkan siswa bersifat pasif selama proses pembelajaran.
Pasifnya siswa selama proses pembelajaran juga dikarenakan pemilihan
metode pembelajaran yang tidak tepat. Metode mempunyai nilai strategis dalam
kegiatan belajar mengajar. Nilai strategis adalah metode dapat mempengaruhi jalannya
kegiatan belajar mengajar. Kualitas proses hasil pembelajaran dapat ditingkatkan
dengan cara mencoba berbagai model, pendekatan dan metode kearah pembelajaran
yang lebih difokuskan pada siswa (student centered) student centered menekan bahwa
siswalah yang membangun pembelajaran atau siswa sendirilah yang membangun
pengetahuan.
Dalam pelaksanaan pengajaran biologi perlu adanya penerapan metode
pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dan
siswa pun tidak lagi pasif dan merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran
Sebab, apabila metode mengajar yang digunakan guru dalam mengelola proses
pembelajaran tepat, maka peluang memperoleh hasil pembelajaran para siswa yang
sesuai dengan harapan oun akan lebih besar. Salah satu metode pembelajaran yang
menitik beratkan kepada siswa dan siswa menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar adalah penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share.
Pembelajaran kooperatif dengan metode Think-Pair-Shareterdiri dari tiga tahap
kegiatan siswa yang menekankan pada apa yang dikerjakan siswa pada setiap
tahapannya. Tahap yang pertama adalah berfikir (Think). Pada tahap ini guru
mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa berfikir sendiri
mengenai jawaban tersebut. Waktu berfikir ditentukan oleh guru. Pada tahap

selanjutnya siswa berpasangan (pair) dengan temannya dan mendiskusikan mengenai


jawaban masing-masing. Sedangkan pada tahap terakhir, siswa berbagi (share)
yaitu guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama
dengan kelas secara keseluruhan untuk mengungkapkan mengenai apa yang telah
mereka diskusikan. Dengan berdiskusi dan berfikir sendiri dengan teman, diharapkan
siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat
menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan. Dengan metode ini diharapkan
siswa tidak merasa jenuh ataupun bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Dari fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan pebelitian
mengenai Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada
Materi Sistem Tata Surya Dan Kehidupan Di Bumi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2015/2016.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian diatas maka perlu adanya
rumusan masalah penelitian yang nanti akan di teliti, maka rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
pada materi Sistem Tata Surya Dan Kehidupan Di Bumi ?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan
keaktifan siswa di kelas ?
C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka perlu adanya pembatasan masalah
yang nanti akan di teliti, maka pembatasan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan B SMP Negeri 1 Kartasura
tahun ajaran 2015/2016.
2. Obyek penelitian ini adalah pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif Tipe Think Pair share (TPS) terhadap hasil belajar siswa kelas VII
Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2015/2016.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode Think Pair share pada materi
Sistem Tata Surya Dan Kehidupan Di Bumi di SMP Negeri 1 Kartasura
b. Untuk mengetahui pelaksanaan metode Think Pair Share pada materi Sistem Tata
Surya Dan Kehidupan Di Bumi di SMP Negeri 1 Kartasura.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Memperkaya khasanah

pengetahuan

guru

tentang

berbagai

alternatif

penggunaan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan


hasil belajar siswa.
2. Memberikan motivasi pada guru untuk lebih kreatif dalam penggunaan
media pembelajaran yang sudah ada dan mendesain media yang sekiranya belum
ada yang dapat digunakan untuk peningkatan hasil belajar siswa.
F. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka diperoleh
hipotesis sabagai berikut :
H0 = Tidak ada efektifitas pembelajaran IPA dengan pendekatan kooperatif model
pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Kartasura Tahun ajaran 2015/2016
H1 = Ada efektifitas pembelajaran IPA dengan pendekatan kooperatif model
pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Kartasura Tahun ajaran 2015/2016.

