Anda di halaman 1dari 12

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]

LP dan SP Tindakan Keperawatan Risiko Bunuh Diri


Definisi:
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (Captain, 2008).
Etiologi:
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Faktor predisposisi
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
a. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
b. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif
d. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi
media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
Patopsikologi
Semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri
adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi
3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya
respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh
diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Peningkatan verbal/non verbal
Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri
Ancaman bunuh
Ambivelensi tentang kematian

Kurangnya respon positif


Upaya bunuh diri

Bunuh diri
(Stuart&Sundeen, 2006)
Manfes
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat
rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam
perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif,
alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja,
dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia.
Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak
bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit,
agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah,
batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


Pohon masalah
Harga diri rendah
Bunuh diri

Core problem

Koping tak efektif


( Stuart , 2009)
Rencana tindakan keperawatan
1. Harga diri rendah
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk mengungkapkan
sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya dengan
menerapkan prinsip komunikasi terapetik.
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
- Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat digunakan.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
2. Resiko bunuh diri
Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada
seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip
komunikasi terapetik.
- Sapa klien dengan ramah dan sopan.
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang diuskai klien.
- Juluskan tujuan pertemuan.
- Jujur dan menepati janji.
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
- Beri perhatian kepda klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

- Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.


- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri
- Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
- Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
- Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.
Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.
- Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.
- Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.
Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.
- Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.
- Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.
Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.
- Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk
menghadapi masalah.
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.
- Bantu klien untuk mengatasi masalah.
- Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.
Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
- Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.
Klien dapat menggunakan obat secara benar.
- Jelaskan cara minum obat dengan klien.
- Diskusikan manfaat minum obat.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.
- Identifikasi keluarga merawat klien.
- Jelaskan cara merawat klien.
Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.
- Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri.

3. Koping yang tak efektif


Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip
komunikasi terapetik.
- Sapa klien dengan ramah dan sopan.
- Perkenalkan diri dengan sopan,
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Jujur dan menepati janji.
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
- Beri perhatian kepada klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
- Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
- Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
- Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

- Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.


Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.
- Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.
- Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.
Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.
- Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.
- Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.
Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.
- Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk
menghadapi masalah.
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.
- Bantu klien untuk mengatasi masalah.
- Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dilih.
Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
- Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.
Klien dapat menggunakan obat secara benar.
- Jelaskan cara minum obat dengan klien.
- Diskusikan manfaat minum obat.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.
- Identifikasi keluarga merawat klien.
- Jelaskan cara merawat klien.
Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.
- Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart , 2009).

Pelaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat
ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai
kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
Evaluasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat,
jumlah asal atau waktu.
2. Klien menggunakan koping yang adaptif.
3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.
4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan
kesejahteraan sosial.
REFERENSI
Captain, C, 2008, Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6, Alih Bahasa
Budi Santosa, Philadelphia.
Stuart GW & Laraia, 2005, Principles and practice of psychiatric nursing, Elsevier Mosby, Alih
Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.
Stuart & Sundeen, 2006, Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta :
EGC.

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI
A.

MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri

B.

PROSES
TERJADINYA
MASALAH
1.
Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
Bunuh diri dilakukan dengan intensi
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :
Sedih
Marah
Putus asa
Tidak berdaya
Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
2.
Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
1. Faktor Genetik
2. Faktor Biologis lain
3. Faktor Psikososial & Lingkungan

Faktor genetik (berdasarkan penelitian):


1,5 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi
kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/
yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis lain:
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
Stroke
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
DiabetesPenyakit arteri koronaria
Kanker
HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan:

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif
thd diri, dan terakhir depresi.
Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya
sistem pendukung sosial
3.
Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
Keputusasaan
Menyalahkan diri sendiri
Perasaan gagal dan tidak berharga
Perasaan tertekan
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan
Menarik diri dari lingkungan social
Pikiran dan rencana bunuh diri
Percobaan atau ancaman verbal
C.
POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Resiko bunuh diri
Harga diri rendah

D.

MASALAH

KEPERAWATAN

DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1.
Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri
/ penyalahgunaan zat.
Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
Lain lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri.
2.
Masalah keperawatan

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
E.
1.
2.
3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
: Resiko bunuh diri
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Perkenalkan diri dengan klien
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
Bersifat hangat dan bersahabat.
Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :

Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain).

Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

Awasi klien secara ketat setiap saat.


Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
Dengarkan keluhan yang dirasakan.

Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan


keputusasaan.

Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana


harapannya.

Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,


kematian, dan lain lain.

Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan


keinginan untuk hidup.
Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar


sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]

1.
2.
3.

Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang


menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.)
Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
Diagnosa 2
Tujuan umum
Tujuan khusus

1.

: Gangguan konsep diri: harga diri rendah


: Klien tidak melakukan kekerasan
:
Klien dapat membina hubungan saling

percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan


dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.
Klien mampu menilai kemampuan yang
dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.
Klien dapat merencanakan kegiatan yang
bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


6.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung


yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

1.

Diagnosa

: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan
2.
3.
4.
-

F.

Tujuan umum
:
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus
:
Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian
masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

RENCANA
TINDAKAN
KPERAWATAN
a. Ancaman atau percobaan bunuh diri
1. Intervensi pada pasien
a) Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat.
b) Tindakan keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:

Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke


tempat yang aman

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]

Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan
tali pinggang)
Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien
mendapatkan obatnya.
Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI


A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non verbal
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
C. Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
D. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a)
Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
b)
Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing
cara penyelesaian masalah
c)
Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalah yang lebih baik
E. Strategi Pelaksanaan
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
Orientasi:
Selamat pagi Pak, kenalkan saya suster O, biasa di panggil O, saya mahasiswa
Keperawatan Universitas Padjadjaran yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari
jam 7 pagi 2 siang .

220112150105 [FIRDHA KUSUMA PUTRI]


Bagaimana perasaan A hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang apa yang A rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?
Kerja
Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling merasa
menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah A
merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau
berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana
caranya? Apa yang A rasakan?
Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan
tidak ada benda benda yang membahayakan A)
Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A,
saya tidak akan membiarkan A sendiri
Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?
Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang
besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman
jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.
Saya percaya A dapat mengatasi masalah.
Terminasi :
Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?
Coba A sebutkan lagi cara tersebut!
Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang. (jangan
meninggalkan pasien).
Daftar Pustaka
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai