Anda di halaman 1dari 48

Maret-April 2013 M

Jumadil Awwal 1434 H

ZAKAT
MENUMBUHKAN
BISNIS

Orang yang tidak beragama,


atau kurang kuat kesadaran agamanya,
akan binasa dibawah tekanan
kekayaan atau kekuasaan.
Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Dinukil dari buku Peranan Agama dan Moral
Dalam Pembangunan Masyarakat
dan Ekonomi Indonesia
(Djakarta: Bulan Bintang, 1966)

ilustrasi: shutterstock.com

2 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Salam,
Assalamualaikum wr. wb.
Bulan maulid Nabi Saw sudah berakhir. Tapi, kecintaan kita
kepada Nabi Saw tetap dan akan terus hadir. Sebagai bukti
hadirnya kecintaan itu, maka kita akan selalu meneladani cara
Rasulullah Saw melakukan berbagai ibadah. Salah satunya,
berzakat.
Karena itu, pada edisi kali ini, majalah Zakat mengambil tema
Meneladani Zakat Nabi Saw dengan menurunkan dua tulisan.
Yaitu, Peran Negara dalam Zakat dan Zakat pada Zaman
Nabi. Tema ini juga didukung dengan resensi buku Sifat Zakat
Nabi pada rubrik Kitabah.

suluh

Oleh UU No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAZNAS


diberi amanat sebagai koordinator pengelaan zakat nasional.
Salah satu tugasnya, menyusun laporan keuangan zakat standar
yang terintegrasi secara nasional. Untuk melaksanakan tugas
ini, BAZNAS menyusun Sistem Manajemen Informasi Baznas
(Simba), yang nantinya akan menjadi acuan pengelolaan
keuangan zakat secara nasional. Pada edisi kali ini kami
menurunkan tulisan tentang proses tersusunnya Simba.
Selain itu, kami sajikan pula tulisan-tulisan yang mudahmudahan memberi pengetahuan dan inspirasi kepada pembaca
untuk berzakat dan melaksanakan amal saleh lainnya.

Majalah ini diterbitkan oleh Badan


Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
bekerja sama
Dewan Redaksi
Prof Dr. Didin Hafidhuddin, Teten
Kustiawan, M. Fuad Nasar, M.Sc,
Hermin R. Rachim, Ndari Rumi
Widyawati
konsultan Media
rubudesign.co
Redaksi
Karsono Tadjudin, Sunan Hasan,
Emri Widyantari
Fotografer
Donang Wahyu, Miroslav arofich
Desain Grafis
Gunadi, Miroslav arofich
Redaksi dan Iklan
Jl. Palbatu 3 no 3, menteng dalam
tebet Jakarta selatan
Telp/fax. 021-83700128
Email: redaksi.zakat@gmail.com, iklan.
zakat@gmail.com

01 Hikmah

04

03 KHASANAH
24 Inspirasi

SULUH

11


zakat menumbuhkan
bisnis

15

ZAKAT
UTAMA

mutiara hikmah

PROGAM
ZAKAT

28 dunia zakat

kolaborasi zakat & pajak


di arab saudi

32 Tokoh

hamka ulama yang
otodidak

34 KIPRAH

44
CATATAN
ZAKAT

rumah pintar - baznas


mandirikan yatim & dhuafa

40 kitabah

panduan berzakat
sesuai syariah

42 Sirah

sang pemberani yang


murah hati

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 3

Biaya Penerbangan Haji


Rendah, Pemondokan Naik

irjen
Penyelenggaraan
Haji dan Umroh
Anggito Abimanyu
mengatakan,
pemerintah masih
membahas besaran
biaya haji bersama
komisi VIII DPR
dan Kementerian Perhubungan. Akhir Maret
(selesai pembahasannya). Awal April sudah bisa
disampaikan berapa biaya untuk tahun ini, kata
Anggito saat ditemui di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2013).
Menurut Anggito, untuk sementara berdasarkan
hasil pembahasan, biaya penerbangan haji 2013
diperkirakan akan lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya. Cuma, biaya sektor pemondokan di
Arab Saudi bakal naik, katanya.
Tahun lalu, biaya haji mencapai Rp 33,3 juta.
Anggito enggan mengungkapkan besaran selisih
kenaikan dan penurunan dua komponen tersebut.
Pada prinsipnya, Kementerian Agama berusaha
menekan biaya haji, tanpa mengurangi pelayanan
pada jamaah. (hidayatullah.com)

Subhanallah, Anak Usia 3 Tahun


Hafal Al Quran

eorang anak perempuan berusia


tiga tahun telah membuat
takjub warga Nigeria setelah dirinya
berhasil menghafal Al-Quran
secara keseluruhan, dan menjadi
salah satu muslim termuda di dunia
yang bisa menghafal Al-Quran 30
juz.
Ini memang berkat dari Allah.
Saya bersyukur kepada Allah atas hal ini, kata Sayyada
Maimunatu Syaikh Dahiru, ibu gadis itu kepada surat
kabar Sunday Tribune, Ahad, 10/2/2013
Putrinya, Rukkayatu Fatahu Umar, telah menghafal
30 juz Al-Quran pada usia tiga tahun delapan bulan. Ia
mulai menghafal Al-Quran di sebuah sekolah Islam yang
didirikan oleh seorang ulama bernama Syaikh Dahiru
Usman Bauchi. Kami menggunakan ruang tamu besar,
yang dibagi ke dalam beberapa kelas untuk belajar AlQuran, kata Maimunatu, yang mengajar di sekolah itu dan
sudah hafal Al-Quran pada usia 12 tahun.
Rukkayatu saat ini sedang mempersiapkan diri untuk
segera masuk ke sekolah, melanggar tradisi keluarga
yang hanya boleh menyekolahkan anak perempuan untuk
belajar pada usia sepuluh tahun.(senyumislam.wordpress.
com)

Politisi Belanda Arnoud Van Doorn Masuk Islam

rnoud Van Doorn, seorang


petinggi dari partai milik
politisi Belanda ekstrim
anti-Islam, Geert Wilders,
telah masuk Islam setelah
mempelajari agama Islam dan
kaum Muslim secara mendalam.
Berita ini mulai muncul bulan lalu, ketika ia

FAKTA

179 Triliun

menulis new beginning (permulaan baru) pada akun


Twitter-nya. Ia pun baru-baru ini menulis Syahadah dalam
bahasa Arab.
Politisi itu setelah selama satu tahun terakhir ia
mempelajari Al-Quran dan Hadis.
Dengan masuknya saya ke Islam, saya merasakan
bahwa akhirnya saya menemukan pedoman hidup,
pungkasnya (eramuslim.com)

94,9 miliar

52,7 miliar

Rp

Rp

Rp

Aset Perbankan Syariah


Indonesia (4,4 % dari aset
Perbankan Nasional)

Dana Sosial Perbankan Syariah


Indonesia (8 Bank Umum Syariah,
4 Bank Unit Usaha Syariah)

Dana Sosial Perbankan Syariah


untuk Zakat, Infaq, Sedekah dan
Wakaf (8 Bank Umus Syariah, 4
Bank Unit Usaha Syariah)

(Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012, www.bi.go.id)

kha
sanah

4 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H


Setiap muzaki yang melakukan pembayaran zakat melalui
Badan Amil Zakat (menurut nomenklatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 berubah menjadi BAZNAS, BAZNAS Provinsi
dan BAZNAS Kabupaten/Kota) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
teregistrasi mendapat insentif dalam kaitan dengan pembayaran
pajak penghasilan, yaitu bukti pembayaran zakat atau disebut
Bukti Setoran Zakat diperhitungkan sebagai komponen biaya
yang menjadi pengurang penghasilan kena pajak atau disebut
pengurang penghasilan bruto.

zakat
suluh

pajak

Zakat

sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak
ilustrasi: shutterstock.com

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 5

embayaran zakat atas


gaji karyawan melalui
Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
Kementerian/Lembaga dan
BUMN baik dilakukan secara
tunai maupun payroll system juga
diakomodasi sebagai pengurang
penghasilan kena pajak, dengan
syarat UPZ tersebut menyetorkan
dana zakat yang terkumpul kepada
BAZNAS dan atas dasar itu
BAZNAS menerbitkan kwitansi
bukti setoran zakat.
Terkait dengan itu, dalam
Undang - Undang tentang
Pengelolaan Zakat (UU No 23
Tahun 2011) bahwa BAZ atau
LAZ wajib memberikan bukti
setoran zakat kepada setiap
muzaki. Bukti setoran zakat
tersebut digunakan sebagai
pengurang penghasilan bruto
dalam pengisian SPT tahunan.
Pembayaran zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak
(penghasilan bruto) telah berlaku
sejak 2001. Namun sampai saat ini
masih banyak Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama Islam
atau pembayar zakat (muzaki)
yang belum memanfaatkan
pengurangan penghasilan bruto
atas Pajak Penghasilan (PPh)
tersebut. Untuk itu amil zakat dan
pegawai pajak di semua kantor
pelayanan diharapkan dapat
memberi informasi dan penjelasan
kepada para muzaki dan Wajib
Pajak yang dilayaninya.
Penting diketahui bahwa
pengurang penghasilan bruto
sebetulnya tidak hanya zakat atas
penghasilan yang dibayarkan
oleh Wajib Pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam, tetapi juga
berlaku untuk zakat penghasilan
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama Islam kepada
badan atau lembaga zakat yang

dibentuk atau disahkan oleh


pemerintah.
Dalam ketentuan perpajakan
yang berlaku di negara kita,
khususnya yang terkait dengan
PPh adalah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 dan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010
bahwa zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib
dikurangkan dari penghasilan
bruto. Kebijakan Ditjen Pajak juga
menetapkan bahwa terhadap
Wajib Pajak orang pribadi yang
ketika penyampaian SPT Tahunan
PPh yang menyatakan kelebihan
bayar (termasuk lebih bayar karena
pemotongan zakat), niscaya akan
dilakukan pengembalian kelebihan
pembayaran pajaknya tanpa
melalui pemeriksaan, tetapi cukup
dengan penelitian oleh pegawai
pajak.
Upaya mensosialisasikan zakat
sebagai pengurang penghasilan
bruto, tidak cukup hanya dilakukan
oleh BAZNAS dan Kementerian
Agama saja. Tetapi dibutuhkan
juga koordinasi, kerjasama dan
sinergi dengan instansi terkait,
terutama jajaran Direktorat
Jenderal Pajak. Koordinasi, kerja
sama dan sinergi itulah yang ke
depan perlu dibangun di tingkat
institusi, karena bagi umat Islam
zakat dan pajak adalah dua
kewajiban yang seiring dan paralel.
Satu hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa zakat dan pajak
harus dikelola secara amanah dan
transparan. Kejujuran tidak hanya
dituntut dari para muzaki dan
Wajib Pajak ketika menghitung
sendiri kewajiban zakat dan
pajak penghasilannya, tetapi

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc


Ketua Umum BAZNAS

Jika kita
belum berhasil
memperjuangkan
zakat sebagai
pengurang pajak,
maka zakat
sebagai pengurang
penghasilan kena
pajak jangan disiasiakan.

juga para petugas pengumpul


zakat dan pemungut pajak.
Ketidakjujuran/ketidak-amanahan
akan meruntuhkan kepercayaan
masyarakat dan melemahkan
kesadaran untuk berzakat melalui
lembaga dan kesadaran membayar
pajak secara jujur dan benar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
zakat yang hanya diperhitungkan
sebagai pengurang penghasilan
bruto, memang belum memenuhi
harapan maksimal para muzaki dan
lembaga zakat di tanah air. Akan
tetapi, menurut kaidah fikih, Apa
yang tidak didapat seluruhnya,
jangan ditinggalkan seluruhnya.

suluh

6 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

zakat
utama
ilustrasi: shutterstock.com

PERAN NEGARA DALAM


PENGELOLAAN ZAKAT
Berbeda dengan ibadah wajib lainnya seperti shalat, puasa dan haji, zakat punya keistimewaan
tersendiri. Antara lain, selain merupakan ibadah ritual yang sifatnya pribadi, zakat juga bersifat
sosial. Bila seorang muslim tidak menunaikan shalat, puasa, atau zakat, tidak ada yang dirugikan.
(ini bukan berarti ketiga ibadah itu boleh ditinggalkan). Tapi, kalau seorang muslim tidak membayar
zakat, ada yang dirugikan, yaitu fakir miskin.

ereka dirugikan karena zakat itu hak fakir


miskin. Jadi, orang-orang muslim kaya yang tak
membayar zakat adalah orang-orang yang menahan
atau merampas yang bukan miliknya. Bisa jadi,
kemiskinan di suatu negara yang banyak muslim
kayanya, terjadi karena orang kaya muslimnya tak
mau membayar zakat. Maka, tak heran bila pada
masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, orang-orang
kaya muslim yang tidak berzakat diperangi.

