ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui akuntansi keuangan sektor
publik, transparansi, akuntabilitas, value for money dan pengaruh akuntansi keuangan
sektor publik terhadap transparansi, akuntabilitas dan konsep value for money.
Dalam penelitian ini ada empat variabel yang digunakan, yaitu: akuntansi keuangan
sektor publik, transparansi, akuntabilitas dan value for money. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan jumlah sampel
yang diteliti sebanyak 29 responden.
Data yang diperoleh berskala ordinal, kemudian ditransformasikan menjadi skala
interval dengan menggunakan Method of Successive Interval. Metode analisis data
menggunakan analisis regresi sederhana dan koefisien determinasi, serta pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji t.
Dengan menggunakan analisis regresi sederhana diperoleh persamaan: Y1 = 10,804
+ 0,101 X; Y2 = 1,655 + 0,431 X; dan Y 3 = 3,668 + 0,613 X. Berdasarkan hasil uji t mengenai
pengaruh akuntansi keuangan sektor publik terhadap transparansi, akuntabilitas dan konsep
value for money menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntansi
keuangan sektor publik terhadap akuntabilitas dan konsep value for money. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimana H0 ditolak, karena thitung(b) 7,367 > ttabel 2,052; dan
thitung(c) 3,850 > ttabel 2,052. Sedangkan hasil uji t menunjukkan bahwa akuntansi keuangan
sektor publik tidak berpengaruh signifikan terhadap transparansi, karena thitung(a) 1,809 < ttabel
2,052 atau dengan kata lain H0 diterima.
Berdasarkan hasil koefisien determinasi, diketahui pengaruh akuntansi keuangan
sektor publik terhadap transparansi sebesar 10,8%; pengaruh akuntansi keuangan sektor
publik terhadap akuntabilitas sebesar 66,8%; dan pengaruh akuntansi keuangan sektor
publik terhadap value for money sebesar 35,4%.
Konsep
1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi/entitas yang dapat dikategorikan
sebagai sektor publik, sehingga dapat dijadikan satu contoh kecil dari penerapan akuntansi
sektor publik di organisasi sektor publik.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan
sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis
dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang
mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti politik, sosial, budaya, dan
historis, yang menimbulkan perbedaan dalam pengertian, cara pandang, dan definisi.
Misalnya, dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai entitas
yang aktivitasnya menghasilkan barang dan layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan
hak publik.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi: badan-badan pemerintahan
(pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara dan
daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas, organisasi politik dan organisasi massa,
serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sebagai organisasi yang mengelola dana
masyarakat, organisasi sektor publik seyogyanya mampu memberikan pertanggungjawaban
publik melalui laporan keuangannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan komersial, informasi berupa laporan keuangan tersebut seharusnya merupakan
hasil dari sebuah proses akuntansi. Informasi menjadi sangat penting karena merupakan
sarana komunikasi efektif antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota
masyarakat lainnya atau antara suatu entitas tertentu dengan masyarakat di sekitarnya.
Untuk itu, selain disajikan secara utuh, informasi keuangan juga harus memiliki kualitas yang
baik.
Menurut Ian Ball dalam Harun (2009:v), Chief Executive International Federation of
Accountants, terdapat sejumlah alasan mengapa kualitas informasi keuangan yang akurat
dan tepat waktu dalam pemerintah harus sedemikian baik seperti halnya dalam perusahaan
komersial.
1. Pemerintah di negara mana pun di seluruh dunia mengumpul, mengatur, dan
membelanjakan dana masyarakat ribuan miliar dolar dengan tujuan meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Jika institusi pemerintah tidak beroperasi secara efisien dan efektif
atau tidak membelanjakan dana secara bijak, tidak dapat dipungkiri hal tersebut
merupakan suatu kebocoran besar-besaran dalam bidang ekonomi.
2. Pemerintah telah diberi kepercayaan oleh rakyat pemilih untuk mengelola aset dan
kewajiban yang telah diakumulasi selama puluhan tahun yang tentu saja akan
berpengaruh terhadap kesejahteraan warga negara di masa yang akan datang. Dengan
demikian, masyarakat berhak terhadap akses informasi yang menjadi dasar tanggung
jawab pemerintah atas penggunaan sumber-sumber ekonomi publik, termasuk informasi
apakah pendapatan yang diperoleh cukup untuk pembiayaan operasional dan aktivitas
pelayanan publik, dan kemampuan pemerintah memenuhi kewajibannya sekarang, serta
kemampuan menghadapi krisis yang mungkin terjadi.
3. Terkait dengan alasan kedua, bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan warga negara
yang percaya akan kredibilitas politisi dan pejabat serta masyarakat yang peduli
terhadap proses politik. Kepercayaan masyarakat meningkat jika pemerintah secara
konsisten memberikan informasi akuntabilitas keuangan yang transparan dan terpercaya
yang pada akhirnya memperkuat dukungan mereka terhadap pemerintah yang
berkuasa. Dengan demikian, transparansi dan kualitas keuangan pemerintah berperan
vital dalam membangun kualitas demokrasi dan pemerintahan yang efektif.
Beberapa alasan di atas memberikan gambaran akan pentingnya penyajian
informasi keuangan yang berkualitas. Terlebih lagi dengan adanya otonomi daerah pada era
reformasi ini. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Pemerintahan
daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, yang
merupakan limpahan pemerintah pusat kepada daerah. Pendelegasian kewenangan
tersebut disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka desentralisasi fiskal. Implikasi langsung
pendelegasian kewenangan dan penyerahan dana tersebut adalah kebutuhan untuk
mengatur hubungan keuangan antara pusat-daerah dan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan oleh pemerintah daerah. Agar dapat merealisasikan pengaturan, pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan inilah, maka pengembangan dan pengaplikasian akuntansi
sektor publik sangat mendesak dilakukan sebagai alat untuk melakukan transparansi dalam
mewujudkan akuntabilitas publik guna mencapai good governance (accounting for
governance).
United
memberikan
Nation
Development
Program
(UNDP)
definisi
governance
sebagai
cara
dalam
Mardiasmo
pengelolaan
negara
(2006:2)
dengan
mempertimbangkan aspek politik yang mengacu pada proses pembuatan kebijakan; aspek
ekonomi yang mengacu pada proses pembuatan keputusan yang berimplikasi pada
masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, serta peningkatan kualitas hidup; dan aspek
administratif yang mengacu pada sistem implementasi kebijakan.
Dengan demikian, orientasi pembangunan sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan good governance. Lebih jauh, UNDP memberikan beberapa karakteristik
pelaksanaan good governance, antara lain transparency, responsiveness, consensus
orientation, equity, efficiency dan effectiveness, serta accountability. Dari karakterikstik
tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat diperankan oleh akuntansi sektor publik,
yaitu terwujudnya transparansi, akuntabilitas, dan value for money.
Akuntabilitas diartikan sebagai kewajiban para pemegang kekuasaan (pejabat
publik) untuk mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya yang mengatasnamakan publik
(www.jurnalpamel.blogspot.com). Transparansi adalah keterbukaan (opennes) pemerintah
atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Sedangkan value for money (VFM)
merupakan konsep pengelolaan yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efisiensi dan efektivitas (Mardiasmo:2006).
Salah satu bagian dari akuntansi sektor publik adalah akuntansi keuangan.
