Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

MOLA HIDATIDOSA

BAB I
PENDAHULUAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili
korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung yang menyerupai anggur.
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola
hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di
Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar
data masih berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang
dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.

Sejak implantasi terjadi, hCG (human Chorionic Gonadotropin) merupakan hormon


peptida yang dihasilkan oleh sel sinsitiotrofoblas. Pada awal kehamilan biasa, konsentrasi
hCG dalam serum meningkat pesat seiring dengan peningkatan ukuran trofoblastik.
Diagnosis

mola

hidatidosa

berdasarkan

amenore,

hiperemesis,

perdarahan

pervaginam, uterus lebih dari usia kehamilan, dan kadar -hCG lebih tinggi daripada usia
kehamilan normal. Kuretase merupakan salah satu terapi evakuasi jaringan mola hidatidosa.
Setelah dikuret kadar -hCG akan menurun secara perlahan-lahan, sampai akhirnya tidak
ditemui lagi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mola hidatidosa adalah kelainan di dalam kehamilan dimana jaringan plasenta
berkembang dan membelah terus menerus dalam jumlah yang berlebihan. Mola hidatidosa
adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi
berupa gelembung yang menyerupai anggur. Mola dapat mengandung janin (mola parsial)
atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit). Pada kebanyakan kasus, mola tidak
berkembang menjadi keganasan, namun sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat
berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang
berkisar 1 dari 1000 wanita. Kadar hormon yang dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih tinggi
dari kehamilan biasa.
B. Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola
hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di
Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar
data masih berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang
dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.
C. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat menyebabkan
antara lain:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

D. Patofisiologi

Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena
tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil
pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan karena
pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan
mesenkim villi.
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat
beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut
trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum
abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama bermingguminggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan
sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang
sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada wanita
multipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang
kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih lunak.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang
sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan
mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya
dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan
perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang
hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan
atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu
kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
4

trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti
lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
carsinom metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa
metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat
menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa
minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi
spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang
lebih dari 28 minggu.
E. Klasifikasi
Mola hidatidosa terbagi menjadi :
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel
bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:

Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus

Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

Tidak adanya janin dan amnion.

2. Mola Hidatidosa Parsial


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin
tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat
pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya
dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.
F. Gejala Klinis
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan
biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah
darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)
3. Gejalagejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab
4. Gejalagejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria.
G. Diagnosis
1.

Anamnesis

2.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut
muka mola (mola face)
Palpasi :

Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin


Pemeriksaan dalam :

3.

Memastikan besarnya uterus

Uterus terasa lembek

Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

Pemeriksaan Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka
uji biologik dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah
titrasi (pengeceran) :

4.

Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa


Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi

Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin

Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

H. Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.

Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam


kemudian dilakukan kuret.

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum


penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,
Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih
2. Pengawasan Lanjutan

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :


o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :


a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :


o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan

3. Sitostatika Profilaksis
Metotreksat 3x 5 mg selama 5 hari
I. Komplikasi

Perdarahan yang hebat sampai syok

Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

Infeksi sekunder

Perforasi karena tindakan atau keganasan

BAB III
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
I.

IDENTITAS
Nama
Usia

: Ny. S
: 25 tahun

Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
RM
MRS
II.

:
:
:
:
:
:

IRT
Islam
Sasak
Senaru, Bayan
084586
24 Juli 2013

ANAMNESIS
Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUP NTB dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 minggu
yang lalu. Perut kembung disebelah kiri. Darah yang keluar sedikit-sedikit, berwarna
merah kecoklatan, encer, kadang berbusa dan tidak bergumpal-gumpal. Pasien juga
mengeluh merasa mual dan muntah, tetapi merasa seperti ibu hamil muda biasanya.
Keluhan nyeri perut, nyeri ulu hati, ataupun jantung berdebar-debar disangkal. Gerakan
janin tidak dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah menjalani kuret mola 9 hari lalu. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi : Kondom

Riwayat Obstetri :
-

Pasien mengaku sudah kawin: 1x, dengan suami sekarang 7 tahun, kawin pertama kali

usia 18 tahun.
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 13 tahun. Pasien
memiliki siklus haid yang teratur (28 hari). Pasien mengaku telat menstruasi selama 5

bulan.
HPHT : 26 Januari 2013
Riwayat ANC : 4x, terakhir : 10 juli 2013, hasil: TFU tidak sesuai umur kehamilan
Riwayat kehamilan:
9

1. , Aterm, 3200 gr, Rumah, Bidan, Hidup, 5 tahun


2. Ini
III.

STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
-

Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu

:
:
:
:

110/70 mmHg
76 x/menit
20 x/menit
36,7oC

Pemeriksaan Fisik Umum


-

Mata
Jantung
Paru
Ekstremitas

:
:
:
:

anemis (+/+), ikterus (-/-)


S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
edema - - akral teraba hangat + +
- -

IV.

