Anda di halaman 1dari 27

Acute Ureterolitiasis

Ni Wayan Mirah Wilayadi


Kelompok: F-6
NIM: 102011392
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : mirah_pooh@yahoo.com

Abstrak: Urolithiasis adalah agregasi polikristalin terdiri dari berbagai jumlah kristaloid
dan sejumlah kecil matriks organik. Urolithiasis atau batu saluran kemih telah melebihi
frekuensi kelainan traktus urinarius lain seperti infeksi dan kelainan pada prostat dengan
insidens 240,000-720,000 orang Amerika per tahun. Lelaki lebih banyak terkena dampak
dibanding wanita dengan rasio 3:1. Batu ginjal (nefrolithiasis) merupakan penyebab
terbanyak kelainan di saluran kemih. Sukahayat dan Muhammad Ali(1975) melaporkan dari
96 batu saluran kemih, ditemukan batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni
sebesar 24(25%) dan campuran bersama kalsium oksalat/kalsium fosfat sebesar 76(79%),
sedangkan batu kalsium oksalat/kalsium fosfat sebesar 71(73%). Manifestasi klinis yang
biasa ditemukan ialah nyeri kolik, hematuria serta mual dan muntah.
Kata Kunci: Urolithiasis, Nefrolithiasis, Batu saluran kemih, Kolik

Pendahuluan
Batu saluran kemih sudah dijumpai pada penemuan-penemuan arkeologis yang berusia lebih
dari 4800 SM, dokter-dokter Yunani dan Romawi kuno sudah membuat catatan mengenai
simptom dan pengobatan batu. Batu saluran kemih (urolithiasis) menurut tempatnya
digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan
tidak normal di dalam ginjal, dan mengandung komponen kristal serta matriks organik.
Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila keluar dapat terhenti di ureter
atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu Oksalat,
kalsium oksalat atau kalsium fosfat secara bersama dapat dijumpai sampai 65-85% dari
jumlah keseluruhan batu ginjal. Terdapat 5 jenis batu yang utama pada saluran kemih yaitu
batu kalsium oksalat, kalsium fosfat, struvite, asam urat dan batu sistin.1

Skenario
Seorang pria 60 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sakit pada pinggang kanan yang
menjalar hingga ke kantong kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Sakit dirasakan mendadak
dan dapat hilang sendri.

Hipotesis
Seorang pria 60 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sakit pada pinggang kanan yang
menjalar hingga ke kantong kemaluan sejak 1 minggu yang lalu menderita batu pada saluran
kemih.

Anamnesis
Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien. Tujuan dari anamnesis
antara lain: mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien,
membantu menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu
menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat
mengarah masalah pasien dengan diagnosa penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi:
pencatatan identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat penyakit pasien serta riwayat
penyakit keluarga.2
Pasien dengan batu saluran kemih mempunyai keluhan yang bervariasi mulai dari tanpa
keluhan, sakit pinggang ringan sampai dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria.
Keluhan ini dapat disertai dengan penyulit berupa demam dan tanda-tanda gagal ginjal.
Sebagai dokter yang penting untuk ditanyakan adalah:

Durasi

Beratnya akut/kronik

Periodik

Derajat gangguan

Hal-hal berkaitan (demam, BB turun, lemah)

Identitas penderita
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status
sosial ekonomi keluarga, anak penderita (jumlah, jenis kelamin, dan berapa yang
masih tinggal bersama penderita) serta lingkungan tempat tinggal. Termasuk
anamnesis mengenai faktor resiko dan mengenai adanya gangguan aktivitas.2

Riwayat penyakit sekarang:


o Keluhan utama perlu diketahui, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien
dibawa berobat. Berdasarkan kasus,keluhannya adalah sakit pinggang kanan
yang menjalar hingga kantong kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Sakit yang
dirasakan mendadak dan dapat hilang sendri.
o Sejak kapan mulai sakit? Sakit memberat pada saat beraktivitas atau sewaktu
istirahat?
o Adakah ada nyeri atau kesulitan saat berkemih?
o Adakah nyeri lokal atau nyeri dari tempat lain (referred pain), nyeri ginjal
(renal pain), nyeri kolik?
o Apakah berkemih tidak puas dan menetes?
o Adakah urin berwarna merah dan adakah ada nyeri suprapubik?
o Adakah disertai gejala penyerta lain seperti demam, berkeringat, lemas,

menggigil?
Riwayat penyakit dahulu
o Penyakit dahulu dengan sequelae urologik : keluar batu, Dibetes Melitus,
neurologik, dan lain-lain.
o Adakah pasien pernah menderita penyakit yang sama atau ada gangguan lain
pada ginjal?
o Adakah adanya riwayat penyakit lain seperti kelainan pada hati, jantung

maupun paru?
Riwayat makanan
o Makanan yang dikonsumsi pasien dalam jangka pendek dan panjang.
o Apakah kualitas dan kuantitasnya adekuat, memenuhi kebutuhan nutrisis
sehari-hari?
Riwayat obat-obatan:
o Adakah pasien mengkonsumsi obat-obatan menahun? Obat diuretika?
o Adakah pasien membeli obat dari apotek tanpa resep dokter?
Riwayat penyakit keluarga:
o Adakah keluarga dekat pasien pernah ada riwayat penyakit ginjal maupun
penyakit sistemik lain?
o Adakah ahli keluarga yang pernah menderita batu ginjal atau kanker?
o Adakah ada riwayat hipertensi, stroke maupun Diabetis Melitus?