G. KERANGKA BERFIKIR

Kondisi Awal

Pemberian
Tindakan

Kondisi
Akhir

1. Guru belum menerpkan model


pembelajaran yang inovatif
2. Siswa yang pasif di dalam kelas
Menerapkan model Think Pair Share dalam
pembelajaran dengan tahapan :
1. Guru memberikan apresiasi
2. Guru memperlihatkan suatu gambar keadaan
ekosistem hutan.
3. Guru mengajukan pertanyaan atau masalah
yang terdapat dalam gambar
4. Siswa memikirkan jawabannya secara individu
5. Siswa berkelompok berpasangan untuk
berdiskusi
6. Siswa mengerjakan soal yang di berikan oleh
guru dalam diskusi
7. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan
diskusi dengan keseluruhan kelas yang telah
mereka bicarakan pada tahap berpasangan
Setelah di uji cobakan terhadap pembelajaran IPA yang
sebelummnya
diterapkan
dengan
modelolh
pembelajaran
yang
8. Siswa
di bantu
guru memberikan
berpendekatan
kooperatif dengan tipe Think Pair Share
kesimpulan
setelah di lakukan penelitian di ketahui dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

H. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.
Kemampuan, ketrampilan, dan sikap diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan
mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang
hayat. Ini sesuai dengan pendapat Thobroni (2011: 21) menyatakan bahwa belajar
merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan
dilakukkan selama manusia tersebut masih hidup. Seseorang dikatakan belajar
apabila adanya perubahan perilaku setelah melakukkan kegiatan belajar tersebut.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Suprijono, 2010 menyatakan 26 belajar adalah
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Rifai (2009: 82) juga
mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan oleh seseorang. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam
belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. 1) Proses Belajar
adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan.
Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif. 2) Perubahan
perilaku Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya. 3) Pengalaman Belajar
adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dari
pengertian-pengertian di atas, peneliti berpendapat belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku yang didapat dari pengalaman lingkungan formal maupun
informal, yang berlangsung sepanjang hayat, mulai dari masa bayi hingga akhir
hayat. Perubahan tersebut dapat dilihat pada setiap aktivitas pembelajaran yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu
membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Pembelajaran
merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain guru, siswa, sarana, media, serta lingkungan. Agar pembelajaran
berlangsung efektif, guru memiliki peran yang sangat penting. Guru tidak hanya

berfungsi sebagai sumber ilmu, tetapi juga harus berperan sebagai motivator dan
fasilitator dalam pengembangan minat peserta didik dalam mencari ilmu
pengetahuan secara mandiri. Kepiawaian guru dalam menumbuhkan minat peserta
didik untuk menggali ilmu secara mandiri ini sangat penting dibanding transfer
ilmu yang diperoleh murid dari guru secara langsung. Karena itu, bentuk-bentuk
pendidikan partisipatif dengan menerapkan metode belajar aktif (active learning)
dan belajar bersama (cooperative learning) sangat diperlukan (BSNP, 2010).
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mengutamakan
peserta didiknya sebagai subjek yang bisa berkembang sesuai dengan apa yang
diarahkan oleh pendidiknya ataupun berkembang dengan seiring dia belajar dan
hidup dengan masyarakat serta keluarganya. Pada pembelajaran guru mengajar
diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang mempunyai makna
leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Guru mengajar dalam
perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta
didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran yaitu peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. (Suprijono, 2010: 11-13) Lingkungan
belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran,
strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling
berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuannya berfungsi dengan berorientasi
pada tujuan. UU No. 20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 menjelaskan pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu

lingkungan

belajar,sedangkan

menurut

Rifai

(2009)

menyatakan

pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi subyek belajar


sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinterksi
dengan lingkungan. Dari pengertian-pengertian di atas peneliti mempunyai
pendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses belajar dan
mengajar dimana terjadi komunikasi dan interaksi antara siswa dengan guru, guru
dengan siswa 28 serta dengan sumber belajar dimana hal tersebut mempermudah
dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dalam suati lingkungan belajar. Dalam
proses belajar maupun pembelajaran terdapat unsur-unsur belajar yang
mendukung pada setiap kegiatan pembelajaran. 2.1.6.3 Unsur-unsur Belajar
Adapun unsur unsur yang terdapat di dalam belajar meliputi :