Di Indonesia jumlah penduduk miskinnya masih


besar (29,13 juta orang per Maret 2012). Hal ini,
mungkin juga, terjadi akibat banyaknya muslim kaya
yang tidak membayar zakat. Atau, mereka sudah
membayar zakat secara langsung sendiri-sendiri,
tidak terorganisasi, misal lewat lembaga amil zakat
(LAZ). Atau juga, mereka sudah membayarnya lewat
LAZ, tapi pengelolaan zakatnya belum amanah dan
profesional. . Nah, di sinilah perlunya peran negara
dalam pengelolaan zakat.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 7


Pemerintah mulai berperan
untuk melakukan modernisasi
zakat pada era 1990-an dengan
mengeluarkan Undang Undang
Zakat No. 38/1999. Ini merupakan
tonggak awal modernisasi zakat, baik
dari sisi manajemen maupun dari sisi
perluasan cakupan objek zakat. Dengan
diberlakukannya UU ini, terutama pada
satu dekade terakhir ini, penghimpunan
dan pendayagunaan zakat meningkat
cukup pesat.
Namun, bila dibandingkan dengan
potensi zakat yang ada, peningkatan
ini belum optimal karena masih
terdapat kesenjangan yang sangat
besar. Contohnya, penghimpunan zakat
oleh BAZNAS dan LAZ pada tahun
2011, baru mancapai angka Rp1,73
triliun, sedangkan potensinya mencapai
angka Rp217 triliun (riset terbaru
BAZNAS dan FEM IPB). Artinya,
penghimpunan zakat baru mencapai
angka 0,8 persen dari total potensi
yang ada.
Melihat situasi tersebut, maka
kemudian pemerintah meningkatkan
perannya dengan mengeluarkan
Undang-Undang No.23/2011
tentang Pengelolaan Zakat (UUPZ).
Lewat UUPZ ini BAZNAS ditunjuk
pemerintah (Kementerian Agama)
sebagai koordinator pengelolaan
zakat nasional. Koordinator ini
diperlukan untuk memperlancar
jalannya integrasi. Nah, integrasi ini
akan mendorong penguatan sinergi
antara BAZNAS dan LAZ baik dari segi
penghimpunan penyaluran maupun
pertanggungjawaban pengelolaan
zakat.
Jika sinergi ini bisa benar-benar
terjadi dan menguat, insya Allah
tujuan diberlakukannya UUPZ ini akan
tercapai, Yaitu, pengelolaan zakatnya
efisien dan efektif, amanah dan
profesional sehingga masyarakatnya,
khususnya umat Islam akan sejahtera
Mengutip pendapat Abu Ubaid
dalam kitab Al-Amwal, Staf Ahli

BAZNAS Dr. Irfan Syauqi Beik,


MSc. menyatakan bahwa integrasi
pengelolaan zakat ini penting. Sebab,
di samping merupakan ibadah
mahdhah, zakat juga merupakan
bagian dari institusi keuangan publik
yang perannya bergantung pada
kondisi negara dan masyarakat. Jika
pemerintah memiliki political will yang
baik, dan kondisi masyakatnya juga
baik, pengelolaan zakat juga akan baik.
Posisi zakat sebagai institusi keuangan
publik sangat kuat. Demikian pula
sebaliknya.
Menurut dia, integrasi akan
menjadikan pengelola zakat seperti
tubuh yang satu, sama seperti pajak
yang dikelola oleh satu tubuh. Yaitu
Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan.
BAZNAS dan LAZ harus diposisikan
sebagai satu tubuh. Karena itu,
menurut Irfan, peran BAZNAS sebagai
koordinator seperti yang diamanatkan
oleh UUPZ ini menjadi sangat penting.
Menurut Irfan Syauki Beik, dengan
adanya UUPZ ini, maka zakat semakin
mendapat penguatan. Negara
mendapat perintah untuk membangun
perzakatan nasional melalui upaya
fasilitasi dan penguatan infrastruktur
kelembagaan dan anggaran bagi
pembangunan nasional. Kesemuanya
ini harus dijabarkan oleh peraturan
pemerintah (PP) yang akomodatif dan
sportif, katanya.
UU Zakat yang lama tidak dijabarkan
dengan PP. Akibatnya, tekanan
terhadap Negara untuk mendorong
pembangunan zakat, terlihat kurang
kuat.
PP yang menerjemahkan
pelaksanaan UUPZ ini memang
diperlukan agar tidak terjadi salah
tafsir, seperti yang terjadi belum lama
ini. Karena belum ada PP-nya yang
jelas, UUPZ disalahtafsirkan. Akhirnya,
sejumlah pengelola zakat yang
tergabung dalam Koalisi Masyarakat
Zakat (Komaz) mengajukan judicial
review atas UUPZ ini ke Mahkamah

Dr. Irfan Syauqi Beik


Staf Ahli BAZNAS

Jika pemerintah
memiliki political
will yang baik, dan
kondisi masyakatnya
juga baik, pengelolaan
zakat juga akan baik.
Posisi zakat sebagai
institusi keuangan
publik sangat kuat.
Demikian pula
sebaliknya.

zakat
utama

8 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Konstitusi pada 16 agustus 2012.


Saat ini, UUPZ ini masih belum
mendapat keputusan direvisi atau
tidak oleh MK.
Salah satu pasal yang
multitafsir adalah pasal 17 yang
menyatakan, untuk membantu
BAZNAS dalam pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat, masyarakat
dapat membentuk LAZ.

zakat
utama

Nah, kata membantu itu oleh


penggugat ditafsirkan bahwa
posisi LAZ yang ada di bawah
koordinasi BAZNAS lemah, yaitu
sekadar membantu. Padahal, tidak
begitu. BAZNAS memandang
bahwa wacana seolah terjadi
pelemahan terhadap LAZ karena
UUPZ yang sekarang menurunkan
derajat subordinat dari BAZNAS,
merupakan wacana kurang tepat.
Fungsi LAZ tetap tidak mengalami
perubahan. Yaitu mereka tetap
berhak melakukan penghimpunan
dan penyaluran zakat secara
mandiri, kata Didin Hafidhuddin.
Menurut dia, kata membantu
dalam pasal itu tidak berarti
membatasi ruang gerak LAZ, atau
pun bahwa LAZ berkewajiban
menyetorkan zakat kepada
BAZNAS. Tidak ada sama sekali
ketentuan itu. Yang ada yaitu
kewajiban LAZ untuk memberikan
laporan kepada BAZNAS. Ini pun
harus diartikan sebagai bagian
integrasi sistem zakat yang

sebenarnya sudah ada pada UU


sebelumnya. Tapi tidak berjalan
semestinya.
Pasal lain yang disalahartikan
adalah pasal 18 yang
mengharuskan LAZ terdaftar
sebagai organisasi masyarakat
(ormas) yang mengelola bidang
dakwah, pendidikan dan sosial.
Aturan ini, kata para penggugat,
dapat mematikan lebih dari
300 LAZ yang eksis yang pada
kenyataannya seluruh LAZ itu
berbadan hukum yayasan.
Padahal bagi BAZNAS, dalam
persoalan ini yang terpenting
adalah lembaga pengelola zakat
tersebut memiliki status sebagai
Badan Hukum, mampu transfaran,
dan akuntabel. Lebih jauh dari
itu, kata Didin, lembaga itu harus
bersedia diaudit secara syariah
sesuai dengan perintah undangundang.
Yang lainnya yang ditafsirkan
salah secara berlebihan adalah
pasal 38 yang melarang setiap
orang menjadi amil zakat tanpa izin
pejabat yang berwenang. Kalau
larangan ini dilanggar, pelakunya
akan dipidana kurungan paling
lama setahun atau denda paling
banyak Rp50 juta. Ayat ini
ditafsirkan sebagai kriminalisasi
terhadap amil zakat yang tidak

punya izin dari pejabat yang


berwenang.
Soal potensi kriminalisasi pada
UUPZ , kata Didin Hafidhudin, hal
itu terlalu didramatisir. Larangan
orang yang secara sembarangan
bisa mengklaim diri sebagai
amil merupakan konsekwensi
dari sebuah penataan. Tidak
bisa dengan mudah seseorang
menyatakan diri sebgai amil. Tapi
pada praktiknya memang amil
tersebut bekerja tidak penuh dan
asal-asalan. Atau, ia hanya muncul
setahun sekali saat Ramadhan
tiba. Inilah persepsi yang harus
diluruskan, Yaitu, yang namanya
amil itu harus bekerja penuh waktu
dan professional.
Selain itu, katanya lagi,
Majlis Ulama Indonesia (MUI)
dalam Fatwanya No.8 Tahun
2011 menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan amil
zakat adalah seseorang atau
sekelompok orang yang diangkat
pemerintah.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 9

di hadapan sidang pleno judicial


review UUPZ di MK beberapa
waktu lalu.

Para amil dadakan itu tergolong


amil tradisional. Ini harus ditata.
Contohnya, BAZNAS kota Bogor
telah mampu mengkoordinasikan
sekitar 140 masjid sebagai UPZ
dan melakukan pembinaan secara
berkala. Hasilnya, penghimpunan
zakat, infak, dan sedekah (ZIS)
selama Ramadhan 1433 H saja
mencapai angka Rp7,1 miliar,
naik hampir tiga kali lipat dari
target awal. Apalagi jika masjidmasjid di seluruh nusantara bisa
dikoordinasikan, hasilnya akan
jauh lebih dahsyat. Penataan
seperti inilah yang diperlukan,
yaitu menjadikan masjid sebagai
UPZ, ujung tombak pemberdayaan
zakat.
Gugatan itu mudah-mudahan
datang karena belum jelasnya
pasal-pasal itu, bukan karena
adanya berbagai kepentingan
yang sifatnya dana zakat, seperti
yang dikatakan Prof. Azyumardi
Azra. Tarik menarik kepentingan
ini tidak dapat dilepaskan dari
kepentingan potensi dana
yang sangat besar di tengah
meningkatnya jumlah kelas
menengah muslim. kata dosen
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu

Terhadap gugatan ini


Kementerian Agama berharap, MK
bisa memberikan keputusan yang
obyektif dan sesuai dengan UU
Pengelolaan Zakat . Kami harap
seperti yang tertuang dalam UU
Pengelolaan Zakat, kata Menag
Suryadharma Ali, November lalu.
Munurut Menag, upaya
yang dilakukan komaz tersebut
menunjukkan bahwa yang
bersangkutan tidak mampu melihat
secara utuh pentingnya penertiban
administrasi perzakatan.
Pelaporan zakat perlu penertiban.
Sebab, memang seharusnya tak
ada lembaga liar yang mengcollect zakat tanpa terdaftar,
tegasnya.
Dia menekankan, masyarakat
harus memahami bahwa
pemungutan zakat itu harus
melibatkan peran pemerintah.
Pemungutan zakat tidak bisa
dilakukan sembarangan. Meski
begitu, dia juga memahami
keberatan pidana yang bakal
diterima. Padahal di sisi lain,
masih banyak pengumpul zakat di
masyarakat yang belum mengurus
administrasinya secara benar dan
professional. Karena itu, wajar
jika lembaga amil zakat mesti
mendaftarkan diri.

Prof. Azyumardi Azra.