Bagaimana diet seharian? Adakah sering makan /mengkonsumsi coklat, teh, strawberri,
kacang-kacangan atau bayam?
Adakah sering terkena paparan sinar matahari? Faktor cuaca yang panas dikatakan
mempengaruhi kadar kalsium dan oksalat yang dimediasi oleh sintesa vitamin D yang
diperoleh dari sinar matahari.
Adakah minum air dalam kuantiti yang sedikit? Adakah terjadi dehidrasi?
Adakah pernah konsumsi obat-obatan seperti loop diuretics,

asetazolamid,

kortikosteroid,antasida,thiazide, aspirin, allupurinol, supplemen vitamin C maupun D?


Adakah ada faktor predesposisi seperti UTI rekurens (batu magnesium ammonium
fosfat), kelainan metabolisme (hiperkalsiuria,hiperparatiroidism dll), kelainan traktus
urinarius (obstruksi, hidronefrosis, horshoe kidney dll), pemasangan kateter?
Adakah ada ahli keluarga yang pernah menderita penyakit batu ginjal? risiko
meningkat 3 kali lipat.
Adakah ada infeksi pada bagian atas dari batu ginjaldemam,loin pain?
Tabel 1: Anamnesis pada pasien dengan batu ginjal.3

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa kelainan
fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan.
1

Pemeriksaan tanda vital


Pemeriksaan tanda vital adalah pemeriksaan umum yang dilakukan oleh dokter untuk menilai
kondisi pasien samada baik atau buruk. Antara pemeriksaan yang dilakukan ialah memeriksa
suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan frekuensi nafas pasien.

Pemeriksaan khusus urologi


Ginjal:
o Di bagian belakang, panggul dipalpasi secara teliti dan tekan ke dalam karena
ginjal terlindung dengan baik. Perkusi pada sudut kosto vertebra dengan
telapak tangan. Pada kasus pielonefritis, perkusi ini hanya dapat dilakukan
sekali saja karena pasien tidak akan mengizinkan perkusi kedua.
o Di bagian depan, teknik terbaik adalah palpasi bimanual. Satu tangan
diletakkan di belakang, menekan dari panggul belakang pasien dan tangan
4

lainnya menekan melalui dinding abdomen. Teknik Balotemen dilakukan


dengan tangan terletak di belakang mendorong ginjal ke tangan yang terletak

di depan.
o Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal.
o Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif. 4
Genitalia eksterna : teraba batu di uretra anterior.4
Colok dubur : teraba batu pada buli-buli.4
Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium untuk
mendapatkan gambaran penyakit dengan mendalam dan mencakup antara lain beberapa tes
seperti Complete Blood Count, Urinalisis, IVP, USG serta CT scan.
Pemeriksaan laboratorium1,5
1. Urinalisis
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin
rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi
pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan
urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan
benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Urinalisis dilakukan pada semua penderita urologi. Untuk pemeriksaan, sampel urin
perlu dikumpul. Urin yang digunakan adalah urin 24 jam. Cara pengambilan urin 24
jam adalah:
1

Pada hari penampungan air kemih, buang air kecil setelah bangun di pagi hari.
Kemudian pegumpulan urin dilakukan ke dalam wadah khusus selama 24 jam.

Wadah disimpan kedalam lemari es atau tempat yang dingin selama periode
koleksi.

Wadah diberi label dengan nama , tanggal, dan waktu pengambilan.

Cara pengambilan urin:


pria: arus tengah (midstream)
perempuan: Midstream urin dengan kateter
5

neonatus dan bayi: spp (supra pubic puncture/aspiration)


Penilaian urin:
Makroskopik: warna, kekeruhan, Berat jernih, pH
Mikroskopik: sel, silinder (cast), kristal, bakteria, ragi, parasit
Kimiawi:
urine dipsticks: darah, protein, glukosa, keton, urobilinogen & bilirubin, leukosit
hematuria,proteinuria.
glukosa & keton
bilirubin & urobilinogen
test nitirit

Pemeriksaan penentuan komposisi batu yang berasal dari tubuh pasien lihat

adanya Ca, fosfat, Mg, Oksalat, sistin, xanthine, karbonat dan ammonium.
Kultur urin untuk menyingkirkan adanya infeksi.
2. Complete Blood Count:
Darah lengkap: Hemoglobin, leukosit, Laju endap darah (LED). Pada batu ginjal
biasanya terjadi leukositosis. Juga dilihat kadar Ca, total CO2, asam urat dalam darah.
Faal ginjal: BUN, kreatinin serum.5

Pemeriksaan radiologi
1. Ultrasonografi:
Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu.
Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi dengan
kontras radiologi.
Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem kolektikus. Keterbasan
pemeriksaan ini ialah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter dan tidak dapat
membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.
Gambaran yang terlihat ialah hiperechoic dengan posterior acoustic shadow.
2. Foto Polos Abdomen (BNO):
6

Pemeriksaan

ini berperan dalam

penilaian kandung kemih dan ginjal, dimana

menentukan:
Distribusi udara di dalam usus rata atau tidak
Bentuk ginjal
Bayangan batu : dimana dilihat radiopak , radiolusent
Garis M. Psoas simetris. Jika tidak simetris harus dilakukan transplantasi ginjal.
3. Intravenous Pyelogram (IVP):
Merupakan pemeriksaan radioaktif untuk ginjal, ureter, dan vesika urinaria yang
menggunakan bahan kontras. Bahan kontras ini disuntik melalui lengan pasien dan
seterusnya akan berjalan melalui sistem pembuluh darah tubuh, Saat bahan kontras
melewati ginjal dan traktus urinarius, akan terlihat kawasan yang putih. Ini
membenarkan pemeriksaan terhadap struktur anatomi dan fisiologinya dilakukan.
IVP dilakukan untuk melihat abnormalitas pada traktus urinarius seperti :
Batu ginjal
Pembesaran prostate
Tomor ginjal , ureter dan vesika urinaria
Sewaktu pemeriksaan, Bahan kontras akan disemprot masuk terutama di bagian vena
lengan. Pasien perlu berada dalam keadaan diam dan akan diminta untuk menahan
napas untuk beberapa detik saat gambar diambil. Ini adalah langkah untuk
mengelakkan gangguan pada imej yang diambil
Kelebihan IVP adalah :
Tidak invasive dan kadar komplikasi yang minimum
Imej IVP memberikan maklumat tentang informasi bagi melakukan diagnosa dan
merawat traktus urinarius yang mengalami masalah batu ginjal hinggalah kepada
tumor
Proses yang cepat dan tidak mendatangkan nyeri serta lebih murah berbanding CT
Scan dan MRI
Tidak ada bahan radioaktif yang tersisa di dalam badan setelah pemeriksaan selesai.
Risiko:
Peratusan kecil untuk mendapat kanker hasil daripada radiasi.
4. CT Scan/Tomography:
7

Merupakan pemerksaan radiologi untuk menilai struktur internal. Dilakukan dengan


memfokus kepada lapangan yang ingin difoto bagi menghasilkan cross sectional
foto. Teknik ini membenarkan penilaain kontur kedua ginjal dengan lebih jelas dan
tidak menggunakan bahan kontras.6

Working Diagnosis
Berdasarkan pengumpulan data dari anamnesis, didapatkan keluhan sakit pada pinggang
kanan yang menjalar hingga ke kantong kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Sakit dirasakan
mendadak dan dapat hilang sendiri. Jadi didapatkan working diagnosis sebagai batu pada
saluran kemih atau urolithiasis.1 Batu ini berada di bagian ureter atau post renal karena
manifestasi klinis menunjukkan adanya:
1

Rasa sakit yang mendadak disebabkan oleh batu yang lewat, rasa sakit berupa pegal
disudut CVA(distensi parenkim dan kapsul ginjal) atau kolik (hiperkristalitik otot
polos), kolik ini menjalar ke perut bagian bawah sesuai dengan lokasi batu dalam
ureter, pada pria rasa sakit sampai ke testis (batu ureter proksimal), pada wanita rasa

2
3

sakit terasa sampai ke vulva dan pada pria rasa sakit pasa skrotum (batu ureter distal).
Gejala traktus digestivus seperti batu ginjal.
Bila baru sudah menetap di ureter hanya ditemukan rasa pegal pada sudut CVA kerena

bendungan.
Tanda-tanda yang juga ditemukan adanya rasa gelisah pada serangan akut, kulit basah
dan dingin kadang-kadang terdapat syok ringan.

Untuk mendapatkan diagnosa pasti, dilihat dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu urinalisis,
pemeriksaan darah serta USG dan IVP.
Perangkat diagnostik untuk batu ginjal ialah:7
Pemeriksaan darah dan urin untuk memeriksa bahan-bahan pembentuk batu.
Pielogram intravena dan pemeriksaan sinar X untuk menentukan lokasi batu.

Gambar 1: Batu pada saluran kemih


Batu (kalkulus) ginjal mengacu kepada batu yang terdapat di mana saja di saluran kemih.
Batu paling sering ialah yang tersusun dari kristal-kristal kalsium. Yang lebih jarang menjadi
penyebabnya ialah struvit atau magnesium, ammonium, asam urat atau kombinasi bahanbahan ini.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh pH urin (batu kalsium karbonat) atau pH urin
(misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam
darah dan urin, dan obat atau kebiasaan makan tertentu, juga dapat merangsang pembentukan
batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis (tidak ada
pergerakan urin) di bagian mana sahaja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan batu.7
Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai
keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit
ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau
penurunan ekskresi asam urat.7

Differential Diagnosis
1. Infeksi saluran kemih/ISK
Merupakan infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat
proliferasi suatu mikroorganisme. ISK dibagi dua yaitu sistitis dan pielonefritis.
Penyakit
Pielonefritis akut

Gejala penyakit
Panas tinggi (39.5-40.5c)
Menggigil
(infeksi pada ginjal akibat
Sakit pinggang
infeksi
kandung
kemih
Disuria
asendens atau hematogen)
Didahului dengan gejala ISK bawah (sistitis)
Pielonefritis kronik
Gambaran mungkin mirip dengan pielonefritis akut
(Akibat infeksi berulang)

tetapi juga dapat menimbulkan hipertensi dan


9

Sistitis
(infeksi kandung kemih)

akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.


