PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian
menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri.
Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga
lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme
tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan
sempurna (Krisno, 2011).
Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk
tumbuh dan hidup sebab beberapa diantaranya sering dimanfaatkan untuk keperluan
penelitian. Sampai sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan terus menggali potensi
apa yang terdapat di dalam mikriba, oleh karena itu perlu diketahui seluk beluk dari
mikroba itu sendiri, salah satunya yaitu faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
pertumbuhannya. Setiap mikroba memiliki karakteristik kondisi pertumbuhan yang
berbeda- beda. Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang optimum lebih cepat jika
dibandingkan dengan jamur dan kapang. Hal ini disebabkan karena bakteri memiliki
struktur sel yang lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki waktu
generasi hanya sekitar 20 menit jika dibandingkan dengan khamir dan kapang yang
struktur selnya lebih rumit dan waktu generasinya yang cukup lama (Krisno, 2011).
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kurva pertumbuhan dan sistem kultur
dari suatu bakteri. Studi kinetika pertumbuhan dan sistem kultur diperlukan sebagai dasar
untuk memahami setiap proses fermentasi.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah ruang lingkup tentang pertumbuhan Mikroorganisme
1.2.2. Bagaimana kurva pertumbuhan mikroba
1.2.3. Bagaimana pertumbuhan kultur mikroba
1.2.4. Bagaimana mekanisme pertumbuhan mikroba
1.2.5. Apakah faktor-faktor dari pertumbuhan mikroba
1.3.
Tujuan
1.3.1. Mengetahui ruang lingkup tentang pertumbuhan Mikroorganisme
1.3.2. Mengetahui kurva pertumbuhan mikroba
1.3.3. Mengetahui pertumbuhan kultur mikroba
1.3.4. Mengetahui mekanisme pertumbuhan mikroba
1.3.5. Mengetahui faktor-faktor dari pertumbuhan mikroba
BAB II
1
PEMBAHASAN
Pada Gambar 1 menggambarkan jumlah berat kering sel mikroba (dalam bentuk
log) yang ditumbuhkan dalam periode inkubasi (waktu) tertentu. Mikroba akan
mengalami fase pertumbuhan populasi berdasarkan laju peningkatan jumlah individu
mikroba selama waktu tertentu (Scragg, 1988).
a. Fase Lag
Fase lag merupakan waktu yang dibutuhkan mikrobia untuk tumbuh beradaptasi
di dalam medium baru. Adaptasi mikrobia dilakukan untuk mensintesis enzim-enzim
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan lebih lanjut. Pada fase lag terjadi pertambahan
massa dan volume sel mikrobia. Panjang atau pendeknya interval fase lag tergantung
pada jenis inokulum mikrobia, medium yang sedikit nutrisi dan kondisi pertumbuhan
mikrobia saat diinokulasikan.Ada 3 alasan mikrobia kembali ke fase lag, yaitu (Brock,
2012):
1. Inokulum hidup yang digunakan berasal dari kultur medium lama (saat mikrobia
dalam fase stasioner) dipindahkan ke dalam komposisi medium baru yang sama.
Keadaan mikrobia kembali ke fase lag karena mikrobia sudah tidak memiliki
metabolit penting untuk menunjang kehidupannya. Oleh karena itu, mikrobia
membutuhkan rentang waktu untuk melakukan biosintesis kembali. Mikrobia yang
diinokulasikan mengalami kerusakan sel (tidak mati) akibat perubahan suhu, radiasi
atau bahan kimia toxic. Fase lag dibutuhkan mikrobia untuk memperbaiki kerusakan
sel nya.
2. Populasi mikrobia yang diinokulasikan berasal dari medium kaya nutrisi dipindahkan
ke dalam medium yang sedikit nutrisinya. Mikrobia membutuhkan waktu untuk
menghasilkan enzim baru yang digunakan untuk mensintesis metabolit essensial.