Dosen Pascasarjana UIN Jakarta

Tarik menarik
kepentingan ini tidak
dapat dilepaskan dari
kepentingan potensi
dana yang sangat
besar di tengah
meningkatnya jumlah
kelas menengah
muslim.
Pertanggungjawaban keuangan
LAZ yang rapi, katanya, bisa
menjadi modal utama kepercayaan
publik. Bagi pemerintah, ini
jadi parameter pengumpulan
dana umat yang ditindaklanjuti
sebagai data distribusi zakat
nasional. Pelaporan kan kami
harus tahu. Misal, zakat yang
dikumpulkan secara nasional
ada berapa. Uang zakat
dipergunakan untuk apa. LAZ
daerah kan harus memberikan
laporan. Ini bukan suatu yang
menyulitkan atau mendeskriditkan
LAZ daerah. Uang kan mesti
dipertanggungjawabkan. Jangan
sampai terjadi penyimpangan.

zakat
utama

10 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

ZAKAT PADA
ZAMAN NABI
zakat
utama

Kapan zakat ini mulai disyariatkan, para


ulama berbeda pendapat. Tapi mayoritas,
termasuk Ibnu Katsir berpendaat, zakat itu
mulai disyariatkan pada tahun kedua hijriyah.
Menurut ahli tafsir itu, tampaknya zakat
yang ditetapka di Madinah merupakan zakat
dengan nilai dan jumlah kewajiban yang
khusus. Sedangkan yang dibicarakan di Mekah,
merupakan kewajiban perseorangan semata.

foto: miroslav arofich

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 11

enurut Syayid Sabiq, zakat


itu diwajibkan secara mutlak
pada permulaan Islam (di Mekah)
dengan tidak membatasi pada
harta yang diwajibkan untuk
dizakati dan ketentuan kadarnya.
Semua itu diserahkan kepada
kesadaran dan kemurahan kaum
muslimin. Akan tetapi, mulai tahun
kedua setelah hijrah, besar dan
jumlah setiap jenis harta yang
wajib dizakati itu ditetapkan dan
dijelaskan secara rinci.
Berbagai pendapat itu mengacu
pada wahyu Allah tentang
zakat sesuai dengan periode
diturunkannya. Pada periode
Makiyah, yaitu QS Ar-Rum: 39
dan QS:Az-Zariyat: 19, isinya
baru penyadaran bahwa pada
setiap harta yang dimiliki ada hak
orang lain yang membutuhkan,
misalnya fakir miskin. Sedangan
pada periode Madaniyah, ayat-ayat
tentang zakat sudah terinci. Yaitu,
tentang golongan mustahiknya
(QS At-Taubah:60), petugas
pengelola zakat atau amilnya (QS
At-Taubah:103), komoditas atau
jenis harta yang wajib dizakati
dengan persyaratan tertentu. Zakat
pertanian (QS Al-Anam:141),
zakat emas dan perak (QS AtTaubah: 34-35), zakat peternakan
(Al-Hadis), zakat barang temuan
(Al-Hadis), zakat perdagangan
alhadist), dan zakat hasil usaha
(QS Al-Baqarah:267).
Jelas, ketika di Madinah,
zakat dijalankan melalu amil.
Tidak sendiri-sendiri, seperti
di Mekah. Dalam bukunya
Sifat Zakat Nabi SAW, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
menjelaskan, para amil zakat
pada QS AT-Taubah: 60 adalah
orang-orang yang diangkat oleh
penguasa untuk memungut, dan
mendistribusikan zakat. Dengan
demikian, mereka sebagai pihak

yang diberi kewenangan, bukan


sebagai pihak yang berstatus
sebagai wakil. Wakil orang yang
menunaikan zakat bukan sebagai
amil zakat.
Dia mencontohkan, kalau
dirinya mewakilkan kepada
seseorang untuk menghitung harta
zakatnya dan orang itu bukan
diangkat oleh penguasa, maka
orang itu bukan sebagai amil zakat.
Ini berbeda dengan orang-orang
yang diangkat oleh penguasa.
Mereka adalah amil zakat,
karena mereka punya semacam
kewenangan, sehingga mereka

dia juga harus amanah padanya.


Soal amil yang berilmu dan
dipercaya ini diuraikan lebih rinci
oleh dosen STID Al-Hikmah
Jakarta, Ahmad Bisyri Abdul
Syakur. Menurut dia, para amil
zakat yang sesuai dengan syariat
adalah mereka yang memahami
konsep zakat secara utuh,
memahami menajemen keuangan
dengan baik, memahami fikih
prioritas, memiliki akhlak Islam, dan
siap bekerja penuh waktu dengan
baik.
Pengelolaan zakat pada masa

Pada masa Nabi Saw, yang diangkat dan ditugaskan


sebagai amil zakat bukanlah orang sembarangan,
melainkan yang terbaik dan yang mendapat
kepercayaan dari pemimpin Negara dalam hal ini
Rasulullah, seperti Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal,
dan lainnya.

diberi sebatas upah mereka,


tulisnya.
Pada masa Nabi Saw, yang
diangkat dan ditugaskan sebagai
amil zakat bukanlah orang
sembarangan, melainkan yang
terbaik dan yang mendapat
kepercayaan dari pemimpin
Negara dalam hal ini Rasulullah,
seperti Ali bin Abi Thalib, Muadz
bin Jabal, dan lainnya. Mereka
diutus sampai ke daerah (di luar
kota Madinah) untuk memungut
zakat dari harta para muzakki
dan mendistribusikannya ke para
mustahik.
Menurut Utsaimin, para
amil zakat ini harus berilmu
dan amanah. Dua syarat ini,
merupakan syarat pada setiap
pekerjaan. Sebab, pada setiap
pekerjaan orang harus kuat dan

Nabi dilanjutkan oleh para sahabat,


sebagaimana diceritakan dalam
hadis yang diriwayatkan Bukhari:
Imran bin Husain pernah diangkat
untuk mengurus/mengelola
harta zakat dan ia menceritakan
bahwa kami menarik zakat dari
pengalaman kami menarik zakat
pada zaman Nabi Muhammad Saw.
Begitu juga kami menyalurkannya.
Karena itu, pengelolaan zakat
saat ini harus dievaluasi terus agar
selalu sesuai dengan pengelolaan
zakat Nabi Saw. Tentu tidak harus
kaku dan selalu khawatir untuk
berijtihad dalam hal-hal yang
multi tafsir. Menurut KH Didin,
dalam melakukan penafsiran
kembali tetap harus berlandaskan
pada kaidah-kaidah yang bisa
dipertanggungjawabkan, misalnya
melalui qiyas.

zakat
utama

12 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Zakat bukan filantropi biasa, tetapi zakat adalah


hak fakir-miskin dan mustahik lainnya yang wajib
dikeluarkan dari harta yang telah mencapai nishab.
Prof. Muhammad Abu Zahrah dalam buku yang judul
aslinya Tanzhim al-Islam lil-al-mujtama memaparkan
esensi zakat sebagai bentuk kerjasama sosial yang
memberikan hak bagi orang miskin dalam harta
orang kaya.
Zakat merupakan kewajiban sosial murni, dimana
pengumpulan dan penyalurannya tidak boleh
merendahkan orang miskin atau mengesankan
orang kaya lebih mulia. Para ahli fikih secara
konsensus menyatakan bahwa yang berhak
mengumpulkan zakat adalah pemerintah (waliyul
amr).

kaidah
zakat

ZAKAT (MEMANG)
HARUS DIATUR NEGARA
Nabi Muhammad Saw bersabda, Sesungguhnya
Allah telah menfardhukan atas mereka menunaikan
zakat. Ambillah zakat itu dari orang-orang kaya di
antara mereka dan serahkanlah kepada orang-orang
miskin di antara mereka. (HR Bukhari dan Muslim)

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 13

Oleh M. Fuad Nasar


Wakil Sekretaris BAZNAS

alam tinjauan sejarah dicatat


setelah turunnya ayat
tentang zakat (QS At-Taubah:
103) pada tahun ke-10 Hijrah,
Nabi mengutus para sahabat,
di antaranya Muadz bin Jabal
sebagai kepala pengadilan
(qadhi) dan wali negeri (setingkat
gubernur) di Yaman. Muadz
sekaligus melaksanakan tugas
memungut zakat dari orangorang kaya dan dibagikan kepada
fakir-miskin di wilayah setempat.
Sebagaimana dicatat dalam
sejarah Islam, Nabi mengutus
beberapa amil ke berbagai
daerah untuk mengumpulkan dari
orang-orang kaya untuk dibagikan
kepada fakir-miskin dan mustahik
lainnya.
Dalam rangka membela
hak-hak orang miskin, Khalifah
Abubakar Ash Shiddiq (11-13
H/632-634 M) selaku pemimpin
negara pernah mengeluarkan
ultimatum menumpas
pembangkang kewajiban zakat.
Logika yang digunakan Abubakar
saat itu sederhana saja, yaitu
menolak membayar zakat
sama dengan tidak mengakui
kekuasaan pemerintah yang sah.
Pada masa Utsman ibnu Affan
(23-35 H/644-655 M), harta
Baitul Maal (kas negara) yang
antara lain bersumber dari
penerimaan zakat berlimpah dan
bersamaan dengan itu mulai
muncul rongrongan terhadap
kepemimpinan Utsman. Utsman

mengambil kebijakan bahwa


pemerintah hanya memungut
harta zakat yang nampak saja,
seperti hasil peternakan unta, sapi,
kambing, tanaman dan buahbuahan, sedangkan harta zakat
yang tidak nampak, yakni uang
dan barang-barang perdagangan
yang bergerak, diserahkan kepada
pemiliknya untuk menyerahkan
sendiri zakatnya kepada fakirmiskin.
Lembaga pengelola zakat
memiliki karakter yang berbeda
dengan lembaga keuangan atau
perusahaan. Dana zakat yang
terkumpul tidak boleh dianggap
sebagai aset oleh lembaga
pengelolanya sehingga bebas
digunakan semaunya lembaga.
Amil zakat bukan pemilik dana
zakat, melainkan hanya penerima
amanah. Lembaga zakat wajib
menaati ketentuan syariah dalam
pengumpulan dan penyaluran
zakat serta mengikuti aturan
perundang-undangan negara.
Oleh karena Indonesia adalah
negara hukum yang berdasarkan
konstitusi, Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 pasal 29
menjadi pijakan konstitusional
bagi pemerintah untuk mengatur,
melayani, memajukan dan
melindungi kehidupan beragama
yang diakui di Indonesia. Bapak
Proklamator Kemerdekaan RI
almarhum Bung Hatta dalam
buku Sekitar Proklamasi (1970)
menegaskan bahwa dalam

negara Indonesia yang memakai


semboyan Bhineka Tunggal Ika,
tiap-tiap peraturan dalam kerangka
Syariat Islam yang hanya mengenai
orang Islam dapat dimajukan
sebagai rencana Undang-Undang
ke DPR, yang setelah diterima
oleh DPR, mengikat umat Islam
Indonesia.
Jika sudut pandang
konstitusional di atas yang
digunakan, maka tidak perlu
dipersoalkan bahwa pengaturan
pengelolaan zakat oleh negara
merupakan sebuah keniscayaan
hukum. Pengelolaan zakat tidak
bisa diserahkan pada mekanisme
pasar, tetapi pengelolaan zakat
perlu diatur dan harus ada
pengawasaan berdasarkan
regulasi. Regulasi perzakatan di
Indonesia tidak menafikan peran
dan partisipasi masyarakat.
Perubahan yang mendasar
dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat ialah semua lembaga
yang menghimpun dana zakat
harus terintegrasi menjadi satu
kesatuan sistem pelaporan dan
pertanggungjawaban. Dalam
undang-undang digariskan bahwa
hubungan BAZNAS pusat dan
BAZNAS daerah bersifat hirarkis.
Pengaturan dan pengawasan
pengelolaan zakat diperlukan
karena pengelolaan zakat tidak
bisa dilepaskan dari dua aspek,
yaitu otoritas dan trust dalam
masyarakat.

kaidah
zakat

14 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H


tidak ada program bersama yang
dilakukan bersama-sama, katanya.

