TESIS
Oleh
HENDRA YUDI
037 012 007/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HENDRA YUDI
037 012 007/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur,
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Telah diuji
Pada tanggal : 12 Maret 2008
Anggota
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Maret 2008
( Hendra Yudi )
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa dan sebagai modal
pembangunan. Karena itu, sudah sewajarnya perlu adanya upaya peningkatan
kualitas manusia yang dimulai sejak dalam kandungan dari keluarga. Pentingnya
perhatian terhadap gizi pada balita menyebabkan orang tua harus lebih mengerti
dalam menyusun menu keluarga agar memenuhi standar gizi yang memadai. Faktor
sosial budaya sangat berpengaruh pada perawatan anak dalam keluarga sehingga
berdampak pada status kesehatan dan satatus gizi balita. Masalah gizi balita di kota
Medan dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 adalah 23,8 persen gizi kurang, 9 persen gizi
buruk dan 2 persen gizi lebih. Pada Kecamatan Medan Area masih dijumpai kasus
gizi kurang, dengan keadaan masyarakat yang heterogen.
Berdasarkan fakta yang ada maka dilakukan survei dengan disain Cross
Sectional Study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan
tidak diikuti terus menerus dalam kurun waktu tertentu di Kecamatan Medan Area.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 6-24 bulan
yang berasal dari keluarga yang tinggal dalam wilayah kecamatan Medan Area
yang berjumlah 2960 orang, dengan sampel sebanyak 107 keluarga, dimana
masing-masing sampel tersebut diwakili oleh ibu rumah tangga sebagai responden
penelitian. Data yang diperoleh melalui wawancara yang berpedoman pada
kuesioner yang telah disiapkan dan pengukuran status gizi (BB/U) dengan
menggunakan timbangan digital.
Hasil pengumpulan data, menunjukan dimana hasil uji kai kuadrat diketahui
bahwa pendidikan ibu (p=0,011), pekerjaan ibu (p=0,031) dan pengetahuan ibu
(p=0,026) memiliki hubungan dengan status gizi anak usia 6 24 bulan. Sedangkan
pendidikan ayah (p=0,395), pekerjaan ayah (p=0,211), penghasilan keluarga
(p=0,294) dan tradisi/kebiasaan (p=408) tidak memiliki hubungan dengan status
gizi anak usia 6 24 bulan. Dari perhitungan yang didapat berdasarkan penelitian
tersebut, maka terlihat bahwa masih terdapat masalah gizi yang tidak baik yang
disebabkan kurangnya pengetahuan tetang kesehatan dan gizi, untuk itu disarankan
kepada petugas puskesmas dan posyandu untuk meningkatkan pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan balita dan meningkatkan penyuluhan dalam memberikan
informasi kepada masyarakat tentang kesehatan dan gizi, sehingga informasi
tersebut dapat dipahami oleh masyarakat khususnya kaum ibu sebagai orang yang
berhubungan langsung terhadap pertumbuhan status gizi balita.
Kata Kunci : Faktor Sosial Budaya, Status Gizi, Anak Usia 6 -24 bulan.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRACT
The children of Indonesia are the generation responsible for continuing the
national aspiration and development. Therefore, their family needs to attempt to
improve their quality even when they are still being carried by their respective
mothers. The importance of paying attention to the nutrient in children under five
years old requires their parents to more understand the family menu arrangement in
order to meet the adequate standard of nutrient. The sicio-cultural factor is very
dominant in treating children in a family that it brings an impact to the health status
and nutrient status of children of 6 24 months old. Based on the result of
Pemantauan Status Gizi (Nutrient Status Monitoring) done by the Health Service of
Sumatera Utara Province in 2006, the nutrient problem in children of 6 24
months old in the city of Medan was children with less nutrients (23,8%), poor
nutrient (9%), and excessive nutrient (2%). A case of less nutrient and
heterogeneous community is still found in Medan Area sub district.
The population of this survey study with cross-sectional design is 2960
children of 6 24 months old originally from the families living in Medan Area sub
district and 107 children were selected as the samples for this study. Each sample
was represented by a housewife as a respondent for this study. The data for this
study were obtained through interviewing the respondents based on the
questionnaires distributed to them and the nutrient status (Body Weight/Age) of the
children was measured through digital weighing scale.
The result of the chi-square test shows that mothers` education (p = 0.011),
mothers` occupation (p = 0.031), and mothers` knowledge(p = 0.026) have
relationship with the nutrient status of the children of 6 24 months old. Fathers`
education (p =0.395), fathers` occupation (p = 0.211), family income (p = 0.294)
and tradition/belief (p = 0.408) do not have any relationship with the nutrient status
of the children of 6 24 months old. This result of this study reveals that the
problem of poor nutrient caused by the less knowledge on health and nutrient still
exists, therefore, it is suggested that the officer/ personnel of puskesmas
(Community Health Center) and posyandu (Integrated Service Post) improve the
implementation and monitoring of the growth of children of 6 24 months old and
increase the number of extension in providing the community with the information
on health and nutrient that the information can be well understood by the
community especially the mothers who are directly related to the growing process
of nutrient status of children of 6 24 months old.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Sebelum dan sesudahnya penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan Faktor Sosial Budaya
Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan di Kecamatan Medan Area Kota
Medan Tahun 2007
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak dan oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing
serta Bapak Dr. Sutarman, MSc dan Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM selaku Anggota
Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam
membimbing mulai dari penyusunan proposal hingga selesai penulisan tesis ini,
demikian juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dr. Ria Masniari Lubis,
MSi dan Ibu Dra. Jumirah, Apt. M.Kes atas kesediaan waktu, tenaga dan fikiran
sebagai Tim penguji tesis ini. Disamping itu penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, DSAK, selaku Rektor USU.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
USU.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.
4. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.
5. Kapala Dinas Kesehatan dan Kepala Balitbang Kota Medan beserta jajarannya
yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian
ini.
6. Pegawai puskesmas dan masyarakat di Kecamatan Medan Area Kota Medan
dan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
7. Seluruh Staf Dosen Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Pascasarjana USU.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara tahun 2003 serta semua pihak yang telah
memberikan sumbangan pemikiran dan dorongan dalam penulisan tesis ini.
Demikian juga kepada Alm. Ayahanda tercinta Misdi Haryanto dan Ibunda
tercinta Musiyah serta kepada Istri tercinta Masnura dan ketiga putera tersayang
dambaan hati Mhd. Ihsan Habwandi, Chaidir Ali Habwandi dan Mhd. Iqbal
Habwandi yang telah banyak membantu dalam hal memahami, menghibur dan mau
mengerti, memberikan dorongan moril maupun materil mulai dari mengikuti
pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Untuk itu semua, penulis tidak dapat membalasnya semoga Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuannya dan penulis
berharap tesis ini bermanfaat bagi pengambil keputusan dibidang kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan,
Maret 2008
Penulis
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
Habwandi, Chaidir Ali Habwandi dan Mhd. Iqbal Habwandi, sekarang menetap di
Jalan Pukat Banting IV No. 46-B Kelurahan Bantan Kecamatan Medang Tembung
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
Pendidikan dimulai dari SD Negeri 064021 Helvetia Medan pada tahun
1974 - 1980, selanjutnya ke SMTP MTs Swasta Perguruan NU Sekip Medan pada
tahun 1980 - 1983, kemudian mengikuti sekolah keguruan pada PGAN Tanjung
Pura pada tahun 1983 1986, setelah itu melanjutkan ke Perguruan Tinggi IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 1987 1992 dan pada Tahun 2003
2008 mengikuti studi sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.
