Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

MINYAK NILAM (PATCHOULI ALCOHOL) SEBAGAI REPELLANT NYAMUK


DALAM SABUN TRANSPARAN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kimia Minyak Atsiri
yang Dibina oleh Dr. Elvina Dhiaul Iftitah, S.Si., M.Si

Oleh :
Anne Alifatur R.

125090207111005

Nofiyanti

125090207111026

Fanani Lestari

125090207111031

Yunira Dwi Desiana

125090207111034

Fajriyah Kurnia Laili

125090200111005

Ayu Gumilang

1250902011110

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sangat kaya dengan tanaman yang berpotensi sebagai penghasil minyak
atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils atau volatile
oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu,
biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri yang selama ini
diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia.
Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil
jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia (Gunawan,
2009).
Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang ada di Indonesia adalah nilam.
Minyak yang berasal dari tanaman nilam ini merupakan salah satu komoditas ekspor
unggulan yang belum dikenal luas di Indonesia, tetapi sudah dikenal di pasar dunia. Aroma
dan warna dari nilam asal Indonesia memiliki ciri khas sehingga menjadikan minyak nilam
Indonesia unggul dipasar internasional. Di Indonesia terdapat beberapa jenis tanaman nilam
yang telah ditanam dan dikembangkan, yaitu nilam Aceh (Pogostemon cablin) nilam jawa
(Pogostemon heyneatus) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis). Di pasar perdagangan
Internasional, nilam diperdagangkan dalam bentuk minyak dan dikenal dengan nama
patchouli oil. Di antara berbagai jenis minyak atsiri yang ada di Indonesia minyak nilamlah
yang jadi primadona. Setiap tahun lebih dari 45% devisa negara yang dihasilkan oleh minyak
atsiri berasal dari minyak nilam (Santoso, 1991). Indonesia memegang peranan yang cukup
besar untuk produk minyak nilam, sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia berasal dari
Indonesia (BPEN, 1983). Salah satu sifat minyaknilam yang khas adalah daya fiksasinya yang
cukup tinggi. Hal ini merupakan keunggulan dari minyak nilam. Dengan adanya sifat tersebut,
tidak memungkinkan untuk disubtitusi oleh minyak sintesis. Oleh sebab itu minyak nilam
harus diekstrak dari nilam alami atau dengan kata lain pemakaian minyak nilam sebagai
produk sintesis tidak dimungkinkan (Rusli, 1993).
Ekspor minyak nilam memberikan kontribusi yang sangat penting bagi perdagangan
minyak atsiri Indonesia. Selain itu Indonesia juga berpengaruh sangat besar bagi produksi
minyak nilam dunia. Namun produksi minyak nilam Indonesia memiliki mutunyang masih
rendah sehingga harga jualnya tidak terlalu tinggi dan fluktuatif. Nilai tambah diperoleh
negara-negara pengimpor yang memproses ulang menjadi fraksi minyak nilam dengan mutu
lebih baik serta tambahan nilai dari berbagai produk yang memakai minyak nilam atau
fraksinya sebagai salah satu bahan bakunya. Untuk itulah maka perlu dicari suatu strategi
pengembangan industri minyak nilam Indonesia agar nilai tambah dari industri minyak nilam
dapat lebih dinikmati oleh Indonesia sebagai produsen utama.
Penelitian mengenai pengembangan industri minyak nilam untuk meningkatkan nilai
tambah patchouli oil telah dilakukan olehKurniawan, et al., 2011; Bulan, 1990dan 2004;
Indrawanto, 2004berupa aroma terapi, campuran kosmetik, obat, dan parfum. Sedangkan
penelitian tentang pemanfaatan minyak nilam sebagai sabun anti nyamukbelum pernah
dilakukan, sehingga kami berinisiatif untuk meningkatkan mutu kualitas pada minyak nilam
dengan menjadikan minyak nilam (patchouli oil) sebagai mosquito repellantatau penolak
nyamuk.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti adalah:
1. Apa definisi minyak atsiri dan minyak nilam
2. Bagaimana komoditas dan varietas tanaman nilam yang ada di Indonesia
3. Bagaimana teknik budidaya tanaman nilam di Indonesia
4. Bagaimana sifat dan karakteristik senyawa patchouli alcohol dalam minyak nilam
5. Bagaimana metode yang dilakukan untuk mengekstrak patchouli alkohol dalam minyak
nilam
6. Apa manfaat dari Minyak Nilam
7. Bagaimana aktivitas minyak nilam sebagai repellant nyamuk
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui definisi minyak atsiri dan minyak nilam
2. Mengetahui komoditas dan varietas tanaman nilam di Indonesia
3. Mengetahui teknik budidaya tanaman nilam
4. Mengetahui sifat dan karakteristik senyawa patchouli alcohol dalam minyak nilam
5. Mengetahui metode yang dilakukan untuk mengekstraksi patchouli alkohol dalam minyak
nilam.
6. Mengetahui manfaat dari minyak nilam
7. Mengetahui aktivitas minyak nilam sebagai repellant nyamuk

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Minyak Atsiri dan Minyak Nilam