+ +

STATUS GINEKOLOGI
Abdomen :

Inspeksi

: abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda


peradangan, bekas operasi (-).
: teraba tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, balotement (-), tidak

Palpasi

teraba bagian janin.


Auskultasi : DJJ (-)

Inspeksi : Perdarahan aktif (-), tanda-tanda radang (-)


Inspekulo :
Fluksus (-), fluor albus (+), portio livide (+), erosi portio (-), mukosa vagina licin
VT :

V.

Fluxus (-)
Fluor albus (+)
Vulva/Uretra/Vagina tidak ada kelainan
Portio licin, nyeri goyang (-)
OUE tertutup, tidak teraba jaringan
Corpus Uteri teraba lunak
AP/CD tidak teraba massa

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
10

Tggl 9-7-2013 di RSUD tanjung : Tampak gambaran sarang tawon, badai salju
(snowstrom), kesan: Mola Hidatidosa

Tggl 23-7-2013 di RSUP NTB : Uterus ukuran lebih dari normal, sisa jaringan (+)

Pemeriksaan Darah Lengkap :

VI.
VII.

VIII.

Hb
: 11,7 g/dL
RBC
: 3,95 M/l
WBC
: 11,95 K/l
PLT
: 328 K/l
HCT
: 34,1 %
HbSAg
: (-)
DIAGNOSIS
Post kuret hisap I Mola Hidatidosa
PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
Cek DL, -HCG
USG
PA
b. Rencana Terapi
Kuretase
c. Rencana Monitoring
Observasi keadaan umum dan vital sign
Observasi perdarahan
d. KIE pasien dan keluarga
RENCANA TINDAKAN KURETASE
Tindakan Kuretase : suction curetase
Penemuan Intra Kuretase:

Darah keluar bersama cairan berwarna coklat

Gelembung-gelembung mola berwarna agak kehitaman

Tidak ditemukan janin

Instruksi Post Kuretase :

IX.

Periksa PA jaringan mola

Terapi Amoxicilin 3x500 mg dan Asam Mefenamat 3x500 mg

2 JAM POST KURETASE

11

KU

: baik

RR

: 18 x/menit

TD

: 110/70 mmHg

Suhu

: 36,9 oC

Nadi

: 88 x/menit

Perdarahan : -

Kes

: CM

12

X.

1 HARI POST KURETASE

KU

: baik

Kes

: compos mentis

TD

: 110/70 mmHg

Nadi

: 76 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu

: 36,4oC

Perdarahan : -

Subjektif

Objektif

Asessm

W
11-

10.

Pasien rujukan RS Tanjung


dengan diagnosis Mola
hidatidosa. Pasien
mengeluh keluar darah dari
jalan lahir sejak seminggu
yang lalu, darah yang keluar
sedikit-sedikit, berwarna
merah kecoklatan, encer,
kadang berbusa dan tidak
bergumpal-gumpal. Pasien
juga mengeluh merasa mual
dan muntah, tetapi merasa
seperti ibu hamil muda
biasanya. Keluhan nyeri
perut, nyeri ulu hati,
ataupun jantung berdebardebar disangkal. Gerakan
janin tidak dirasakan.
RPD: RPK : Allergi : -

Tggl 9-7-2013 di RSUD tanjung :


Tampak gambaran sarang tawon,
badai salju (snowstrom), kesan: Mola
Hidatidosa

- Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
T: 36,7oC
-

- Riwayat Obstetri
- kawin: 1x, dengan suami sekarang 7
tahun, kawin pertama kali usia 18
tahun.
- Menarke : usia 13 tahun.
- siklus haid : teratur (28 hari). Pasien
mengaku telat menstruasi selama 5
bulan.
- HPHT : 26 Januari 2013
- Riwayat ANC : 4x, terakhir : 10
juli 2013, hasil: TFU tidak sesuai
umur kehamilan