Sebelum menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Utara, pernah mengajar pada Perguruan Swasta Alwasliyah
Binjai pada tahun 1992 1994. pada tahun 1994 2004 diangkat menjadi PNS
sebagai staf pada Subbid Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat pada Bidang
Sosial Budaya Bappeda Provinsi Sumatera Utara dan sekarang menjabat Kasubbid
Kependudukan, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Perempuan pada Bidang Sosial
Budaya Bappeda Provinsi Sumatera Utara.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................... ...................................................................................
vi
ABSTRACT .........................................................................................................
vii
viii
xi
xii
xvi
xix
xx
BAB 1 :
BAB 2 :
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sosial Budaya ........................................................
10
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 3 :
14
18
24
27
31
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................
33
33
33
35
BAB 4 :
...............................................................................................................
37
39
40
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ...........................................................
41
41
42
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 5 :
43
44
44
45
45
4.2.2. Pekerjaan................................................................................
48
49
4.2.4. Suku/Etnis..............................................................................
49
51
53
53
55
PEMBAHASAN.............................................................................
60
60
62
63
63
65
66
68
69
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
71
71
72
75
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1.
37
3.2.
38
4.1.
41
42
43
44
45
46
46
47
47
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
4.10.
48
48
49
50
50
51
51
52
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
4.18.
53
54
54
55
56
57
4.19.
4.20.
4.21.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
58
58
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
2.2
2.3.
2.4.
32
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Judul
Halaman
79
2.
3.
89
93
4.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
yang masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga jika balita kekurangan gizi maka
dapat mengakibatkan status kesehatan balita yang buruk. Setiap balita yang
berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10 13 poin. Pada tahun
1999 diperkirakan terdapat kurang lebih 1,3 juta balita bergizi buruk, berarti terjadi
potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin, (Pemerintah RI dan WHO, 2000).
Menurut data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2000
menyebutkan sekitar 3-4 juta balita menderita kekurangan gizi, yaitu sebanyak 1,5
juta diantaranya bergizi buruk, sedangkan pada tahun 2003 prevalensi gizi kurang
sebanyak 27,5 persen dan prevalensi gizi buruk sekitar 8,5 persen. Hal ini dapat
mengakibatkan mudahnya terkena diare, infeksi dan mengalami gangguan
pertumbuhan (upc@centrin.net.id,2007).
Permasalahan kesehatan masih banyak dijumpai di Kota Medan, diantaranya
masalah gizi pada balita. Hal ini terlihat dari hasil Pemantauan Status Gizi
(PSG) yang dilakukan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006
untuk Kota Medan adalah 23,8 persen gizi kurang, 9 persen gizi buruk dan 2
persen gizi lebih. Angka ini masih dinyatakan bermasalah dan perlu penanganan
yang serius karena angka ini masih berada diatas angka prevalensi gizi kurang yang
diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2005 2009 yaitu setinggi-tingginya gizi kurang mencapai 20 persen dan gizi buruk 5
persen.
Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang bersifat multi etnis
dengan latar belakang budaya, pekerjaan, pendidikan dan penghasilan yang
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
berbeda. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2006 bahwa
masyarakat Kecamatan Medan Area memiliki
dengan jumlah penduduk sebesar 112.667 orang, dimana laki-laki sebesar 55.802
orang sedangkan perempuan sebesar 56.865 orang.
Data untuk suku bangsa yang terdapat di Kecamatan Medan Area, juga
terdiri dari berbagai etnis dan suku bangsa sehingga dapat dijadikan objek
penelitian dengan uraian sebagai berikut : suku Melayu sebanyak 6.444
orang,
Karo
sebanyak
248 orang,
tiga puskesmas
dan
yaitu Puskesmas
Puskesmas Medan
Area
Kota
Medan
Matsum,
Area
Puskesmas
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
sebanyak 6 balita atau 0,2 persen dan BGT 75 balita atau 2,44 persen, dan
puskesmas Medan Area Selatan terdapat BGM hanya 13 balita atau 0,56 persen
dan tidak terdapat balita BGT. (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2006).
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan faktor
sosial budaya dengan status gizi balita di wilayah Kecamatan Medan Area.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
tradisi/kebiasaan,
pendidikan,
pekerjaan,
penghasilan,
dan
pengetahuan) dengan status gizi anak usia 6 24 bulan di Kecamatan Medan Area.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, mialnya pola-pola prilaku
yang menjadi suatu kebiasaan, bahasa, peralatan hidup, tradisi, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Wikipedia, 2008).
Selain faktor-faktor tersebut, ada juga faktor lain yang sering diikut sertakan
oleh beberapa ahli dalam melihat kondisi sosial seseorang yakni perumahan,
kesehatan dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat. Selanjutnya pekerjaan
adalah kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada orang
lain atau ke pasar guna memperoleh uang sebagai pendapatan bagi seseorang
sesuai dengan nilai sosial yang berlaku. Untuk lebih jelasnya pengertian
pekerjaan mencakup beberapa hal, yakni :
Pekerjaan mencakup beberapa hal, yakni sebagai berikut (Suroto, 1992):
a. Pekerjaan sebagai sarana memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan perorangan.
b. Pekerjaan sebagai sumber pendapatan
c. bagi masyarakat dan perseorangan sebagai imbalan atas pengorbanan
energinya.
d. Pekerjaan sebagai sumber memperoleh pengakuan status sosial, harga diri dan
penghargaan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
e. Pekerjaan
merupakan
sumber
penghidupan
yang
layak
dan
sumber
martabatnya, adalah kewajiban dan haknya sebagai warga negara dan manusia
makhluk Tuhan.
Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari pekerjaan pokok, pekerjaan
sampingan dan dari pekerjaan sub sistem dari semua anggota rumah tangga
(Mulyanto, 1995).
Sedangkan pengertian pendidikan meliputi beberapa hal, yakni :
a. Pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam usahanya untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan.
b. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan kepribadiannya
dengan membina potensi-potensi pribadinya, baik jasmani maupun rohani dan
berlangsung seusia hidup.
c. Pendidikan juga berarti sebagai lembaga yang bertanggungjawab menetapkan
cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun sistem pendidikan tersebut. Dan hal ini
tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah
yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.
d. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan
kemampuan seseorang yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah.
Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial seseorang, seperti
pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok
sehari-hari, pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat mengangkat harkat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
dan martabatnya, perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan
lain sebagainya (Soediharjo, 1993).
Setiap kelompok masyarakat, betapapun sederhananya, memiliki system
klasifikasi makanan yang didefenisikan secara budaya. Setiap kebudayaan
memiliki pengetahuan tentang bahan makanan yang dimakan, bagaimana
makanan tersebut ditanam atau diolah, bagaiman mendapatkan makanan,
bagaiman makanan tersebut disiapkan, dihidangkan, dan dimakan. Makanan
bukan saja sumber gizi, lebih dari itu makanan memainkan beberapa peranan
dalam berbagai aspek dalam kehidupan (Foster dan Anderson, 1986).
Dalam pengertian di atas para ahli tersebut mencatat beberapa peranan makanan
yaitu makanan sebagai ungkapan ikatan social, makanan sebagai ungkapan dari
kesetiakawanan kelompok, makanan dan stress dan simbolis makanan dalam
bahasa. Masing-masing kebudayaan selalu memiliki suatu rangkaian aturan
yang menjelaskan siapa yang menyiapkan dan menghidangkan makanan, untuk
siapa, dimana satu kelompok atau individu makan bersama, dimana dan dalam
kesempatan apa dan aturan makan, yang semuanya itu terpola secara budaya
dan merupakan baian dari cara-cara yang telah diterima dalam kehidupan setiap
komunitas (Helman, 1984).