2.1.1 Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak
atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Saat
ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan
obat. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut
berinteraksi dengan sistem syaraf dan langsung merangsang pada sistem olfactory kemudian
sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks
serebral. Senyawa-senyawa berbau harum atau fragnance dari minyak atsiri suatu bahan
tumbuhan telah terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor (Buchbauer, 1991).
Minyak atsiri juga merupakan salah satu jenis minyak nabati yang memiliki banyak
manfaat. Karakteristik fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan dalam suhu ruang.
Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah,
biji, kulit biji, batang, akar atau rimpang. Salah satu ciri utama dari minyak atsiri ialah mudah
menguap dan beraroma khas. Oleh karena itu, minyak ini banyak digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan wewangian dan kosmetika. Minyak atsiri memiliki banyak manfaat
diantaranya yaitu (Meika, 2010):
1. Aromaterapi dan kesehatan
Kandungan minyak atsiri memiliki efek menenangkan (relaxing). Senyawa minyak
atsiri yang masuk ke dalam tubuh dapat memengaruhi sistem limbic atau pengatur emosi.
Minyak atsiri yang tercium oleh hidung akan berikatan dengan reseptor penangkap aroma.
Setelah itu, reseptor akan mengirim sinyal sinyal kimiawi ke otak dan akan mengatur emosi
seseorang. Karena itu, minyak atsiri biasanya digunakan sebagai campuran ramuan aroma
terapi untuk menangani masalah psikis.
2. Memiliki aroma wangi
Wangi yang dihasilkan oleh minyak atsiri banyak dimanfaatkan sebagai campuran
wewangian atau parfum. Tidak hanya itu saja, melainkan berperan sebagai pengikat bau
(fixative perfume). Efek wewangian yang berasal dari minyak atsiri juga digunakan untuk
beberapa produk seperti : sabun, pasta gigi, sampo, lotion, deodorant, pembersih, penyegar,
dan tonik rambut.
3. Bahan tambahan makanan
Dalam pembuatan makanan, minyak atsiri memiliki peranan yang cukup penting.
Minyak atsiri berguna sebagai penambah aroma dan rasa, khususnya untuk makanan olahan.
Serta, dapat menambah cita rasa makanan.
4. Pestisida alami
Dalam budidaya pertanian, beberapa wangi yang dihasilkan oleh minyak atsiri tidak
disukai oleh serangga dan hama pengganggu tanaman. Karena itu, banyak petani yang
menggunakan minyak atsiri untuk membasmi serangga. Beberapa minyak atsiri mengandung
metil eugenol yaitu zat yang dimanfaatkan oleh petani untuk membasmi lalat buah, minyak
atsiri yang mengandung metil eugenol diantaranya : minyak daun cengkih, minyak pala,
minyak salam dan minyak daun wangi.
Minyak atsiri memiliki potensi bisnis yang sangat menjanjikan. Setiap tahun, jumlah
permintaan minyak atsiri di dunia mengalami kenaikan sekitar 10 %. Meningkatnya
permintaan minyak atsiri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya informasi berbagai
manfaat minyak atsiri yag semakin gencar dan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke
penggunaan bahan alami (Meika, 2010).

2.1.2 Tanaman Nilam (Progestemon cablin Benth)


Nilam (Pogostemon sp.) termasuk famili Labaiatae, ordo Lamiales, klas
Angiospermae dan divisi Spermatophyta. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yang dapat
dibedakan menurut karakter morfologinya, kandungan PA dan kualitas minyak serta
ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam tersebut adalah P cablin
Benth. Syn. P. pathcouli Pellet var. Suavis Hook disebut nilam aceh, P. heyneanus Benth
disebut nilam jawa, dan P. hortenis Becker disebut nilam sabun (Amalia, 2013)
Tanaman nilam merupakan jenis tanaman berakar serabut, bentuk daun bervariasi
dari bulat hingga lonjong dan batangnya berkayu dengan diameter berkisar antara 10-20 mm.
Sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3-5 cabang per
tingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius
cabang selebar lebih kurang 60 cm. Karakteristik kualitatif yang dapat membedakan ketiga
varietas nilam aceh adalah warna pangkal batang. Varietas Tapak Tuan, warna pangkal
batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhokseumawe lebih ungu dan varietas
Sidikalang paling ungu. Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan
mutu minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk
menentukan keunggulan suatu varietas. Disamping itu, karakter lainnya seperti sifat
ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah satu indikator penentu. Banyak faktor
yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya,
lingkungan, panen dan pasca panen (Amalia, 2013).
Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan
tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segiempat. Daun kering tanaman ini
disuling untuk mendapatkan minyak (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai
kegiatan industri. Beberapa keunggulan dari minyak nilam, sebagai berikut (Mangun dkk,
2012):
1. Minyaknya bermanfaat untuk kebutuhan berbagai industri.
2. Masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup yang cukup
lama.
3. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah.
4. Potensi pasarnya sudah jelas.
5. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor.
6. Belum ditemukannya bahan sintesis atau bahan pengganti yang dapat menyamai manfaat
minyak nilam ini.
2.2 Komoditas dan Varietas Tanaman Nilam di Indonesia
Di Indonesia daerah penghasil tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah
lainnya.Tanaman nilam merupakan salah satu komoditas yang cukup penting sebagai sumber
devisa dan pendapatan petani. Areal pertanaman nilam di Indonesia rata-rata 10.000-12.000
ha dan sampai saat ini telah mencapai 21.440 ha yang tersebar di daerah-daerah Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dengan rata-rata
kepemilikan lahan 0,3 ha/keluarga dan melibatkan paling tidak 30.000- 72.545 keluarga untuk
usahatani nilam dan petani penyuling. Masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya
produktivitas dan mutu minyak. yang disebabkan oleh serangan penyakit tanaman, terutama
layu bakteri dan budok yang dapat menurunkan kadar produksi 60-95% pertanaman nilam
(Amalia, 2013):

Di Indonesia dikenal beberapa varietas nilam yang sangat potensial untuk diambil
minyak atsirinya yaitu (Kardinan dan Ludi, 2010):
1. Pogostemon cablin, Benth (syn P. patchouli Pell.) atau dikenal sebagai nilam Aceh atau
varietas sidikalang, banyak diusahakan di Provinsi Nagroe Aceh Darussalam dan Sumatera
Utara. Nilam aceh termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi dan banyak diincar
konsumen. Nilam ini memiliki ciri-ciri yaitu (Dinas Perkebunan, 2013):
a. Biasa terdapat di Filipina, Brazilia, Paraguai, Madagaskar, dan Indonesia.
b. Daunnya agak membulat seperti jantung.
c. Bagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya pucat.
d. Jarang sekali berbunga.
e. Kadar minyak 2,5 5 % dan komposisinya bagus.
f. Kualitas minyaknya sangat tinggi.

Gambar 1. Nilam Pogostemon cablin, Benth (Dinas Perkebunan Jatim, 2013)


2. Pogostemon heyneanus, Benth dikenal juga sebagai nilam jawa atau nilam hutan dengan
varietas Lhokseumawe. Nilam jenis ini diduga berasal dari India, dan banyak tumbuh liar
di hutan hutan di Pulau Jawa. Nilam jawa berbunga, daunnya lebih tipis dengan ujung
daun agak runcing dan kadar minyaknya rendah yaitu 0,5 1,5 %.