a. Peserta didik Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga
belajar, dan peserta pelatihan.
b. Rangsangan (stimulus) Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung
dan orang adalah stimulus yang selau berada di lingkungan seseorang.agar
pembelajaran mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus
tertentu yang diminati.
c. Memori Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang
berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan
belajar sebelumnya.
d. Respon Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori
memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik
dapat diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan
perilaku atau perubahan kinerja (performance).
Peneliti berpendapat kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
akan terlihat hasilnya bila peserta didik tersebut memberikan respon yang
berupa perubahan perilaku. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta
didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga
perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut.
Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku tersebut
merupakan indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar.
Kegiatan belajar 29 merupakan sebuah sistem sehingga dari keempat unsur
tesebut memliki keterkaitan. Jika unsur-unsur tersebut di atas dapat saling
mendukung maka kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik. Unsurunsur belajar dikembangkan dan disesuaikan dengan karakteristik siswa,
sehingga

penerapan

teori

belajar

dapat

mendukung

pengembangan

pembelajaran.
3. Pembelajaran IPA
IPA adalah suatu ilmu pengetahuan, berisi argument, konsep
mempelajari tentang alam sekitar, diperoleh melalui pengalaman untuk proses
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan suatu produk dan prosedur. Produk adalah fakta-fakta,konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Prosedur yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk mempelajari alam termasuk prosedur empirik dan analisis
(Iskandar, 2001). Berdasarkan Depdiknas (2007) menyatakan bahwa IPA (sains)

merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan


berupa gejala-gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara
mencari

tahu

tentang

alam secara

sistematis, bukan

hanya

kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Substansi mata
pelajaran IPA pada SMP/MTs merupakan IPA terpadu sesuai peraturan mentri
pendidikan nasional No. 23 tahun 2006 tentang struktur kurikulum. Dengan kata
lain IPA sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu,
tidak dipisah-pisahkan antara biologi, fisika,kimia dan bumi antariksa. Hal yang
demikian itu dimaksudkan agar siswa SMP/MTs dapat mengenal kebulatan IPA
sebagai ilmu. Seluruh tema/persoalan IPA pada berbagai jenis objek dan tingkatan
organisasinya dapat dijadikan bahan kajian ilmu (Listyawati,2012). Proses
pembelajaran IPA yang memadukan berbagai konsep fisik,kimia,biologi dan bumi
antariksa lebih berpotensi untuk mengembangkan pengalaman dan kompetensi
siswa memahami alam sekitar. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar (Suyono,2009).
4. Model Pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk memikirkan dan
mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen
pembentukan sistem pembelajaran. Dimana model pembelajaran sebagai cara
mengaktualisasikan berbagai gagasan yang telah dirancang sehingga mampu
mengembangkan potensi siswa. (Anitah, 2009: 1.24) Selain itu, Arends
berpendapat model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran
tertentu

termasuk

tujuannya,

sintaksnya,

lingkungannya,

dan

sistem

pengelolaannya. (Trianto, 2009: 74) Peneliti berpendapat model pembelajaran


adalah kerangka konseptual yang menggambarkan, mengorganisasian pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Mosel pembelajaran mengarahkan para
guru untuk mendesain sebuah pembelajaran yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
tematik sesuai subjek penelitian yaitu siswa kelas III atau kelas rendah maka
dibutuhkan pengaitan dengan materi lain agar pembelajaran lebih optimal.
Pengaitan ini berdasarkan tema, standar konpetensi/kompetensi dasar, ataupun