program
baznas

Rakernas BAZNAS
Bahas Zakat Comdev

UU Zakat itu saat ini masih


dalam proses Yudicial Review.
Meski begitu, kata Didin, para
pengurus BAZNAS di daerah tak
perlu galau dan gamang. Kita
tidak boleh berhenti berbuat
karena kondisi itu. Walaupun,
misalnya, fungsi dan peran
BAZNAS diperkecil, kegiatan
kita tetap berjalan. Jangan
sampai kondisi ini menjadi
penghalang atau keraguan kita
dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan untuk masyarakat
yang memang sangat baik,
tegasnya.
ZCD ini, kata Didin, bersifat
komprehensif. Artinya, kalau

Dalam rangka menyambut milad BAZNAS ke 12,


BAZNAS menyelenggarakan berbagai kegiatan,
antara lain rapat kerja nasional (rakernas)
yang membahas khusus tentang Pedoman
Program Zakat Community Development.
(ZCD). Rakernas yang diadakan di Bogor dan
Sukabumi, pada 15-16 Januari 2013 ini diikuti
oleh BAZNAS provinsi dari seluruh Indonesia.

enurut Ketua Umum BAZNAS


Didin Hafidhuddin, ZCD ini
sebenarnya sudah dilaksanakan
BAZNAS provinsi dan kabupaten/
kota dengan nama lain. Jadi,
ini lebih menajamkan supaya
ada perencanaan yang baik, ada
data yang jelas, dan ada yang
melakukan pendampingan,
katanya pada pengarahan
Rakernas itu.
Dia berharap, ZCD ini
tidak asal-asalan dilakukan.
Yang namanya memberi
kail, perlu juga tahu di mana

mengailnya, bagaimana cara


mengailnya , dan bagaimana cara
pemasarannya,jelasnya.
Dia juga beharap, dengan
ZCD ini, antara BAZNAS yang
satu dengan BAZNAS yang lain
terhubung atau terintegrasi. Ini
merupakan program bersama yang
didanai, dikonsep, dievaluasi dan
ditreatment secara bersama-sama.
Sehingga BAZNAS ini menjadi
satu kesatuan. Tidak ada artinya,
BAZNAS diangkat sebagai
koordinator oleh UU No. 23/2011
tentang Pengelolaan Zakat, kalau

ada suatu peningkatan, yang


meningkat itu bukan sekedar
pendapatan, tetapi juga aspekaspek lain, seperti kemampuan
membaca Al-Quran dan aktivitas
ibadah. Kita harus mampu
menghasilkan orang-orang
yang lebih baik, bukan dalam
hal penghasilannya saja tapi
segalanya. Ini indikator yang
mungkin tidak pernah kita
pikirkan sebelumnya padahal
ini bagian sangat penting dalam
program pemberdayaan yang kita
lakukan,ujarnya.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 15

BAZNAS Kucurkan Dana Stimulan


Rp5 Miliar untuk ZCD Nasional
Untuk memberikan
pemberdayaan kepada
masyarakat dhuafa lewat
program zakat community
developmen (ZCD) di 100
desa kota/kabupaten
di seluruh Indonesia,
BAZNAS mengucurkan
dana stimulan sebesar
Rp5 miliar.

Tim Nasional Percepatan


Penanggulangan Kemiskinan
(TNPPK) di bawah komando
wakil presiden. Jadi, kami sudah
dapat data secara nasional by
name by address mengenai orang
paling miskin. Mereka akan ditreatment dengan berbagai macam
pendekatan atau arah berbasis
ZIS., katanya
Dana stimulan Rp5 miliar
ini merupakan langkah awal.
Setelah ini, dia berharap, BAZNAS
provinsi dan kabupaten/kota bisa
membiayai program ini secara

sektor dalam jangka waktu 10


tahun, dengan catatan jumlah
penerimaan zakat semakin
bertambah.
Terhadap program ZCD ini
Wakil Menteri Agama Nasarudin
Umar mengingatkan bahwa
bahwa zakat itu adalah ibadah
mahdah yang takaran asnafnya
sudah ditetapkan dalam AlQuran. Karena itu dia minta agar
BAZNAS jangan terlalu rasional
memikirkan pemanfaatan zakat
ini sampai melampaui takaran
asnaf yang ditetapkan dalam

enurut Ketua Umum


BAZNAS Didin Hafidhudin,
pemberdayaan ini bersifat
integratif dan komprehensif.
Pemberdayaannya bukan hanya
ekonomi, dan kesehatan, tapi juga
agama, akhlak dan moral, katanya
pada pencanangan program ZCD
Nasional, 16 Januari di Sukabumi
usai peresmian Gedung Seribu.
Kedua acara ini merupakan
rangkaian kegiatan BAZNAS
dalam menyambut miladnya yang
ke 12.
Dalam kesempatan itu Didin
menyerahkan dana Rp5 miliar
secara simbolis kepada tiga
perwakilan BAZNAS Provinsi,
Yaitu Drs. HM Natsir, MPd
(BAZNAS Sulawesi Tenggara),
HM Arsyad (BAZNAS Kalimantan
Selatan), dan Prof. Syamsul Bahri
Khatib (BAZNAS Sumatera Barat)
Ke-100 desa ini merupakan
pilot project. Datanya diserahkan
kepada para pimpinan BAZNAS
provinsi, dan kabupaten/kota.
Dalam hal pendataan, BAZNAS
juga bekerja sama dengan

bersama-sama. Artinya, kita, umat


Islam harus memberikan zakat
sebagai salah satu alat untuk
mengentaskan masyakat miskin,
katanya.
Berdasarkan diskusi dengan
teman-temannya, Prof Didin
menegaskan bahwa seandainya
jumlah orang miskin sekarang
ini sekira 32,8 juta orang, maka
kemiskinan itu bisa diselesaikan
dengan baik dari berbagai

Al-Quran. Tidak boleh zakat


itu dimanfaatkan untuk hal-hal
di luar yang dicantumkan dalam
Al-Quran. Tapi kalau infak dan
sedekahnya boleh saja. Jangan
sampai kita bermasalah di dalam
pertanggungjawaban di akhirat
nanti, kata Nasarudin.
Namun, dia yakin, BAZNAS
telah memikirikan hal ini karena
ahli fikih zakatnya banyak, antara
lain, Prof. Didin Hafidhuddin.

program
baznas

16 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H


Al-Azhar. Jadi, Yayasan Wakaf
Universitas Al-Azhar itu memiliki
kekayaan yang luar biasa dan
pengelolaannya juga sangat
bagus, katanya.
Ia yakin, mimpi umat Islam
agar BAZNAS seperti Yayasan
Wakaf Al-Azhar itu bisa menjadi
kenyataan. Sebab, katanya,
pengeluaran dana muslim
Indonesia melalui zakat itu sangat
ikhlas, tidak perlu menggunakan
pembukuan ganda.

program
baznas

foto: dika_rubu

Wamenag Prof. Dr. Nasaruddin Umar dan Ketua


Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin tengah
memberikan testimoni pada Gedung Seribu

BAZNAS Diharapkan JADI


SUMBER DANA APBN dan APBD
B

ila zakat dikelola secara


amanah dan profesional serta
didukung penuh oleh seluruh
masyarakat sampai tingkat bawah,
dananya akan sangat membantu
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dengan demikian,
sebagai pengelola zakat nasional,
Badan Zakat Nasional (BAZNAS),
suatu saat nanti bisa membantu
pemerintah bila pemerintah
mengalami defisit anggaran.
Kita berharap ke depan,
BAZNAS mampu menalangi defisit
APBN dan APBD bila memang
dibutuhkan karena pemerintah
mengalami defisit anggaran, kata
Wakil Menteri Agama (Wamenag)
Prof. Dr. Nasaruddin Umar
pada peresmian Gedung Seribu

BAZNAS Kabupaten Sukabumi di


Sukabumi, Rabu,16 Januari 2013
Gedung yang diresmikan
Bupati Sukabumi H. Sukmawijaya
itu berukuran 18 m x 18 m hasil
sedekah Rp1000 masyarakat
Sukabumi selama 4 Ramadhan.
Pada acara ini hadir pula, antara
lain mantan Bupati Sukabumi
Oman Sulaeman, Ketua Umum
BAZNAS Didin Hafidhuddin,
anggota DPR RI Komisi X Dr. Hj.
Reni Marlinawati, dan Asda III
Provinsi Jawa Barat (bidang Kesra)
H. Arief.
Menurut Wamenag, kondisi
seperti ini pernah terjadi di Mesir
sebelum Mesir yang sekarang ini.
Ketika Mesir mengalami defisit
anggaran, pemerintahnya tidak
meminta bantuan ke negara lain,
tapi ke Yayasan Wakaf Universitas

Ia mengajak umat Islam untuk


menciptakan tradisi baru di
lingkungan masing-masing. Yaitu,
membuat kotak amal di dalam
lemari sebagai tempat zakat. Ini
untuk memisahkan antara uang
pribadi dan uang zakat.
Membuat celengan seperti itu
tentu merepotkan. Nah, sekarang
tidak usah repot-repot membuat
celengan sendiri. Sebab, lembaga
keuangan syariah , seperti
perbankan syariah atau lembaga
amil zakat ada dimana-mana.
Ia menilai gedung seribu ini
insya Allah berkah karena lahir dari
keikhlasan. Ia memuji BAZNAS
Kabupaten Sukabumi yang telah
berhasil membangun gedung yang
relatif megah dari uang recehan
seribu rupiah.
Menurut dia, sejak berdirinya
hingga sekarang, BAZNAS
Kabupaten Sukabumi hampir
tak pernah absen dari peraihan
berbagai penghargaan. Maka, tak
heran kalau kemudian Sukabumi
dikenal Sebagai kabupaten
peradaban zakat.
Dengan adanya gedung ini dia
juga berharap, pegelolaan zakat di
Sukabumi lebih baik lagi. Maka, di
dalam testimoninya pada Gedung
Seribu ini, Wamenag menulis
Sukabumi sebagai Teladan LPZ
Tingkat Nasional ke Depan.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 17

LAZ Al-Irsyad Dukung BAZNAS


ImplementasiKAN UU ZAKAT No. 23/2011
Permasalahan zakat di tanah air begitu kompleks, terutama dalam
menggali potensi zakat yang mencapai Rp217 Triliun. Kenyataannya
hingga saat ini, penghimpunan zakat masih jauh dari potensi yang
diketahui dari hasil penelitian BAZNAS dengan FEM IPB tahun 2011 itu,
yakni hanya kurang dari Rp.2 triliun per tahun.

etua Umum BAZNAS, Prof.


Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc
mengatakan, agar maksimal,
pengelolaan zakat harus
dikerjakan dengan cara berjamaah
oleh organisasi-organisasi
pengelola zakat di negeri ini.

Tidak ada yang bisa dilakukan


tanpa berjamaah. Tak mungkin ada
pemain tunggal dalam mengelola
zakat, sebab masalah ini begitu
berat dan kompleks, kata Didin.
Hal ini diungkapkan oleh Didin
setelah penandatanganan MoU

antara BAZNAS dan Pimpinan


Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah.
MoU ini mengukuhkan komitmen
BAZNAS untuk mengembangkan
kelembagaan Lembaga Amal
Zakat(LAZ) dalam organisasi
massa tersebut.
Ketua Umum PP Al-Irsyad
Al-Islamiyah, KH Abdullah Djaidi
berharap, melalui kerjasama ini,
BAZNAS dapat mendampingi
perkembangan LAZ Al-Irsyad
hingga mampu menjadi LAZ yang
kuat.