Gambar 2. Nilam Pogostemon heyneanus, Benth (Dinas Perkebunan Jatim, 2013)


3. Pogostemon hortensis, Benth dikenal juga sebagai nilam jawa. Bedanya dengan nilam
jawa lainnya (Pogostemon heyneanus) adalah nilam tidak berbunga. Nilam ini sering
disebut dengan nilam sabun karena daunnya bisa digunakan untuk mencuci tangan atau
pakaian dengan cara menggosokannya ke bagian yang kotor. Tanamannya berbentuk perdu
dan tingginya mencapai 0,5 1,2 meter. Berdaun tipis, ujungnya agak runcing,
mengandung kadar minyak yan rendah 0,5 1,5 % dari berat daun kering.

Gambar 3. Nilam Pogostemon hortensis, Benth (Dinas Perkebunan Jatim, 2013)

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Nilam


Nilam merupakan kelompok tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai
prospek yang baik di kanca internasional karena banyak diminati sehingga dapat memberikan
sumbangan cukup besar untuk devisa Negara. Minyak nilam selain memiliki harga jual yang
tinggi juga merupakan minyak yang bulum dapat dibuat dalam bentuk sintesisnya. Indonesia
merupakan Negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan produksi minyak nilam,
namun kondisi pada saat ini menunjukkan produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas
dan belum optimal, sedangkan kebutuhan dunia terhadap minyak nilam pada saat ini berkisar
600-800 ton/tahun. Tanaman Nilam dapat dibudidaya di Indonesia dengan teknik dan cara
yang sasuai. Budidaya tanaman nilam dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa
faktor berikut (Dinas Perkebunan Jatim, 2013):
a. Syarat Tumbuh
Tanaman nilam dapat tumbuh dengan iklim sedang pada garis lintang 20 LS 20
LU, ketinggian 200 600 m dpl, curah hujan 2.000 3.500 mm/th, suhu maksimum 30 32
C, minimum 18 21 C dan suhu optimal 27 C, dan bukan di daerah dengan angin kencang.
Tanaman nilam dapat tumbuh pada lahan sawah tegalan/pekarangan atau tanah hutan yang
baru dibuka.Jenis tanah yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman nilam adalah jenis
regosol, latosol merah, atau aluviall dengan struktur yang gembur dan solum yang dalam,
subur dan banyak megendung bahan organik.Tekstur tanah lempung berpasir atau lempung
berdebu yang mempunyai drainase yang baik dengan pH 6 7.
b. Pembibitan Nilam
Pembibitan nilam dilakukan dari tanaman induk untuk mengembakbiakkan tanaman
nilam secara berkelanjutan. hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pembibitan tanaman
nilam adalah (Dinas Perkebunan Jatim, 2013):
Syarat Tanaman Induk untuk Bibit
Penyediaan bibit unggul digunakan untuk budidaya nilam secara berkelanjutan. Bibit
nilam yang akan digunakan harus memperhatikan keunggulan tanaman, besarnya rendemen
minyak yang dihasilkan, ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Pengembangan
tanaman nilam secara umum dilakukan dengan cara vegetatif yaitu menggunakan cabang
tanaman nilam yang telah dipotong-potong. Agar diperoleh stek bibit yang baik maka hal-hal
yang harus diperhatikan antara lain:
1. Tanaman induk harus sehat, bebas dari hama dan penyakit.
2. Tanaman induk harus berumur sekitar 6 12 bulan dan harus dipilih cabang-cabang yang
muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas-ruas pendek.
3. Pisau pemotong harus tajam , bersih dan steril; waktu pemotongan pada pagi hari dan cara
memotong meruncing tepat dibawah atau diatas buku
4. Panjang stek antara 20 30 cm, dan mempunyai 3 4 mata tunas, sehingga satu tanaman
induk dapat diperoleh sekitar 40 60 stek bibit.
5. Stek harus segera disemaikan sebelum layu dan mengering.
6. Kebutuhan stek untuk bibit sekitar 40.000 50.000 stek/ha atau sekitar 1,5 2 ton/ha
Pesemaian Nilam
Pembibitan yang telah dilakukan didalam polibag selama 3-4 minggu menghasilkan
bahan tanaman (setek) yang sudah mempunyai cukup akar.Bahan tanaman (setek) kemudian
dilakukan pesemaian sebelum ditanam langsung dikebun untuk menghindari kematian stek
bibit dan mempermudah perakarannya. Stek bibit nilam yang ditanam langsung dikebun akan

memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan di pesemaian. Pesemaian bibit nilam
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dinas Perkebunan Jatim, 2013):
1. Pesemaian di Bedengan.
o Lahan pesemaian harus gembur dan subur serta datar
o Dekat dengan sumber air atau mata air.
o Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 80 120 cm, tinggi 25 30 cm, panjang
tergantung kondisi lapangan.
o Ukuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2 : 1, bagian atas bedengan diberi pupuk
kandang atau kompos secara merata.
o Penanaman stek bibit dilakukan pada sore hari dengan jarak tanam 10 x 10 cm, dengan
posisi miring 45 .
o Penyiangan dan penyiraman harus selalu dilakukan.
o Setelah 2 3 minggu akan nampak tunas-tunas muda yang tumbuh, tunas akan tumbuh
lebih cepat dari pada akar
o Setelah 4 5 minggu tunas dan akar akan tumbuh merata dan sudah siap untuk
dipindahkan.
2. Pesemaian di kantong plastik
o Polybag yang digunakan berukuran 8 x 12 cm x 0,05 mm dengan dilubangi agar
mendapatkan sirkulasi udara dan air yang baik.
o Campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, dimasukkan ke
polybag sebanyak
o dari volume polybag, dibiarkan selama 4 5 hari baru kemudian dipindahkan ke
bedengan.
o Selanjutnya stek ditanamkan kedalam tanah polybag pada sore hari dengan sudut
kemiringan 45
o Pada umur 2 3 minggu biasanya sudah tumbuh tunas-tunas baru, oleh karena itu pada
umur 4 minggu naungan sudah dapat disingkirkan dan stek sudah siap di tanam
dilapangan.
o Perawatan, penyiraman dan penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi bedengan.
c. Metode Bercocok Tanam
Keberhasilan budidaya nilam sangat dipengaruhi dari metode bercocok tanam. Halhal yang harus diperhatikan pada saat bercocok tanam nilam adalah sebagai berikut (Dinas
Perkebunan Jatim, 2013):
1. Pesiapan Lahan
Lahan disiapkan 1-2 bulan sebelum masa tanam, dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan gulma. Pengolahan lahan
dilakukan dengan pencangkulan dengan kedalaman 30 cm, kemudian dibuat bedengan
dengan ukuran tinggi 20 30 cm, lebar 1 1,5 m, dan panjang disesuaikan dengan kondisi
lahan. Jarak antara bedengan berkisar antara 40 50 cm. Bedengan dibiarkan selama 2
minggu, kemudian dicangkul lagi sampai terbentuk gumpalan gumpalan tanah yang halus
dan diberikan pupuk organis (pupuk kandang yang sudah matang). Setelah diberi pupuk
organik bedengan dibiarkan lagi kira-kira 2 (dua) minggu. Satu minggu menjelang tanam
dibuat lubang tanam dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm, dengan jarak tanam 40 x 40 cm atau 40
x 50 cm atau 50 x 50 cm.
2. Cara Penanaman