masalah yang dihadapi. Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model


pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai
standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.
(Trianto, 2011: 84) 15 Model pembelajaran ada bermacam-macam diantaranya
adalah pengajaran langsung, pembelajaran kooperatif dan pengajaran berdasarkan
masalah. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Think Pair Share
dengan video pembelajaran yang masuk dalam model pembelajaran kooperatif.
5. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan sebuah rancangan yang digunakan
untuk menghasilkan sebuah ketertarikan peserta didik pada sebuah pembelajaran,
termasuk model pembelajaran kooperatif. Trianto (2011: 42) menyatakan
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya Huda (2012: 29) menjelaskan pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara
kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya pembelajar bertanggung jawab
atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota anggota yang lain. Dari pendapat para ahli di atas peneliti berpendapat
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan siswa pada
kelompokkelompok kecil, di mana dalam kelompok kecil tersebut siswa
mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan
bersama. Keberhasilan dalam pembelajaran secara berkelompok atau kooperatif
tidak lepas 16 dari ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang mengacu pada kerjasama
dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.
Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif :
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Setiap anggota memiliki peran
2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga
teman teman sekelompoknya
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan keterampilan interpersonal
kelompok
5. Guru berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. (Hamdani, 2012:31)

Pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan


pembelajaran yang lain yaitu menekankan adanya kerjasama antara siswa yang
satu dengan siswa yang lain. Dimana antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain berbeda dalam hal kemampuannya sehingga akan muncul ketergantungan
diantara mereka untuk mencapai keberhasilan dan penghargaan yang akan
diperoleh merupakan penghargaan bersama serta mereka akan saling berbagi
penghargaan tersebut. Adapun menurut Hamdani (2012: 33) tiga tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan dikembangkannya model pembelajaran
kooperatif. Tiga tujuan pembelajaran kooperatif tersebut, antara lain :
a. Meningkatkan Hasil Belajar Akademik Dalam belajar kooperatif, selain
mencakup beragam tujuan social juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas
tugas akademik penting lainnya. Kooperatif ini juga mampu membuat siswa
memahami konsep-konsep sulit.
b. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu Tujuan pembelajaran kooperatif
adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif member peluang kepada siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama
lain.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial Tujuan penting ketiga dari pembelajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama
dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan social penting dimiliki oleh siswa
sebab banyak di antara mereka yang keterampilan sosialnya masih kurang.

Menurut

Ibrahim

(dalam

Trianto,

2007:

48)

fase-fase

pembelajaran kooperatif antara lain:


Fase Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku
Guru
Fase-1 Menyampaikan
tujuan dan memotivasi
siswa

Fase Tingkah Laku Guru


Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
yang
ingin
dicapai dan memotivasi siswa.

model

Fase2 Menyajikan
informasi

Fase-3
Mengorganisasikan
siswa
ke
dalam
kelompok kooperatif
Fase-4 Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar

Guru menyajikan informasi


kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Guru menjelaskan kepada
siswa tentang cara membentuk
kelompok
belajar
dan
mengarahkan setiap kelompok
untuk bekerja secara efektif
dan efisien.
Guru membimbing kelompok
belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil


belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masingmasing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya

Fase-6
Memberikan
penghargaan

Guru
memberikan
penghargaan pada hasil kerja
kelompok maupun individu.

Fase-fase tersebut dilaksanakan secara sistematis untuk mengoptimalkan


peran guru sebagai fasilitator dan organisator pembelajaran sehingga implementasi
pembelajaran kooperatif akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna
(meaningfull learning) bagi siswa. Peneliti berpendapat guru dalam pembelajaran
kooperatif mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara berkelompok. Penelitian ini
menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran
Think Pair Share dengan video pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Adapun model-model pembelajaran kooperatif antara lain :
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
b. Jigsaw
c. Think Pair Share (TPS)
d. Numbered Head Together (NHT)
e. Investigasi Kelompok
f. Mind Mapping
g. Snowball Throwing
h. Role Playing (Trianto, 2007: 49)