Akuntansi keuangan sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi akuntansi sebagai
penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi, salah satunya adalah
masyarakat sebagai pengguna barang/jasa yang dihasilkan organisasi publik.
Sebagai salah satu organisasi sektor publik, rumah sakit pun dituntut untuk
melaporkan segala aktivitasnya sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pemerintah
dan masyarakat. Tidak hanya itu, sebagaimana organisasi lainnya, rumah sakit pun dituntut
pula untuk mengelola sumber dayanya secara ekonomi, efisien dan efektif, namun tetap
memperhatikan nilai-nilai sosial.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul, Pengaruh Akuntansi Keuangan Sektor Publik terhadap Perwujudan
Transparansi, Akuntabilitas dan Konsep Value for Money (Studi Kasus di RSUD Kelas
B Kabupaten Subang).
1.2
Pembatasan Masalah
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuntansi
keuangan sektor publik. Sedangkan variabel dependen yang diteliti meliputi tiga hal, yaitu:
transparansi, akuntabilitas dan value for money. Transparansi difokuskan terhadap
transparansi atas laporan keuangan. Sedangkan variabel akuntabilitas yang diteliti
difokuskan pada dua dimensi saja, yaitu akuntabilitas program dan akuntabilitas finansial.
Untuk variabel value for money diteliti secara keseluruhan yang meliputi tiga elemen
utamanya, yakni: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
1.3
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut.
1.4
Kerangka Pemikiran
Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki keunikan
tersendiri. Disebut sebagai entitas ekonomi karena memiliki sumber daya ekonomi yang
tidak kecil, bahkan bisa dikatakan sangat besar. Organisasi sektor publik juga melakukan
transaksi-transaksi ekonomi dan keuangan. Tetapi, berbeda dengan entitas ekonomi yang
lain, khususnya perusahaan komersial yang mencari laba, sumber daya ekonomi organisasi
sektor publik dikelola tidak untuk tujuan mencari laba (nirlaba).
Kita dapat menjumpai organisasi sektor publik serta berbagai aktivitasnya dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat mengingat urusan sehari-hari kita yang tidak terlepas
dari peran serta organisasi sektor publik. Organisasi sektor publik ini muncul dalam berbagai
bentuk di masyarakat. Sebagian besar adalah merupakan organisasi pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ada pula yang menjalankan aktivitasnya
dalam berbagai bentuk yayasan, mulai dari yayasan yang menyelenggarakan pendidikan,
yayasan yang bergerak di bidang sosial, sampai dengan yayasan-yayasan yang bidangnya
sangat khusus seperti yayasan beasiswa. Termasuk juga organisasi sektor publik adalah
lembaga-lembaga keagamaan, LSM, partai politik, rumah sakit, dan sekolah.
Organisasi sektor publik menjadi berbeda dan unik karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial.
2. Dimiliki secara kolektif oleh publik.
3. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat
diperjualbelikan.
4. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan pada
konsensus.
Organisasi Sektor P
1.5
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut.
a.
H0
Akuntansi
keuangan
sektor
publik
(X)
memiliki
pengaruh
terhadap
H0
Akuntansi
keuangan
sektor
publik
(X)
memiliki
pengaruh
terhadap
H0 =
Akuntansi keuangan sektor publik (X) tidak memiliki pengaruh terhadap value for
money (Y3) secara signifikan.
H1 =
Akuntansi keuangan sektor publik (X) memiliki pengaruh terhadap value for
money (Y3) secara signifikan.
2. Tinjauan Pustaka
Terjadinya reformasi di banyak negara khususnya di Indonesia juga memberikan
dampak signifikan dalam perkembangan akuntansi sektor publik. Tuntutan agar pemerintah
dikelola secara profesional dan efisien membuka kesadaran bagi setiap orang, terutama
aparat pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya dengan berupaya
memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan bertanggungjawab.
tersebut perlu diartikan dana masyarakat sebagai dana yang dimiliki oleh masyarakat bukan individual, yang biasanya dikelola oleh organisasi-organisasi sektor publik, dan juga
pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta. Definisi ini kemudian
dikembangkan dengan melihat batasan organisasi sektor publik di Indonesia, yaitu lembaga
tinggi negara dan departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM,
termasuk yayasan sosial. Sehingga, menurut Indra Bastian (2006:15), akuntansi sektor
publik didefinisikan sebagai:
Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana
masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di
bawahnya, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun
pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.
Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik mempunyai empat pilar utama (Eriana K., dkk: 2009:4),
yaitu:
1. Manajemen
Dari sisi kebijakan publik, sektor publik dipahami sebagai tuntutan pajak, birokrasi yang
berlebihan, pemerintahan yang besar dan nasionalisasi versus privatisasi. Jadi, sektor
publik merupakan bidang yang membicarakan metode manajemen negara. Bidang
manajemen merupakan bidang akuntansi sektor publik yang mengupas akuntansi dari
sisi internal organisasi.
2. Akuntansi
Beberapa literatur menyebutkan bahwa pengertian akuntansi tidak hanya sekedar
melakukan pembukuan pencatatan transaksi saja, tetapi juga merupakan wahana
pelayanan jasa yang berfungsi mempersiapkan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan bagi pemakai laporan keuangan. Bidang akuntansi difokuskan pada
pelaporan ke pemakai eksternal organisasi sektor publik.
3. Pembelanjaan
Pemerintahan sebagai salah satu organisasi sektor publik mempunyai pengaruh besar
pada kebijakan kegiatan bisnis yang dijalankan organisasi seperti menilai syarat
infrastruktur fisik dan sosial, kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan perdagangan,
kebijakan investasi, kebijakan industri, dan lain sebagainya.
4. Audit
Organisasi audit sektor publik adalah organisasi sektor publik yang mempunyai rincian
tugas untuk melakukan pemeriksaan praktek keuangan dan kepatuhan hukum/prosedur
dari berbagai organisasi sektor publik. Bidang audit merupakan bidang yang
dikembangkan sebagai prasarana pengendalian. Di sektor publik bidang audit lebih
ditujukan untuk mengembangkan alat verifikasi dan pengendalian.
memberikan
informasi
untuk
melaporkan
pertanggungjawaban
pelaksanaan
pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil operasi dan penggunaan dana publik. Dengan
demikian, akuntansi sektor publik terkait dengan penyediaan informasi untuk pengendalian
manajemen dan akuntabilitas.
krusial, karena kualitas standar akuntansi secara langsung akan mempengaruhi kualitas
laporan keuangan. Demikian juga perlu dikembangkan sistem akuntansi yang handal yang
mampu memfasilitasi dihasilkannya laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Cash basis mempunyai kelebihan antara lain mencerminkan informasi yang riil dan
obyektif. Sedangkan kelemahannya antara lain kurang mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya. Teknik akuntansi berbasis accrual dinilai dapat menghasilkan laporan
keuangan yang lebih komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan.
Pengaplikasian accrual basis lebih ditujukan pada penentuan biaya layanan dan
harga yang dibebankan kepada publik, sehingga memungkinkan pemerintah menyediakan
layanan publik yang optimal dan sustainable serta memberikan gambaran kondisi keuangan
secara menyeluruh (full picture), yang meliputi manajemen sumber daya (resource
management), manajemen utang (liability management) dan menyediakan indikasi kekuatan
fiskal jangka panjang dalam reformasi manajemen keuangan dan reformasi manajemen
lainnya (Mellor, 1996).