Waktu yang baik untuk penanaman nilam adalah di awal musim hujan, karena musim
merupakan factor penentu keberhasilan tanaman nilam. Satu lubang tanam dapat diisi dengan
1 2 stek, diusahakan penanaman tidak terlalu dangkal karena tanaman bisa mudah roboh.
Jika penanaman tanaman nilam dilakukan dengan sistem tumpangsari dapat memberikan
keuntungan antara lain (Dinas Perkebunan Jatim, 2013):
o Menekan biaya pemeliharaan
o Mengurangi resiko kegagalan akibat fluktusi harga
o Meningkatkan produktivitas tanah
d. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman nilam dapat dilakukan dengan cara penyulaman, penyiraman,
penyiangan, pemupukan, dan pengendalan hama dan penyakit tanaman.
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 3 minggu setelah tanam untuk tanaman yang mati, layu, dan
kurang segar. Tanaman yang mati disulam dengan bibit sulaman dari pesemaian yang telah
disiapkan. Penyulaman bertujuan untuk menjaga produktivitas lahan sehingga diharapkan
produksinya tidak berkurang jauh dari estimasi yang telah dianalisa.
2. Penyiraman
Air sangat diutuhkan Pada masa pertumbuhan untuk menjaga kondisi kelembaban
tanah terutama pada saat musim kemarau. Pemberian air dapat dilakukan dengan
memasukkan air melalui sela-sela bedengan, kemudian air dibiarkan meresap kedalam tanah
dan diusahakan tidak ada air yang menggenang.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan, yakni menjelang umur 1 bulan, 3 bulan
dan 5 bulan. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma (rumput pengganggu
tanaman) di sekeliling tanaman nilam, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
induknya, dan untuk memutus daur hidup hama dan penyakit.
4. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah sebagai usaha untuk
memelihara serta mempertinggi kesuburan tanah. Pemupukan tanaman nilam terdiri dari:
pupuk dasar, pupuk susulan, dan pupuk daun bila diperlukan.
o Pupuk dasar diberikan pada waktu pesemaian, dan bedengan dikebun yang diberikan 2
minggu sebelum tanam. Dosis pupuk kandang sekitar 10 20 ton/ha.
o Pupuk SusulanUntuk mempercepat pertumbuhan tanaman nilam dan mendapatkan hasil
yang optimal perlu dilakukan pemupukan susulan dengan jenis dan dosisi pupuk
sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 1. Dosis pemupukan susulan pada tanaman nilam


Umur tanaman
Jenis dan Dosis Pupuk (kg/ha)
Urea
ZA
TSP
KCl
(bln)
1
75
75
75
50
2
50
50
50
3
25
25
12.5
Setelah panen
7
75
75
75
5. Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman nilam dan cara pengendaliannya
dapat dilihat pada tebel berikut (Dinas Perkebunan Jatim, 2013):
Tabel 2. Jenis hama yang menyerang tanaman nilam dan cara pengendalian
N Jenis hama
Gejala yang ditimbulkan
Cara pengendalian
o
1
Tungau merah
Timbulnya bercak-bercak
a. Pemangkasan daun untuk
(Tentranychus sp.) putih yang semakin lama
mencegah meluasnya
semakin melebar. Daun
serangan
b.
Menanam tanaman
berlekuk-lekuk tidak teratur.
perangkap seperti ubi kayu
Pada tingkat serangan berat
dan jarak sebagai barrier
daun akan rontok.
c. Penggunaan musuh alami
seperti Phytosentulis
persimlis yang akan
menyerang telur dan nimfa
d. Penyemprotan dengan
insektisida nabati (ekstrak
biji mimba) dosis 100g/L.
2
Belalang
memakan daun, sehingga
a. melakukan sanitasi
(Orthopera)
tanaman menjadi gundul.
lingkungan
b.
melakukan pengolahan
Pada serangan berat, batang
tanah yang baik karena
tanaman akan dimakan dan
dapat membunuh telur
akhirnya tanaman mati.
belalang kayu sebelum
menetas
c. menggunakan musuh alami
seperti cendawan
Metarhizium anisoliae.
3
Criket pemakan
Menyerang daun muda,
a. menggunakan pestisida
daun (Gryllidae)
sehingga daun berlubangnabati seperti ekstrak biji
lubang dan menyebabkan
nimba (100 gr/liter), minyak
produksi turun.
serai wangi, minyak
cengkeh (konsentrasi 305
v/v)
b. menggunakan agensia hayati
seperti Beauveria bassiana
untuk ulat pemakan daun
4
Ulat penggulung
Ulat ini hidup dalam
a. mengumpulkan dan
daun (Pachyzaneba gulungan daun muda,
memusnahkan bagian
stultalis)
memakan daun yang tumbuh,
tanaman yang terserang.
b. Penyemprotan dengan
pada serangan berat, yang
insektisida alami (ekstrak
tersisa hanya tulang-tulang
biji mimba) dan
daun nilam.
bioinsektisida (Beauveria
bassiana)
5
Nematoda
Nematoda merusak perakaran Nematoda parasit tanaman
tanaman sehingga penyerapan dapat dikendalikan dengan cara

air dan unsur hara terganggu


sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat, daundaun menjadi kuning klorosis
(mirip kekurangan unsur hara
N, P, dan K) atau kemerahan.

sanitasi, pergiliran tanaman,


pemilihan waktu tanam,
penggunaan tanaman resisten,
bahan kimia, dan secara hayati
dengan menggunakan agen
biotik maupun abiotik.