- Riwayat USG: 2x, hasil : Mola


hidatidosa
- Riwayat kehamilan:
1. , Aterm, 3200 gr, Rumah, Bidan,
Hidup, 5 tahun

2. Ini
- Riwayat USG :
-

KU
:
baik
Kes
compos
mentis

Pemeriksaan
Fisik Umum
Mata: anemis (-/-),
ikterus (-/-)
Jantung : S1S2 tunggal
reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru : vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Ekst : edema (-), akral
hangat
Status
Ginekologi

- Abdomen :
Inspeksi : abdomen
tampak
mengalami
pembesaran, tidak ada
tanda-tanda
peradangan,
bekas
operasi (-).
Palpasi
: teraba
tinggi fundus uteri
sepusat, balotement (-),
tidak teraba bagian
janin.
Auskultasi : DJJ (-)
- Inspeksi :
Perdarahan
aktif (-),
tanda-tanda
radang (-)
- Inspekulo :
Fluksus (-), fluor

Mola
hidatido

20.

Pusing

albus (+), portio livide (+),


erosi portio (-), mukosa
vagina licin
- VT :
Fluxus (-)
Fluor (+)
Vulva/Uretra/Vagina
tidak ada kelainan
Portio licin, nyeri
goyang (-)
OUE tertutup, tidak
teraba jaringan
Corpus Uteri teraba
lunak
AP/CD tidak teraba
massa
- KU : baik
- Kes
:
compos
mentis
-

12-

09.

1309.

Mola
Hidatid

Mola
Hidatid

Mola
Hidatid

Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 80
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC
Perdarahan : KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 110/80
mmHg
N
: 84
x/menit
RR :
20
x/menit
T : 36,5oC
Perdarahan : KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital

14-

09.

15-

09.

11.

-Pasien lemas

TD : 110/70
mmHg
N
: 80
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC
Perdarahan : KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 100/70
mmHg
N
: 76
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC
Perdarahan : KU : baik
Kes
:
compos
mentis

Mola
Hidatid

Mola
Hidatid

Post ku
hisap I
hidatido

Tanda Vital
TD : 100/70
mmHg
N
: 76
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC
Perdarahan : KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 84
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC

13.

21.

1609.

Perdarahan : Terpasang
infus RL 20
tpm
KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 88
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,9oC
Perdarahan : Terpasang
infus RL 20
tpm
KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 84
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC
Perdarahan : Terpasang
infus RL 20
tpm
KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 84
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC

2 jam p
kuret hi
mola
hidatido

Post ku
hisap m
hidatido

Post ku
hisap I
hidatido

Perdarahan : UC : + baik

Subjektif

Objektif

Asessm

23-

Pasien kontrol kembali


dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak 1
minggu yang lalu, darah
keluar sedikit- sedikit,
berwarna merah kecoklatan,
tidak bergumpal, tidak
berbau, tidak bercampur
nanah, nyeri perut (+)
hilang timbul, mual (+),
muntah (-), sakit kepala (+),
perut kembung disebelah
kiri bawah.

KU
:
baik
Kes
compos
mentis

Post ku
hisap I
hidatido

10.

- Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
T: 35,7oC
-

Pemeriksaan
Fisik Umum
Mata: anemis (-/-),
ikterus (-/-)
Jantung : S1S2 tunggal
reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru : vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Ekst : edema (-), akral
hangat
Status
Ginekologi
- Abdomen :
Inspeksi : abdomen
tampak
mengalami
pembesaran, tidak ada
tanda-tanda
peradangan,
bekas
operasi (-).
Palpasi
: teraba
tinggi fundus uteri 2
jari bawah pusat,
balotement (-), tidak
teraba bagian janin.
Auskultasi : DJJ (-)
- Inspeksi :
Perdarahan
aktif (-),
tanda-tanda
radang (-)
- Inspekulo :

11.

24-

10.