Sakit suprapubik atau punggung bawah
Polakisuria
Nokturia
Disuria (nyeri waktu berkemih)
Stranguria
Peningkatan frekuensi berkemih
Perasaan ingin berkemih
Ada sel darah putih dalam urin
Demam disertai adanya darah dalam urin (kronik)
Tabel 2: ISK

Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, sedangkan pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikuloureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti dengan pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pioelonefritis kronis yang spesifik. Bakteri
asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah menyebabkan
pembentukan jaringan

ikat parenkim ginjal. Pola mikroorganisme bakteriuria pada ISK

umumnya disebabkan oleh mikroorganisme tunggal: Escherichia coli (merupakan


mikroorganisme yang paling sering ditemukan pada ISK simptomatik dan asimptomatik;
mikroorganisme lainya yang sering ditemukan seperti: Proteus spp, Klebsiella spp,
Stafilococcus dengan koagulase negatif. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
dengan pemeriksaan mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine serta jumlah kuman/mL
urin merupakan protokol satndar yang digunakan dalam pendekatan diagnosis ISK.
Investigasi lanjutan yang dapat dilakukan dengan indikasi khusus dengan melakukan
pemeriksaan USG, radiologi ( foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), isotop
scanning.7
2.Batu Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian
pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang
menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di calyces. Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih
merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi. Nyeri di daerah pinggang dapat
dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya
pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
10

terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan
atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan
yang terjadi, batu ginjal yang terletak di sistem pelviokalises dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis. Pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam diagnosis sama dengan
pemeriksaan batu pada saluran ureter.7

Epidemiologi
Lebih banyak pada laki-laki dibanding wanita, dengan rasio 3:1 biasanya di antara
usia 30-50 tahun sampai dekade ke-6, insidens meningkat pada wanita dan menurun pada
laki-laki. Penelitian Tarihoran YM pada tahun 2001-2002 di RSUP. H. Adam Malik Medan
terdapat 105 pasien BSK dengan kelompok umur terbanyak 30-50 tahun yaitu sebesar 46,6%
dan jenis kelamin pria lebih banyak daripada wanita dengan proporsi 64,8%. Kadar
pembentukan batu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, nutrisi, dan lingkungan.
Di US, prevalensi batu ginjal meningkat dari 3.2%-5.2% semenjak 20 tahun belakangan ini.
Variasi geografik di US menunjukkan prevalensi tertinggi pada mereka yang tinggal di latitud
selatan Perbedaan diet dan konsumsi air serta paparan sinar matahari. 8 28%-50% pasien
mengalami rekurens pada tahun ke-5. Setiap tahun penduduk Amerika Serikat menderita batu
saluran kemih sekitar 250.000 hingga 750.000.7

Etiologi
Penyebab terjadinya batu ginjal adalah multifaktor dan dibagi kepada faktor intrinsik dan
ekstrinsik.

Faktor intrinsik
Herediter
Umur
Jenis kelamin

Faktor ekstrinsik
Geograf
Iklim dan
temperatur
Asupan air
Diet
Pekerjaan

Keturunan: Beberapa orang lebih rentan terhadap terbentuknya batu ginjal, dan hal ini
mungkin berkaitan keturunan. Sebagian besar batu ginjal terdiri dari batu kalsium, dengan
keadaan hiperkalsiuria sebagai faktor risiko. Kecenderungan tingkat tinggi kalsium dalam

11

urin dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Beberapa penyakit keturunan langka juga
mempengaruhi beberapa orang untuk membentuk batu ginjal. Contohnya termasuk orang
dengan renal tubular asidosis dan orang dengan masalah metabolisme seperti sistin (asam
amino), oxalate, (sejenis garam), dan asam urat (seperti dalam gout).
Geografi: Kecenderungan geografis juga berperan dalam terbentunya batu ginjal. Ada daerah
yang dikategorikan sebagai area "sabuk batu,".Orang-orang yang tinggal di selatan Amerika
Serikat, memiliki risiko pembentukan batu yang sangat tinggi. Keadaan iklim yang panas dan
kurang asupan cairan dapat menyebabkan orang menjadi relatif dehidrasi, dengan urine
mereka menjadi lebih terkonsentrasi dan adanya faktor bahan kimia akan memicu
terbentuknya nidus, atau awal dari sebuah batu.7
Faktor risiko penyebab batu:
Faktor resiko di bawah ini merupakan faktor utama predesposisi kejadian batu ginjal, dan
menggambarkan kadar normal dalam air kemih. Lebih 85% batu pada laki-laki dan 70%
perempuan mengandung kalsium terutama kalsium oksalat. Predisposisi kejadian batu
khususnya batu kalsium dapat dijelaskan sebagai berikut:
1

Hiperkalsiuria:
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuri tanpa ditemukan pembentukan batu. Kejadian
hematuri diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi kristal
kecil. Peningkatan ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor resiko lainnya,
ditemukan pada setengah dari pembentuk batu kalsium idiopatik. Kejadian hiperkalsiuria
idiopatik diajukan dalam tiga bentuk:
1. Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh adanya kenaikan absorpsi kalsium dari lumen
usus. Kejadian ini paling banyak dijumpai.
2. Hiperkalsiuria puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari tulang.
3. Hiperkalsiuria ginjal yang diakibatkan kelainan reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal.
Kemaknaan klinis dan pathogenesis klasifikasi di atas masih belum jelas. Masalah
hiperkalsiuria idiopatik ini dapat disebabkan oleh

Diturunkan autonom dominan dan sering dihubungkan dengan kenaikan konsentrasi

kalsitriol plasma atau 1,25 dihidroksi vitamin D3 ringan sampai sedang.