Penekanan penggunaan accrual basis juga disyaratkan dalam GASB (1999) dan
diterapkan bersama-sama dengan asumsi dasar lainnya seperti going concern, consistency
of presentation, materiality and aggregation untuk mewujudkan comparative information
(IFAC, 2000). Namun demikian, accrual accounting mempunyai beberapa kelemahan antara
lain penilaian dan revaluasi aset yang didasarkan atas taksiran dan penggunaan estimasi
dalam penghitungan depresiasi (Conn, 1996).
2.4 Transparansi
2.4.1
Pengertian Transparansi
Pengertian transparansi berdasarkan kerangka konseptual Standar Akuntansi
2.4.2
Jenis Informasi
Informasi biasanya dikategorikan atas dua hal, yaitu informasi finansial dan non
finansial. Informasi finansial yang dipublikasikan oleh perusahaan kepada publik meliputi
neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Informasi finansial yang utama terdapat pada laporan keuangan tahunan (annual
report) dan laporan keuangan interim (interim report), biasanya berupa laporan tengah
tahunan dan laporan triwulanan. Informasi non finansial merupakan bagian tak terpisahkan
dari informasi finansial dan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) dari
manfaat laporan keuangan. Informasi non finansial difokuskan pada masalah pengungkapan
(disclosure) risiko potensial (potential risk) yang dihadapi perusahaan saat ini serta alasan
mengapa manajemen mengambil risiko tersebut.
2.4.3
Bentuk Transparansi
Bentuk-bentuk transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan:
2.4.4
terutama pengungkapan informasi finansial dan non finansial bagi perusahaan adalah
sebagai berikut.
1. Meningkatkan keterbukaan atau transparansi dalam pemberian informasi.
2. Mendukung proses implementasi GCG (Good Corporate Governance), termasuk
pelaporan kepada pemangku kepentingan.
3. Mengupayakan kualitas manajemen perusahaan yang lebih profesional.
4. Bagi auditor eksternal (auditor independen) dituntut lebih memahami analisis strategi
dan risiko perusahaan secara keseluruhan.
2.4.5
Schiavo-Campo
dan
Tomasi
(1999)
dalam
Mardiasmo
(2006:3),
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117/MMBU/2002, Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
daerah,
atas
kebijakan-kebijakan
yang
diambil
pemerintah
terhadap
c. Akuntabilitas kebijakan,
d. Akuntabilitas finansial, dan
e. Akuntabilitas manajerial.
Menurut Mardiasmo (2006:3), akuntabilitas manajerial merupakan bagian terpenting
untuk menciptakan kredibilitas manajemen pemerintah daerah. Tidak dipenuhinya prinsip
pertanggungjawaban dapat menimbulkan implikasi yang luas. Jika masyarakat menilai
pemerintah
daerah
tidak
accountable,
masyarakat
dapat
menuntut
pergantian
(melalui
mekanisme
perimbangan
keuangan).
Pola
pertanggungjawaban
pemerintah daerah sekarang ini lebih bersifat horisontal di mana pemerintah daerah
bertanggung jawab baik terhadap DPRD maupun pada masyarakat luas (dual horizontal
accountability). Namun demikian, pada kenyataannya sebagian besar pemerintah daerah
lebih menitikberatkan pertanggungjawabannya kepada DPRD daripada masyarakat luas.
Menurut Tatag Wiranto (2009:1), akuntabilitas memiliki 3 (tiga) dimensi:
a. Akuntabilitas politik, biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu, yaitu
mandat yang diberikan masyarakat kepada para politisi yang menduduki posisi legislatif
dan eksekutif dalam suatu pemerintahan.
b. Akuntabilitas finansial, fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat waktu
tentang penggunaan dana publik, yang biasanya dilakukan melalui laporan yang telah
diaudit secara profesional. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa dana
publik telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif.
c. Akuntabilitas administratif, merujuk pada kewajiban untuk menjalankan tugas yang telah
diberikan dan diterima dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya yang tersedia.
2.5.3
Bentuk Akuntabilitas
Menurut Sirajudin H. Saleh dan Aslam Iqbal (1991), akuntabilitas merupakan sisi-sisi
sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi: akuntabilitas internal dan akuntabilitas
ekternal.
Dari sisi internal seseorang, akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang
tersebut kepada Tuhannya. Akuntabilitas ini meliputi pertanggungjawaban diri sendiri
mengenai segala sesuatu yang dijalankannya yang hanya diketahui dan dipahami oleh dia
sendiri. Oleh karena itu, akuntabilitas internal disebut juga sebagai akuntabilitas spiritual.
Ledivina V. Carino (1991) mengatakan bahwa dengan disadarinya akuntabilitas spiritual ini,
maka pengertian accountable atau tidaknya seseorang bukan hanya dikarenakan dia tidak
sensitif terhadap lingkungannya. Akan tetapi, lebih jauh dari itu yakni seperti adanya
perasaan malu atas warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian dari suatu bangsa, kurang
nasionalis, dan sebagainya. Akuntabilitas internal sangat sulit untuk diukur karena tidak
adanya indikator yang jelas dan diterima oleh semua orang serta tidak ada yang melakukan
pengecekan, pengevaluasian, dan pemantauan baik sejak tahap proses sampai dengan
tahap pertanggungjawaban kegiatan itu sendiri. Semua tindakan akuntabilitas spiritual
didasarkan pada hubungan seseorang tersebut dengan Tuhan. Namun, apabila benar-benar
dilaksanakan dengan penuh iman dan takwa, kesadaran akan akuntabilitas spiritual ini akan
memberikan pengaruh yang sangat besar pada pencapaian kinerja orang tersebut. Itulah
sebabnya mengapa seseorang dapat melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang berbeda
dengan orang lain, atau mengapa suatu instansi dengan instansi yang lainnya dapat
menghasilkan kuantitas dan kualitas yang berbeda terhadap suatu pekerjaan yang sama.
Akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut kepada
lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan masyarakat.
Kegagalan seseorang untuk memenuhi akuntabilitas eksternal mengakibatkan pemborosan
waktu, pemborosan sumber dana dan sumber-sumber daya yang lain, penyimpangan
kewenangan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat kepadanya. Akuntabilitas eksternal
lebih mudah diukur mengingat norma dan standar yang tersedia memang sudah jelas.
Kontrol dan penilaian dari pihak eksternal sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk
dalam suatu sistem dan prosedur kerja.
Akuntabilitas eksternal baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi
merupakan hal yang paling banyak dibicarakan dalam konteks akuntabilitas. Akuntabilitas
eksternal terdiri dari:
1. Akuntabilitas eksternal untuk pelayanan publik pada organisasi sendiri.
Dalam akuntabilitas ini, setiap tingkatan pada hierarki organisasi diwajibkan untuk
accountable kepada atasannya dan kepada yang mengontrol pekerjaannya. Untuk itu,
diperlukan komitmen dari seluruh petugas untuk memenuhi kriteria pengetahuan dan
keahlian dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sesuai dengan posisi tersebut.
2. Akuntabilitas eksternal untuk individu dan organisasi pelayanan publik di luar organisasi
sendiri.
