A.
1.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama
mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya,
didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini,
lembaga berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses Pemberdayaan Masyarakat.
Pada prinsipnya masyarakatlah yang menjadi aktor dan penentu pembangunan. Usulanusulan masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan
menjadi titik pijak bagi program nasional.
Aspek penting dalam suatu program Perberdayaan Masyarakat adalah: program
yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung
keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan kelompok terabaikan lainnya,
dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya setempat,
memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak
terkait terlibat, serta berkelanjutan.
Menjalankan pendekatan Perberdayaan Masyarakat pada tingkat penentu kebijakan
akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya pembangunan yang
semakin terbatas. Hal ini akan meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan
kenyataan setempat dan memperkuat keberlanjutan program karena masyarakat
mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab.
Terdapat sejumlah hambatan kebijakan dan kelembagaan dalam menerapkan
pendekatan Pemberdayaan Masyarakat yang berhasil. Hambatan ini antara lain adalah
terbatasnya komitmen dan pemahaman manajer senior dan para penentu kebijakan
terhadap prinsip dan keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan Pemberdayaan
Masyarakat serta kurangnya orientasi pada klien oleh aparat pemerintah di semua tingkatan.
Di samping itu, hambatan finansial masih membatasi penentuan keputusan tingkat lokal.
Lebih jauh lagi, penyusunan kebijakan rinci menghambat timbulnya kreativitas lokal.
Hambatan lain adalah kekurangan data monitoring dan evaluasi serta masih adanya struktur
pemerintahan dan proses perencanaan yang bersifat membatasi.
Terdapat beberapa strategi dan langkah kunci untuk mempromosikan dasar-dasar
Pemberdayaan Masyarakat dalam penyusunan kebijakan dan program nasional.
Meningkatnya kesadaran dan dorongan untuk membahas tentang kebijakan pada tingkat
manajer senior merupakan komponen yang vital. Program-program yang paling sesuai
dengan pendekatan Pemberdayaan Masyarakat harus diidentifikasi, dan kemampuan untuk
mendukung dan koordinasi di tingkat senior/pusat, haruslah diperkuat. Strategi informasi
dan komunikasi yang mantap akan menyokong diskusi antar-departemen. Hal ini telah
membuktikan pentingnya untuk mengidentifikasi dan membangun kemampuan para 'ahli'
dan 'jawara'/'pendukung proyek' yang mampu membantu orang lainnya. Bukti tentang
efektivitas dan efesiensi pendekatan Pemberdayaan Masyarakat akan membantu dalam
pembangunan komitmen antar para manajer senior dan penentu kebijakan.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
4.
B.
1.
pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek penelitian bukan
pada validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis untuk pengembangan program
itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih
besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA
akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatangunaan program dengan kebutuhan
masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability ) program dapat terjamin.
2.
Prinsip Dasar
Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan
program yang gayut dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan
pendidikannya adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
menganalisa keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui kegiatan
aksi. Dapat disebutkan bahwa PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode
yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri,
agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan (Chambers, 1995).
Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :
iii. Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari
anggota tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadap penggalian
informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
e. Optimalisasi hasil, orientasi praktis, dan keberlanjutan program
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang trampil,
partisipasi masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil
dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya
kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang
berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup. Orientasi PRA adalah pemecahan
masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi
yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang
pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah daripada
kesimpulan yang hampir benar. Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat
bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut.
Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar
PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama
masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan
program.Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sbb.:
Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi
tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atasdasar
masalah dan potensi setempat.
Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas
berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di
tingkat yang lebih besar.
Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masyarakat.
Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang
telah disusun.
Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah
yang telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
Permasalahan
Meningkatnya secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan menyebabkan
sedemikian terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup
mendasar akan prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu
tinggi akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa masalah yang timbul akibat
merebaknya penggunaan metode PRA adalah :
Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang
formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang
mendasarinya.
Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan
tanpa tujuan yang jelas.
Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.
Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk
menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program
pengembangan masyarakat.
f. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
g. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan
yang rutin dan membosankan.
5.
Teknik PRA
Beberapa teknik penerapan PRA antara lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran
Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana
Kegiatan, (e) Focus Group Discussion, (f) Pemetaan, dll.
Bahan Bacaan
Anonim, 1994. Berbuat Bersama Berperan Setara. Studio Driya Media, Bandung.
Chambers, R. 1996. Memahami Desa Secara Partisipatif. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Grandstaff,S.W., Grandstaff,T.B. dan Lovelace,G.W. 1990. Summary Report International
Conference on Rapid Rural Appraisal, Khon Kaen University. Ed.