Masukan protein tinggi diduga meningkatkan kadar kalsitriol dan kecenderungan
pembentukan batu ginjal. Faktor yang meningkatkan kalsitriol belum jelas,
12

kemungkinan faktor kebocoran fosfat dalam kandung kemih dan dianggap kelainan
primer. Penurunan kadar fosfat plasma dianggap akan memacu sistem kalsitriol.
2

Mekanisme ini dijumpai pada sebagian kecil pasien.


Hiposaturia:
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat,
merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal. Masukan protein merupakan
salah satu faktor utama yang dapat membatasi ekskresi sitrat. Peningkatan reabsorbsi sitrat
akibat peningkatan asam di proksimal dijumpai pada asidosis metabolik kronik, diare kronik,
asidosis tubulus ginjal, diversi ureter atau masukan protein tinggi. Sitrat pada lumen tubulus
akan mengikat kalsium membentuk larutan kompleks yang tidak terdisosiasi. Hasilnya
kalsium bebas untuk mengikat oksalat berkurang. Sitrat juga dianggap menghambat proses
aglomerasi kristal.
Kekurangan inhibitor pembentukan batu selain sitrat, meliputi glikoprotein yang disekresi
oleh sel epitel tubulus ansa Henle asenden seperti muko-protein Temm Horsfall dan
nefrokalsin.

Nefrokalsin

muncul

untuk

mengganggu

pertumbuhan

kristal

dengan

mengabsorpsi permukaan kristal dan memutus interaksi dengan larutan kristal lainnya.
Produk seperti mukoprotein Tamm-Horsfall dapat berperan dalam kontribusi batu kambuh.
3

Hiperurikosuria:
Merupakan peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium,
minimal sebagian oleh kristal asam urat dengan membentuk nidus untuk presispitasi kalsium
oksalat atau presipitasi kalsium fosfat. Terdapat pada kebanyakan pasien dengan lebih ke arah
diet purin yang tinggi.

Penurunan jumlah air kemih:


Biasanya disebabkan masukan cairan yang sedikit. Selanjutnya dapat menimbulkan
pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih.
Penambahan masukan air dapat dihubungkan dengan rendahnya jumlah kejadian batu
kambuh.

Jenis cairan yang diminum:


Minuman soft drink lebih 1 liter perminggu menyebabkan pengasaman dengan asam fosfor
dapat meningkatkan risiko penyakit batu. Kejadian ini tidak jelas, tetapi sedikit beban asam
13

dapat meningkatkan ekskresi kalsium dan ekskresi asam urat dalam air kemih serta
mengurangi kadar sitrat air kemih. Jus apel dan jus anggur juga dihubungkan dengan
peningkatan risiko pembentukan batu, sedangkan kopi,teh, bir dan anggur diduga dapat
mengurangi risiko kejadian batu ginjal.
6. Hiperoksaluria:
Merupakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. Ekskresi oksalat air kemih normal di
bawah 45mg/hari(0.5mmol/hari). Peningkatan kecil ekskresi oksalat menyebabkan perubahan
cukup besar dan dapat memacu presipitasi kalsium oksalat dengan derajat yang lebih besar
dibandingkan kenaikan absolut ekskresi kalsium. Oksalat air kemih berasal dari metabolisme
glisin sebesar 40%, dari asam askorbat 40%, dari oksalat diet 10%. Kontribusi oksalat dan
diet disebabkan sebagian garam kalsium oksalat tidak larut di lumen intestinal. Absorbsi
oksalat intestinal dan ekskresi oksalat dalam air kemih dapat meningkat bila kekurangan
kalsium pada lumen intestinal untuk mengikat oksalat. Kejadian ini dapat terjadi pada 3
keadaan:

Diet kalsium rendah biasanya tidak dianjurkan untuk pasien batu kalsium.
Hiperkalsiuria disebabkan peningkatan absorbsi kalsium intestinal.
Penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi lemak
dan garam empedu.

Peningkatan absorbsi oksalat disebabkan oleh pengikatan kalsium bebas dengan asam lemak
pada lumen intestinal dan peningkatan permeablilitas kolon terhadap oksalat. Hiperoksaluria
dapat disebabkan oleh hiperoksaluria primer. Kelainan ini berbentuk kerusakan akibat
kekurangan enzim dan menyebabkan kekurangan enzim dan menyebabkan kelebihan produk
oksalat dari glikoksalat.
7.Ginjal spongiosa medulla:
Pembentukan batu kalsium meningkat pada kelainan ginjal spongiosa, medulla, terutama
pasien dengan predisposisi faktor metabolik hiperkalsiuria atau hiperurikosuria. Kejadian ini
diperkirakan akibat adanya kelainan duktus kolektikus terminal dengan daerah statis yang
memacu presipitasi kristal dan kelekatan epitel tubulus.
8.Batu kalsium fosfat dan Asidosis tubulus ginjal tipe 1:

14

Faktor risiko batu kalsium fosfat pada umumnya berhubungan dengan faktor risiko yang
sama seperti batu kalsium oksalat. Keadaan ini pada beberapa kasus diakibatkan
ketidakmampuan menurukan nilai pH air kemih sampai normal.
9.Faktor Diet:
Berperan penting dalam mengawali pembentukan batu dan dapat disebabkan oleh:
a) Masukan natrium klorida: Natrium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi kalsium.
Hubungan ini diperkirakan disebabkan oleh reabsorbsi kalsium secara pasif mengikuti
natrium dan air pada tubulus proksimal dan sepanjang lengkung Henle. Penurunan
reabsorbsi natrium proksimal disebabkan oleh volume berlebih menyebabkan
pengurangan transport kalsium dan peningkatan ekskresi kalsium air kemih.
b) Masukan protein: Masukan protein tinggi umumnya dihubungkan dengan peningkatan
insidens penyakit batu. Hal ini disebabkan peningkatan kalsium dan asam urat, fosfat
dan penurunan ekskresi sitrat. Sebagian besar protein hewani mempunyai proporsi
kandungan fosfat 10-15 kali dibandingkan dengan kandungan kalsium. Namun pada
keong sawah didapatkan proporsi kalsium yang lebih tinggi dibandingkan kandungan
fosfat. Masukan protein dan metabolisme purin dan sulfur menghasilkan asam
amino dan asam urat memacu pembentukan batu kalsium disebabkan oleh
peningkatan ekskresi kalsium dan asam urat dan penurunan ekskresi sitrat.
c) Masukan kalsium: Efek paradox pada batu. Untuk setiap peningkatan masukan
kalsium 100mg, pada subyek normal dilaporkan sekitar delapan persen diabsorbsi dan
kemudian diekskresi dan pada pasien hiperkalsiuria sebesar 20 persen. Besarnya
pengurangan persentase kenaikan ekskresi kalsium, bila ekskresi oksalat lebih rendah
dibandingkan ekskresi kalsium. Supersaturasi relatif air kemih terhadap kalsium
oksalat ditemukan menurun. Pemberian kalsium pada waktu makan akan mengikat
oksalat, sehingga oksalat tetap diekskresi dan kalsium tetap bebas dalam lumen
intestinal. Akhirnya akan terjadi kenaikan absorbsi kalsium dan kenaikan ekskresi
kalsium dari air kemih.
d) Masukan kalium: Diet tinggi kalium dapat mengurangi risiko pembentukan batu
dengan menurunkan ekskresi kalsium dan dengan meningkatkan ekskresi sitrat dalam
air kemih.
e) Sukrosa: Sukrosa dan turunan karbohidrat lainnya dapat meningkatkan ekskresi
kalsium dalam air kemih dengan mekanisme yang belum diketahui.
f) Vitamin: Vitamin C dalam dosis besar merupakan salah satu risiko pembentukan batu
kalsium oksalat. Secara in vivo, asam askorbat dimetabolisir menjadi oksalat yang
15

diekskresikan dalam air kemih. Vitamin B6 bermanfaat mengurangi ekskresi oksalat


dalam air kemih pada pasien dengan hiperoksaluria idiopatik.
g) Asam lemak: Suatu penelitian jangka pendek menunjukkan penurunan ekskresi
kalsium air kemih pada pasien hiperkalsiuria idiopatik setelah pemberian suplemen
kapsul minyak ikan(eicosapentanoic acid). Pemberian suplemen kapsul minyak ikan
pada 12 pembentuk batu hiperkalsiuria selama 8 minggu menurunkan ekskresi
kalsium air kemih sebesar 36% dan ekskresi oksalat sebesar 51%.
h) Masukan air: Volume masukan air dapat mengurangi risiko pembentukan batu
sehingga sangat dianjurkan pada pasien batu ginjal, maupun untuk proteksi. Dengan
meningkatnya volume air kemih maka tingkat kejenuhan kalsium oksalat menurun
sehingga mengurangi kemungkinan pembentukan kristal.7

Patofisiologi
Perkembangan batu dipengaruhi oleh status ginjal, sistem endokrin, dan metabolisme tubuh,
Semua gangguan yang terjadi akan mengakibatkan perkembangan bahan-bahan yang
kemudiannya mengkristal dalam sistem saluran kemih. Gangguan yang bisa terjadi meliputi
timbulnya gangguan keseimbangan pengolahan air dan ekskresi material di ginjal.
Teori pembentukan batu saluran kemih:
1) Fisik-Kimiawi
a) Supersaturasi : kejenuhan substansi pembentuk batu (kalsium, asam urat,
sistin). Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang
terlarut bila dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul-molekul
zat organik seperti urea, asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan
mempengaruhi kelarutan zat-zat lain. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif
tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat, fosfat dan sebagainya) makin
meningkat, maka akan terbentuk kristalisasi zat-zat tersebut. Batasan pH urin
normal antara 4,5-8. Bila air kemih menjadi asam (pH turun) dalam jangka
lama maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal. Sebaliknya bila
air kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium fosfat
akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada saluran kemih
terjadi bila keadaan urin kurang dari atau melebihi batas pH normal sesuai
dengan jenis zat pembentuk batu dalam saluran kemih.1
b) Nukleasi: Homogen nukleasi & Heterogen nukleasi. Zat/keadaan yang dapat
bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel
16

epitel, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari
neoplasma atau infeksi dan benda asing.7
2) Anatomi
a) gangguan aliran / drainase
b) kalsifikasi jaringan ginjal
Batu sering diklafikasikan berdasarkan komposisi utamanya.(lihat tabel 3)
Batu Kalsium (78- - paling banyak ditemukan
85%)

- herediter
- laki-laki paling sering
-Terbentuk oleh karena:
a. Hiperkalsiuri
b. Hiperurikosuri ( 20% ) dari batu kalsium
c. Hiperoksaluri
d. Batu kalsium fosfat terjadi karena hiperkalsiuri (pH
urine alkalis)

e. Volume urin yang kurang


Batu asam urat (5- -kondisi hiperurikosuria supersturated kristal/batu
8%)

- akibat diet tinggi purin


- sifat : radiolusen, pH asam
-Terbentuk oleh sebab:
a. Hiperurikosuri (25% penderita gout)
b. Volume urin yang kurang (< 500 cc/24 jam)
c. pH urin (< 5.5 )
d. Gout

Batu staghorn (batu

e. Hiperuricemia
-sering pada wanita akibat ISK oleh karena bakteri yang

Struvit(10-15% /

menghasilkan urease.