Banjir di Jakarta

Pengungsi Butuh Bantuan Psikis


P

ada 17 Januari 2013 Jakarta


dan kawasan sekitarnya
kembali dilanda banjir. Untuk
meringankan beban para
korban, BAZNAS menyalurkan
bantuan sedikitnya Rp200 juta
dalam bentuk logistik, pakaian
dan berbagai kebutuhan lain di
kawasan Kampung Melayu dan
Cawang (Jakarta Timur)
Semanan (Jakarta
Barat), Bekasi (Jawa
Barat). Selain itu,

disalurkan pula logistik ke daerahdaerah yang susah dijangkau


dan belum mendapat bantuan,
karena donatur dan pihak-pihak
yang menyumbang memusatkan
bantuan di Kampung Melayu dan
Bukit Duri, Jakarta Timur.
Corporate Secretary BAZNAS,
Hermin R Rachim mengatakan,
memasuki satu pekan musibah
banjir ini, lingkungan lokasi bekas
banjir harus segera dibersihkan.
Karena itu, mulai Senin (21/1),
BAZNAS bersama relawan
dari Tagana, UGM dan STAN
akan mendistribusikan alat
kebersihan seperti karbol,
detergen dan peralatan
mandi.
Selain mendistribusikan
bantuan fisik, amil BAZNAS
yang turun ke lapangan juga
menjadi teman berbagi bagi
para pengungsi. Karena,

bukan hanya bantuan logistik


yang diperlukan, mereka juga
butuh rekan untuk sekedar
mendengarkan keluh kesah
selama menghadapi banjir.
Akhir pekan kemarin saat
saya terjun langsung ke lapangan,
Ibu Sri, seorang pengungsi dari
Kampung Pulo, mengeluhkan
langkanya bantuan makanan untuk
anak-anak. Lagipula, pembagian
yang dilakukan panitia, tidak adil.
Lalu saya mencoba memberikan
pengertian, bahwa dermawan
hanya memberikan semampu
mereka, sehingga kita mesti
bersabar dan ikhlas, katanya.
Hermin mengatakan, BAZNAS
mengajak dan menghimbau
kepada para muzaki untuk
memperhatikan permasalahan
korban banjir sehingga dalam
memberikan bantuan, tidak melulu
logistik.

program
baznas

18 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Perhimpunan BMT Seluruh Indonesia

Siap Bersinergi

ara pengurus Perhimpunan Baitul Maal wa


Tamwil (BMT) Indonesia mengingatkan
pentingnya sinergi dengan organisasi pengelola
zakat untuk mengatasi program kemiskinan. M.
Burhan NL dari BMT Safina Klaten mengatakan,
BMT bersama BAZNAS yang memiliki
kepanjangan tangan di daerah seluruh Indonesia,
dapat bersama-sama menghidupkan usaha kecil
masyarakat muslim. Yaitu masyarakat kecil bisa
memperoleh modal usaha dari umat juga, bukan
dari rentenir.
Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin
Hafidhuddin mengatakan, misi wa tamwil
pada program-program BMT, yang membantu
permodalan pengusaha kecil, berpeluang untuk
melahirkan muzaki-muzaki baru.

program
baznas

SIKIB Serahkan Bantuan Motor Pintar


Minimnya fasilitas pendidikan, terutama buku di kawasan terpencil
mengundang perhatian Persatuan Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).
Dirancanglah sebuah kendaraan bermotor yang bisa lincah menjangkau
daerah sulit seperti pegunungan, namun dapat memuat banyak buku.

Divisi Pendayagunaan dan


Pendistribusian, Faisal Qosim.
Motor Pintar ini akan
digunakan untuk melayani
masyarakat yang berada di
lereng pegunungan, diantara
Kabupaten Gunung Kidul dan
Kabupaten Sleman. Motor ini akan
mengunjungi Pos Yandu, Taman
Kanak-kanak yang wilayahnya jauh
dari lokasi rumah pintar.
Motor Pintar ini juga
digunakan untuk pelayanan di
daerah yang mengalami bencana
seperti gunung meletus, gempa
bumi, angin puting beliung di
wilayah Yogyakarta.

endaraan itu diberi nama Motor Pintar. Bentuknya sepeda motor


dengan tambahan kotak yang diletakkan di jok pembonceng. Di kotak
itulah diletakkan buku-buku bahan bacaan untuk masyarakat terpencil.
Pekan lalu, SIKIB memercayakan satu unit motor pintar untuk
diberikan kepada BAZNAS, bersinergi dengan Program Indonesia
Cerdas. Koordinator SIKIB, Layly Nuh menyerahkan kepada Teguh
Waluyo, pengelola Rumah Pintar Pijoengan Yogyakarta disaksikan Kepala

Bantuan motor pintar ini


merupakan kali kedua diterima
BAZNAS, setelah tahun 2010
lalu. Motor pintar diserahkan untuk
melangkapi program Rumah Pintar
BAZNAS di Banyumelek, NTB.
Kerja sama dengan SIKIB telah
berlangsung sejak tsunami Aceh
tahun 2004 dan terus berlangsung
hingga saat ini.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 19


kabupaten. Pembayar zakat di
daerah ini didominasi oleh Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Pemda dan
Kementerian Agama.
Tingginya partisipasi
PNS dalam menyukseskan
penghimpunan ini karena adanya
dukungan Gubernur Sumbar yang
mewajibkan PNS di lingkungan
Pemerintah Daerah Sumbar untuk
mengeluarkan zakat 2,5 persen
dari gaji dan pendapatan lainnya
setiap bulannya yang dipotong
langsung oleh bendaharawan.

Zakat PNS Turut Entaskan


Kemiskinan di Sumbar
B

adan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Sumatera Barat


(Sumbar) sukses menghimpun dana zakat dari masyarakat
daerahnya hingga Rp75,5 miliar pada tahun 2012 atau meningkat 60
persen dari penghimpunan tahun sebelumnya.
Ketua BAZNAS Sumbar, Prof. Dr. H Syamsul Bahri Khatib
mengatakan, meningkatnya penghimpunan zakat di Sumbar adalah
karena meningkatnya secara signifikan penghimpunan zakat di tingkat

Aturan yang diterbitkan


Pemerintah Provinsi tersebut
dilengkapi dengan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Sumatera
Barat yang mengatur tentang
ketentuan nisab zakat gaji dan
honor sesuai dengan syariat Islam.
Program-program konkrit
BAZNAS Sumbar dilaksanakan
melalui lima program besar, yaitu
Sumbar Iman dan Taqwa, Sumbar
Cerdas, Sumbar Sehat, Sumbar
Peduli dan Sumbar Makmur.

HS Dilon Bantu Wujudkan

Tercapainya Hasil Potensi Zakat

tusan Khusus Presiden RI


untuk Penanggulangan
Kemiskinan, HS Dilon,
bersilaturahmi ke Kantor
BAZNAS dalam mengatasi
persoalan kemiskinan melalui
pendayagunaan dana zakat, infak
dan sedekah. Diakuinya, kendati
pemerintah telah banyak berbuat,
persoalan kemiskinan belum
teratasi. Peran BAZNAS lebih jauh
diharapkan menjadi pendamping
orang-orang miskin untuk
medapatkan hak-haknya.

program
baznas

20 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H


berkisar antara Rp60 miliar hingga
Rp120 milyar. Sejak tahun 2009
hingga November 2012 telah
terkumpul dana zakat dan infak
sebesar Rp5,4 miliar.

Ketua Umum BAZNAS Prof Dr KH Didin Hafidhuddin (berdiri kiri) bersama sejumlah pejabat di
lingkungan Pemprov. Kep. Bangka Belitung dan para mustahik (berdiri belakang).

Menguatkan
program
baznas

Pengelolaan Zakat Daerah


Ketua Umum BAZNAS, Prof.
Didin Hafidhuddin berkeliling ke
beberapa daerah di Indonesia untuk
memastikan perkembangan dan
penguatan Baznas daerah untuk
mewujudkan BAZNAS sebagai
pemimpin dalam integrasi zakat
nasional.

unjungan dilakukan ke Aceh,


Bangka Belitung, Kutai
Kartanegara dan Sukabumi barubaru ini.
Pada forum yang digelar di
Kabupaten Aceh Besar, Didin
menekankan perlunya penguatan
kelembagaan dan kewenangan
Baitul Mal dalam pengelolaan
zakat. Saya harap zakat bisa juga
berfungsi sebagai Pendapatan Asli
Daerah (PAD),katanya

menghimbau Baitul Mal Aceh


untuk terus meningkatkan
profesionalitas, transparansi
dan akuntabelitasnya, sehingga
diharapkan menjadi lembaga
kepercayaan publik.
Di Pangkalpinang, Bangka
Belitung, Didin menekankan,
zakat adalah ibadah yang memiliki
posisi strategis dan menentukan
dalam upaya menyejahterakan
masyarakat. Zakat, menurutnya,
bukanlah filosofi dan teori semata.
Zakat bisa menyejahterakan umat
bila dikelola secara amanah dan
transparan.

Di Aceh pengumpulan zakat


meningkat setiap tahun. Tahun
2009 mencapai Rp84,5 milyar,
tahun 2010 Rp87 miliar, tahun
2011 Rp100,1 miliar.

Saat di Kutai Kertanegara, Didin


mendapati masalah
yang dihadapi
BAZNAS setempat
yaitu belum di
temukan cara yang
tepat dan efektif
untuk meyakinkan
muzakki membayar
zakatnya, terutama
melalui BAZNAS.

Gubernur Aceh melalui Asisten


III Pemprov Aceh Muzakkar,

Di Kutai sendiri,
potensi riil zakat

Di Kabupaten Sukabumi Didin


berkunjung ke BAZNAS yang
salah satu program unggulannya
adalah membangkitkan usaha
mikro berbasis masjid Desa
Peradaban Zakat (Bumi-DPZ)
dengan menggandeng pengusaha
lokal. Salah satu kegiatannya
adalah membentuk Pesanggrahan
Domba.
Menurut Didin, Kabupaten
Sukabumi adalah salah satu
contoh daerah pengelolaan
zakat yang baik. Daerah yang
menonjol pengelolaan zakatnya,
baik penghimpunan maupun
pendayagunaan, salah satu sebab
utamanya adalah daerah tersebut
mendapat dukungan dan dorongan
penuh dari kepala daerah.
Ketua Umum BAZNAS
juga bersyukur bahwa masih
ada kelompok profesional dan
pengusaha muda yang suka
berzakat. Karena salah satu
hikmah zakat adalah membentuk
karakter etika kerja, yaitu hanya
mau mencari rezeki yang halal.
Yang juga ditekankan adalah
bahwa pengusaha tidak akan rugi
atau pailit dengan berzakat.

Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin saat menyerahkan zakat secara
simbolis kepada mustahik, disaksikan Asisten III Pemkab Kutai Kartanegara Khaerul Fadlan.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 21

BAZNAS Jadi Pusat


Pelaporan Zakat Nasional
MENUJU IMPLEMENTASI SIMBA

ndang-Undang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat (UUPZ) memberi amanat yang


cukup berat buat BAZNAS. Yaitu, BAZNAS harus menjadi koordinator pengelolaan zakat
secara nasional. Peran ini memberi konsekwensi, BAZNAS harus memimpin jalannya proses
integrasi dan sinergi baik dari segi manajemen maupun dari sisi kesesuaian syariah (shariah
compliance).

program
baznas

SIMBA

22 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H


Dalam hal manajemen, termasuk di
dalamnya soal data dan informasi,
BAZNAS memiliki tugas membuat
laporan zakat nasional yang
kemudian akan dilaporkan ke
presiden. Karena jangkauannya
nasional berarti BAZNAS harus
mengkoordinasikan pelaporan
dari BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota dan lembaga amil
zakat (LAZ) seluruh Indonesia.