2.4 Karakteristik Senyawa Patchouli Alcohol dalam Minyak Nilam


Minyak nilam merupakanhasil dari penyulingan daun kering tanaman nilam dan
merupakan salah satu dari minyak atsiri atau minyak eteris/minyak terbang (essential oil,
volatile) karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar. Minyak nilam berbau wangi
dan pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri sendiri
merupakan salah satu hasil proses metabolisme pada tanaman yang terbentuk karena reaksi
berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air.Secara fisiologis, minyak pada tanaman
penghasil minyak atsiri berfungsi (Amalia, 2013):
a. membantu proses penyerbukan atau sebagai atraktan terhadap beberapa jenis serangga atau
hewan
b. mencegah kerusakan tanaman oleh serangga
c. sebagai makanan cadangan bagi tanaman.
Minyak nilam masuk dalam komoditi ekspor, karena memiliki prospek yang cukup
cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam industri industri parfum,
wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, flavouring agent dan lain lain. Minyak nilam dalam
industri digunakan sebagai fiksasi yang belum dapat digantikan oleh minyak lain sampai
dengan saat ini. Minyak nilam terdiri dari komponen komponen yang bertitik didih tinggi
sehingga sangat baik dipakai sebagai zat pengikat dalam industri parfum dan dapat
membentuk aroma yang harmonis. Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai
daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi sehingga
kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat di
dalam parfum dimaksudkan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat
pewangi yang terlalu cepat, sehingga aroma wangi tidak cepat hilang atau lebih tahan lama
(Ketaren, 1985).
Komponen utama yang terkandung dalam minyak nilam ialah patchouli alcohol (PA,
C15H26) yang berfungsi sebagai bahan baku pengikat dan sebagai bahan pengendali penerbang
untuk parfum agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu juga digunakan
sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik (pembuatan sabun, pasta gigi, sampo,
lotion, dan deodorant), industri makanan (essence atau penambah rasa), dan lain-lain.
Penguapan minyak nilam lebih lambat jika dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya
(Mangun dkk, 2012).
a. Komposisi dan Sifat Fisik
Komposisi minyak nilam secara umum adalah: -patchoulene 2.90-3.80%, -guaiene
13.10-15.20%, caryophyllene 3.30-3.90%, -patchoulene 5.10-5.90%, seychellene 8.60-9.40
%, -bulnese 14.70-16.80%, dan norpatchoulenol 0.5 %. Berdasarkan komposisi tersebut
memperlihatkan bahwa komponen utama minyak nilam adalah patchouli alcohol. Komponen
utama inilah yang pada umumnya digunakan sebagai bahan pengikat (fiksative) pada industry
parfum (sufriadi E, 2004). Menurut Kurniawan dkk (2011) dalam minyak nilam terkandung 8
komponen yang ditunjukkan pada tabel berikut:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 3. komposisi minyak nilam


Senyawa
Persentase (%)
Patchouli alcohol
30
Bulnesene
17
Guaiene
14
Seychellene
9
Patchoulene
5
Caryophyllene
4
Patchoulene
2
Cadinene
2
Pogostol
2

b. Patchouli Alkohol
Komponen utama yang terkandung dalam minyak nilam adalah Patchouli
Alkohol.Patchouli alkohol merupakan seskuiterpen alkohol yang dapat diisolasi dari minyak
nilam, tidak larut dalam air, larut alam alkohol, eter atau pelarut organik yang lain,
mempunyai titik didih 140C pada 8 mmHg, Kristal berwarna putih dengan titik lebur 56C.
(Aisyah, 2008).
Salah satu sifat minyak nilam adalah daya fiksasinya yang cukup tinggi. Minyak nilam
mengandung senyawa patchouli alcohol yang merupakan penyusun utama dalam minyak
nilam dan kadarnya mencapai 50-60%. Patchoulialkohol merupakan senyawa seskuitepen
alkhol tersier trisiklik. Mempunyai titik didih 280.37C dan Kristal yang terbentuk memiliki
titik leleh 56C (Guenther,1990).
Selain mengandung senyawa patchouli alcohol (komponen mayor) minyak nilam juga
mengandung komponen minor lainnya. Senyawa penyusun minyak atsiri bersifat asam dan
netral. Begitu pula dengan minyak nilam yang tersusun atas senyawa-senyawa yang bersifat
asam dan netral. Misalnya senyawa asam 2-naftalenkarboksilat yang merupakan salah satu
komponen minor penyusun nilam (Guenther,1990).

Gambar.. Struktur Patchouli alkohol (Nurlelasari dkk, 2007)


Tabel 4. Syarat mutu minyak nilam (Kurniawan dkk, 2011)
Karakteristik
Syarat
Cara pengujian
Warna
Kuningmudasampaicoklattua
Visual
SP-SMP-17-1975 (ISO R
Beratjenis 25C
0.943-0.983
279-1962 E)
Indeks bias 20C
1.506 1.516
SP-SM-16-1975 (ISO R

280-1962 E2073.1962))
Kelarutandalam etanol
90% padasuhu 25
3C
Bilangan asam
maksimal
Bilangan ester
maksimal
Minyakkruing
Zat-zatasing
Alkohol tambahan
Lemak
Minyak pelican
Bau
Putaranoptic

Larutjernihatauopalesensiringandala
mperbandingan volume 1 s/d 10
bagian

SP-SMP-19-1975 (ISO R

5.0

SP-SM-26-1975 (ISO R
1242-1973 E)

10.0

SP-SMP-27-1975

Negatif
Negatif

SP-SMP-25-1975
SP-SMP-23-1975
SP-SMP-24-1975
SP-SMP-41-1975
(SI NO. 25/SI/73)
organoleptik
ISO R592-1957

Segar, khasminyaknilam
47

2.5 Ekstraksi Patchouli Alkohol


Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang dapat diisolasi dari daun tanaman nilam
dengan cara destilasi air dan uap. Prosedur isolasi minyak nilam dari tanaman nilam dapat
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1. Preparasi sampel
Sampel tanaman nilam yang telah kering, digiling hingga ukurannya menjadi kecil
dengan menggunakan mesin giling. Hal ini dilakukan untuk membuka sel-sel atau kelenjar
minyak sebanyak mungkin karena pada umumnya minyak atsiri dalam tanaman terdapat
didalam kelenjar minyak pada daun dan batang. Dengan potongan yang lebih kecil diharapkan
uap dapat menembus ke dalam jaringan tanaman dan mendesak minyak ke permukaan
sehingga minyak dapat keluar dengan mudah dalam proses destilasi.