Batu infeksi / triple

-bersifat : radioopak

fosfat)

-terbentuk pada pH alkali


-merupakan batu campuran yang bersifat radioopaque
-Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan:
Bakteri pemecah urea
Proteus,
Pseudomonas,

Klebsiela,

Yersinea,
17

Batu sistin(<2%)

Haemophilus
pH urine yang bersifat basa
Stasis Urine
kateter
neurogenic bladder

-Berwarna hijau-kuning dan homogen pada radiografi.


-Berbentuk

hexagonal

dan

biasanya

bilateral

serta

dapat

menyebabkan batu staghorn.


-Merupakan kelainan autosomal resesif dimana adanya defek
tubulus pada transpor asam amino. Pasien ini mengekskresi
sistin,arginin,lisin

berlebihan.

rendah(300mg/L)

dan

Sistin

pasien

mempunyai

mungkin

solubilitas

mengekskresi

480-

3600mg/hari.
Tabel 3: Jenis-jenis batu pada traktus urinarius8,9

Gambar 2: Kristal yang dijumpai di dalam urin basa a) Kristal ammonium urat b) Kristal
kalsium fosfat c) Kristal kalsium karbonat d) Kristal triple fosfat

18

Gambar 3: Kristal yang dijumpai di dalam urin asam a) Kristal asam urat b) Kristal kalsium
oxalate c) Kristal natrium urat d) Kristal cystine

Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam


pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promoter (reaktan) dapat memacu
pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan
inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan
awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misalnya penambahan sitrat
dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih.1
Batu ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal
kalsium

dan

menimbulkan

agregasi

pembentukan

batu.

Subyek

normal

dapat

mengekskresikan nukleus kristal kecil. Proses pembentukan batu dimungkinkan dengan


kecenderungan ekskresi agregasi kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal
kalsium oksalat dalam air kemih. Diperkirakan bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar
sehingga tertinggal dan biasanya ditimbun pada duktus kolektikus akhir. Selanjutnya secara
perlahan timbunan akan membesar. Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel
epitel yang mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal sendiri.1
Batu yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses presipitasi (kristalisasi
bahan-bahan yang terlarut) yang terkandung di dalam urin. Biasanya batu ini dapat berpindah
ke melalui ureter (saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih) dan
dikeluarkan lewat urin bila berukuran kecil. Namun kadangkala, batu yang berukuran terlalu
besar tidak bisa keluar begitu saja lewat urin. Bila hal ini terjadi maka menimbulkan rasa
sakit dan mungkin dapat menimbulkan obstruksi (sumbatan) akibat terhambatnya aliran urin
keluar. Batu ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diet tertentu, obatobatan dan kondisi-kondisi tertentu akibat meningginya zat-zat lain dalam urin, misalnya
asam urat.1,7

19

Gambar 4: Patofisiologi pembentukan batu

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya dan morfologinya.
Walau demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria
makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga
ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain. Gejala
umumnya seperti berikut:7

Nyeri sering bersifat kolik (ritmik), terutama apabila batu terletak di ureter atau di

bawahnya. Nyeri mungkin hebat. Lokasi nyeri akan bergantung pada letak batu.
Batu di ginjal itu sendiri mungkin asimtomatik kecuali apabila batu tersebut

menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi.


Penurunan pengeluaran urin apabila terjadi obstruksi aliran terutama pada

uretrovesicular junction.
Pengenceran urin apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal

memekatkan urin terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar peritubulus.


Mual dan muntah sering terjadi.
Hematuria mikroskopik pada 75% pasien dan gross hematuria pada 20% pasien.

Manifestasi berdasarkan jenisnya dibagi kepada:


20

1. Batu Pelvis Ginjal:


Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya
menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan
pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya
terdapat di calyces. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala
sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan

akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi.


Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri

yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.


Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai

mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.


Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi
ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang

terletak di sistem pelviokalises dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis. 7,8


2. Batu Ureter:
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan
batu ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik
yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah
dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama
itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air

kemih untuk lewat.


Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian
berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal
di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang
didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan
dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa

pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum. 7,8


3. Batu Vesika Urinaria:
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih,
maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes
disertai dengan rasa nyeri. Pada anak lelaki, menyebabkan anak yang
bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak
panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air

21

kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi
infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik. 7,8
4. Batu Prostat:
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde
terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu
yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena
tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih. 7,8
5. Batu Uretra:
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika
urinaria yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi
menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah
di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di

tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya ialah miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes

dan terasa nyeri.


Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia
karena obstruksi urin. 7,8

Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati
infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi.1
Medika mentosa
Terapi medika mentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatis, yaitu
bertujuan untuk mengurangi nyeri (analgesik), memperlancar aliran urin, dan minum banyak
air putih supaya dapat mendorong batu keluar serta terapi medik untuk mengeluarkan batu
ginjal atau melarutkan batu. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet kalsium, oksalat,
natrium, fosfat dan protein tergantung pada penyebab batu.