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
c. Dalam suatu keluarga miskin, angka kelahiran atau kesuburan lebih tinggi,
disertai angka kematian yang tinggi pula, baik sebagai akibat dari besarnya
keluarga dapat membantu memecahkan masalah kemiskinan di hari tua,
maupun akibat kepercayaan bahwa masing-masing balita membawa rejekinya
masing-masing.
Seorang individu akan memperoleh pelajaran kebudayaan mengenai makanan
ini pada awalnya dalam sebuah keluarga, sebagai sebuah proses sosialisasi.
Pengetahuan yang melekat akibat proses sosialisasi yang terjadi dari sejak bayi
tersebut boleh jadi merupakan pentgetahuan local atau indigenous knowledge,
sebagai himpunan pengalaman yang disalurkan melalui informasi dari satu
generasi ke generasi berikutnya (Mundy, 1995).
Walaupun pengetahuan mengenai apa yang dimakan, makanan untuk balita,
pengolahan makanan, penyajian makanan, dan sebagainya telah diperoleh
melalui
sosialisasi
dan
enkulturasi
dalam
kebudayaan,
pengetahuan-
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
peningkatan
mutu
pendidikan
dan
pelayanan
kesehatan
amat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
bersangkutan, maka dapat saja timbul distribusi konsumsi pangan yang tidak
baik diantara anggota keluarga (Suhardjo, 1989).
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
lebih. Kegemukan merupakan tanda pertama yang biasa dilihat dari keadaan
gizi lebih.
3. Gizi salah, yaitu keadaan patologik (tidak sehat) yang disebabkan oleh makanan
yang kurang atau berlebihan dalam satu atau lebih zat esensial dalam waktu
lama. Di negara-negara sedang berkembang jenis utama gizi salah yang
disebabkan kurang gizi dalam waktu yang lama adalah kombinasi salah gizi
energi-protein, anemia kurang besi, kurang vitamin A dan gondok.
Status gizi merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan makanan. Susunan makanan yang memenuhi
status gizi tubuh, pada umumnya dapat menciptakan status gizi yang
memuaskan.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi individu dan distribusi makanan dalam
keluarga serta tingkat kesukaan individu. Konsumsi individu diperoleh dari
konsumsi pangan dalam rumah tangga, sedangkan konsumsi pangan dalam
rumah tangga dipengaruhi oleh persediaan pangan dan tingkat kesukaan.
Pangan yang ada dalam rumah tangga tergantung dari pendapatan rumah tangga
dan persediaan pangan, sedangkan persediaan pangan serta pendapatan
dipengaruhi oleh persediaan pertanian dan pembangunan daerah (Roedjito,
1987).
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Status gizi adalah keadaan kesehatan yang diakibatkan oleh adanya interaksi
antara makanan, tubuh dan lingkungan hidup manusia. Status gizi diukur
dengan cara yaitu (Direktorat Bina Gizi, 1992).
a. Antropometri, yaitu mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lemak dibawah kulit.
b. Klinik, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh ahli medis, biasanya yang
melakukan adalah dokter.
c. Laboratorium, yaitu pemeriksaan darah, urine, tinja.
d. Dietetik, yaitu pemeriksaan jenis, jumlah, komposisi makanan yang dikonsumsi
oleh individu.
Pengukuran status gizi balita pada umumnya menggunakan antropometri yaitu
dengan cara mengukur tinggi badan atau menimbang berat badan. Berat badan
merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan, tulang, otot, lemak dan cairan
tubuh, ukuran antropometri berat badan yang terbaik untuk status gizi dengan
keadaan tumbuh kembang pada waktu sekarang. Sedangkan tinggi badan
bertambah sesuai dengan kecepatan pertumbuhan balita karena itu tinggi badan
dapat dipakai sebagai petunjuk keadaan gizi balita untuk waktu yang lampau
(Soetjiningsih, 1994).
Status gizi yang ditentukan oleh keterbatasan dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi pada waktu yang tepat ditingkat sel semua zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal semua
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
anggota badan. Oleh karena itu, pada prinsipnya status gizi ditentukan oleh dua
hal sebagai berikut : (Persagi, 1990)
a. Terpenuhinya dari makanan semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh.
b. Peranan faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut.
Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya, demikian juga pada
keluarga yang mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia
akan dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsinya.
Pengetahuan gizi seseorang didukung dari latar belakang pendidikannya.
Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam
menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan sekalipun di
daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan (sayuran dan buah)
serta pelayanan kesehatan yang memadai yang dapat menyampaikan informasi
tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Pendidikan gizi diperlukan karena kenyataan menunjukkan bahwa suatu
keadaan kesehatan tidaklah dipengaruhi oleh hanya satu faktor diantara
berbagai faktor yang ada, faktor perilaku manusia memegang peranan penting.
Pendidikan gizi bukan hanya memberikan informasi gizi secara formal tetapi
merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja, sepanjang dapat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Kecukupan makanan
Keadaan kesehatan
Pemanfaatan
Ketahanan makanan
Pendidikan Keluarga
Struktur Ekonomi
Potensi Sumber
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Berdasarkan sifat-sifat ini maka indeks BB/U digunakan sebagai salah satu
indikator status gizi dan karena sifatnya berat badan yang labil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kelemahan. Adapun kelebihannya adalah :
a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
b. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
c. Dapat mendeteksi kegemukan.
Untuk menentukan klasifikasi status gizi menurut rekomendasi WHO (NCHS
WHO) digunakan Z Score (Standar deviasi) sebagai batas ambang yang dibagi
menjadi empat klasifikasi yaitu (Supariasa, 2002):
a. Status gizi buruk bila < 3SD.
b. Status gizi kurang bila -3SD dan < -2SD
c. Status gizi baik bila 2SD dan < +2SD.
d. Status gizi lebih bila +2SD.
Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan grafik sebagai berikut :
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Baik
-3
-2
-1
+1
+2
+3
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Penyebab langsung seperti diuraikan diatas timbul karena tiga faktor sebab
tidak langsung, yaitu (1) tidak cukup tersdia pangan atau makanan dikeluarga, (2)
pola pengasuhan anak yang tidak memadai, dan (3) keadaan sanitasi yang buruk
dan tersedia air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Ketiga
faktor penyebab tidak langsung tersebut itu tidak berdiri sendiri tetapi saling
berkaitan.
Tidak
kerawanan
cukupnya
persediaan
pangan
dikeluarga
menunjukan
adanya
mencukupi kebutuhan pangan, baik jumlah maupun mutu gizinya, bagi seluruh
anggota keluarga belum terpenuhi. Ketahanan pangan keluarga terkait dengan
ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau
sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi
dan kesehatan.
Pola pengasuhan anak adalah sikap dan prilaku ibu atau pengasuh lain dalam
hal kedekatannya denagn anak, memberi makan, merawat, menjag kebersihan,
memberikan kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya itu sangat berpengaruh
pada tumbuh kembang anak. Pola asuh yang tidak memadai dapat menyebab anak
tidak suka makan atau tidak diberikan makanan seimbang, dan juga dapat
memudahkan terjadinya infeksi. Pola asuh anak berhubungan dengan keadaan ibu,
seperti kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan
tentang pengasuhan anak yang baik , peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari
si ibu atau pengasuh anak.
Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan
kebersihan lingkungan besar pengaruhnya terhadap pengasuhan anak. Demikian
pengasuhan anak yang baik memerlukan pelayanan kesehatan yang seperti
imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak,
pendidikan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu,
puskesmas, pratek bidan atau dokter, dan rumah sakit. Makin tersedia air bersih
yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap
pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang
kesehatan dan gizi, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi
termasuk KEP.
Ketiga faktor tidaklangsung tersebut saling berkaitan dan bersumber pokok
masalah yang ada di masyarakat yaitu diberdayakannya sumber daya masyarakat,
terutama sumberdaya perempuan akibat kurangnya pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan keluarga untuk dapat memecahkan masalah gizi keluarga dan
masyarakat. Ketidak berdayaan keluarga tersebut dimuka bersumber pada akar
masalah yang ada pada masyarakat yaitu kerawanan pangan dan kemiskinan yang
diakibatkan oleh kemunduran ekonomi negara sehingga banyak pengangguran,
meningkatkan harga terutama harga pangan (inflasi).
Semua masalah diatas pada hakekatnya dapat bersumber pada ketidakstabilan
ekonomi, politik dan sosial bangsa dan negara. Untuk lebih singkatnya dapat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
digambarkan daya tahan tubuh balita dalam konteks sosial, politik dan budaya
sebagaimana berikut (Soekirman, 2000):
Dampak
Penyebab langsung
Penyebab tidak
langsung
Kekurangan Gizi
Makan
Tidak Seimbang
Tidak Cukup
Persediaan
Pangan
Penyakit Infeksi
Tidak
M
d i
Pokok Masalah
di Masyarakat
Akar Masalah
(nasional)
Krisis
Ekonomi,Politik
Gambar 2.3. Penyebab Gizi Kurang (disesuaikan dari bagan UNICEF (1998)
The State of the World's Children 1998. Oxford Univ. Press)
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
meliputi
pendidikan,
pekerjaan,
penghasilan,
suku/etnis,
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sosial Budaya
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Suku/Etnis
Tradisi/Kebiasaan
Pengetahuan
Pola Makan
Balita Pada
Keluarga
(kuantitas/
Kualitas)
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei dengan menggunakan disain Cross Sectional
Study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak
diikuti terus menerus dalam kurun waktu tertentu (Notoadmojo, 2002).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Medan Area, dikarenakan pada
kecamatan ini banyak balita yang mengalami gizi kurang (Profil Dinas Kesehatan
Kota Medan, 2006). Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 9 (sembilan)
bulan, mulai bulan April - Desember 2007. Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari
penelusuran pustaka, konsultasi, seminar proposal dan dilanjutkan dengan
penelitian di lapangan (pengumpulan data), analisa data dan penyusunan laporan
penelitian.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak
usia 6-24 bulan yang berasal dari keluarga yang tinggal dalam wilayah kerja
Puskesmas di Kecamatan Medan Area yang berjumlah 2960 orang. Namun tidak
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
termasuk anak dari keluarga etnis China, dikarenakan tidak tercantum dalam data
Puskesmas maupun data posyandu.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah anak usia 6 24 bulan yang ditimbang dan ibu sebagai
responden yang diwawancarai, diambil dari populasi, dimana jumlahnya ditentukan
dengan menggunakan rumus sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu
populasi, yaitu (Sastroasmoro, 1995) :
Z PQ
n=
d
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Medan Area. Kemudian nama diambil secara acak dengan menggunakan gulungan
kertas yang telah tertulis nama balita (sistem undian).
3.4. Metoda Pengumpulan Data
Sebelum data dikumpulkan, terlebih dahulu kuesioner diuji validitasnya
dengan melakukan uji realibilitas pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Setelah diketahui kusioner layak diajukan, selanjutnya dilakukan pengumpulan
data.
Pengumpulan data dilakukan untuk jenis data :
1. Data Primer.
Dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada responden dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data primer yang
dikumpulkan adalah semua data yang termasuk variabel independent dan variabel
dependen. Wawancara dilakukan dengan mengunjungi rumah responden yang
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah diberikan
pelatihan sebelum ke lapangan.
Data status gizi balita dikumpulkan dengan melakukan pengukuran berat
badan dan mencatat data anak usia 6 24 bulan. Berat badan diukur dengan
memakai alat ukur timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg.
2. Data Sekunder.
Dikumpulkan dari laporan bulanan, triwulan dan tahunan di Puskesmas
Kecamatan Medan Area dan data dari laporan/catatan kantor kelurahan atau camat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
atau instansi terkait lain yang berkenaan dengan data-data gambaran daerah
penelitian.
Adapun usaha reabilitas dan validitas data yang dikumpulkan adalah sebagai
berikut :
a. Validitas alat ukur seperti timbangan.
b. Pengukuran dilakukan dua kali seperti penimbangan berat badan, pengukuran
tinggi badan
c. Melatih enumerator atau pengumpul data dalam pengumpulan data, misal
melatih cara menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, menyamakan
persepsi tentang kuesioner.
d. Uji kuesioner di luar sampel penelitian. (hasil uji pada Lampiran 2)
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan responden
diluar sampel penelitian diperoleh r-tabel = 0.514 dari N=15 orang dan taraf
signifikansi 95% ternyata skore tiap pertanyaan lebih dari nilai r-tabel. Hal ini
menunjukan bahwa semua kuesioner valid dan layak diajukan kepada sampel
penelitian dan tidak dibutuhkan revisi kembali, sebagaimana dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Pertanyaan
Pengetahuan1
Total
Keterangan
.778**
.001
Valid
0.778 > 0.514
15
Pengetahuan 2
.868**
.000
Valid
0.868 > 0.514
15
Pengetahuan 3
.652*
Valid
.011
15
Pengetahuan 4
.773**
.001
Valid
0.773 > 0.514
15
Pengetahuan 5
.656*
Valid
.011
15
Pengetahuan 6
.778**
.001
Valid
0.778 > 0.514
15
Pengetahuan 7
.925**
.000
Valid
0.925 > 0.514
15
Pengetahuan 8
.638*
Valid
.010
15
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Penghasilan
Tradisi/kepercayaan
Suku/etnis
Pengetahuan
Status
gizi
Definisi Operasional
Tingkat pendidikan
orang tua yang didapat
secara formal seperti
SD, SLTP, SLTA, PT
Jenis pekerjaan orang
tua yang meliputi
PNS/TNI/Polri,
karyawan swasta,
wiraswasta, buruh, dll.
Tingkat pendapatan
yang didapat keluarga
setiap bulannya, yang
dihitung berdasarkan
rupiah
Kepercayaan terhadap
ada tidaknya makanan
pantangan pada balita
Suku bangsa orang tua
yang terdiri dari Jawa,
Batak Toba, Karo,
Mandailing, Nias,
Minang, dll.
Segala sesuatu yang
diketahui ibu tentang
kesehatan dan gizi
Keadaan keseimbangan
gizi yang diukur dari
indeks antropometri
(berat badan disesuaikan
dengan usia)
Alat Ukur
Kuesioner
Skala
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ratio
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Ordinal
Timbangan
Ordinal
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
1. baik, jika batasan Z-score NCHS-WHO masuk dalam status gizi baik ( -2
SD
sampai +2 SD).
2. tidak baik, jika ada dalam batasan Z-score NCHS-WHO masuk dalam status
gizi kurang ( < -2 SD sampai > -3 SD), status gizi buruk ( 3 SD), dan status
gizi lebih (> +2 SD).
suku/etnis,
tradisi/kebiasaan,
pendidikan,
pekerjaan,
penghasilan,
pengetahuan pada orang tua yang memiliki anak usia 6 24 bulan, serta status
gizinya.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1.