2. Proses Destilasi Uap (Sitasinya??)


Sampel ditimbang sebanyak 2 kg kemudian dimasukkan ke dalam ketel yang
berkapasitas 5 kg. Alat destilasi dirangkai dengan baik dan air di dalam boiler mulai
dipanaskan dengan kompor gas. Ketika uap air yang ada di dalam boiler telah mencapai
sampel maka ditunggu 6 jam sampai semua minyak nilam keluar. Uap dari air yang didihkan
akan naik ke ketel yang berisi nilam. Uap ini akan membawa minyak nilam yang ada di dalam
tanaman nilam, dan uap air yang timbul disalurkan melalui pipa yang kemudian masuk ke
kondensor. Di dalam kondensor uap air terkondensasi menjadi air dan minyak, campuran air
dan minyak ditampung sebagai destilat.
Destilat yang diperoleh membentuk dua lapisan, yaitu lapisan air dan lapisan minyak.
Lapisan minyak berada di atas sedangkan air di bawah karena berat jenis minyak lebih kecil
daripada berat jenis air. Setelah dipisahkan antara minyak dan air, kemudian ditambah dengan
Na2SO4 anhidrit secukupnya. Na2SO4 anhidrid berfungsi untuk mengikat air yang masih
tertinggal di dalam minyak sehingga akan didapatkan minyak nilam yang bebas air. Berat
minyak yang didapatkan ditimbang untuk menentukan berat rendemennya.
2.6 Aplikasi Minyak Nilam

Minyak nilam selain digunakan sebagai bahan pewangi, juga dapat digunakan sebagai
penahan aroma wangi-wangian bahan pewangi lain sehingga bau wangi tidak cepat hilang dan
lebih tahan lama (fiksatif) dalam pembuatan parfum, kosmetik dan sabun. Bahkan saat ini,
minyak nilam banyak dikembangkan ke arah produk obat-obatan. Hal ini dikarenakan minyak
nilam mengandung lebih dari 24 jenis sesquiterpene, yang berpotensi sebagai senyawa anti
kanker, anti mikroba, anti inflamatory, antibiotik, dan anti mikroba dan anti tumor
(Kurniawan dkk, 2011)
Aplikasi lain dari Minyak Nilam adalah Sebagai Bahan Aditif Sabun Transparan
Antiseptik. Sabun transparan adalah sabun mandi dengan tampilan transparan, menghasilkan
busa lebih lembut dikulit dan penampakannya lebih berkilau dibandingkan jenis sabun
lainnya. Berdasarkan penelitian terhadap bioktifitasnya, ternyata minyak nilam memiliki
kandungan antibakteri, dan anti radang. Salah satu bentuk sediaan yang tepat untuk
memformulasikan minyak nilam untuk antiseptik adalah berupa sabun transparan. Selain
aplikasi yang telah disebutkan, nilam juga dapat diaplikasikan utuk hal-hal lain yaitu:
a. Sebagai Parfum atau Wewangian
Aroma woodsy yang yang berasal dari minyak nilam menjadikannya salah satu
parfum pilihan orang-orang di dunia. Tidak hanya sebagai wewangian pakaian saja,
melainkan dapat juga dijadikan sebagai pengharum ruangan baik ruang tidur maupun kamar
mandi. Karena aromanya yang menimbulkan ketenangan orang yang mencium aromanya.
b. Mengusir serangga
Selain sebagai parfum dan pengharum ruangan. Minyak nilam juga dapat berfungsi
sebagai pengusir serangga terutama serang perusak pakaian dan serangga serangga yang ada
dalam kamar mandi. Daun nilam yang diletakkan di antara lipatan-lipatan buku dapat
mencegah kedatangan serangga (Sastrapraja dkk, Tanaman Industri (1981) hal.22-23). Hal itu
menunjukkan bahwa nilam sangat berkhasiat dalam pengusiran dan pencegahan serangga.

Menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba


Berdasarkan terhadap bioaktivitasnya, ternyata minyak nilam memiliki aktivitas
sebagai antibakteri, antiradang dan menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri.
d. Pertolongan pertama digigit ular
Dalam
pengobatan
tadisional
india
atau
yang
sering
disebut
dengan ayuverda, minyak nilam digunakan sebagai penawar racun yangberasal dari gigitan
ular atau serangga. Minyak nilam yang murni (100%) dapat diteteskan pada kapas dan
dioleskan pada bagian yang digigit ular atau serangga. Karena minyak nilam dapat
menetralisir racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama, dan perlu di obati lebih lanjut.
e. Anti Jerawat
Minyak nilam mengandung senyawa patchouli alkohol sebagai kandungan utamanya
dengan kadar 50-60% (Guenther, 1990; Yanyan et al, 2004). Berdasarkan terhadap
bioaktivitasnya, ternyata minyak nilam memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antiradang dan
menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri. Berdasarkan aktivitas sebagai antibakteri dan
antiradang inilah maka dijadikan dasar untuk mengembangkan minyak nilam sebagai obat
jerawat.
f. Menghilangkan ketombe

Anda bisa mecampurkan minyak nilam kedalam sampo herbal yang anda miliki dan
menggunakannya sebagai pembersih kepala.
g. Pengobat Bebagai Penyakit
Air bekas rebusan daun nilam juga dapat anda gunakan sebagai obat batuk dan asma.
Selain itu, air rebusan daun nilam juga bisa digunakan dalam pengobatan bisul. Akarnya
dapat digunakan sebagai obat rematik.
h. Penyedap Makanan
Selain beberapa hal di atas, anda juga dapat memasukkan daun nilam sebagai salah
satu bumbu penyedap makanan.
2.7.