Batu Kalsium Oksalat:


Suplementasi sitrat
Kolestiramin atau terapi lain untuk malabsorpsi lemak
Tiazid (bila disertai dengan adanya hiperkalsiuria)
Allupurinol (bila disertai dengan adanya hiperurikosuria)
Batu Kalsium Fosfat:
Tiazid (bila disertai adanya hiperkalsuria)
22

Batu Struvit (Mg-Sb Fosfat)


Mandelamin dan Vitamin C
Antibiotik kotrimoksazol
Batu Urat:
Allupurinol
Batu Sistin:
Alkalinisasi urin
Penisilamin1,9

2. Non-medika mentosa
1. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan
perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria pada pasien.
2. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan
tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :

PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy):


Mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi
ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau

dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.


Uretero atau Uretero-renoskopi (URS):
Memasukkan alat ureteroskopi ke uretravesika urinaria ureter melihat kedaan
ureter dan dimana letaknya batu. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
di dalam ureter maupun sistem pelviokalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureterorenoskopi.

3.Operasi Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakantindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan
melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau
23

nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis,
korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan
obstruksi dan infeksi yang menahun. 1,9

Komplikasi
Obstruksi urin dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran
kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas
tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan
pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak
dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya
nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya
dapat terjadi gagal ginjal. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan
infeksi bakteri meningkat. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera
berulang.9

Pencegahan
1.
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar penyakit tidak terjadi,dengan
mengendalikan faktor penyebab suatu penyakit. Kegiatan yang dilakukan meliputi
promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan.
Pencegahan primer penyakit BSK seperti minum air putih yang banyak. Konsumsi air
putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan produksi urin. Konsumsi air putih
juga akan mencegah pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan terjadinya
batu.
Selain itu, dilakukan pengaturan pola makan yang dapat meningkatkan risiko
pembentukan BSK seperti, membatasi konsumsi daging, garam dan makanan tinggi
oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat), dan sebagainya.
Aktivitas fisik seperti olahraga juga sangat dianjurkan, terutama bagi yang
pekerjaannya lebih banyak duduk.

24

Pencegahan sekunder
Pencegahan sangat penting untuk menghindari timbulnya kekambuhan setelah
pengeluaran batu. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan
unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu.
Pada umumnya pencegahan itu berupa:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine

sebanyak 2-3L/hari.
Aktivitas harian yang cukup.
Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
Batu kalsium - mengurangi asupan kalsium dan menghindari suplemen
vitamin D.
Batu oksalat - mengurangi asupan oksalat dan makanan dengan kadar
oksalat tinggi termasuk coklat, teh, kacang, buncis, bayam, serta
mengurangi asupan buah jeruk (vitamin C)
Batu sistin - Asupan cairan tinggi, alkalinisasi urin, D-penisilamin
bertindak sebagai agen chelating.
Batu triple fosfat antibiotik
Batu asam urat allupurinol, alkalinisasi urin.9

Prognosis
Batu ginjal sering menimbulkan gejala rasa sakit yang hebat, tapi biasanya setelah
dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan permanen. Memang sering terjadi kambuh lagi,
terutama bila tidak didapatkan penyebabnya dan diobati. Prognosis biasanya dapat
menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa orang gejala ini
berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan
selama itu gejalanya tidak tampak. Jika tidak terus diobati, akhirnya dapat terjadi gagal ginjal
jika kedua ginjal terserang.6,9

Penutup
Penanganan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin.
Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor risiko batu saluran kemih. Terapi
diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu
saluran kemih. Hal yang terpenting ialah pengenalan faktor risiko sehingga diharapkan dapat
memberikan hasil pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih
dengan lebih baik.
25

Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dan gejala klinis, hipotesis diterima. Laki-laki
60 tahun, dengan keluhan sakit pada pinggang kanan dan menjalar hingga ke kantong
kemaluan sejak 1 minggu lalu menderita Ureterolitiasis.

DAFTAR PUSTAKA
1) Sjabani M. Batu saluran kemih. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 5th ed.
Interna Publishing. Jakarta: 2009.
2) Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health; 2009.
3) Longmore M., Wilkinson I., Davidson H., Foulkes A.,Mafi A.R. Renal
calculi(nephrolithiasis). Oxford Handbook of Clinical Medicine. Oxford University
Press:2010.
4) Welsby P.D. Pemeriksaan organ-organ spesifik. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis
Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2010.
5) Sudiono H, Iskandar I, Halim S.L, Santoso R, Sinsanta. Pemeriksaan urin. Urinalisis.
Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran UKRIDA. Jakarta: 2006.
26

6) Patel P.R. Saluran kemih. Lecture Notes Radiologi. 2 nd ed. Penerbit Erlangga; Jakarta:
2007.
7) Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5; Jilid:1.
Jakarta: FKUI; 2006. h.546-52.
8) McPhee S.J, Papadakis M.A, Tierney L.M. Urinary stone disease. Current Medical
Diagnosis and Treatment. 46th ed. McGraw Hill Medical. USA: 2007.
9) Purnomo B. Batu ginjal dan ureter. Dasar-Dasar Urologi, hal ; 57 68, Sagung Seto,
Yogyakarta:2003.

27

Anda mungkin juga menyukai