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Puskesmas
Jumlah Kelurahan
1.
Kota Maksum
112,40 H
2.
Sukaramai
150,23 H
3.
153,10 H
Jumlah
415,73 H
12
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
KK
Wilayah Kerja
Puskesmas
Laki-laki
Jumlah Total
Perempuan
Kota Maksum
8657
39,8
18011
32,9
17857
33,2
38045
35,1
Sukaramai
6603
30,3
20673
37,8
19643
36,5
40316
37,2
Medan Area
Selatan
Jumlah
6476
29,7
15951
29,1
16212
30,1
32163
29,6
21736
100
54635
50,4
53712
49,5
108347
100
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Area pada tahun 2006 sebanyak 108.347
jiwa yang terdiri dari 54.633 laki-laki (50,4%) dan 53.712 perempuan (49,5%).
N
782
%
35,0
Medan Area
Selatan
N
%
337
15,1
6050
34.3
4588
26.0
6989
39.6
31
-
34,3
-
50
-
55,5
-
9
21
10
100
9639
41,9
6464
28,1
6900
29,9
237 37,1
Pensiun
1706
Jumlah
41,4
9
Total
Sumber : Badan Pusat Statistik 2006
254
1213
8
39,8
147
1194
5
23,0
Pekerjaan
Pegawai
Petani
Pedagang
Negeri
Swasta
ABRI
-
Penduduk
Kecamatan
Medan
Sukarame
29,4
29,0
Jumlah
N
2231
1762
7
90
21
2300
3
638
4115
2
%
5,4
42.8
0,2
0,05
55,8
1,5
100
pencaharian pedagang yaitu 55,8 persen sedangkan pegawai swasta 42,8 persen,
pegawai negeri 5,4 persen, pensiunan 1,5 persen, ABRI 0,2 persen dan petani 0,05
persen.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Tabel 4.4. Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Tiga
Puskesmas di Kecamatan Medan Area tahun 2006
Puskesmas
Jumlah
Kelahiran
Jumlah
Lahir Mati
Jumlah
Bayi Mati
Jumlah
Balita
Jumlah
Balita
Mati
Kota Maksum
1080
4.582
Sukaramai
1027
3.908
732
2.696
2.839
11.186
Medan Area
Selatan
Jumlah
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Maksum paling tinggi dibandingkan dengan Sukaramai dan Medan Area Selatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5. Cakupan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu di Wilayah
Kerja Tiga Puskesmas di Kecamatan Medan Area Tahun 2007
Kecamatan
Kota Maksum
Sukaramai
Medan Area
Selatan
Rata-Rata
Jumlah
Bayi Yang
Memiliki
KMS (%)
Partisipasi
Masyarakat
(%)
Pencapaian
Program
(%)
89,0
86,4
89,2
80,7
75,0
74,6
Cakupan
Efek
Program
(%)
89,0
93,0
85
81
76,5
93,0
86,8
-
83,6
-
75,4
-
91,6
-
65
BGM
44
16
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Tingkat Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
PT/Akademi
Jumlah
n
13
24
56
14
107
%
12,1
22,4
52,3
13,1
100,0
Tabel 4.6 menunjukkan tingkat pendidikan yang ditempuh ayah adalah SLTA
yaitu 56 orang (52,3 %). Hal ini menunjukan bahwa tinggkat pendidikan ayah
sebagian besar tinggi yang dapat berhubungan kepada status gizi anak.
n
70
37
107
%
65,4
34,6
100,0
Pada Tabel 4.7 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah pada kategori tinggi
sebanyak 70 orang (65,4 %), dan kategori rendah sebanyak 37 orang (34,6%).
Sebagian besar pendidikan ayah adalah pada kategori tinggi yang dapat
berhubungan dengan status gizi anak.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Tingkat Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
PT/Akademi
Jumlah
n
18
24
55
10
107
%
16,8
22,4
51,5
9,3
100,0
Pada Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu terbanyak
adalah SLTA sebanyak 55 orang (51,5 %) dan yang paling sedikit adalah
PT/Akademi yaitu 10 orang (9,3 %). Dari tabel tersebut menunjukan bahwa
pendidikan ibu sudah menggambarankan kategori yang baik yaitu tinggi.
n
65
42
107
%
60,7
39,3
100,0
Pada Tabel 4.9 diatas diketahui bahwa kategori tingkat pendidikan tinggi
yaitu 65 orang (60,7 %), dan kategori tingkat pendidikan rendah yaitu 42 orang
(39,3 %). Hal ini menunjukan tingginya tingkat pendidikan ibu yang akan
berhubungan pada status gizi anak.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
4.2.2. Pekerjaan
Pekerjaan ayah dan ibu dikategorikan menjadi pekerjaan dengan penghasilan
tetap dan pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap yang dapat dilihat dalam tabel
berikut
n
22
85
107
%
20,6
79,4
100,0
Dari Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 85 orang (79,4 %)
ayah yang pekerjaan tidak tetap. Dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar ayah bekerja sebagai wiraswasta atau dikategorikan pada pekerjaan
tidak tetap.
n
10
97
107
%
9,3
90,7
100,0
Pada Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu adalah ibu
yang pekerja tidak tetap yaitu 97 orang (90,7%). Di lapangan ditemukan bahwa
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
sebagian besar ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya dirumah
atau dikategorikan ibu dengan pekerjaan tidak tetap.
4.2.3. Penghasilan
Penghasilan keluarga dikategorikan dengan penghasilan di atas rata-rata dan
penghasilan di bawah rata-rata yang diperoleh dari penghasilan tertinggi keluarga
sebesar Rp. 5.000.000,- dan penghasilan keluarga terendah sebesar Rp. 200.000,dengan nilai rata-ratany sebesar Rp. 1.065.400,- yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
28
26,2
79
73,8
107
100,0
Pada Tabel 4.12 diatas diketahui bahwa kategori pendapatan diatas ratarata sebanyak 28 orang (26,2%) dan kategori pendapatan dibawah sebanyak 79
orang (73,8%).
4.2.4. Suku/Etnis
Suku dari orang tua anak usia 6 24 bulan terdiri dari beberapa yang dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut :
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Suku/Etnis
Batak Toba
Batak Mandailing
Jawa
Melayu
Minang
Nias
Lain-lain
Jumlah
n
5
15
31
5
45
1
1
107
%
4,7
17,8
29,0
4,7
42,1
0,9
0,9
100,0
Pada Tabel 4.13 di atas diketahui bahwa suku/etnis ayah yang terbanyak
adalah pada suku minang, yaitu 45 orang (42,1 %). Sedangkan terdapat 1 orang (0,9
%) pada lain-lain yaitu suku Aceh.