Fluksus (-), fluor


albus (+), portio livide (+),
erosi portio (-), mukosa
vagina licin
- VT :
Fluxus (-)
Fluor (+)
Vulva/Uretra/Vagina
tidak ada kelainan
Portio licin, nyeri
goyang (-)
OUE tertutup, tidak
teraba jaringan
Corpus Uteri teraba
lunak
- AP/CD tidak
teraba massa
- USG:
- Uterus
ukuran lebih
dari normal,
sisa jaringan
(+)
- KU
:
baik
- Kes
:
compos
mentis
-

2509.

- Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T: 36,0oC
TFU : 2 jr bawah
pusat
- KU : baik
- Kes
:
compos
mentis
-

Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 76
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,7oC
Perdarahan : -

Post ku
hisap I
hidatido
sisa jari

Post ku
hisap I
hidatido

Post ku
hisap I
hidatido

11.

Kuret hisap dimulai

TFU : 2 jr
bawah pusat
Temuan intra operasi
kuret Hisap:

Darah keluar bersama


cairan berwarna coklat

Gelembunggelembung

mola

berwarna

agak

kehitaman

13.

- lemas

Tidak ditemukan janin


- KU : baik
- Kes
:
compos
mentis
-

2609.

Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 88
x/menit
RR :
18
x/menit
T : 36,9oC
Perdarahan : Terpasang
infus RL 20
tpm
KU : baik
Kes
:
compos
mentis
Tanda Vital
TD : 110/70
mmHg
N
: 76
x/menit
RR :
20
x/menit
T : 36,4oC
Perdarahan : -

2 jam P
kuret hi
mola
hidatido

1 hari p
kuret hi
mola
hidatido

- BAB IV
PEMBAHASAN

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili

korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung yang menyerupai anggur. Mola dapat
mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit).
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat menyebabkan antara
lain, faktor ovum, imunoselektif dari tropoblast, keadaan sosioekonomi yang rendah, paritas
tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
-

Pada kasus ini, pasien mengeluh keluar darah lewat jalan lahir, gejala ini
merupakan gejala utama mola yang menyebabkan pasien datang ke Rumah
Sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai
ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermitten,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga dapat menyebabkan syok.
Perdarahan pervaginam yang berulang ini cenderung berwarna coklat dan

kadang bergelembung seperti busa.


-Hasil pemeriksaan didapatkan status generalis dalam batas normal, dimana tanda vital
dalam batas normal, pada pemeriksaan palpasi teraba tinggi fundus uteri 2 jari di bawah
pusat, balotement (-), tidak teraba bagian janin. Pemeriksaan inspekulo : fluksus (-), portio
livide (+), mukosa vagina licin. Pemeriksaan VT : fluxus (-), portio licin, nyeri goyang (-),
OUE tertutup, tidak teraba jaringan, dan corpus uteri teraba lunak. Dari pemeriksaan ini,
pemeriksaan -HCG dan USG digunakan untuk menegakkan diagnosis mola, dimana
pemeriksaan kadar -HCG tidak dilakukan, hanya dilakukan pemeriksaan plano test di RS
asal rujukan yang hasilnya positif, menunjukkan terdapat -HCG dalam urine. Sedangkan
pemeriksaan USG didapatkan gambaran sarang tawon, badai salju (snowstrom), sehingga
menegakkan diagnosis Mola Hidatidosa.
-Untuk penatalaksanaan, suction curetase dilakukan pada pasien ini dan didapatkan
darah keluar bersama cairan berwarna coklat, gelembung-gelembung mola, dan tidak
ditemukan janin sehingga pasien dapat dikatakan mengalami mola komplit. Sebagai
penatalaksanaan lanjutan pasien diminta untuk memeriksakan diri kembali 7-10 hari setelah
kuret mola pertama, dan dilakukan pemeriksaan USG kembali ternyata ditemukan ukuran
uterus lebih besar dari normal dan terdapat sisa jaringan sehingga diperlukan kuret suction ke
II. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan PA pada sisa jaringan karena dicurigai terjadi
keganasan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Cuninngham. F.G. dkk. 2006. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional


Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. Hal 930938

2. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan


Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 2009. Hal . 262-264
3. Mansjoer, A. dkk. 2001. Mola Hidatidosa Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. Hal 265-267
4. Hardjoeno, dkk. 2006. Kadar b-hCG Penderita Mola Hidatidosa Sebelum Dan
Sesudah Kuretase. Bagian Patologi klinik FK-UH- RS dr.Wahidin Sudirohusodo:
Makassar
-

Anda mungkin juga menyukai