Akuntabilitas ini mengandung pengertian akan kemampuan untuk
menjawab setiap
pertanyaan yang berhubungan dengan capaian kinerja atas pelaksanaan tugas dan
wewenang. Untuk itu, selain kebutuhan akan pengetahuan dan keahlian, juga
dibutuhkan komitmen untuk melaksanakan kebijakan dan program-program yang telah
dijanjikan/dipersyaratkan sebelum dia memangku jabatan tersebut (Pusdiklatwas
BPKP:2007).
demokratis.
Pemerintah
harus
akuntabel
atas
kinerja
semua
prosedural
terkait
tentang
apakah
suatu
prosedur
telah
Hambatan-hambatan
Banyak mal-administrasi, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ini berarti akuntabilitas
tidak berjalan. Fakta menunjukkan banyak sekali hambatan-hambatan yang ditemui
(Muhammad Irfan, 2006:6), diantaranya adalah:
1. Persentase melek huruf rendah (Law literacy percentage)
Masyarakat yang demikian biasanya kurang peduli, mungkin karena kurang mengertinya
terhadap hak dan kewajiban serta masalah-masalah sosial. Sebaliknya, mereka
toleransi tinggi terhadap tindak-tanduk negatif seperti lack of accountability, malpractice,
korupsi, nepotisme, sogok menyogok dan sejenisnya.
2. Gaji yang rendah (Poor standard of living)
Pegawai dengan gaji kurang, cenderung mencari tambahan. Usaha demikian dianggap
normal-normal saja baik di luar maupun di dalam jam kerja. Bahkan sampai
"membisniskan" pekerjaan dinasnya, dengan menerima suap dan bentuk-bentuk KKN
lainnya.
3. Dekadensi moral (General decline in the moral values)
adanya
berbagai
kemungkinan
menjadi
"hidup
tidak
nyaman"
dan
pejabat
Kriteria Akuntabilitas
Menurut Plumptre T. (1981) dalam Muh. Irfan (2006:9), untuk mencapai keberhasilan
akuntabilitas diperlukan:
1. Pemimpin teladan (Exemplary leadership)
Pemimpin yang sensitif, responsif, akuntabel, transparan kepada bawahan,
memerlukan akuntabilitas yang dipraktikkan mulai dari tingkat bawahan.
2. Debat publik (Public debat)
Sebelum suatu rancangan disahkan sebagai kebijakan, dibawa dulu ke depan publik,
hingga jelas apa yang akan dicapai dan bagaimana indikator kinerjanya. Masyarakat
Media Akuntabilitas
Media pertanggungjawaban yang menjadi alat evaluasi harus dibuat secara tertulis
dalam bentuk laporan periodik dan sesuai dengan standar. Keseragaman bentuk dan isi
laporan harus mengarah kepada pemanfaatan laporan untuk daya banding antar instansi.
Konsep akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban bernuansa pencapaian tujuan
secara efektif, efisien, ekonomis, sejalan dengan konsep pemeriksaan komprehensif,
sehingga diperoleh simpulan menyeluruh mengenai kehematan, efisiensi, efektivitas
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pembangunan
setiap
instansi
departemen/lembaga/pemerintah daerah.
Media akuntabilitas merupakan media pertanggungjawaban yang dirumuskan
melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dengan bahan
pendukung Rencana Stratejik (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Pengukuran Kinerja
Kegiatan (PKK), dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS). Seperti yang telah
dikemukakan di atas, bahwa laporan keuangan sektor publik menjadi instrumen utama
untuk menciptakan akuntabilitas publik. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik
yang relevan dan handal, maka diperlukan standar akuntansi keuangan dan sistem
akuntansi untuk sektor publik (Muh. Irfan:2006:10).
1. Ekonomi, adalah upaya untuk memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga terendah (paling murah). Ekonomi merupakan perbandingan input dengan
input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh
mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu
dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Ekonomi merupakan
batasan konsep yang menjadi pedoman untuk menerapkan pengelolaan yang baik.
2. Efisiensi, adalah upaya untuk memperoleh hasil (output) yang optimal dengan input
tertentu (Mardiasmo:2006). Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektif, adalah tingkat pencapaian hasil (output) dengan target yang telah ditentukan
(outcome).
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa
pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain
yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada
adanya kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan layanan publik berkualitas dan
kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata. Artinya,
penggunaan uang publik hendaknya tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja,
melainkan dilakukan secara merata dengan keberpihakan kepada seluruh rakyat.
Adapun yang dimaksud input, output dan outcome adalah:
1.
Input, merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber, misalnya
dana, manusia, material, waktu, teknologi, dll yang digunakan untuk melaksanakan
program/kegiatan.
Contoh indikator: total biaya, total jam pegawai untuk mengoperasikan komputer.
2.
Output merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan produk (barang atau jasa) yang
dihasilkan dari pelaksanaan kebijakan, program dan aktivitas sesuai dengan masukan
yang digunakan.
Contoh indikator: jumlah mahasiswa akuntansi, jumlah bantuan yang diberikan, jumlah
pasien yang terlayani.
3. Outcome merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat
dicapai berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Contoh indikator: jumlah tingkat kejahatan, jumlah mahasiswa akuntansi yang tidak lulus
ujian sertifikasi akuntan publik, persentase pasien yang terobati, dan lain-lain.
Value for money organisasi dapat tercapai jika input yang rendah atau biaya yang paling
rendah menghasilkan output yang optimal (Eriana K.,dkk:2009:6).
publik.
Tujuan
yang
dikehendaki
oleh
masyarakat
mencakup
adalah:
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis
yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?
2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efisiensi
diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input,
maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
3.
Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan
telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas
tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih
besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas
hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome
lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa
mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas
output dan dampak yang dihasilkan (Smith,1996). Pengukuran outcome memiliki dua
peran, yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian
kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di
masa yang akan datang. Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan
3. Metode Penelitian
3.1 Objek Penelitian
3.2.1
Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep Variabel
Akuntansi
keuangan
sektor publik
(X)
Dimensi
Indikator
Standar
akuntansi
keuangan
sektor publik
Penggunaan
Sistem
akuntansi
sektor publik
Sistem
Skala
Ordinal
standar
akuntansi
keuangan
sektor publik
pencatatan,
pengelompokan dan
pengikhtisaran,
serta pelaporan
Dasar akuntansi
yang
digunakan
Konsistensi
penggunaan
teknik/metode
akuntansi
Ordinal
Transparansi
(Y1)
keterbukaan (opennes)
atas aktivitas
pengelolaan sumber
daya publik
Transparansi
atas laporan
keuangan
Pemahaman
Akuntabilitas
(Y2)
kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan
pelaksanaan misi
organisasi dalam
mencapai tujuan dan
sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya,
melalui suatu media
pertanggungjawaban
yang dilaksanakan
secara periodik.
Akuntabilitas
finansial
Akuntabilitas
program
Value for
Money
(VFM)
(Y3)
merupakan konsep
pengelolaan organisasi
sektor publik yang
mendasarkan pada tiga
elemen utama yaitu:
ekonomi, efisiensi dan
efektivitas.