Tabel 4.14. Distribusi Suku/Etnis Ibu di Kecamatan Medan Area Kota Medan
Tahun 2007
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Suku/Etnis
Batak Toba
Batak Mandailing
Batak Karo
Jawa
Melayu
Minang
Nias
Lain-lain
Jumlah
Dari
Tabel
terbanyak adalah
4.14
suku
di atas
n
3
12
1
26
7
55
1
2
107
diketahui
bahwa
suku/etnis
%
2,8
11,2
0,9
24,3
6,5
51,4
0,9
1,9
100,0
ibu
yang
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
4.2.5. Tradisi/Kebiasaan
Ada tidaknya pantangan makanan dalam keluarga atau yang biasa disebut
tradisi/kebiasaan makan keluarga dapat diketahui pada tabel berikut :
N
19
88
107
%
17,8
82,2
100,0
Ada tidaknya pantangan pada anak diketahui dengan melihat ada tidaknya
satu jenis atau lebih makanan yang tidak boleh dikonsumsi anak. Dari Tabel 4.15
diketahui bahwa sebagian besar tidak ada pantangan bagi ibu untuk memberikan
makanan pada anak yaitu 82,2 persen.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Suku/Etnik
Batak Toba
Batak Mandailing
Jawa
Melayu
Minang
Nias
Lain-lain
Jumlah
Tradisi/Kebiasaan
Ada
Tidak ada
Pantangan
pantangan
n
%
n
%
1
20,0
4
80,0
2
10,5
17
89,5
5
16,1
26
83,9
0
0
5
100,0
11
24,4
34
75,6
0
0
1
100,0
0
0
1
100,0
19
17,8
88
82,2
Jumlah
n
5
19
31
5
45
1
1
107
%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Dari Tabel 4.16 diketahui bahwa terdapat beberapa suku ayah yang tdak
pantangan makanan pada anak, yaitu pada ayah suku/etnik Melayu, Nias dan Suku
lainnya.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Suku/Etnik
Batak Toba
Batak Mandailing
Batak karo
Jawa
Melayu
Minang
Nias
Lain-lain
Jumlah
Tradisi/Kebiasaan
Ada
Tidak ada
Pantangan
pantangan
n
%
n
%
1
3,3
2
66,7
1
8,3
11
91,7
0
0
1
100,0
4
15,4
22
84,6
1
14,3
6
85,7
11
20,0
44
80,0
0
0
1
100,0
1
50,0
1
50,0
19
17,8
88
82,2
Jumlah
n
3
12
1
26
7
55
1
2
107
%
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Dari Tabel 4.17 diketahui bahwa pada suku/etnik minang terdapat 20%
ibu memberi pantangan makanan pada anak, meskipun tidak begitu besar
jumlahnya pada suku-suku lain. Dari hasil penelitian diketahui bahwa makanan
yang dipantangkan oleh ibu kepada anak dengan alasan kesehatan saja, bukan
karena pantangan dari suku/etnik ibu.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
4.2.6. Pengetahuan
Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan
dengan kategori baik dan pengetahuan dengan kategori kurang baik yang dapat
dilihat lebih jelas pada tabel berikut ini :
n
22
85
107
%
20,6
80,4
100,0
Meskipun sebagian besar tingkat pendidikan ibu sudah tinggi, ternyata ibu
masih kurang pengetahuannya terhadap kesehatan. Pada Tabel 4.18 di atas dapat
dketahui bahwa sebagian besar ibu memliki pengetahuan kurang baik, yaitu
sebanyak 85 ibu (80,4 %).
4.3.
status gizi baik, status gizi kurang dan status gizi buruk yang dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Status Gizi
Jumlah
n
68
30
9
107
%
63,6
28,0
8,4
100,0
Dari hasil pengukuran berat badan anak diperoleh bahwa sebagian besar anak
berstatus gizi baik. Seperti terlihat pada Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa status
gizi baik adalah sebanyak 68 orang (63,6 %), status gizi kurang sebanyak 30 orang
(28,0 %) dan status gizi buruk sebanyak 9 orang (8,4 %).
n
68
39
107
%
63,6
36,4
100,0
Satus gizi anak anak yang kemudian dikategorikan kedalam 2 kategori yaitu
baik dan tidak baik diperoleh hasil bahwa sebagian besar anak berada pada kategori
baik. Dimana pada Tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa kategori status
gizi baik adalah 68 orang (63,6 %), sedangkan kategori tidak baik sebanyak 39
orang (36,4%).
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
4.4.
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Tingkat Pendidikan Ibu dan
Ayah di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
Kategori Pendidikan
Status Gizi
Baik
Tidak baik
N
%
n
%
Jumlah
n
Pendidikan Ayah
Tinggi
Rendah
47
21
67,1
56,8
23
16
32,9
43,2
70
100,0
37
100,0
P = 0,395
Pendidikan Ibu
Tinggi
Rendah
20
48
47,6
73,8
22
17
52,4
26,2
42
100,0
65
100,0
P = 0,011
Dari Tabel 4.21 diatas dapat diketahui bahwa diantara 37 ayah yang tingkat
pendidikannya rendah, terdapat 16 (43,2%) ayah yang memiliki anak yang status
gizi tidak baik, dan dari 70 ayah yang tingkat pendidikannya tinggi, terdapat 23
(32,9%) ayah yang memiliki anak yang status gizi tidak baik. Dari hasil uji terdapat
nilai p adalah 0,395 (p>0,05) maka menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ayah dengan status gizi anak usia 6-24 bulan.
Diantara 42 ibu yang tingkat pendidikannya tinggi, ada 47,6 persen ibu yang
memiliki anak yang status gizi baik, dan dari 65 ibu yang tingkat pendidikan rendah
terdapat 48 (73,8%) ibu yang memliki anak yang status gizi baik. Dari hasil uji
didapat p=0,011 (p<0,05), maka hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak. Dimana semakin baik tingkat
pendidikan ibu maka status gizi anak akan semakin baik.
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pekerjaan Ibu dan Ayah
di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
Kategori Pekerjaan
Status Gizi
Baik
Tidak baik
N
%
n
%
Jumlah
N
Pekerjaan Ayah
Penghasilan Tetap
Penghasilan Tidak Tetap
17
51
77,3
60,0
5
34
22,7
40,0
22
100,0
85
100,0
P = 0,211
Pekerjaan Ibu
Penghasilan Tetap
Penghasilan Tidak Tetap
3
65
30,0
67,0
7
32
70,0
33,0
10
100,0
97
100,0
P = 0,031
Dari Tabel 4.22 diatas dapat diketahui bahwa diantara 22 ayah yang memiliki
pekerjaan dengan penghasilan tetap, terdapat 5 (22,7%) ayah yang memiliki anak
yang status gizi tidak baik, sedangkan dari 85 ayah yang berpenghasilan tidak tetap
terdapat 34 (40,0%) ayah yang memiliki anak yang status gizi tidak baik. Dari hasil
uji terdapat nilai p adalah 0,211 (p>0,05) maka menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi anak usia 6 24 bulan.
Diantara 10 ibu yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan tetap, ada
30,0% ibu yang memiliki anak yang status gizi baik, sedangkan dari 97 ibu yang
berpenghasilan tidak tetap terdapat 65 (67,0%) ibu yang memiliki anak yang status
gizi baik. Dari hasil uji didapat p=0,0031 (p<0,05), maka menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak usia 6 24 bulan.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Penghasilan Keluarga
Tinggi ( rata-rata Rp 1.065.400)
Rendah (< rata-rata Rp.1.065.400)
Jumlah
Status Gizi
Baik
Tidak baik
n
%
n
%
15 53,6
13 46,4
53 67,1
26 32,9
68 63,6
39 36,4
Jumlah
n
%
28
100,0
79 100,0
107
100,0
p =0,294
Tradisi/Kepercayaan
Ada pantangan Makanan
Tidak Ada Pantangan
Makanan
Jumlah
Status Gizi
Baik
Tidak baik
N
%
n
%
Jumlah
n
10
52,6
47,4
19
100,0
58
65,9
30
34,1
88
107
68
63,6
39
36,4
107 100,0
p =0,408
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hasil
analisa
Pengetahuan Ibu
Baik
Kurang baik (Sedang)
Jumlah
Status Gizi
Baik
Tidak baik
N
%
n
%
9
40,9
13
59,1
59
69,4
26
30,6
68
63,6
39
36,4
Jumlah
n
%
22 100,0
85 100,0
107 100,0
P=0,026
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa diantara 22 ibu yang berpengetahuan
baik memiliki 13 anak (59,14%) dengan status gizi tidak baik, sedangkan diantara
85 ibu yang pengetahuannya kurang baik terdapat 26 anak (30,6%) dengan status
gizi tidak baik. Dari hasil uji statistik ditemukan nilai p = 0,026 maka ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan tatus gizi anak usia 6 24 bulan di
kecamatan Medan Area.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 5
PEMBAHASAN
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
mengandung zat kimia dan penyedap rasa yang berlebihan dan minuman terlalu
dingin. Hal ini berbeda dengan tingkat pengetahuan ibu yang sebagian besar masih
kurang (80,4 %).