Dari beberapa model pembelajaran kooperatif di atas peneliti memilih


model Think Pair Share, dikarenakan model pembelajaran meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari
siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum
disampaikan di depan kelas. Model Think-Pair-Share dapat mengembangkan
keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain,
serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Sehingga dapat memotivasi
siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif menciptakan peserta didik
untuk bekerja sama atau melakukan diskusi dengan peserta didik lainnya. Hal ini
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yaitu model Think Pair Share.
6. Model Think Pair Share (TPS)
Model Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa (Trianto, 2012: 61). Model Think Pair Share ini berkembang dari penelitian
belajar kooperatif dan waktu tunggu. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,
dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi waktu lebih
banyak siswa untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Think Pair
Share merupakan satu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas.
Menurut Trianto dalam bukunya Model model Pembelajarn Inovatif
Berorientasi Konstruktivis menjelaskan langkah-langkah Think Pair Share yaitu
sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Berfikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran,
dan meminta siswa menggunakan waktu beberpa menit untuk berpikir sendiri.
Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan
bagian dari berpikir.
b. Langkah 2 : Berpasangan (Pair)
Selanjutnya siswa diminta berpasangan oleh guru dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3 : Berbagi (share)


Pada langkah akhir, guru meminta siswa untuk berpasang- pasangan untuk
berbagi dengan dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal
ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan
melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan Lie (2002: 46) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok
berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah
a. Akan meningkatkan pasrtisipasi siswa
b. Cocok untuk tugas sederhana
c. Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok
d. Interaksi lebih mudah
e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok
f. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
Model Think Pair Share berdampak baik pada aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Untuk memaksimalkan peran siswa pada proses pembelajaran
maka perlu adanya media pembelajaran.
7. Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam sistem tata surya. Bumi
penuh dengan makhluk hidup dan segala yang diperlukan, untuk membantu
kehidupan, termasuk berbagai mineral. Coba pikirkan mengapa untuk
mendapatkan bijih emas, perak, besi atau mineral-mineral lainnya harus menggali
bumi sampai kedalaman tertentu? Bentuk bumi bulat seperti bola, namun bila di
belah tidak seperti bola yang tengahnya kosong.Bumi tersusun atas beberapa
lapisan. Berikut lapisan bumi dari dalam ke luar. Lapisan terdalambumi
membentuk inti Bumi. Inti bumi terbentuk dari materi yaitu bertekanan sangat
tinggi yang tersusun dari mineral cair NiFe dengan suhu mendekati suhu
permukaan matahari, yaitu sekitar 6000oC. Inti bumi terbagai menjadi dua, yaitu
inti luar bumi (outer core) yang berupa cairan dan inti dalam bumi (innercore)
yang berupa material padat. Inti bumi mempunyai suhu yang tinggi, sehingga
magma (mantle) berupa cairan panas yang akan mencari celah untuk keluar dari
dalam bumi.
Naiknya cairan panas disebabkan oleh adanya tekanan luar bumi ke
dalam inti bumi atau compressing. Inti dalam bumi karena mengalami tekanan