Aktivitas Minyak Nilam Sebagai Repellant Nyamuk


Repellent atau senyawa anti serangga yang beredar di pasaran umumnya mengandung
senyawa aktif DEET (N,N-diethyl-metatoluamide). DEET merupakan amida aromatik yang
efektif digunakan pada produk repellent karena mempunyai daya repellent yang baik. Namun
jika DEET digunakan terus-menerus dapat menimbulkan efek yang merugikan yaitu dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Selain itu DEET juga menghasilkan residu yang sulit untuk
terdegradasi sehingga membahayakan bagi pengguna maupun bagi lingkungan karena DEET
merupakan bahan kimia sintesis (Mustanir dan Rosnani, 2008). Penggunaan repellent DEET
sangat terbatas pada ambang batas dosis aman (LD50) yang menghasilkan 50% respon
kematian pada populasi hewan uji kelinci yaitu sebesar 3200 mg/kg (Helliker, 2000). Untuk
mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan repellent
yang aman sebagai pengganti DEET yaitu repellent yang berasal dari bahan alam. Bahan
alam diketahui lebih mudah terdegradasi di dalam tanah dan bersifat ramah lingkungan,
misalnya senyawa-senyawa hasil alam yang berasal dari minyak atsiri.
Salah satu contoh minyak atsiri penyumbang terbesar devisa negara yang dapat
digunakan sebagai repellent adalah minyak nilam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Shinta, 2012 mengenai pemanfaatan minyak nilam diperoleh informasi bahwa pacthouli
alkohol berpontesi sebagai repellent untuk nyamuk Aedes aegypti. Simmons dan Thomas,
(1987) juga menyebutkan bahwa senyawa golongan amida berpotensi sebagai repellent
nyamuk. Ditinjau dari kelimpahan tanaman nilam dan potensi patchouli alkohol tersebut
maka dapat dilakukan pembentukan senyawa golongan amida melalui reaksi Ritter antara
patchouli alkohol dengan benzonitril menghasilkan senyawa amida yaitu patchouli benzamida
(Nurjayanti, 2012). Patchouli benzamida memiliki struktur yang mirip dengan DEET
sehingga dapat diasumsikan patchouli benzamida juga bersifat repellent.
Selama ini dikenal repellent dalam bentuk lotion, obat nyamuk batang, dan obat
nyamuk semprot yang mengandung senyawa aktif DEET. Namun penelitian mengenai
repellent dalam bentuk sabun transparan belum pernah dilakukan. Menurut Priani dan
Lukmayani (2010), sabun transparan memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat melembabkan
kulit serta memiliki penampilan yang unik dan berkilau.
Laili (2015), telah melakukan penelitian mengenai kandungan minyak nilam yang
berpotensi sebagai obat anti nyamuk. Kandungan minyak nilam atau patchouli alcohol
dilakukan pembentukan senyawa golongan amida melalui reaksi ritter dengan benzonitril
menghasilkan senyawa amida yaitu patchouli benzamida. Patchouli benzamida digunakan
sebagai repellant nyamuk dalam pembuatan sabun transparan, sehingga menghasilkan sabun
transparant yang berpotensi sebagai anti nyamuk.
Proses pembuatan sabun transparan sama halnya dengan sabun mandi biasa yaitu melalui
reaksi penyabunan antara asam lemak dengan basa kuat, hanya saja penampakannya yang

transparan. Dalam pembuatannya, sabun transparan menggunakan alkohol, gliserin (5-25%)


dan juga gula (10-25%). Gula merupakan bahan yang menyebabkan sabun menjadi
transparan. Sedangkan penambahan gliserin dapat memberikan kesan lembut pada kulit
sehingga dapat melembabkan kulit (Naomi, dkk, 2013). Bahan tambahan tersebut yang
membedakan dalam pembuatan sabun transparan dengan sabun pada pada umumnya. Sabun
transparan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sabun cair atau sabun padat,
yaitu dapat menghasilkan busa yang lebih banyak, melembabkan kulit, serta memiliki
penampilan yang unik dan berkilau (Priani dan Lukmayani, 2010). Sabun transparan
merupakan salah satu sabun yang mempunyai penampilan menarik sehingga harganya relatif
lebih mahal dan umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas.
Pembuatan sabun transparan diawali dengan cara 268 gram asam stearat dilelehkan
menggunakan hot plate. Setelah asam stearat cair ditambahkan 976 gram VCO dan
dipanaskan hingga suhu 65 oC. Kemudian pemanasan dihentikan. 192 gram NaOH
dilarutkan dalam 444 gram air, kemudian ditambahkan pada campuran sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga menggumpal dan agak dihancurkan. Setelah sabun agak hancur,
dimasukkan 116 gram gliserin, 332 gram etanol, 316 gram propilen glikol dan 448 gram air
dalam campuran hingga semua sabun larut sempurna. Sambil dipanaskan, 450 gram gula dan
8 gram asam sitrat ditambahkan secara bertahap. Campuran diangkat dari hot plate dan
ditambahkan dengan coco-DEA 36 gram. Penambahan bahan-bahan tersebut dilakukan
dengan pengadukan yang dilakukan secara ters menerus. Setelah semua tercampur adonan
ditambah dengan pengharum dari minyak atsiri sebagai aromatherapy yang diikuti
penambahan senyawa repellent minyak nilam serta ditambah pewarna kemudian dituang
dalam cetakan dan ditunggu sampai dingin (Laili dkk, 2015)

BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan
tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segiempat. Bagian daun tanaman ini dapat
disuling untuk mendapatkan minyak (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai
kegiatan industri. Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yang
dapat dibedakan menurut karakter morfologinya, kandungan PA dan kualitas minyak serta
ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik yaitu P cablin Benth. ( nilam aceh), P.
heyneanus Benth (nilam jawa), dan P. hortenis Becker (nilam sabun). Minyak nilam
mengandung komponen utama patchouli alcohol (PA, C15H26) yang berfungsi sebagai bahan
baku pengikat dan sebagai bahan pengendali penerbang untuk parfum agar aroma
keharumannya bertahan lebih lama. Minyak nilam dapat dimanfaatkan sebagai parfum,

wewangian, dan pengusir serangga. Kandungan minyak atsiri dalam nilam dapat diisolasi
melalui proses destilasi air dan uap.
5.2 Saran
Potensi kandungan patchouli alkohol dalam minyak nilam perlu dikembangkan lagi
menjadi produk yang siap pakai. Kualitas minyak nilam juga harus ditingkatkan dengan
memperbaiki teknik budidaya tanaman nilam.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Yuliani. 2008. Komposisi Kimia Dan Sifat AntiBakteri Minyak Nilam. Majalah
Farmasi Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta, Volume 19,
Nomor 3.
Amalia. 2013. Karakteristik Tanaman Nilam di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik. Bogor
BPEN. 1983. Diversivikasi Jenis Ekspor Minyak Atsiri Indonesia, Badan Pengembangan
Ekspor Nasional Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Buchbauer, G. 1993.Biological Effects of fragrances and Essential Oils.Journal Perfumer
and flavorist ; 18, 19-24.
Bulan, R. 2004. Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak Daun Nilam
(Patchouli Oil). Medan: USU digital library.