Ordinal
akan
pentingnya
transparansi
Pengungkapan
hal-hal yang
sifatnya
material
Pengungkapan
secara berkala
Kebebasan
memperoleh
informasi
penyajian
segala aktivitas
organisasi
kepada pihak
yang
berkepentingan
penilaian atau
tindak lanjut
terhadap
akuntabilitas
tingkat
pelaksanaan
program
pertimbangan
alternatif
program
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Efektivitas
Ordinal
Kualitas
pelayanan
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jajaran manajemen dan para
pegawai atau karyawan di bagian keuangan RSUD Kelas B Kabupaten Subang. Untuk
mengukur seberapa besar pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent
(Y), maka dilakukan penyebaran kuesioner kepada 41 orang responden. Jumlah responden
tersebut merupakan populasi dari penelitian ini, yaitu terdiri dari 4 orang dari jajaran
manajemen dan 37 orang karyawan di bagian keuangan RSUD Kelas B Kabupaten Subang.
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian diproses dan dianalisa. Analisa data dilakukan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisa secara kualitatif dilakukan dengan cara
mendeskripsikan jawaban responden yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel,
sedangkan analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisa statistik.
Untuk keperluan tersebut, data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dikumpulkan
dan diolah dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap pertanyaan/pernyataan
berdasarkan skala Likert berikut ini.
Tabel 3.2 Skala Likert
Sangat Sesuai
Bobot
5
Sesuai
Cukup sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
Alternatif
Jawaban responden dari setiap pertanyaan diskor sesuai dengan kriteria di atas,
kemudian dijumlahkan untuk mengetahui nilai variabel X dan variabel Y. Selanjutnya, dari
perhitungan nilai kuesioner dapat dilihat apakah variabel X dan variabel Y sudah memenuhi
kriteria atau belum. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan kelas interval. Kelas
interval ini bersumber dari nilai kuesioner yang tertinggi dan terendah dari variabel X dan
variabel Y, yang didapat dengan cara mengalikan jumlah kuesioner, jumlah pertanyaan
variabel serta nilai skor tertinggi dan terendah dari variabel X dan variabel Y.
Karena jumlah kuesioner yang kembali hanya 29 dari 41 eksemplar, maka untuk
menyusun kelas interval setiap variabel digunakan angka pengali 29 untuk jumlah kuesioner.
Untuk variabel X dan Y3, karena memiliki jumlah butir pernyataan yang sama, yaitu 10, maka
penyusunan kelas intervalnya seperti langkah berikut:
Total kuesioner tertinggi : 29 x 10 x 5 = 1450
Total kuesioner terendah : 29 x 10 x 1 = 290
Kedua nilai tersebut, yaitu 1450 dan 290, diselisihkan lalu dibagi 5, sehingga
diperoleh 232 rentang nilai dari masing-masing kelas interval untuk variabel X. Bila total nilai
kuesioner yang didapat:
290 522, maka variabel X dinilai tidak sesuai
523 755, maka variabel X dinilai kurang sesuai
756 988, maka variabel X dinilai cukup sesuai
989 1221, maka variabel X dinilai sesuai
1222 1454, maka variabel X dinilai sangat sesuai
Untuk variabel Y1:
Total kuesioner tertinggi : 29 x 4 x 5 = 580
Total kuesioner terendah : 29 x 4 x 1 = 116
Hasil dari selisih kedua nilai tersebut dibagi 5 akan menjadi rentang nilai dari masingmasing kelas interval untuk variabel Y1, yakni:
= (580 116)/5 = 464/5 = 92,8 93 rentang nilai.
Bila total nilai kuesioner yang didapat:
116 209, maka variabel Y1 dinilai tidak sesuai
210 303, maka variabel Y1 dinilai kurang sesuai
304 397, maka variabel Y1 dinilai cukup sesuai
398 491, maka variabel Y1 dinilai sesuai
492 585, maka variabel Y1 dinilai sangat sesuai
Untuk variabel Y2:
Total kuesioner tertinggi : 29 x 5 x 5 = 725
Total kuesioner terendah : 29 x 5 x 1 = 145
Hasil dari selisih kedua nilai tersebut dibagi 5 akan menjadi rentang nilai dari masingmasing kelas interval untuk variabel Y2, yakni:
= (725 145)/5 = 580/5 = 116 rentang nilai
Bila total nilai kuesioner yang didapat:
145 261, maka variabel Y2 dinilai tidak sesuai
262 378, maka variabel Y2 dinilai kurang sesuai
379 495, maka variabel Y2 dinilai cukup sesuai
496 612, maka variabel Y2 dinilai sesuai
613 729, maka variabel Y2 dinilai sangat sesuai
3.3.2
3.3.3
berskala
ordinal
terlebih
dahulu
dinaikkan
atau
ditransformasikan
tingkat
pengukurannya ke tingkat interval melalui Method of Successive Interval dengan langkahlangkah sebagai berikut.
1. Perhatikan banyaknya responden yang memberikan respon yang ada (f). Artinya hitung
frekuensi setiap skor (1 sampai dengan 5).
2. Tentukan proporsi dengan membagi setiap bilangan frekuensi setiap skor (1 sampai
dengan 5).
3. Tentukan proporsi dengan membagi setiap bilangan frekuensi f dan n.
4. Proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku, selanjutnya hitunglah nilai
z berdasarkan pada proporsi kumulatif di atas.
5. Dari z yang diketahui tersebut tentukan nilai densitnya (dalam hal hitung nilai ordinat dari
sebaran normal z).
6. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus:
Y = NS + [ 1 + | NSMIN| ]
3.3.4
Rancangan pengujian hipotesis ini akan dimulai dengan penetapan hipotesis nol (H0)
dan hipotesis alternatif (H1), penetapan tingkat signifikansi, pemilihan dan perhitungan
statistik, serta penerimaan dan penolakan hipotesis. Adapun langkah-langkah pengujian
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut.
2. Penetapan hipotesis nol (H0) dan penetapan hipotesis alternatif (H1).
a. H0
keuangan
sektor
publik
(X)
memiliki
pengaruh
terhadap
keuangan
sektor
publik
(X)
memiliki
pengaruh
terhadap
sebesar 5%
dengan tingkat kepercayaan 95% (df (degree of freedom) = n - 2), karena tingkat ini
cukup mewakili untuk digunakan dalam penelitian sosial.
4. Pemilihan dan perhitungan statistik
Untuk
mengetahui
pengaruh
akuntansi
sektor
publik
terhadap
transparansi,
akuntabilitas, dan value for money, maka dalam pengujian statistik digunakan program
SPSS versi 12.00 dengan cara menghitung analisis regresi sederhana. Analisis regresi
sederhana digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (akuntansi
sektor publik) terhadap variabel Y (transparansi, akuntabilitas, dan value for money)
serta untuk mengetahui bagaimana perubahan variabel Y bila nilai variabel X dinaikkan
atau diturunkan nilainya, dengan rumus umum sebagai berikut:
Y =a+bX
dimana:
(Y) (X)2 (X) (XY)
a=
n (X2) (X)2
n (XY) (X) (Y)
b=
n (X2) (X)2
Keterangan:
X = variabel independen (akuntansi keuangan sektor publik)
Y = variabel dependen, terdiri dari:
Y1
= transparansi
Y2
= akuntabilitas
Y3
t=
dimana:
= jumlah responden
= koefisien korelasi
= nilai thitung
r n2
1r 2
4.2.1
Uji Validitas
Hasil uji validitas untuk kuesioner akuntansi keuangan sektor publik terhadap
perwujudan transparansi, akuntabilitas dan konsep value for money dengan dk atau df = 29
2 = 27 pada tingkat signifikansi () sebesar 5% atau 0,05 diperoleh nilai rtabel = 0,2451,
bahwa item-item kuesioner memiliki nilai rhitung yang positif dan rhitung > rtabel, sebagaimana
kriteria yang telah ditetapkan di atas. Hal ini menunjukkan bahwa item-item kuesioner
tersebut sudah valid.