atau compressing mengakibatkan yang seharusnya berupa cairan atau bahkan gas
menjadi benda padat. Bagaimana berat jenis (BJ) masing-masing bahan penyusun
setiap lapisan? Semakin dalam lapisan tanah mempunyai nilai BJ yang semakin
meningkat. Demikian juga inti dalam bumi mempunyai nilai BJ yang paling tinggi
karena mengalami tekanan.Lapisan kedua dari dalam bumi adalah lapisan selimut
atau selubung bumi atau mantel bumi. Suhu pada lapisan ini diperkirakan sekitar
30000C. Lapisan ini terdiri atas 3 bagian, yaitu lithosfer, astenosfer, dan mesosfer
a. Lithosfer, merupakan lapisan selimut bumi yang paling atas dengan ketebalan
50-100 km, mengandung silisium dan aluminium berbentuk padat. Lithosfer
bersama kerak bumi sering dinamakan lempeng lithosfer. Di dalam litosfer
terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang terdapat dalam
batuan. Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa (Si02),
Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-AlSilikat), Biotit atau Mika Cokelat (K-FeAl-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit (CaC03), Dolomit (CaMgCOT3), Olivin
(Mg, Fe), Bijih Besi Hematit (Fe2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit
(Fe3OH2O). Selain itu, litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan
SiAl (ilisium dan aluminium) dan lapisan SiMa (Silisium dan Magnesium).
Lapisan SiAl tersusun oleh logam Silisium dan Aluminum. Senyawa dari
kedua logam tersebut adalah SiO2dan Al2O3. Batuan yang terdapat dalam
lapisan SiAl antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan metamorf.
Lapisan SiMa adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam Silisium dan
Magnesium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2dan MgO.
b. Astenosfer merupakan lapisan di bawah lithosfer dengan ketebalan 130-160
km. Lapisan ini berbentuk cairan kental, mengandung Silisium, Aluminium,
dan Magnesium.
c. Mesosfer merupakan lapisan yang tebalnya 2400-2750 km, mengandung Silisium
dan Magnesium.Lapisan ketiga adalah kerak bumi. Lapisan ini mencapai 70 km,
dan merupakan lapisan tanah dan bebatuan. Lapisan ini menjadi tempat tinggal
seluruh makhluk hidup di bumi. Kerak bumi membentuk lempeng samudra dan
lempeng benua. Lempeng samudra dengan ketebalan 5-10 km, sedangkan
lempeng benua mencapai ketebalan 20-70 km. Suhu di bagian bawah kerak bumi
mencapai 1.1000C. Unsur-unsur kimia utama pembenyuk kerak bumi adalah
oksigen (46,6%), silicon (27,7%), aluminium (8,1%), besi ( 5,0%), kalsium
(3,6%), natrium (2,8%), kalium (2,6%), dan magnesium (2,1%). Unsur-unsur
tersebut membentuk satu senyawa yang disebut batuan.

8. Fenomena Gempa bumi


Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi dari
dalam bumi. Terjadinya perubahan energi panas yang menyebabkan pergolakan
inti bumi menjadi energi kinetik sehingga mampu menekan dan menggerakkan
lempeng-lempeng bumi. Energi kinetik yang dihasilkan tersebut dipancarkan ke
segala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan
sampai ke permukaan bumi. Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi
terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik atau
lempeng lithosfer merupakan bagian dari kerak bumi yang keras dan mengapung
di atas astenosfer yang cair dan panas. Hal tersebut mengakibatkan lempeng
tektonik menjadi bebas bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah
perbatasan lempeng-lempeng tektonik merupakan tempat-tempat yang memiliki
kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi, dan
pembentukan dataran tinggi. Lempeng-lempeng tektonik yang berdekatan saling
berinteraksi dengan tiga kemungkinan pola gerakan yaitu apabila kedua lempeng
saling menjauhi (spreading), saling mendekati (collision), dan saling geser
(transform). Kadangkadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci,
sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus-menerus sampai
pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak kuat menahan
gerakan tersebut dan akhirya terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai
gempa bumi.
9. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang
mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan
perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut
diwujudkan dengan nilai atau skor. (Winkel, 2005). Menurut muhibbin Syah
(2004), hasil belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu
perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Menurut Ngadino (1995) dikatakan
bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai atau yang telah
dkerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian. Menurut Slameto
(2003) terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa di sekolah, yang secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal meliputi faktor dari dalam diri
siswa seperti : kemampuan siswa, bakat, minat, perhatian, motivasi , sikap, cara

belajar, dan lain lain. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor dari luar diri
siswa seperti kemampuan guru, suasana belajar, fasilitas belajar, pendekatan
belajar, metode belajar, media pembelajaran yang digunakan, lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lain lain.
Dari pengertian tentang hasil belajar tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang dicapai.
Adapun tinggi rendahnya hasil belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa yang
memiliki hasil belajar yang baik adapula yang memiliki hasil belajar yang kurang
baik, tergantung bagaimankah siswa itu dalam belajarnya. Siswa yang sungguhsungguh dalam belajarnya akan mendapat hasil yang baik dan memuaskan, dan
siswa tersebut akan lebih baik dan giat dalam belajarnya. Berbeda dengan siswa
yang kurang bersunggung-sungguh dalam belajarnya akan mendapatkan hasil
belajar yang kurang baik sehingga tidak memuaskan dirinya.
I. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat penelitian
a. Waktu :