5.2.
dan tidak baik, dimana yang termasuk kategori baik adalah status gizi baik dan
yang termasuk kategori tidak baik adalah status gizi kurang, buruk dan lebih. Hasil
penelitian di lapangan diperoleh sebagian besar status gizi anak baik (63,6%) atau
dalam kategori baik, sedangkan 36,4 persen masih pada kategori tidak baik, dimana
terdapat 28 persen berstatus gizi kurang dan 8,4 persen anak dengan gizi buruk.
Angka status gizi kurang dan buruk untuk kecamatan ini, masih lebih besar dari
angka hasil laporan pemantauan status gizi untuk kota Medan tahun 2007, yaitu gizi
kurang 21,8 persen dan status gizi buruk 5 persen, (Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Utara, tahun 2007).
Banyak hal yang menyebabkan status gizi anak menjadi terganggu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penyebab secara langsung diantaranya adalah
kurangnya informasi yang memadai dan penghasilan keluarga yang masih banyak
dibawah rata-rata (73,8 %). Dimana hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan
bahan pangan keluarga, karena pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas makanan, (Berg, 1989). Di lain pihak sebagian
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
kekurangan gizi akan bisa diatasi apabila orang mengetahui bagaimana seharusnya
memanfaatkan sumber yang dimiliki, (Berg, 1989).
Banyak ibu yang tidak lagi menimbang berat badan anaknya secara rutin ke
Posyandu, akibatnya ibu tidak mengetahui bagaimana pertumbuhan anak yang
semestinya. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang bagaiman
cara memantau pertumbuhan anak melalui posyandu, karena kebanyakan ibu tidak
mengerti bagaimana mengetahui anak yang sehat melalui kartu menuju sehat
(KMS) (56,1 %), meskipun mereka mengetahui manfaat dari penimbangan anak
rutin tiap bulannya (88,8%). Kartu Menuju Sehat (KMS) yang akan
menggambarkan status gizi balita tersebut. Rangkaian kegiatan pemantauan tumbuh
kembang balita di posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan (KMS)
dan penyuluhan sederhana (Departemen Kesehatan RI, 2002).
Dari data Puskesmas Medan Area, kita ketahui bahwa partisipasi masyarakat
untuk datang ke posyandu (D/S) sudah baik yaitu rata-rata 83,6 persen. Angka ini
menunjukkan sudah mencapai target yang diinginkan yaitu 80 persen. Tetapi
keadaan status gizi yang baik di Medan Area masih 63,6 persen. Hal ini karena
masih banyak faktor yang mempengaruhi status gizi anak, bukan hanya karena
masalah ibu tidak datang membawa anak ke posyandu.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
5.3.
Medan Area, bahwa pendidikan ibu mempunyai hubungan dengan status gizi anak.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
orang yang tinggal disuatu daerah yang sama biasanya tidak berbeda, kebiasaan
makan dibentuk dari sejak anak (usia muda) dan dalam waktu yang lama dan
dipengaruhi oleh ekologi (lingkungan).
persen.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Pengetahuan ini akan mendukung ibu dalam merawat dan mengasuh anak termasuk
pemberian makan pada anak, sehingga akan berdampak kepada status gizi anak.
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan respon tertutup yang belum
diekspresikan ke tindakan, dan belum dapat dilihat/diamati orang lain secara jelas.
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang pengetahuannya kurang baik
memiliki anak dengan status gizi baik lebih tinggi (69,4 %) dibandingkan ibu yang
pengetahuannya baik (40,9 %). Hal ini bisa saja terjadi, dikarenakan banyak faktor
yang mempengaruhi status gizi anak diantaranya faktor lingkungan, penyakit
infeksi dan lain sebagainya. Dimana dengan kondisi lingkungan di Kecamatan
Medan Erea yang dapat digolongkan kurang baik karena padatnya penduduk,
perumahan yang kurang sehat, kebersihan yang masih kurang dan lain sebagainya
menyebabkan anak mudah terserang berbagai macam penyakit termasuk penyakit
infeksi yang secara langsung mempengaruhi status gizi anak. Selain itu dilapangan
juga dijumpai ibu yang memiliki pengetahuan baik, namun pada prakteknya masih
kurang. hal ini dikarenakan anak diasuh oleh orang lain ataupun tingkat ekonomi
yang tidak memadai untuk mendukung tingkat pengetahuan yang baik tersebut.
Ibu-ibu yang memiliki pengetahuan lebih baik biasanya memiliki pendidikan
yang lebih tinggi, sedangkan ibu
mempunyai kesempatan untuk bekerja di luar rumah, sehingga pola asuh anak
dalam keluarga menurun, karena waktu ibu lebih banyak digunakan diluar rumah
daripada untuk mengasuh anak, hal ini dapat menyebabkan status gizi anak tidak
baik.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta sesuai dengan tujuan
penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan pendidikan ayah dengan status gizi anak (p = 0,395),
dimana pada kelompok status gizi anak yang baik tidak mempunyai
perbedaan antara ayah dengan pendidikan tinggi (67,1 %) dan pendidikan
rendah (56,8 %).
2. Pendidikan ibu mempunyai hubungan dengan statu gizi anak (P = 0,011)
dengan arah hubungan yang negatif, dimana ibu yang berpendidikan rendah
mempunyai anak dengan status baik (73,8 %) lebih banyak dibandingkan
ibu yang berpendidikan tinggi (47,6 %).
3. Tidak ada hubungan pekerjaan ayah dengan status gizi anak (P = 0,211),
imana ayah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan tetap dan tidak tetap
sama-sama memiliki anak dengan status gizi baik.
4. Pekerjaan ibu mempunyai hubungan dengan status gizi anak (P = 0,031),
dimana ibu yang bekerja lebih banyak di rumah (berpenghasilan tidak tetap)
mempunyai lebih banyak anak dengan status gizi baik (67,0 %) dari pada
ibu yang bekerja di luar ruamah (berpenghasilan tetap).
5. Penghasilan keluarga yang diatas atau sama dengan Rp.1.065.400,- maupun
dibawah Rp.1.065.400,- tidak mempunyai hubungan dengan status gizi
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpiulan diajukan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan dalam pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan kulitas
anak balita khususnya anak usia 6 24 bulan di Kecamatan Medan area Kota
Medan, adapun saran tersebut sebagai berikut :
1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan, bahwa :
a. Dalam menyusun kegiatan perencanaan pada bidang kesehatan,
khususnya kegiatan upaya peningkatan status gizi masyarakat agar
mempertimbangkan faktor sosial budaya.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
b. Secara
berkesinambungan
agar
melakukan
supervisi
terhadap
nantinya
dapat
memberikan
bimbingan
maupun
sosial
budaya
(pendidikan,
pekerjaan,
pengetahuan,
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
dalam
meningkatkan
sarana
prasarana
yang
dapat
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Helman, Cecil, 1984, Culture, Health, and Illness, Bristol: John Wright & Sons,
Ltd.