program
baznas

Tugas berat ini akan terasa ringan


manakala didukung oleh lembaga
pengelola zakat yang berada di
bawah koordinasinya. Dalam hal
pelaporan zakat, berarti, BAZNAS
provinsi, BAZNAS kabupaten/
kota, dan LAZ-LAZ harus memberi
laporan tentang pengelolaan
zakatnya ke BAZNAS (pusat).
Ini memang sudah merupakan
kewajiban mereka seperti
diatur dalam UUPZ pasal 19.
Di sana ditegaskan bahwa LAZ
wajib melaporkan pelaksanaan,
pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang diaudit
kepada BAZNAS secara berkala.
Dari pasal ini jelas bahwa yang
diwajibkan UUPZ kepada LAZ
adalah menyampaikan laporan,
bukan menyetorkan dana zakat
kepada BAZNAS. Sebenarnya
di UU Zakat sebelumnya, UU
No. 3/1999 pasal 9, kewajiban
pelaporan ini sudah ada. Cuma,
dalam praktiknya, belum bisa
berjalan secara optimal karena
mekanismenya tidak jelas. Nah,
pada UUPZ ini, mekanisme
pelaporannya sudah jelas, yaitu
kepada BAZNAS.
Karena itu, menurut Ketua Umum
BAZNAS Prof. Dr. KH Didin
Hafidhuddin, kewajiban memberi
laporan ini harus diartikansebagai
bagian dari integrasi zakat.
Integrasi ini penting agar
pembangunan zakat nasional
terakselerasi dengan baik dan

Simba merupakan sebuah sistem yang bisa memfasilitasi pengumpulan


data dan informasi, misalnya tentang jumlah muzakki dan mustahik.
Jadi, data dan informasi yang ada dalam pengelolaan zakat nasional
baik dari badan amil zakat (BAZ) maupun lembaga amil zakat (LAZ) itu
dikumpulkan menjadi satu dalam Simba,
sinergi antara BAZNAS dan LAZ, baik
dari sisi penghimpunan, penyaluran,
maupun pertanggungjawaban
pengelolaan zakat terdorong
semakin kuat, katanya.
Integrasi itu tentu termasuk di
dalamnya integrasi dalam hal
pelaporan zakat. Jadi, tugas
BAZNAS tidak hanya membuat
laporan yang biasa, tapi laporan
yang terintegrasi antara BAZNAS,
BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota dan LAZ secara
nasional. Katakanlah, BAZNAS
menjadi pusat pelaporan zakat
secara nasional.
Jadi, dengan peran sebagai
koordinator, BAZNAS menjadi
pusat data dan informasi dengan
cara mengimpun, mengolah dan
menyajikan data pengelolaan zakat
dari seluruh Indonesia melalui
pengembangan sistem teknologi
informasi online, melakukan
publikasi pengelolaan zakat
nasional melalui berbagai fitur
dan media serta aktif melakukan
kebijakan zakat nasional.
Memang harus ada suatu sistem
untuk tersusunnya laporan zakat
nasional yang terintegrasi. Menurut
Manajer Koordinator Zakat Nasional
(KZN) BAZNAS Noor Aflah, karena
jumlah BAZNAS baik provinsi
maupun kabupaten/kota itu
banyak, Yaitu 34 provinsi dan 507
kabupaten/kota, maka diperlukan
suatu sitem manajemen informasi.
Tanpa sistem akan sulit untuk
membuat laporan zakat nasional yang
terintegrasi. Karena itu, disusunlah
Sistem Manajemen Informasi
BAZNAS (Simba), katanya.

Simba merupakan sebuah


sistem yang bisa memfasilitasi
pengumpulan data dan informasi,
misalnya tentang jumlah muzakki
dan mustahik. Jadi, data dan
informasi yang ada dalam
pengelolaan zakat nasional baik
dari badan amil zakat (BAZ)
maupun lembaga amil zakat (LAZ)
itu dikumpulkan menjadi satu
dalam Simba,urainya.
Simba adalah sebuah sistem yang
standar. Dengan kata lain, Simba
ini akan menstandarkan laporan
keuangan sesuai dengan standar
yang berlaku. Yaitu mengacu
kepada standar laporan keuangan
yang ada di Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).
Khusus untuk zakat, PSAK yang
jadi acuan adalah PSAK 109.
Sebelum ini, artinya sebelum
BAZNAS diberi amanah sebagai
koordinator pengelolaan zakat
nasional, sebenarnya BAZNAS
telah membuat sistem sendiri.
Selain itu, BAZNAS juga pernah
memanfaakan sistem dari luar,
seperti Sistem Zakat Indonesia
(Simzaki), yang dibuat oleh
Kementerian Komunikasi dan
Informasi (Kominfo).
Namun, kata Noor Aflah, ketika
sistem-sistem itu diterapkan untuk
kepentingan pengelolaan data dan
informasi yang ada di BAZNAS,
BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota, dan LAZ seluruh
Indonesia, ternyata dari segi
aplikasi tidak bisa. Sudah mentok
karena banyak kendalanya, jelas
Noor Aflah.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 23

INGIN PAJAK ANDA


Lampirkan Bukti Setor Zakat
pada SPT Tahunan Anda

Info lebih lanjut hubungi:


021-390 4555 atau 08707 7373 555
badanamilzakat

@baznasindonesia

www.baznas.or.id

24 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

inspirasi

ZAKAT
Menumbuhkan
Bisnis
Sekecil apapun sebuah perusahaan, jika ia dikelola secara profesional
dan penuh ketaatan kepada perintah-perintah Allah, sehingga Allah
ridha, maka perusahaan itu akan menjadi besar, bahkan menjadi terbesar
di negara tempat ia beroperasi.
foto: miroslav arofich

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 25

foto: miroslav arofich

al seperti itu dialami oleh PT


Armindo CaturPratama, yang
didirikan oleh Ir.H. Isnu Santoso, Ir. H.
Agus Budhiarto, dan Jacob Riberu
pada tahun 1992 di Desa Gunung
Putri, Cibinong, Bogor. Ketika mulai
beroperasi (1995), perusahaan yang
bergerak di bidang konstruksi baja
itu, punya lahan usaha hanya seluas
11.800 m2, karyawannya hanya
50 orang dan kapasitas produksinya
yang berupa gorong-gorong baja
dan galvanis hanya seratusan ton
per bulan.
Itu terjadi karena memang bisnis
ini dimulai dengan modal relatif kecil.
Ya, kami menjalankan usaha ini
awalnya karena nekad saja bondo
nekadlah. Untuk mendapatkan
modal, kami mem-borg-kan
rumah kami bertiga ke bank, kata
Budhiarto.
Itu pun, tidak mudah
mendapatkannya. Sebab, oleh
bank, orang pribumi dianggap tak
bisa berbisnis. Oleh pengusaha
pribumi, uang yang ada umumnya
digunakan untuk konsumtif, bukan

untuk pengembangan usaha.


Maka, oleh bank kami dijadikan
kelinci percobaan, kata Isnu
menambahkan.
Budhiarto dan Isnu adalah teman
satu kampus. Mereka sama-sama
kuliah di Universitas Trisakti,
Fakultas Teknik Sipil, tapi berbeda
angkatan. Setelah lulus dari sarjana
mudanya, Isnu sibuk berbisnis.
Sehingga ia baru kuliah kembali
ketika Budhi mau menempuh ujian
akhir. Setelah lulus, mereka berpisah.
Budhi bekerja di PT Adhi Karya,
Isnu di perusahaan konstruksi baja
Bakrie Brothers. Tapi, kemudian
mereka bertemu di Bakrie Borthers.
Ini pun karena Budhi diajak oleh
Isnu, setelah Budhi bekerja 4 tahun
sebagai kontraktor. Ketika itu, Jacob
sudah bekerja di Bakrie Brothers.
Di sana mereka membangun
pertemanan.
Mereka benar-benar kompak.
Buktinya, ketika Isnu memutuskan
keluar dari Bakrie untuk
membangun usaha, Budhi dan Jacob
menyetujuinya. Mereka keluar dari

inspirasi

Bakrie, ketika Tantri Abeng masuk


ke Bakrie melakukan perubahan
manajemen. Organisasinya kan
diubah. Dengan perubahan itu, ada
kemungkinan, hari ini kami manajer,
besok hari kami tidak punya jabatan
apa-apa, kata Isnu yang saat mau
keluar sudah mencapai jabatan
senior manager.
Kekompakan yang sudah tumbuh
ketika di Bakrie Brothers ini mereka
perkuat saat menjalankan Armindo
Mereka berada pada jabatan
masing-masing sesuai dengan
kemampuan dan karakternya. Budhi
menjadi direktur operasional, Isnu
menjadi direktur marketing, dan
Jacob jadi direktur keuangan dan
HRD.
Jacob yang non-muslim tak
menjadi halangan bagi Budhi
dan Isnu untuk bekerja sama.
Mereka menjaga toleransi, saling
menghormati, dan saling berkorban
demi tumbuhnya perusahaan.
Dengan segala keterbatasan
yang ada, mereka membangun
perusahaan ini dengan membangun

26 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Kami sadar, kami mendapatkan seperti ini karena


ridha Allah. Dan kami juga sadar, keuntungan yang
kami dapatkan, tidak hanya milik kami sendiri, tapi
ada hak orang lain. Maka, kita harus saling berbagi
melalui zakat.

inspirasi

sumber daya manusia


(SDM).-nya Kalau
manusianya sudah
terbangun dengan baik,
segala sesuatunya akan
berjalan dengan baik, tegas
Budhi.

Pembangunan SDM yang


dilakukan Armindo tidak hanya
dari sisi skill, tapi juga dari sudut
moral. Yang sifatnya skill, Armindo
melakukannya melalui pembalajaran
sistem manajemen ISO dan sistem
keselamatan kerja karyawan.
Sedangkan yang sifatnya akhlak
atau sikap, Armindo melakuannya
lewat latihan-latihan outband atau
latihan internal lainnya. Selain
itu, SDM juga diberi sarana dan
prasarana untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
Satu fasilitas yang cukup
membanggakan, khususnya bagi
SDM muslim adalah adanya masjid
yang refresentatif yang didesain
oleh tim Armindo sendiri, hasil
diskusi para karyawan, bukan
usulan direksi. Lewat masjid yang
dibangun tahun 2012 itu, selain
melakukan shalat berjamaah,
para karyawan juga melakukan
berbagai kegiatan keagamaan,
seperti pengajian bulanan dengan

Isnu Santosa Agus Budhiarto


Dua pendiri Armindo

mendatangkan dai-dai, seperti Arifin


Ilham, Yusuf Mansyur, dan KH Didin
Hafidhuddin. Para karyawatinya
juga aktif dengan membentuk
Khairunnisa.

bekerja sama dengan Armindo


sejak 2010. Bagian zakat lainnya
dikelola sendiri untuk kegiatan CSR,
seperti di Yogyakarta, dan Bogor
(Hambalang).

Dengan upaya-upaya itu


Armindo kian tumbuh. Kini lahan
usahanya jadi 20 ha. Productnya tidak hanya gorong-gorong
baja, tapi juga tower, dengan
kapasitasnya menjadi 4200 ton
per tahun serta galvanis (anti karat)
dengan kapasitasnya 5000-an
ton per bulan. Pada tahun 2012
omsetnya Rp500-an miliar. Pada
2013 ini, omsetnya ditargetkan
mencapai Rp800-an miliar.

Kegiatan keagamaan, seperti


pengajian dan pembayaran zakat,
muncul signifikan di Armindo
karena Budhi dan Isnu berasal dari
keluarga muslim yang taat. Ketika
di Yogyakarta, Budhi hidup dalam
lingkungan orang tuanya yang
suka menjadi panitia Qurban dan
zakat fitrah. Yang disampaikan
kedua orang tuanya pasti yang
berhubungan dengan zakat dan
qurban karena mereka berzakat
dan berqurban. Pesan ibunya yang
selalu dia ingat adalah, Kamu
harus jadi muslim yang baik yang
bisa saling berbagi, yang bisa
mengangkat derajat manusia lain.