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 yang


berlangsung pada bulan September - Maret 2016.
b. Tempat :
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kartasura
2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif karena data yang

diperoleh berupa perhitungan angka dari hasil pembelajaran. Penelitian ini


merupakan

penelitian

eksperimen

semu

karena

menguji

cobakan

dan

membandingkan suatu perlakuan atau percobaan untuk mengetahui efektivitasnya


suatu perlakuan namun tanpa menggunakan kelas kontrol. Penelitian yang dipilih
berupa eksperimen semu karena jumlah kelas hanya ada dua yaitu kelas VIII A
dan VIII B dengan jumlah siswa 80 orang.
3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan:
a. Variabel independent (variabel terikat): Hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2015/2016
b. Variabel dependent (variabel bebas): Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share Pada Materi Ekosistem.
4. Langkah Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian dilakukan bertahap guna mempermudah arah


penelitian. Oleh karena itu, penelitian dilakuakan dalam beberapa tahap, yaitu :
a. Penyusunan proposal penelitian
b. Pengumpulan data
c. Uji coba penelitian
d. Penelitian
e. Analisis data
f. Pembuatan laporan
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kartasura tahun
ajaran 2015/2016.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan B SMP Negeri 1 Kartasura.
Kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen

dan

kelas VIII-B sebagai kelas

Eksperimen pula.
c. Teknik Sampling
Teknik purposive sampling, yaitu ditentukan oleh guru dengan alasan tujuan
pendidikan,

karena

populasi

dianggap

mempunyai

karakteristik

dan

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.


6. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena data yang
dikumpulkan berupa angka dari hasil belajar siswa baik secara kogniif , afektif
dan psikomotor. Data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan observasi
dalam kelas dengan peneliti terlibat langsung dalam perlakuan pembelajaran
untuk mengukur hasil belajar siswa baik secara kognitif dan afektif. Adapun data
di peroleh dari sumber data sebagai berikut :
a. Sumber data teoritik yaitu berbagai sumber data dalam penelitian ini diperoleh
dari artikel, Berita, Buletin, jurnal, maupun buku-buku yang berhubungan
dengan pembahasan penelitian.
b. Sumber data empirik yaitu sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari
pelaksanaan observasi langsung ke objek penelitian di kelas VII SMP Negeri 1
Kartasura berupa data hasil belajar baik secara kognitif, dan afektif.
7. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan Nonrandomezed Control Group


Pretesr-Posttest Design . dalam desain ini, subjek kelompok tidak dilakukan
secara acak. Peneliti tidak menggubah kelas siswa dalam menentukan subjek
untuk kelompok-kelompok eksperimen.
8. Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument berupa tes dan lembar observasi
untuk mengukur dan menilai perlakuan yang di terapkan. Instrument tes
digunakan untuk mengukur hasil kemampuan kognitif berupa soal pilihan ganda
dan Essay dalam satu siklus melalui pre-test dan post-test. Instrument lembar
observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar afektif dan psikomotor berupa
lembar observasi keaktifan dan sikap untuk lembar observasi penilaian afektif.
9. Analisis Data
Pada penelitian ini untuk menguji hasil penelitian dilakukan uji statistik
dan deduksi untuk membuktikan adanya efektivitas dan bentuk model
pembelajaran mana yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Analisis uji
statistik yang digunakan meliputi uji validitas dan reliabilitas serta menggunakan
analisis one way anava.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SMP. Jakarta: Universitas Terbuka.

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta : Badan Standar Pendidikan
Nasional.
Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Iskandar, Srini M. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Lystiawati. 2012. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud
Dirjendikti.
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Ngadino. 1995. Media Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Rifai, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT
UNNES Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suyono, Muhammad. 2009. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Fairuz Media.
Thobroni, M dan Mustofa, A. 2011. Belajar dan pembelajaran Pengembangan Wawancara
dan Praktik Pembelajaran dalamm Pembangunan Nasional. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Trianto. 2011. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Pustaka Pelajar
Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.

Anda mungkin juga menyukai