Pertama, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner variabel akuntansi keuangan
sektor publik (X) yang terdiri dari 10 butir pernyataan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
semua pernyataan untuk kuesioner variabel X sudah valid, sebab memiliki nilai rhitung yang
positif dan rhitung > rtabel. Artinya, item-item tersebut dapat mengukur apa yang ingin kita ukur.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7
Tingkat Validitas Variabel X
No.
item/pernyataan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Corrected item-total
correlation
0,616
0,417
0,583
0,726
0,642
0,609
0,866
0,565
0,633
0,535
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Kedua, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner variabel transparansi (Y1) yang
terdiri
dari
butir
pernyataan.
Hasil
pengujian
menunjukkan
bahwa
kesemua
item/pernyataan variabel transparansi sudah valid, sebab memiliki nilai rhitung yang positif dan
rhitung > rtabel. Artinya, item-item tersebut dapat mengukur apa yang ingin kita ukur. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8
Tingkat Validitas Variabel Y1
No.
item/pernyataan
1
2
3
4
Corrected item-total
correlation
0,694
0,268
0,400
0,383
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Pengujian validitas untuk kuesioner variabel akuntabilitas (Y2) yang terdiri dari 5 butir
pernyataan menunjukkan bahwa kesemua item/pernyataan variabel akuntabilitas sudah
valid, sebab memiliki nilai rhitung yang positif dan rhitung > rtabel. Artinya, item-item tersebut dapat
mengukur apa yang ingin kita ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.9
Tingkat Validitas Variabel Y2
No.
item/pernyataan
Corrected item-total
correlation
Keterangan
1
2
3
4
5
0,417
0,591
0,743
0,780
0,809
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Pengujian validitas untuk kuesioner variabel value for money (Y3) yang terdiri dari 10
butir pernyataan menunjukkan bahwa semua item/pernyataan dari variabel value for money
(Y3) memiliki nilai rhitung yang positif dan rhitung > rtabel. Berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan di atas, maka hasil tersebut menunjukkan bahwa semua pernyataan untuk
kuesioner variabel value for money (Y3) sudah valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.10
Tingkat Validitas Variabel Y3
No.
item/pernyataan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Corrected item-total
correlation
0,786
0,490
0,550
0,742
0,684
0,528
0,686
0,638
0,310
0,666
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dinyatakan reliable apabila hasilnya menunjukkan bahwa nilai alpha
(Cronbranch's alpha) lebih besar dari rtabel (0,2451). Pertama, dilakukan pengujian reliabilitas
untuk kuesioner variabel penerapan akuntansi keuangan sektor publik (X). Dari hasil
pengujian reliabilitas untuk kuesioner penerapan akuntansi keuangan sektor publik (X),
dapat dilihat bahwa kuesioner variabel X memiliki nilai alpha sebesar 0,757. Artinya, alpha >
rtabel. Dengan demikian, berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan, dapat
dinyatakan bahwa kuesioner penerapan akuntansi keuangan sektor publik sudah reliable
(handal).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,757
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
,895
N of Items
11
Variabel X
Cronbach's
Alpha
,714
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
,699
N of Items
5
Variabel Y1
Cronbach's
Alpha
,781
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
,876
N of Items
6
Variabel Y2
Terakhir, dilakukan pengujian reliabilitas untuk kuesioner variabel value for money
(Y3). Kuesioner value for money menunjukkan nilai alpha sebesar 0,757. Artinya, alpha >
rtabel. Dengan demikian, berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan di atas, dapat
dinyatakan bahwa kuesioner variabel value for money (Y3) sudah reliable.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
,890
Cronbach's
Alpha
,757
N of Items
11
Variabel Y3
Kelas B Kabupaten Subang, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan komponen
yang terdiri atas:
a. penggunaan standar akuntansi keuangan sektor publik,
b. sistem pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran, serta pelaporan,
c. dasar akuntansi yang digunakan, dan
d. konsistensi penggunaan teknik/metode akuntansi.
4.3.2
penulis.
Tabel 4.11
Jawaban Kuesioner Variabel X
Variabel
Dimensi
Indikator
No. item
kuesion
er
Skor
yang
dicapai
Skor
maksima
l
Akuntans
i
keuanga
n sektor
publik
Standar
akuntansi
keuanga
n sektor
publik
Sistem
akuntansi
sektor
publik
Penggunaan
standar
akuntansi
keuangan
sektor publik
Sistem
pencatatan,
pengelompoka
n dan
pengikhtisaran,
serta
pelaporan
Dasar
akuntansi yang
digunakan
Konsistensi
penggunaan
teknik/metode
akuntansi
Total
109
145
75,17
120
145
82,76
137
145
94,48
122
145
84,14
141
145
97,24
130
145
89,65
130
145
89,65
8
Total
9
134
914
121
145
1015
145
92,41
90,05
83,45
10
124
145
85,52
1268
1450
87,45
Dari tabel terlihat skor total yang diperoleh variabel X (akuntansi keuangan sektor
publik) sebesar 1268 dari skor maksimum sebesar 1450 atau mencapai 87,45%. Untuk
mengetahui secara rinci bagaimana akuntansi keuangan sektor publik tersebut, di bawah ini
akan diuraikan tiap-tiap indikator dari variabel X.
1. Penggunaan standar akuntansi keuangan sektor publik
Skor yang dicapai untuk mengukur indikator ini adalah 75,17%. Ini menggambarkan
akuntansi keuangan sektor publik dalam hal penggunaan standar akuntansi keuangan
sektor publik bahwa penyusunan laporan keuangan RSUD Kelas B Kabupaten Subang
telah sesuai dengan standar akuntansi yang diberlakukan untuk organisasi sektor publik
di Indonesia, misalnya: PP No. 24 Tahun 2005, PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri
No. 13 Tahun 2006.
2. Sistem pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran, serta pelaporan
Skor yang dicapai untuk mengukur indikator ini secara keseluruhan adalah 90,05%. Ini
menggambarkan akuntansi keuangan sektor publik dalam hal sistem pencatatan,
4.
121 + 124), dimana jumlah tersebut termasuk dalam kriteria nilai sangat sesuai (1222
1454).
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa total jawaban variabel X dari
29 orang responden, yaitu sebesar 1268. Apabila dihubungkan dengan skor yang terdapat
pada pembahasan kelas interval di bab III, maka rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam
kriteria nilai sangat sesuai, karena berada pada interval 1222 1454. Artinya, penerapan
akuntansi keuangan sektor publik di RSUD Kelas B Kabupaten Subang sudah sangat
sesuai.
4.3.3
Variabel
Y1
Dimensi
Transparan
si
Transparan
si atas
laporan
keuangan
Indikator
Pemahaman
akan
pentingnya
transparansi
No. item
kuesion
er
1
Skor
Skor
yang maksima
dicapa
l
i
91
145
%
62,7
6
Pengungkapa
n hal yang
sifatnya
material
Pengungkapa
n secara
berkala
Kebebasan
memperoleh
informasi
130
145
89,6
6
142
145
97,9
3
Total
124
145
85,5
2
487
580
83,9
7
Dari tabel terlihat skor total yang diperoleh dari variabel Y1 (transparansi) sebesar
487 dari skor maksimum sebesar 580 atau mencapai 83,97%. Untuk mengetahui secara
rinci bagaimana transparansi tersebut, di bawah ini akan diuraikan tiap-tiap indikator dari
variabel Y1.