3. Populasi mikrobia tidak akan mengalami fase lag jika inokulum yang digunakan
berasal dari populasi mikrobia yang mengalami pertumbuhan fase eksponensial dan
ditumbuhakan pada kondisi medium yang sama.
b. Fase Eksponensial
Pada fase eksponensial atau logaritmik, sel berada dalam keadaan pertumbuhan
yang seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor yang sama
dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif metabolit tetap konstan. Selama
periode ini pertumbuhan seimbang, kecepatan peningkatan dapat diekspresikan dengan
fungsi eksponensial alami. Sel membelah dengan kecepatan konstan yang ditentukan
oleh sifat intrinsik bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini terdapat keragaman
kecepatan pertumban berbagai mikroorganisme. Waktu lipat dua untuk E. coli dalam
kultur kaldu pada suhu 37oC, sekitar 20 menit, sedangkan waktu lipat dua minimal sel
nmamalia sekitar 10 jam pada temperatur yang sama (Kusnadi, 2010).
c. Fase Stasioner
Mikrobia mengalami pertumbuhan yang terbatas dan konstan selama fase
stasioner. Pada fase stasioner, pembelahan sel yang terjadi sangat lambat. Jumlah
pembelahan sel dengan sel yang mati seimbang, sehingga jumlah sel relatif konstan
(pertumbuhan 0). Pertambahan jumlah sel yang sebanding dengan kematian sel disebut
dengan fenomena pertumbuhan kriptik. Pada fase ini, sel mikroba tetap aktif melakukan
metabolisme energi dan proses biosintesis lainnya. Metabolit sekunder banyak dihasilkan
mikrobia pada fase ini. Fase stasioner terjadi karena beberapa alasan yaitu (Brock, 2012
dan Prescott, 1999) :
4
Kondisi kultur harus steril sehingga tercapai produksi biomasa yang maksimum
Memperpendek fase lag dan memperpanjang waktu eksponensial : diaplikasikan
untuk produksi metabolit primer.
Memperpendek fase eksponensial : digunakan untuk produksi metabolit
sekunder.
5
pertumbuhan
Hampir semua bakteri menerima DNA. Proses metabolik yang terlibat dalam
pertimbuhan antara lain:
Mesofil, terdapat pada tanah, air, dan tubuh vertebrata, suhu pertumbuhan 10470C. Suhu pertumbuhan optimum 30-400C.
Termofil, ditemukan pada habitat yang bersuhu tinggi, pembuatan kompos, susu,
tanah, dan air laut. Mampu tumbuh pada suhu 45-500C, dibedakan menjadi
psikrodura yang mampu hidup dibawah 00C dan termodura yang tahan hidup pada
suhu diatas 500C.
b. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan
osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar.
c. Kadar air
d. Kadar oksigen
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertumbuhan pada mikroorganisme merupakan bertambahnya jumlah massa sel
yang melebihi inokulum asalnya. Pada kurva pertumbuhan bakteri terdapat beberapa fase
anatara lain, fase lag, fase eksponensial, fase stationer, dan fase kematian. Dalam sistem
pemeliharaan khusus pertumbuhan kultur mikroba terdiri dari tiga kultur, yaitu kultur
sekali unduh (batch culture), kultur berkesinambungan (contuous culture), dan kultur
terputus (fed-batch culture). Mekanisme dalam pertumbuhan mikroba, yaitu peningkatan
ukuran sel , replikasi DNA, dan pembelahan sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri adalah suhu, tekanan osmosis, kadar air, kadar oksigen, dan pH.
8
DAFTAR PUSTAKA
Brock ,T.D.,2012, Basic Microbiology With Apllication 2nd, edition 2, Prentice Hall Inc.,
New Jersey
Elisa, 2010, Pertumbuhan Mikrobia Dalam Bioreakto, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Krino,
A.,
2010,
Pertumbuhan
Bakteri,
(https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/pertumbuhan-bakteri/), diakses 12
oktober 2015
Kusnadi, 2010, Mikrobiologi, Biologi FMIPA UPI, Jakarta
Maulana, P., 2012, Pertumbuhan Mikroba, Kinetika, Perhitungan, Populasi, Kultur, Rumus,
Fase, Metode, Faktor,(http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/pertumbuhan9
mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html),
diakses 12 oktober 2015
Prescott, 1999, Laboratory Exercises in Microbiology
Companies, New York
Scragg, A. H., 1998, Bioreactors for The Mass cultivation of Plant Cell, ln: Fowler, M. W.,
Warren, G.S., and Moo-Young,M., Plant Biotechnology, Pergamon Press Inc., New
York
10