Anda di halaman 1dari 27

Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan

aliran darah pada testis.Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur kurang dari
25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Di samping itu
tidak jarang janin yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir menderita torsio testis
yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral ataupun
bilateral.

Gambar 1.1
Anatomi
Testis normal dibungkus oleh tunika albuginea. Pada permukaan anterior dan lateral, testis dan
epididimis dikelilingi oleh tunika vaginalis yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan viseralis yang
langsung menempul ke testis dan di sebelah luarnya adalah lapisan parietalis yang menempel ke
muskulus

dartos

pada

dinding

skrotum.

Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada muskulus dartos masih
belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga testis, epididimis, dan tunika vaginalis mudah
sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu funikulus spermatikus.
Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal. Terjadinya torsio testis
pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem penyanggah testis. Tunika vaginalis

yang

seharusnya

mengelilingi

sebagian

dari

testis

pada

permukaan anterior dan lateral testis, pada kelainan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan
testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis
dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada
funikulus spermatikus. Kelainan ini dikenal sebagai anomali bellclapper. Keadaan ini akan
memudahkan testis mengalami torsio intravaginal.
Patogenesis
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga
abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan sistem penyanggah
testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa
keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu
yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana
yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.
Terpluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis
mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.
Gambaran klinis dan diagnosis
Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti
pembengkakan pada testis. Keadaan itu dikenal sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke
daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan
dengan apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel atau tidak mau
menyusui. Pada pemeriksaan fisis, testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal
daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi, dapat
diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai
dengan

demam.

Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urine dan pemeriksaan
darah tidak menunjukkan tanda inflamasi, kecuali pada torsio testis yang sudah lama dan telah
mengalami

keradangan

steril.

Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis dengan keadaan akut
skrotum yang lain adalah dengan memakai: stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan
sintigrafi testis yang kesemuanya bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio
testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada keradangan akut testis,
terjadi peningkatan aliran darah ke testis.
Diagnosis Banding

1. Epididimitis akut
Penyakit ini secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut biasanya
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra, ada riwayat coitus suspectus
(dugaan melakukan senggama dengan bukan isterinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra
sebelumnya. Jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis, pada epididimitis akut terkadang nyeri
akan berkurang sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn). Pasien
epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urine
didapatkan adanya leukosituria atau bakteriuria.
2. Hernia skrotalis inkarserata
Biasanya pada anamnesis didapatkan benjolan yang dapat keluar dan masuk ke dalam skrotum.
3. Hidrokel terinfeksi
Dengan anamnesis sebelumya sudah ada benjolan di dalam skrotum

4. Tumor testis
Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis.
5. Edema skrotum
Dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya pembuntuan saluran limfe inguinal,
kelainan jantung, atau kelainan-kelainan yang tidak diketahui sebabnya (idiopatik)
Terapi
Detorsi

Manual

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan memutar testis
ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan
untuk memutar testis ke arah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba
detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil.
Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
Operasi

Gambar.

Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah yang benar
(reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang mengalami torsio masih viable
(hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi
testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Orkidopeksi
dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah
agar testis tidak terpluntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis
dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis
kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum
akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas
dikemudian hari.
https://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/tortio-testis/

BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan testis yang cukup sering salah satunya adalah torsio testis ini.
Sehingga perlu adanya pembahasan yang lebih terperinci.
Secara anatomi ,Testis adalah organ genitalia pria yang teletak di skrotum.
Ukuran tetstis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2.5 cm. dengan volume 1525 ml berbentuk ovoid. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika
albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albugine terdapat tunika
vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika
dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis
untuk dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan
temperature testis agar tetap stabil.

Secara histopatologis, testis terdiri atas 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri
atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogonia dan sel Sertoli, sedang di antara tubuli seminiferi terdapat
sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium pada proses spermatogenesis
menjadi sel-sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormone testosterone.
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan
mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) selsel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas
deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah
bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens dan vesikula
seminalis, serta cairan prostate, membentuk cairan semen atau mani.
Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika
interna yang merupakan cabang dari aorta, arteri deferensialis cabang dari
arteri vesikalis inferior, dan arteri kremasterika yang merupakan cabang
arteri epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul
meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Pleksus
ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.

(2)

BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran darah pada testis. Keadaan ini diderita oleh I
diantara 4000 pria yang berumur kurang dari 25 tahun, paling banyak
diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Disamping itu, tak
jarang janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir menderita
torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan
testis baik unilateral maupun bilateral.(2)

Torsio

testis

atau

terpeluntirnya

funikulus

spermatikus

yang

dapat

menyebabkan terjadinya strangulasi dari pembuluh darah, terjadi pada pria


yang jaringan di sekitar testisnya tidak melekat dengan baik ke scrotum.
Testis dapat infark dan mengalami atrophy jika tidak mendapatkan aliran
darah lebih dari enam jam.