1.
Skor yang dicapai untuk mengukur indikator ini secara keseluruhan adalah 85,52%. Ini
menggambarkan transparansi dalam hal kebebasan memperoleh informasi bahwa
stakeholders dapat dengan mudah melihat hal-hal yang dilaporkan dalam laporan
keuangan organisasi.
Kesimpulan: jumlah indikator keseluruhan dari variabel Y1 adalah 487 (91 + 130 + 142 +
124) dan jumlah tersebut termasuk kriteria nilai sesuai (398 491).
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa total jawaban variabel Y 1 untuk
29 orang responden, yaitu sebesar 487. Apabila dihubungkan dengan skor yang terdapat
pada pembahasan kelas interval di bab III, maka rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam
kriteria nilai sesuai, karena berada pada interval 398 491. Artinya, transparansi di RSUD
Kelas B Kabupaten Subang telah sesuai.
4.3.5
4.3.6
Kelas B Kabupaten Subang, penulis telah menyebarkan kuesioner kepada responden terkait
dengan permasalahan yang penulis teliti. Data yang diperoleh dari kuesioner, selanjutnya
akan dianalisis guna memperoleh gambaran yang jelas tentang tanggapan responden
mengenai akuntabilitas. Tabel di bawah ini merupakan gambaran dari hasil penelitian yang
telah dilakukan penulis.
Tabel 4.13
Jawaban Kuesioner Variabel Y2
Variabel
Y2
Dimensi
Indikator
Akuntabilita
s
Akuntabilita
s finansial
penyajian
segala
aktivitas
organisasi
kepada pihak
yang
berkepentinga
n
penilaian atau
tindak lanjut
terhadap
akuntabilitas
No. item
kuesion
er
1
Total
93,7
93
145
64,1
119
145
4
82,0
Rata-rata
tingkat
pelaksanaan
program
pertimbangan
alternatif
program
Rata-rata
Total
Akuntabilita
s program
Skor
Skor
yang maksima
dicapa
l
i
136
145
212
290
7
73,1
348
435
0
80,0
145
0
77,2
112
4
5
97
145
66,9
0
209
290
72,0
557
725
7
76,8
3
Dari tabel terlihat skor total yang diperoleh dari variabel Y2 (akuntabilitas) sebesar
557 dari skor maksimum sebesar 725 atau mencapai 76,83%. Untuk mengetahui secara
rinci bagaimana akuntabilitas tersebut, di bawah ini akan diuraikan tiap-tiap indikator dari
variabel Y2.
4.3.7
maka dalam penelitian ini digunakan indikator yang terdiri dari: ekonomi, efisiensi dan
efektivitas.
4.3.8
penulis.
Tabel 4.14
Jawaban Kuesioner Variabel Y3
Variabel
Dimensi
Y3
Value
Ekonomi
for
dan
money
Efisiensi
Indikator
Alokasi
biaya
No. item
kuesion
er
1
Skor
yang
dicapai
83
Skor
maksima
l
145
57,2
58
145
89
145
40,0
94
145
92
145
61,3
120
145
64,8
3
63,4
5
82,7
Efektivitas
Kualitas
pelayanan
Total
536
870
6
61,6
109
145
1
75,1
94
145
117
145
64,8
10
102
145
3
80,6
9
70,3
Total
Total
422
580
4
72,7
958
1450
6
66,0
7
Dari tabel terlihat skor total yang diperoleh dari variabel Y 3 (value for money) sebesar
958 dari skor maksimum 1450 atau mencapai 66,07%. Untuk mengetahui secara rinci
bagaimana value for money tersebut, maka di bawah ini akan diuraikan masing-masing
indikatornya sebagai berikut.
1. Alokasi biaya
Skor yang dicapai untuk mengukur indikator ini secara keseluruhan adalah 61,61%. Ini
menggambarkan value for money dalam hal alokasi biaya bahwa biaya/belanja
kebutuhan organisasi terkadang lebih kecil dari yang dianggarkan, sumber daya finansial
digunakan dengan cukup optimal, sumber daya input telah didayagunakan pada tingkat
kapasitas cukup optimal dan penyajian laporan keuangan bermanfaat lebih besar dari
biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut. Hanya saja, untuk
kuesioner no. 2 persentasenya kecil, yaitu 40%. Hal ini dapat dikarenakan organisasi
tidak pernah melakukan perbandingan antara biaya organisasi dengan biaya dari
organisasi lain yang sejenis, khususnya biaya untuk bagian keuangan, sehingga tidak
dapat diketahui apakah biaya organisasi (RSUD Kelas B Kabupaten Subang) lebih kecil
atau tidak dibanding organisasi lain yang sejenis.
2. Kualitas pelayanan
Skor yang dicapai untuk mengukur indikator ini secara keseluruhan adalah 72,76%. Ini
menggambarkan value for money dalam hal kualitas pelayanan bahwa sebagian besar
output yang dihasilkan memiliki kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan
organisasi, program yang telah disusun sering kali mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan berdampak baik terhadap masyarakat, serta keputusan alokasi sumber
daya publik disesuaikan dengan kualitas output dan dampak yang ditimbulkannya.
Kesimpulan: jumlah indikator keseluruhan dari variabel Y3 adalah 958 (536 + 422) dan
jumlah tersebut termasuk dalam kriteria nilai cukup memadai (756 988).
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa total jawaban variabel Y3 dari
29 orang responden, yaitu sebesar 958. Apabila dihubungkan dengan skor yang terdapat
pada pembahasan kelas interval di bab III, maka rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam
kriteria nilai cukup sesuai, karena berada pada interval 756 988. Artinya, konsep value for
money di RSUD Kelas B Kabupaten Subang telah cukup sesuai.
4.4
berskala ordinal ke tingkat interval, sebab untuk menganalisis diperlukan data dengan
ukuran yang paling tidak interval sampai persyaratan menggunakan alat analisis regresi
linear sederhana. Oleh karena itu, seluruh variabel yang berskala ordinal terlebih dahulu
dinaikkan atau ditransformasikan tingkat pengukurannya ke tingkat interval melalui Method
of Successive Interval (MSI). Pengolahan data (terlampir).
4.5
dapat diukur yaitu akuntansi keuangan sektor publik sebagai variabel independen atau (X),
transparansi sebagai variabel dependen (Y1), akuntabilitas sebagai variabel dependen (Y2)
dan value for money sebagai variabel dependen (Y3). Untuk selanjutnya data ini dianalisis
menggunakan SPSS versi 12.00.
4.5.1
Tabel 4.15
Output SPSS
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
10,804
2,259
,101
,056
Standardized
Coefficients
Beta
,329
t
4,782
1,809
Sig.
,000
,082
a. Dependent Variable: Y1
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1,655
2,365
,431
,059
Standardized
Coefficients
Beta
,817
t
,700
7,367
Sig.
,490
,000
a. Dependent Variable: Y2
Model
1
(Constant)
X
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
3,668
6,433
,613
,159
Standardized
Coefficients
Beta
,595
t
,570
3,850
Sig.