Menurut Isnu, peningkatan itu


terjadi, sebenarnya bukan hanya
karena adanya berbagai upaya tadi,
tapi karena adanya ridha Allah Swt.
Kami sadar, kami mendapatkan
seperti ini karena ridha Allah. Dan
kami juga sadar, keuntungan yang
kami dapatkan, tidak hanya milik
kami sendiri, tapi ada hak orang
lain. Maka, kita harus saling berbagi
melalui zakat, katanya.
Armindo memang sangat
concern dengan berbagi ini. Mereka
punya budget zakat penghasilan
rata-rata mencapai Rp1,8 miliar.
Yang sekitar 50%-nya dipercayakan
kepada BAZNAS yang sudah

Begitu pula Isnu. Dia lahir dari


keluarga yang rajin mengikuti
pengajian. Sampai sekarang, di
rumah orang tuanya itu selalu
ada pengajian bulanan. Bahkan,
terbentuk perkumpulan pengajian
untuk keluarga. Selain pengajian
itu, yang sangat mendorong
Isnu berbagi adalah ayahnya
mewakafkan masjid untuk
masyarakat sekitarnya.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 27

AGENDA BAZNAS
9-11

24

Mei 2013

Stadium
General
SKSS

Mei 2013
Parenting
bersama
Elly Risman

agenda

23

Juli 2013

30

Juni 2013

Kampanye
Ramadhan bersama Presiden RI
Tarhib Ramadhan

18

Juli 2013
Buka Puasa
Bersama Kadin

23-25
Juli 2013

Orphan Camp

Hari Anak Nasional


Ayo Berbagi
Talkshow di Radio
Gerakan berinfak
siswa SD-SMA

24

Juli 2013

buka puasa
bersama
anak yatim

28 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

ila secara umum tujuannya


sama, alangkah baiknya zakat
dan pajak dikelola dalam satu atap.
Dengan cara ini, zakat dan pajak bisa
berkolaborasi dalam upaya mencapai
masyarakat yang sejahtera. Nah,
pengelolaan yang satu atap ini, ada
di Arab Saudi.
Di Arab Saudi, zakat dan pajak
dikelola di bawah kementerian
keuangan. Untuk keperluan ini, maka
dibentuklah badan khusus bernama
Maslahat Az-Zakat wa Ad-Dakhl atau
Departement of Zakat and Income
Tax (Badan Zakat dan Pajak).
Dengan demikian, di Arab Saudi
zakat dan pajak benar-benar sudah
seperti saudara.

dunia
zakat

foto: miroslav arofich

Kolaborasi
Zakat & Pajak
di Arab Saudi
Zakat dan pajak sama-sama bertujuan ingin
menyejahterakan masyarakat. Bedanya, zakat
merupakan kewajiban agama yang sangat penting
artinya bagi kesejahteraan umat (Islam). Sedangkan
pajak merupakan kewajiban Negara yang sangat
penting artinya untuk pembangunan bangsa.

Direktur Badan dan Zakat Arab


Saudi Ibrahim bin Muhammad
Muflih menjelaskan tentang tugas
dan fungsi badan ini kepada Ketua
Umum BAZNAS Prof. DR. KH Didin
Hafidhuddin selaku Sekjen World
Zakat Forum (WZF) dan rombongan
saat melakukan kunjungan ke
Riyadh Arab Saudi pada 20-21 Mei
2012 lalu. Tugas dan fungsi dari
Badan Zakat dan Pajak itu garis
besarnya adalah:
Pertama, melakukan
pengumpulan zakat dan pajak
dari pihak-pihak yang diwajibkan
untuk membayarnya. Pembayaran
zakat (2,5%) sifatnya wajib bagi
perusahaan Arab Saudi dan
pajak (20% atau sesuai dengan
perjanjian bilateral Penghindaran
Pajak Berganda) diwajibkan kepada
perusahaan asing yang melakukan
kegiatan usaha/bisnis di Arab Saudi.
Kedua, memiliki kewenangan
untuk melakukan penilaian dan
pengecekan atas harta kekayaan
perusahaan dan jumlah zakat yang
wajib ditunaikan atau nilai pajak yang
harus dibayarkan ke kas negara.
Ketiga, tidak memiliki
kewenangan untuk menagih zakat
dari perorangan/individu. Bagi

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 29


perorangan/individu, kewajiban
zakatnya diserahkan kepada
masing-masing individu.
Keempat, hanya memiliki
kewenangan pengumpulan
atau pemungutan. Dalam
penyalurannya, untuk zakat
disalurkan khusus kepada delapan
asnaf sebagaimana ketentuan
syariat melalui Kementerian Sosial
Arab Saudi yang berkewenangan
membiayai pengeluaran keamanan
sosial. Sedangkan penerimaan
pajak masuk ke dalam rekening
penerimaan pajak.
Dengan demikian jelas, setiap
individu memang diwajibkan
membayar zakat. Tapi ia boleh
menyalurkan zakatnya langsung
kepada mustahiknya atau melalui
yayasan sosial. Jika sudah
membayar zakat, ia tidak ditarik
pajak lagi. Dana pajak akan
digunakan untuk membiayai
kelangsungan negara, sedangkan
dana zakat akan disalurkan melalui
Departemen Sosial sesuai dengan
peruntukaannya, yaitu yang
delapan asnaf itu.
Berbeda dengan zakat
individu, zakat perusahaan harus
dibayarkan melalui Badan Zakat
dan Pajak itu. Setiap perusahaan
yang telah membayarkan zakatnya
akan mendapatkan sertifikat tanda
telah membayar zakat. Sertifikat
ini akan memudahkan perusahaan
itu untuk memperpanjang izin
usahanya. Yang tidak memiliki
sertifikat berarti perusahaan itu
tidak membayar zakat. Maka, izin
usahanya tidak diperpanjang lagi.
Bagaimana dengan perusahaan
yang pemiliknya non muslim atau
asing? Mereka tentu tak wajib
membayar zakat. Yang diwajibkan
kepada mereka adalah membayar
pajak. Jadi jelas, zakat itu
dibayarkan oleh perusahaan milik
muslim, sedangkan pajak dibayar
oleh perusaahaan non muslim.

Pembayaran zakat yang


seperti ini memastikan bahwa
kewenangan resmi untuk
menghimpun zakat hanya ada
pada pemerintah. Ini seperti pada
masa Khalifah Umar bin Abdul
Aziz. Pada masa itu, pengumpulan
zakat berada di bawah
kewenangan negara. Peran negara
ini tegas dalam pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat oleh Badan
Zakat dan Pajak ini, terutama
dalam hal pengumpulan zakat
dan pajak telah menggunakan
online system. Mereka punya pusat
data dan informasi yang lengkap
dengan dukungan Information and
Communication Technology (ICT).
Dengan dukungan ICT ini
terjadi peningkatan penerimaan
zakat yang signifikan. Pada 2012,
kenaikannya ini mencapai 18 %
atau jumlahnya menjadi 23,3 miliar
SAR. Ini terdiri dari penerimaan
zakat perdagangan yang lebih dari
11 miliar SAR dan pendapatan
dari penghasilan kena pajak
perusahaan-perusahaan asing
mencapai 12 miliar SAR. Kenaikan
ini terjadi juga karena tumbuhnya
perekonomian Arab Saudi tahun
2011.

menghimpun dana zakat dan pajak


ini mentransfer dana tersebut ke
rekening milik Badan Moneter
Harian Arab Saudi untuk kemudian
didistribusikan kepada yang
membutuhkannya.
Melihat begitu berkembangnya
pengeloaan zakat di Arab
Saudi, kata M. Fuad Nasar, MSc
(Sekretaris BAZNAS), Indonesia
masih perlu belajar dari negara
lain, termasuk dari Arab Saudi.
Ini unuk mewujudkan pusat data
dan informasi zakat nasional yang
terintegrari sesuai dengan maksud
Undang-Undang No. 23 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Selain
itu juga untuk mewujudkan sinergi
atau intergrasi pembayaran pajak
dan zakat.

dunia
zakat

Kementerian Keuangan Arab


Saudi yang membawahkan Badan
Zakat dan Pajak memperkirakan,
aset potensial yang wajib
dikenakan zakat sebesar 450
miliar SAR. Kementerian ini
berencana akan meningkatkan
infrastrukturnya dengan membuka
lima kantor cabang baru di Jazan,
Najran, Arar, dan Al-Jouf. Tidak
hanya itu, Arab Saudi juga telah
menandatangani 31 perjanjian
dengan negara-negara asing
untuk upaya menghindari pajak
berganda.
Setelah berhasil membukukan
penerimaan zakat dan pajak
yang tinggi, kementerian yang

foto: miroslav arofich

30 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Antusias Berdakwah

Melalui Zakat

opini

foto: donang wahyu

slam kini menjadi agama nomor


2 terbesar di dunia, sehingga
di banyak belahan bumi yang
dihuni manusia ini, insya Allah
telah berkumandang azan dan ayat
suci Al Quran. Jumlah ini tentu
sangat membanggakan Rasulullah
Saw yang dulu mendakwahkan
Islam dari satu orang ke satu
orang lainnya, meskipun secara
kualitas sebagian besar masih
jauh dari ajaran Rasulullah Saw.
Berkembangnya Islam ke seluruh
penjuru bumi ini tak lepas dari
antusiasme umat, dimulai sejak
zaman para sahabat, yang
melaksanakan ajaran Islam secara
kaffah dan mendakwahkannya
setiap saat kepada siapa saja,
melalui ucapan maupun perbuatan
mereka.

pertama yang berlombalomba untuk melaksanakan


dan menyebarkannya. Lihat
pula bagaimana sikap para
sahabat ketika Rasulullah
Saw menyerukan infak untuk
perjuangan fi sabilillah. Abu
Bakar membawa semua harta
miliknya sejumlah 4.000 dirham,
sekitar Rp. 200 jutaan pada masa
sekarang . Ketika Rasulullah
Saw menanyakan apa yang
ditinggalkan untuk keluarganya,
Abu Bakar menjawab, cukup
Allah dan RasulNya. Sehingga
Rasulullah Saw pun bersabda,
Tidak ada harta yang paling
bermanfaat bagiku sebagaimana
bermanfaatnya harta Abu
Bakar.(HR Abu Da-wud dan
Tirmidzi)

Antusiasme itu tercermin


setiap kali turun ayat AlQuran, merekalah orang-orang

Tak mau kalah, Umar datang


dengan menyerahkan setengah
dari keseluruhan hartanya.

Utsman telah menyerahkan


kepadaJaisulUsrahdalam Perang
Tabuk sejumlah 940 ekor unta
ditambah dengan 60 ekor kuda
untuk membulatkan jumlah
menjadi seribu ekor. Beliau juga
membawa 1.000 dinar emas,
setara 2.2 milyar rupiah dalam
pakaiannya. Kafilah dagangnya
yang hendak berangkat ke Syam
200 ekor unta termasuk barang
dagangannya dia keluarkan
sedekahnya. Masih belum cukup,
Utsman juga memberikan 100
ekor unta dan 1000 dinar emas.
Rasulullah Saw pun ber-sabda,
Ya Allah, ridhailah Utsman,
sesungguhnya aku telah ridha
padanya.
Abdurahman bin Auf, membawa
200 uqiyah perak, senilai Rp300
jutaan. Bagi yang memiliki sedikit
harta pun tak rela untuk tidak
berinfak fi sabilillah, mereka

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 31

Setiap amil sejatinya adalah pendakwah, yang idealnya


harus menjadi rujukan umat dalam menjalankan ajaran Islam
khususnya zakat, infak dan sedekah. Sebagaimana antusiasme
para sahabat untuk menyebarkan ajaran Islam, antusiasme
amil untuk mendakwahkan kewajiban zakat dan anjuran
infak/sedekah harus merasuki sel-sel tubuhnya.