Ikhwansyah, 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Balita di Kecamatan
Kertak Hanyar Kabupaten Banajar,
WWW.yahoo.com 26 Maret 2008
International Food Policy Research Institute. 1997. Care and Nutrition Concepts
and Measurement. Washington DC.
Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Mulia.
Koentjaraningrat. 1993. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Kusuma, Yuli dan Mutalazimah. 2004. Hubungan Pendidikan Dan Pengatahuan
Gizi Ibu dengan Berat Badan Bayi Lahir di RSUD DR. Moewardi Surakarta.
Surakarta. INFOKES, 8(1). www.yahoo.com 18 desember.
Lanner, Lenore J. & Jean-Pierre Habiet. 1989, Concepts about Infants Healt,
Growth and Meaning, A. Comparison Between Nutritional Scientist and
Madurese Mothers, Social Science Medicine, Vol. 29 (1)
Lastoro, Lana. 2006. Belajar menulis Sejarah sosial Masyarakat. SAV PUSKAT
Sinduharjo. Sleman. www.yahoo.com. 4 Januari 2008
Lie Goan Hong. 1995. Pola Makanan Di Indonesia, Aspek Kesehatan dan Gizi
Anak Balita. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Lisdiana. 1997. Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Bandar
Lampung: Trubus Agriwidya.
Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mundy, Pahil, A. 1995. Indegenous Communication and Indigeneos Knowledge.
The Culture Dimention of Development Indigenous Knowledge System.
(D.M. Warren L, J. Slikkerveer & D. Brokensha, ed). Intermediate
Tecnology Publication.
Notoatmojo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Rakhmat Jalaluddin, 1991, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Bebas
Berbahasa
Pendidikan.
Winarno. 1990. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Robson, J.R.K, 1980. Food, Ecology and Cultural, Readings in the Anthropology of
Dictory Practices. Newyork : Gordon and Breach Science Publisher.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6
24 BULAN DI KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN
:
NOMOR RESPONDEN
A. NAMA PEWAWANCARA
B. TANGGAL WAWANCARA
C. WAKTU : PUKUL
:
:
:.s/d..
Indentitas Responden
1. Tanggal Wawancara
:.
2. Nama
:.
3.Agama / Suku
:.
4. Alamat
:.
Usia Anak Balita
1. Berapakah usia anak ibu sekarang ? Sebutkan ..................bulan
2. Tanggal lahir : ......../.........../........... (dd/mm/yy)
Pendidikan Oang Tua
Pendidikan orang tua yang ditamatkan pada jenjang pendidikan terakhir :
Pendidikan
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Akad/S1
Ayah
Ibu
Ayah
Ibu
Penghasilan Keluarga
Penghasilan keluarga yang didapat dalam sebulan, bersumber dari pekerjaan ayah dan ibu :
Rp......................................................................
Tradisi/Kepercayaan
1. Apakah anak ibu mempunyai makanan yang tidak boleh dimakan/dipantangkan ?
a. Ya
b. Tidak
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
2. Jika ya, makanan apa yang tidak boleh dimakan/dipantangkan pada anak ibu ?
(sebutkan) ...............................................................................................................................
3. Kenapa makanan tersebut dipantangkan pada anak ibu ?
a. alasan kesehatan :
(sebutkan).............................................................................................................................
b. alasan dari leluhur :
(sebutkan) ..................................................................................................................................
c. alasan lain :
(sebutkan) ..................................................................................................................................
Suku Orang Tua
Suku
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ayah
Ibu
Batak Toba
Batak Mandailing
Batak Karo
Jawa
Melayu
Minang
Nias
Sunda
lain-lain
...........................
Pengetahuan
1. Apakah anda tahu apa arti anak yang sehat ?
a. Anak yang selalu naik berat badannya (2)
b. Anak yang tidak pernah sakit (1)
c. tidak tahu (0)
2.
(1)
3.
Apakah ibu tahu manfaat dari melakukan penimbangan secara rutin pada anak ?
a. mengetahui secara dini setiap ada gangguan pertumbuhan pada anak (2)
b. dapat mengetahui dengan cepat kepintaran anak (1)
c. tidak tahu (0)
4.
5. Apakah ibu tahu kapan makanan boleh pertama kali dikenalkan pada bayi ?
a. pada usia bayi setelah 6 bulan (2)
b. pada usia bayi sebelum 6 bulan (1)
c. tidak tahu (0)
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Ya (1)
Ya (1)
Tidak (0)
Tidak (0)
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Hasil penimbangan
Berat badan I : ......................kg
Berat badan II : ......................kg
Rata-rata berat badan : Berat badan I + II
= ...................kg
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Lampiran 4
Pengetahuan1
Pengetahuan 2
Pengetahuan 3
Pengetahuan 4
Pengetahuan 5
Pengetahuan 6
Pengetahuan 7
Pengetahuan 8
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Total
Pengetahuan
.778**
.001
15
.868**
.000
15
.652*
.011
15
.773**
.001
15
.656*
.011
15
.778**
.001
15
.925**
.000
15
.638*
.010
15
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Pengetahuan 9
Pengetahuan 10
Pengetahuan 11
Pengetahuan 12
Pengetahuan 13
Pengetahuan 14
Pengetahuan 15
Total
Pengetahuan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Total
Pengetahuan
.571*
.029
15
.652*
.011
15
.574*
.025
15
.638*
.010
15
.516*
.049
15
.515*
.048
15
.516*
.049
15
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.
15
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Reliability Pengetahuan
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded(
15
%
100.0
.0
Total
15
100.0
a)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.678
15
Item Statistics
Pengetahuan 1
Mean
1.67
Std.
Deviation
.488
Pengetahuan 2
2.40
.737
15
Pengetahuan 3
1.20
.561
15
Pengetahuan 4
1.67
.488
15
Pengetahuan 5
1.20
.414
15
Pengetahuan 6
1.67
.488
15
Pengetahuan 7
2.67
.724
15
Pengetahuan 8
2.07
.799
15
Pengetahuan 9
1.87
.352
15
Pengetahuan 10
2.53
.302
15
Pengetahuan 11
1.73
.458
15
Pengetahuan 12
1.20
.561
15
Pengetahuan 13
2.00
.378
15
Pengetahuan 14
1.27
.594
15
Pengetahuan 15
1.60
.507
15
N
15
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008
Item-Total Statistics
Scale Mean
Scale
Corrected
if Item
Variance if
Item-Total
Deleted
Item Deleted Correlation
25.07
17.210
-.271
Pengetahuan 1
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
.716
Pengetahuan 2
24.33
11.667
.823
.573
Pengetahuan 3
25.53
15.124
.210
.672
Pengetahuan 4
25.07
13.495
.731
.617
Pengetahuan 5
25.53
15.981
.060
.684
Pengetahuan 6
25.07
15.067
.277
.665
Pengetahuan 7
24.07
11.495
.883
.564
Pengetahuan 8
24.67
13.238
.426
.641
Pengetahuan 9
24.87
16.981
-.259
.704
Pengetahuan 10
24.20
14.029
.064
.746
Pengetahuan 11
25.00
14.143
.581
.636
Pengetahuan 12
25.53
15.838
.045
.690
Pengetahuan 13
24.73
14.781
.492
.650
Pengetahuan 14
25.47
14.981
.222
.671
Pengetahuan 15
25.13
14.552
.399
.652
Scale Statistics
Mean
Variance
26.73
16.352
Std.
Deviation
4.044
N of
Items
15
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008
USU e-Repository 2008