Bulan, R. 1990. Isolasi, Identifikasi Dan Sintesis Turunan Patchouli Alkohol Dari Mnyak
Nilam. Tesis Fakultas Pasca Sarjana. Yogkarta: UGM.
Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2013. Budidaya Tanaman Nilam. Pengembangan Sarana dan
Prasarana Pembangunan Perkebunan. Jawa Timur
Guenther, E. 1990. Minyak atsiri. Diterjemahkan oleh R.S. Ketaren dan R. Mulyono. Jilid
IIIA. Jakarta : UI Press.
Gunawan, W. 2009. Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi Pada Pengembangan
Turunannya. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema: Kimia
Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) Kontribusi Bagi
Kemajuan Pendidikan dan Industri, diselenggarakan Himpunan Kimia Indonesia Jawa
Tengah, pada tanggal 21 Maret 2009, di Semarang.
Harborne, J. B. 1987. Metode fitokimia. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinada dan I.
Soediri. Bandung. Institut Teknologi Bandung.
Helliker, P, E, 2000, N, N-Diethyl-Meta-Toluamide (DEET) Risk Characterization
Document, California Enviromental Protection Agency, Department of Pesticide
Regulation, California
Indrawanto, C., & Mauludi, L. 2004. Strategi pengembangan industri nilam
Indonesia. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat, 16(2), 62-73.
Kardinan, A., dan Ludi, L. 2010.Nilam: Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri
Parfum dan Kosmetik, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ketaren, S. 1985.Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Kurniawan, D., M. Endy, Hermawan D.A., dan Yayang A.S. 2011.Pemanfaatan Minyak
Goreng Bekas untuk Pemisahan Patchouli Alkohol Minyak Nilam dengan
Destilasi Ekstraktif, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan (ISSN
1693-4393), Jurusan Teknik Kimia Program Diploma Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
Laili, N. R., 2015, Sintesis Patchouli Benzamida Sebagai Repellent Nyamuk
Culexquinquefasciatus Say. dan Kajian Aktifitas Secara In Silico dan In Vitro,
Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmi Pengetahuan Alam Universitas
Brawijaya, Malang
Laili, N. R., Sella, F. P., Nofiyanti, dan Hikmah, Y. F., 2015,Anti Nyamuk GRA-TI-S
(Fragrant,Lotion, and Soap) Berbasis Minyak Atsiri, Proposal Program Mahasiswa
Wirausaha, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmi Pengetahuan Alam Universitas
Brawijaya, Malang
Mangun, H.M.S., Herdy, W., dan Agus, P.S. 2012.Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Meika, S.R. 2010.Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Mustanir dan Rosnani, 2008, Isolasi Senyawa Bioaktif Penolak (Repellent) Nyamuk dari
Ekstrak Aseton Batang Tumbuhan Legundi (Vitex Trifolia),Bul. Littro,XIX (2): 174180
Naomi, P., M, A., Gaol, L., Toba, M.Y., 2013, Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak
Goreng bekas Ditinjau Dari Kinetika Reaksi Kimia, Jurnal Teknik Kimia, 19(2),
42-48
Nurlelasari, Desi, H. Rani, M. 2007. Peningkatan Kadar Patchouli Alkohol pada Minyak
Nilam Melalui Teknik Kultur Jaringan. Laporan Penelitian. Jurusan Kimia. Fakultas
MIPA. Universitas Padjadjaran. Bandung
Nuryani, yang. 2006. Karakteristik Empat Aksesi Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromaterapik, Bogor. Jurnal Buletin Plasma Nutfah Vol.1 No.2 : 45-49
Nurjayanti, M., 2012, Sintesis Senyawa Organonitrogen dari Patchouli Alkohol Melalui
Reaksi Ritter Dengan Benzonitril dan Uji Toksisitasnya Terhadap Artemia salina
Leach.,Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang
Priani, S. E. dan Lukmayani, Y., 2010, Pembuatan Sabun Transparan Berbahan Dasar
Minyak Jelantah Serta Hasil Uji Iritasinya Pada Kelinci , SNaPP2010 Edisi
Eksakta, LPPM Universitas Islam Bandung, Bandung
Rahmat, R. 2003.Nilam: Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Yogyakarta: Kanisisus.
Rusli, S. dan P. Wakhid. 1993. Tanaman minyak atsiri Indonesia dan prospek
pengembangannya. Makalah Temu Usaha Minyak Atsiri. Jakarta
Santoso, H. B. 1991. Bertanam nilam bahan industri Wewangian. Yogyakarta: Kanisius
Shinta, 2012, Potensi Minyak Nilam Daun Nilam( Pogostemon cablin B.), Daun
Babadotan (Ageratum conyzoides L), Bunga Kenanga (Cananga odorata hook F &
Thoms) dan Daun Rosemary (Rosmanirus officinalis L) sebagai Repelan terhadap
Nyamuk Aedes aegypti L., Artikel, 22(2)
Simmons, Thomas, E., 1987, Insect Repellent Soap Composition, U.S. Patent, No. 4707496
Sufriadi E., Mustanir., 2004. Strategi Pengembangan Menyeluruh terhadap Minyak
Nilam (Patchouli Oil) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Perkembangan
teknologi TRO Vol. XVI, No. 2
Syafruddin dan Eka Kurniasih, (Tanpa tahun), Aplikasi Minyak Nilam Sebagai Bahan
AditifSabun Transparan Antiseptik, Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Lhokseumawe, Aceh

Anda mungkin juga menyukai