,573
,001
a. Dependent Variable: Y3
Nilai Y3 merupakan nilai taksir, nilai b sebesar = 0,613 memiliki arti bahwa setiap
perubahan suatu variabel X (akuntansi keuangan sektor publik) akan diimbangi oleh
perubahan variabel Y3 (value for money) sebesar 0,613. Karena nilai b positif, maka setiap
pertambahan atau pengurangan variabel akuntansi keuangan sektor publik, akan diimbangi
dengan pertambahan atau pengurangan tingkat value for money.
4.5.2
diterima mengenai pengaruh akuntansi keuangan sektor publik (X) terhadap transparansi
(Y1), akuntabilitas (Y2) dan value for money (Y3) yang membandingkan antara thitung dengan
ttabel.
Adapun hipotesis uji t adalah sebagai berikut:
a. H0
keuangan
sektor
publik
(X)
memiliki
pengaruh
terhadap
keuangan
sektor
publik
(X)
memiliki
pengaruh
terhadap
ttabel sebesar 2,052. Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa dari ketiga
hipotesis tersebut, dua diantaranya memiliki thitung > ttabel, yaitu hipotesis (b) dimana 7,367 >
2,052 dan hipotesis (c) dimana 3,850 > 2,052. Sedangkan hipotesis (a) memiliki nilai t hitung <
ttabel, yakni 1,809 < 2,052. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk hipotesis (b)
dan (c) H0 ditolak dan H1 diterima. H0 ditolak memiliki arti bahwa akuntansi keuangan sektor
publik (X) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap: akuntabilitas (Y 2) dan value for
money (Y3). Sebaliknya untuk hipotesis (a), dimana H0 diterima dan H1 ditolak. H0 diterima
memiliki arti bahwa akuntansi keuangan sektor publik (X) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap transparansi (Y1).
4.5.3
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini, variabel
bebasnya (X) adalah akuntansi keuangan sektor publik, sedangkan variabel terikat (Y) terdiri
dari: transparansi (Y1), akuntabilitas (Y2) dan konsep value for money (Y3). Dengan
mengetahui nilai koefisien determinasi, maka dapat dihitung besarnya pengaruh akuntansi
keuangan sektor publik terhadap transparansi, akuntabilitas dan konsep value for money.
Dengan bantuan SPSS versi 12.00, maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R
square) seperti pada tabel di bawah ini:
Koefisien determinasi (a)
Model Summary
Model
1
R
,329a
R Square
,108
Adjusted
R Square
,075
a. Predictors: (Constant), X
Std. Error of
the Estimate
1,51447
Model Summary
Model
1
R
,817a
R Square
,668
Adjusted
R Square
,655
Std. Error of
the Estimate
1,58571
a. Predictors: (Constant), X
R
,595a
R Square
,354
Adjusted
R Square
,331
Std. Error of
the Estimate
4,31218
a. Predictors: (Constant), X
koefisien
determinasi
(b)
sebesar
66,8%.
Koefisien
determinasi
(b)
sektor
publik terhadap
akuntabilitas sebesar 66,8%. Ini menunjukkan bahwa akuntansi keuangan sektor publik
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap akuntabilitas. Sedangkan sisanya
sebesar 33,2% merupakan faktor lain yang mempengaruhi akuntabilitas.
Nilai
koefisien
determinasi
(c)
sebesar
35,4%.
Koefisien
determinasi
(c)
menunjukkan besarnya pengaruh akuntansi keuangan sektor publik (X) terhadap value for
money (Y3). Artinya, pengaruh akuntansi keuangan sektor publik terhadap value for money
sebesar 35,4%. Sedangkan sisanya sebesar 64,6% merupakan faktor lain yang
mempengaruhi value for money.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi transparansi, akuntabilitas dan value for
money dapat dikarenakan penerapan akuntansi manajemen dan sistem pengendalian
manajemen serta audit sektor publik pada organisasi/lembaga-lembaga publik.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh akuntansi
keuangan sektor publik terhadap perwujudan transparansi, akuntabilitas dan konsep value
for money, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Akuntansi keuangan sektor publik di mata responden dinilai telah sangat sesuai, hal ini
dapat dilihat dari total jawaban kuesioner sebesar 1268 yang berada pada interval 1222
1454 atau mencapai 87,45%. Skor ini mengindikasikan bahwa penerapan akuntansi
keuangan sektor publik di RSUD Kelas B Kabupaten Subang sudah sangat sesuai,
dilihat dari segi: penyusunan laporan keuangan, sistem pencatatan, pengelompokan dan
pengikhtisaran, serta pelaporan, dasar akuntansi yang digunakan telah sesuai dengan
standar akuntansi yang diberlakukan untuk organisasi sektor publik di Indonesia, seperti:
PP No. 24 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006. Penggunaan
teknik/metode akuntansinya pun digunakan secara konsisten dari waktu ke waktu.
2.
Transparansi di mata responden dinilai telah sesuai. Hal ini dapat dilihat dari
total jawaban kuesioner sebesar 487 yang berada pada interval 398 491 atau
mencapai 83,97%. Ini menunjukkan bahwa karyawan cukup memahami akan
pentingnya transparansi, organisasi telah mengungkapkan hal-hal yang sifatnya
material, melaporkan pertanggungjawaban keuangan secara berkala serta adanya
kemudahan memperoleh informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
3.
Akuntabilitas di mata responden dinilai telah sesuai. Hal ini dapat dilihat dari
total jawaban kuesioner sebesar 557 yang berada pada interval 496 612. atau
mencapai 76,83%. Ini menunjukkan bahwa organisasi telah akuntabel dari segi
pelaporan dan penyajian laporan keuangan terkait dengan administrasi keuangan
kepada stakeholders, adanya koordinasi yang baik antar sub bagian, adanya fungsi
yang memberikan penilaian objektif dalam organisasi, pelaksanaan program yang sesuai
dengan rencana dan penggunaan alternatif program yang tepat untuk mencapai tujuan
organisasi.
4.
Value for money di mata responden dinilai telah cukup sesuai. Hal ini dapat
dilihat dari total jawaban kuesioner sebesar 958 yang berada pada interval 756 988
atau mencapai 66,07%. Ini menunjukkan bahwa organisasi telah menjalankan
aktivitasnya dengan cukup ekonomi, efisien dan efektif. Hanya saja, berdasarkan hasil
pengolahan data kuesioner pada salah satu item indikator alokasi biaya, diperoleh
persentase hanya sebesar 40%. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak mengetahui apakah biaya organisasi lebih kecil atau tidak daripada biaya
organisasi lain yang sejenis, khususnya untuk bagian keuangan. Hal ini dapat
dikarenakan organisasi tidak atau belum pernah melakukan perbandingan antara biaya
organisasi dengan biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat.
Chaizi Nasucha. 2004. Reformasi Administrasi Publik. Jakarta: Grasindo.
Deddi Nordiawan. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Eriana Kartadjumena, dkk. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Bandung: Universitas Widyatama.
Harun. 2009. Reformasi Akuntansi Dan Manajemen Sektor Publik Di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2005. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: KSAP.
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Mardiasmo. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Muh. Arief Effendi. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wahana Komputer. 2004. Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS Versi 12.0. Semarang:
Andi Semarang.
www.bappenas.go.id
www.bppk.depkeu.go.id
www.ntb.depag.go.id
www.pusdiklatwas.bpkp.go.id
www.subang.go.id