(5)

II. ETIOLOGI
Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas.
Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai
berikut :
1.

Mesorchium yang panjang.

2.

Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.

3.

Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.

(3)

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga
dapat menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan pergerakan berlebihan itu antara lain ; perubahan suhu yang
mendadak (seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan,
batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai
scrotum.
Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus
dartos masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis,
epididimis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan
untuk terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikus. Terpeluntirnya testis
pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal. (2)

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan
sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi
sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada
keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah
insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan
epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan
menggantung pada funikulus spermatikus. Keadaan ini dikenal sebagai
anomali bell clapper. Keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami
torsio intravaginal. (2)

III. GAMBARAN KLINIS/ sign and sympton


Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut :
1.

Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor
predisposisi

2.

Scrotum yang membengkak pada salah satu sisi

3.

Mual atau muntah

4.

Sakit kepala ringan

(7)

Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis


yang infark dapat menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan
sangat nyeri kemerahan dan bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan
untuk menemukan posisi yang nyaman.

(6)

Selain nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan
nyeri alih di daerah inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami
torsio merupakan undesendensus testis, maka gejala yang yang timbul
menyerupai hernia strangulata.(3)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Dalam phisical examination, Testis yang mengalami torsio letaknya lebih
tinggi dan lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang
pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan
demam.

(2)

Testis kanan dan testis kiri seharusnya sama besar. Pembesaran asimetris,
terutama jika terjadi secara akut, menandakan kemungkinan adanya
keadaan patologis di satu testis. Perubahan warna kulit scrotum, juga dapat
menandakan adanya suatu masalah. Hal terakhir yang perlu diwaspadai
yaitu adanya nyeri atau perasaan tidak nyaman pada testis. (6)Reflex
cremaster secara umum hilang pada torsio testis. Tidak adanya reflex
kremaster, 100% sensitif dan 66% spesifik pada torsio testis. Pada beberapa
anak laki-laki, reflex kremaster dapat menurun atau tidak ada sejak awal,
dan reflex kremaster masih dapat ditemukan pada kasus-kasus torsio testis,
oleh karena itu, ada atau tidak adanya reflex kremaster tidak bisa digunakan
sebagai satu-satunya acuan mendiagnosis atau menyingkirkan diagnosis
torsio testis.(5)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis
dengan keadaan akut scrotum yang lain adalah dengan menggunakan
stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis, yang

kesemuanya bertujuan untuk menilai aliran darah ke testis. (2)Sayangnya,


stetoskop Doppler dan ultrasonografi konvensional tidak terlalu bermanfaat
dalam menilai aliran darah ke testis. Penilaian aliran darah testis secara
nuklir dapat membantu, tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga
kasus bisa terlambat ditangani. Ultrasonografi Doppler berwarna merupakan
pemeriksaan noninvasif yang keakuratannya kurang lebih sebanding dengan
pemeriksaan nuclear scanning. Ultrasonografi Doppler berwarna dapat
menilai aliran darah, dan dapat membedakan aliran darah intratestikular
dan aliran darah dinding scrotum. Alat ini juga dapat digunakan untuk
memeriksa kondisi patologis lain pada scrotum. (8)

Color Doppler ultrasonogram showing acute torsion


affecting the left testis in a 14-year-old boy who had acute pain for four
hours. Note decreased blood flow in the left testis compared with the right
tstis.

Color Doppler ultrasonogram showing late torsion


affecting the right testis in a 16-year-old boy who had pain for 24 hours.
Note increased blood flow around the right testis but absence of flow within
the substance of the testis

Color Doppler ultrasonogram showing inflammation


(epididymitis) in a 16-year-old boy who had pain in the left testis for 24
hours. Note increased blood flow in and around the left testis
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urin,
dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan adanya inflamasi kecuali pada
torsio yang sudah lama dan mengalami keradangan steril.
VI. DIAGNOSIS

(8,9)

(2)

Diagnosis torsio testis dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang. Secara umum, digambarkan pada bagan Alogaritma
dan Clinical Pathway Torsio Testis / Testicular Torsion;

Pr
otocol for the diagnosis and treatment of the acute scrotum. (8)
VII. DIAGNOSIS BANDING

(1,2,4,5)

1.

Epididimitis akut. Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio
testis. Nyeri scrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya
nanah dari uretra, adanya riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan
senggama dengan selain isterinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra
sebelumnya. Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis, dapat
dibedakan dengan Prehns sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan, pada
epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehns sign positif),
sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (Prehns sign negative). Pasien
epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan
sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria.

