TINJAUAN PUSTAKA
keperawatan
dapat
meningkatkan
tanggung
jawab
Kebutuhan
Dasar
Manusia
terdiri
dari
kebutuhan
0
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Tidak ada
Warna kulit
Biru / pucat
Apgar Score
1
< 100x / menit
Lambat tak teratur
Ekstremitas agak fleksi
Gerakan sedikit
Tubuh kemerahan, ekstremitas
biru
2
>100 x / menit
Menangis kuat
Gerakan aktif
Gerakan
kuat/melawan
Seluruh
tubuh
kemerahan
C. PATOFISIOLOGI
Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara, proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar terjadi nafas pertama (primary gasping), yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai
pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan
pernafasan mengakibatkan terjadinya gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida
sehingga
menimbulkan
berkurangnya
oksigen
dan
perfusi
jaringan
kurang
baik.
Pada
iskemia
dapat
D. Pathways
10
E. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
adanya
hipovolemia.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi /
hiperventilasi.
F. Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
a. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi
serebralis
b. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
c. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos
d. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
e. Hematologi DIC
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 )
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung,
usaha nafas, tonus otot dan reflek)
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi
4. Pengkajian spesifik
1
11
Tanda klinis
Derajat 1
Derajat 2
Tanda kesadaran
Iritabel
Letargi
Tonus otot
Normal
Hipotonus
Postur
Normal
Fleksi
Reflek tendon/klonus
Hiperaktif
Hiperaktif
Reflek moro
Kuat
Lemah
Pupil
Medriasis
Miosis
Kejang
Tidak ada
Sering terjadi
EEG
Normal
Voltase rendah,
berubah dengan
kejang
Isoelektrik
Durasi
<24 jam
24 jam 14 hari
Beberapa minggu
Hasil akhir
Baik
Bervariasi
Kematian berat
Stupor,koma
Flaksit
Deserebrasi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak bereflek cahaya
Deserebrasi
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah resusitasi neonatus atau
bayi. Semua bayi dengan depresi pernafasan harus mendapat resusitasi yang
adekuat. Bila bayi kemudian terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum, maka
tindakan medis lanjutan yang komprehensif. Tindakan resusitasi neonatorum
akan dipastikan sendiri kemudian, namun pada intinya penatalaksanaan
terhadap asfiksia neonatorum adalah berupa : Tindakan Umum:
1. Pengawasan suhu tubuh
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan
memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak
1
21
jalan
nafas.
Pada
asfiksia
berat
dilakukan
resusitasi
kardiopulmonal.
3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah
lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini
rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang
cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan
yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak
berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan
memukul kedua telapak kaki bayi.
1
31
2.
3.
1
51
1
61
menit
pertama setelah
reaktivitas).
Penampilan
kelahiran
asimetris
(periode pertama
(molding,
edema,
hematoma)
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menagis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek
nerkotik yang menjang)
5. Pernafasan
a) Skor APGAR : skor optimal antara 7-10
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang kreleks umum awalnya
silidrik thorak : kertilago xifoid menonjol umum terjadi.
6. Keamanan
Suhu rentan 36,5 C- 37,5 C. Ada vermiks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
7. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan atau kaki dapat terliahat,
warna merah
muda
atau
kemerahan,
mungkin
belang-belang
1
71
dan mata atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penampakan elektroda internal). ( Manjoer, 2000)
J. Fokus Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
mukus banyak.
Tujuan : pasien mempertahankan jalan nafas paten.
KH
1
81
Intervensi :
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
melakukan penghisapan lendir.
b. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai
kebutuhan
c. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya
penurunan ventilasi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk memeriksa
ADG dan pemakaian alat bantu nafas.
3. Kerusakan pertukaran jaringan berhubungan dengan ketidak
seimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : tidak ada kesulitan pernafasan, PaO2 dalam batas
normal, frekuensi pernafasan dalam batas normal.
KH : akral tidak dingin.
Intervensi :
a. Tentukan dasar upaya pernafasan, pengarahan dinding dada,
warna kulit dan selaput membran.
b. Pertahankan pernafasan dan curah jantung. Catat setiap 30
menit, frekuensi lebih dari 60 x/menit mengindikasikan
bahwa dalam keadaan gawat nafas.
c. Pantau kulit, aktivitas, pertahankan konsentrasi O2 konstan
paling sedikit 15-20 menit sebelum dengan konsentrasi 510%.
1
91