2.

Hernia scrotalis incarserata. Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan


yang dapat keluar masuk ke dalam scrotum.

3.

Hidrokel

4.

Tumor testis. Benjolan dirasakan tidak nyeri kecuali terjadi perdarahan di

dalam testis

5.

Edema scrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis,


adanya sumbatan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainankelainan yang tidak diketahui sebabnya (idiopatik).

Perbedaan antara torsio testis, torsio appendix testis dan epididimitis dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

(8)

Diagnosis of Selected Conditions Responsible for the Acute Scrotum

Onset
of
Conditi

sympt

on

oms

Cremas
Age

Tender

Urinal

teric

Treat

ness

ysis

reflex

ment

Surgica
Testicul

ar
torsion

Early
Acute

puberty

explor
Diffuse

ation

Bed
rest
Append

Localiz

and

ed to

scrotal
elevati

iceal

Subac

Prepub

upper

torsion

ute

ertal

pole

Epididy

Insidio

Adolesc

Epididy

mitis

us

ence

mal

on

Antibio
+/

tic

Torsio testis

Torsio appendix testis

Epididimitis
VIII. PENATALAKSANAAN /management
1. Non operatif
Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus
dapat mengembalikan aliran darah.

(5)

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan


jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah
torsio biasanya ke medial, maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah
lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak ada perubahan, dicoba detorsi
ke arah medial.

Metode tersebut dikenal dengan metode open book (untuk testis kanan),
Karena gerakannya seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang
dirasakan dapat menghilang pada kebanyakan pasien. Detorsi manual
merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu menunggu tindakan
pembedahan,
pembedahan.

tetapi

tidak

dapat

menghindarkan

dari

prosedur

(2,5)

Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit


gawat darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan
ini sulit dilakukan tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak
sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah
pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis
mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan
detorsi manual akan memperburuk derajat torsio.(5)
2. Operatif

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya


untuk mempercepat proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari
lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu
terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur
diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.
Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :
1.

Untuk memastikan diagnosis torsio testis

2.

Melakukan detorsi testis yang torsio

3.

Memeriksa apakah testis masih viable

4.

Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih
viable

5.

Memfiksasi testis kontralateral

Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan


oleh kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung
lama (>24-48 jam). Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya
untuk tetap melakukan eksplorasi dengan alasan medikolegal, yaitu
eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk menyelamatkan
testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis
kontralateral.
Saat

(5)

pembedahan,

dilakukan

juga

tindakan

preventif

pada

testis

kontralateral. Hal ini dilakukan karena testis kontralaeral memiliki


kemungkinan torsio di lain waktu.(3,5,7)

Jika testis masih viable, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika
dartos kemudian disusul pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan
dengan menggunakan benang yang tidak diserap pada tiga tempat untuk
mencegah agar testis tidak terpuntir kembali. Sedangkan pada testis yang
sudah mengalami nekrosis, dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan
kemudian disusul orkidopeksi kontralateral. Testis yang telah mengalami

nekrosis jika tetap berada di scrotum dapat merangsang terbentuknya


antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di kemudian
hari.

(2)

IX. KOMPLIKASI

(5)

1.

Atropi testis

2.

Torsio rekuren

3.

Wound infection

4. Subfertility
DAFTAR PUSTAKA
(1)

Blandy, John. Lecture Notes on Urology. Third edition. Oxford :

Blackwell Scietific Publication. 1982. 277.


(2)

Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003.

8,145-148.
(3)

Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New

York : Churchill Livingstone. 1975. 324-325.


(4)

Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. 799.


(5) http://emedicine.medscape.com/article/1017689-overview
(6) http://www.urologyhealth.org/about/

(7) http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1113.htm
(8) http://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1746.html
(9) http://www.gfmer.ch/selected_images_v2/detail_list.php?
cat1=15&cat2=123&cat3=280&cat4=2&stype=n
(10) http://www.catscanman.net/blog/2008/12/scan-mans-casebook-case6/
(11) http://www.catscanman.net/blog/wpcontent/uploads/casebook/orchitis5.jpg
(12) http://urologistchennai.com/services
(13) http://www.medicineonline.com/articles/s/2/ScrotalOrchiopexy/Testicular-Torsion-Repair.html
(14) http://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/Orchiopexy.html

https://herrysetyayudha.wordpress.com/2011/12/01/torsio-testis-testical-torsion/

http://www.scribd.com/doc/213805206/Torsio-Testis#scribd

http://emedicine.medscape.com/article/2036003-treatment
http://emedicine.medscape.com/article/2036003-overview
http://emedicine.medscape.com/article/778086-overview

Anda mungkin juga menyukai