berinfaq semampunya. Ashim bin


Adiy membawa 70 wasaq kurma,
ada yang membawa dua mud
bahkan satu mud kurma, tidak satu
pun para sahabat Nabi yang tidak
memberi kecuali kaum munafik.
Setelah era sahabat Rasulullah
yang mulia, perkembangan Islam
terus dilakukan oleh para tabiin,
salafussaleh yang melaksanakan
dan mendakwahkan ajaran Islam
dengan penuh antusias. Mereka
mengunjungi daerah-daerah yang
jauh untuk memperkenalkan Islam
melalui pengajaran Al Quran, hadis
dan melalui perilakunya sehari-hari,
termasuk berzakat dan berinfak
yang membuat masyarakat jatuh
hati dengan kedermawanannya
dan tergerak untuk masuk
Islam. Penyebaran Islam yang
jauh dari pertumpahan darah,
yang penuh kedermawanan ini
membuat Islam semakin diakui
kebenarannya sebagai Rahmatan
lil alamiin. Hingga hari ini Islam
telah menjadi agama yang dipeluk
oleh hampir 2 miliar manusia
Sayangnya, perkembangan
Islam di Indonesia, justru
mengalami penurunan. Akhir-akhir
ini, ketika di Amerika dan Eropa
orang berbondong-bondong
beralih ke Islam, di Indonesia
prosentase penduduk yang
beragama Islam semakin menurun.
Dari 92%, kini tinggal 85%. Itu
baru dari sisi jumlah, belum dari
sisi kualitas. Dari sisi kualitas,
yang mengerjakan shalat lima
waktu secara rutin mungkin tak

sampai dari separuhnya. Sungguh


memprihatinkan. Dakwah yang
terus dilakukan, ternyata tak
mampu membentengi umat agar
tetap konsisten menjadi muslim.
Diperlukan strategi dakwah yang
berbeda agar umat mengenal
ajaran Islam, meyakininya sebagai
agama yang paling baik dan benar
serta mengamalkannya secara
kaffah dengan penuh antusias.
Pada masa ini, ketika umat
sudah apatis pada khutbah dan
ceramah, ketika keteladanan dari
ulama sudah tidak banyak lagi,
dakwah yang paling efektif adalah
dakwah bil hal. Zakat adalah
ajaran Islam yang sangat strategis
untuk menjadi alat dakwah.
Dengan zakat, Islamlah agama
yang sesungguhnya mengajarkan
cinta kasih, kepedulian terhadap
sesama, kasih sayang kepada si
lemah, kesetaraan, kesejahteraan
dan kedamaian di alam semesta.
BAZNAS sebagai lembaga
yang didirikan khusus untuk
mengelola zakat di Indonesia,
adalah lembaga yang sangat
tepat untuk menjadi pusat dakwah
ini. BAZNAS di setiap tingkatan
baik nasional, provinsi dan kota/
kabupaten termasuk UPZ baik
yang di masjid maupun non masjid,
idealnya menjadi tempat umat
mendapatkan pencerahan dan
ketenteraman Islam.
Setiap amil sejatinya adalah
pendakwah, yang idealnya
harus menjadi rujukan umat

Emmy Hamidiyah
Sekretaris BAZNAS

dalam menjalankan ajaran


Islam khususnya zakat, infak
dan sedekah. Sebagaimana
antusiasme para sahabat
untuk menyebarkan ajaran
Islam, antusiasme amil untuk
mendakwahkan kwajiban zakat
dan anjuran infak/sedekah
harus merasuki sel-sel tubuhnya.
Seperti para mujahid yang
terus berjuang membela dan
menegakkan ajaran Islam, amil
harus terus menyampaikan
hikmah zakat, infak, sedekah
setiap saat, kepada setiap orang,
terus-menerus tanpa rasa bosan.
Dan yang lebih utama, melalui
dana zakat, infak, sedekah yang
terhimpun, amil harus antusias
menyalurkankannya kepada
orang-orang yang membutuhkan.
Alangkah idealnya ketika UPZ
dan BAZNAS bisa menjadi rumah
penyelamat bagi umat yang
kelaparan, perlu bantuan biaya
sekolah, biaya berobat saat sakit,
saat ingin terlepas dari lilitan
utang, atau rumah penyelamat
bagi muallaf yang terusir. Juga
rumah pendukung bagi muallaf
dan umat yang ingin menambah
keimanannya, serta bagi setiap
perjuangan menegakkan asma
Allah di bumi ini. Ketika fungsi
ideal BAZNAS ini tercapai, insya
Allah umat Islam Indonesia
pun akan kembali, percaya diri
memeluk agama Islam yang mulia.

opini

32 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

HAMKA
Ulama
yang
Otodidak
tokoh

Ia adalah Haji
Abdul Malik Karim
Amarullah atau lebih
dikenal dengan
julukan HAMKA.
Putra sulung dari
tujuh bersaudara
ini lahir di Desa
Kampung Molek,
Maninjau, Sumatera
Barat, 17 Februari
1908. Ia dibesarkan
dalam keluarga yang
taat melaksanakan
ajaran Islam. Ayahnya
bernama Abdul Karim
Amarullah, ulama
di Minangkabau,
yang akrab dipanggil
Haji Rasul. Ibunya
bernama Siti
Shafiyah, berasal dari
keturunan seniman di
Minangkabau.

foto: google.com

endidikan formalnya hanya


sampai kelas 2 sekolah dasar
(SD), tetapi keahliannya dalam
berbagai bidang, seperti agama,
sastra, dan politik, benar-benar
mumpuni. Sehingga, ia dikenal
sebagai seorang ulama, satrawan,
sejarawan, dan politikus. Jasa dan
karya-karyanya juga dihargai.
Sehingga, ia mendapatkan
berbagai perhargaan, seperti
Doctor Honoris Causa dari
Universitas Al-Azhar, Kairo
dan Universitas Kebangsaan
Malaysia, serta Gelar Datuk Indono
dan Pangeran Wiroguno dari
pemerintah Indonesia.
HAMKA bisa mencapai prestasi
itu karena ia seorang pembelajar
mandiri (otodidak) berbagai ilmu
pengetahuan, seperti agama,

filsafat, sastra, sejarah, dan politik,


baik Islam maupun Barat. Minat
bacanya sudah tumbuh sejak kecil.
Ketika ia bersekolah di Thawalib
atas kemauan ayahnya, ia lebih
senang berada di perpustakaan
milik gurunya, Zainuddin Labay El
Yunusy. Dia baca berbagai macam
buku, lalu dia pinjam untuk dibaca
di rumah.
Suatu ketika, ayahnya
memergoki HAMKA tengah
membaca buku-buku yang tak ada
hubungannya dengan pelajaran di
Thawalib, seperti buku Kaba Cindu
Mato. Melihat itu, ayahnya marah.
Apakah engkau akan menjadi
alim nantinya, atau menjadi tukang
cerita? kata ayahnya.
Selain membaca, dalam
memenuhi keinginantahuannya

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 33


itu, HAMKA juga suka dengan
berkelana. Maka, ayahnya memberi
gelar kepada putranya itu si Bujang
Jauh. Pada usia 16 tahun, ia
merantau ke Jawa untuk menimba
ilmu tentang pergerakan Islam
modern kepada HOS Tjokroaminoto,
RM Sorjopranoto, Haji Fachruddin,
AR Sutan Mansyur dan Ki Bagus
Hadikusumo. Dengan tokoh-tokoh
itu HAMKA bertukar pikiran sambil
mengasah bakatnya sehingga
menjadi seorang ahli pidato.
Hanya setahun ia merantau
ke Jawa. Ketika kembali di
Padang Panjang (1925), ia mulai
menerapkan pengalamannya
dari perantauan, yaitu menulis di
majalah dan berpidato. HAMKA
dikritik ayahnya karena ia sudah
berani berpidato padahal ilmunya
belum ada. Pidato-pidato saja
adalah percuma. Isi dahulu dengan
pengetahuan. Dengan pengetahuan,
barulah ada arti dan manfaatnya
pidato-pidatomu itu, kritik ayahnya.

ia dapat membaca berbagai kitab


klasik, buku dan bulletin Islam
dalam bahasa Arab, satu-satunya
bahasa yang dikuasainya.
Kemahiran berbahasa Arab
inilah yang membantu HAMKA bisa
otodidak. Dengan bahasa Arab yang
baik, dia jadi mudah menyelidiki
karya ulama dan pujangga besar,
seperti Zaki Mubarak, Jurzi
Jaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa
al-Manfaluti, dan Husain Haikal.
Dengan bahasa Arab juga ia mampu
meneliti karya-karya sarjana Prancis,

Di Medan, ia kembali melanjutkan


aktivitasnya sebagai penulis Tasauf
Modern, dan Falsafah Hidup.
Selain menulis, HAMKA juga
aktif di Muhammadiyah. Dia terpilih
menjadi Ketua Majlis Pimpinan
Muhammadiyah di Sumatera Barat
oleh Konferensi Muhammadiyah
menggantikan S.Y. Sutan
Mangkuto pada 1946. Pada 1953
ia dipilih sebagai penasihat PP
Muhammadiyah. Pada 26 Juli 1977,
Menteri Agama Prof Dr. Mukti Ali
melantiknya sebagai Ketua Umum

Karena Buya HAMKA teguh memegang prinsip


yang diyakininya, ia jadi seorang ulama yang
disegani. Sikap independennya ini tidak hanya ia
tunjukkan saat jadi Ketua Umum MUI, tapi juga
pada zaman Soekarno.
Inggris dan Jerman.

Kritik tak hanya datang dari


ayahnya, tapi juga dari masyarakat.
Pidato-pidatonya itu kurang diterima
baik oleh masyarakat. Mereka
seringkali mencemooh HAMKA
sebagai tukang pidato yang tidak
berijazah Sebagian ulama pun
mengkritik HAMKA karena HAMKA
belum menguasai bahasa Arab
dengan baik.

HAMKA bermukim di Mekah


selama 7 bulan. Tadinya ia akan
menetap di sana, tapi tidak
jadi. Agus Salim yang sempat
bertemu HAMKA di Tanah Suci
menasihatinya agar ia lebih baik
kembali ke tanah air. Sebab, banyak
pekerjaan yang bisa ia lakukan
menyangkut pekerjaan, studi, dan
perjuangan.

Berbagai kritik itu mencambuk


dirinya untuk meningkatkan
kemampuannya. Intinya, ia harus
memperdalam ilmu keagamaan
dan bahasa Arab. Karena itu, pada
1927 ia mengambil keputusan
pergi ke Mekah untuk menimba
ilmu dan menunaikan ibadah haji.
Ia berangkat dengan biaya sendiri
dan tanpa pamit kepada ayahnya.
Selama di Mekah, HAMKA bekerja
di percetakan milik Tuan Hamid,
putra Majid Kurdi, mertua Ahmad
Khatib al-Minangkabawi. Di sini

Ia tidak kembali ke Padang


Panjang, tapi malah menetap di
Medan, kota tempat berlabuhnya
kapal yang membawanya pulang.
Di sini ia berkarier sebagai penulis
artikel dan buku.
Ia sempat kembali ke tempat
kelahirannya. Itu pun karena dibujuk
kakak iparnya Ahmad Rasyid Sutan
Mansyur.
Tapi setelah setahun menetap
di Sungai Batang, HAMKA kembali
merantau, ke Medan.

tokoh

Majlis Ulama Indonesia (MUI).


Tapi, pada April 1981 HAMKA
mengundurkan diri dari MUI karena
mempertahankan prinsip tentang
haramnya merayakan hari natal
bagi umat Islam. Beberapa bulan
kemudian, tepatnya pada 24 juli
1981, HAMKA berpulang ke
Rahmatullah.
Karena Buya HAMKA teguh
memegang prinsip yang diyakininya,
ia jadi seorang ulama yang disegani.
Sikap independennya ini tidak
hanya ia tunjukkan saat jadi Ketua
Umum MUI, tapi juga pada zaman
Soekarno. Ketika itu, ia berani
mengeluarkan fatwa haram menikah
lagi bagi Presiden Soekarno. Ini
membuat Soekarno marah besar.
HAMKA juga terus mengeritik
kedekatan pemerintah dengan
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Maka, akhirnya ia dijebloskan ke
penjara di Sukabumi oleh Soekarno.

34 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Rumah Pintar - BAZNAS

Mandirikan Yatim
dan Dhuafa
kiprah

Pendidikan hidup mandiri tidak hanya dapat diraih dari pendidikan formal di sekolah
bergengsi. Tapi, bisa juga diperoleh dari pendidikan informal di sekolah sederhana
bantuan dana zakat, seperti Rumah Pintar yang berada di pinggir danau nan elok
di Desa Tamansari, Ciapus, Bogor, binaan BAZNAS.
foto: miroslav arofich

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 35

al itu diakui oleh salah


seorang alumninya, Hana
Akmalia (19). Menurut dia, di
Rumah Pintar anak-anak yatim
didorong mandiri, tidak boleh
menunggu belas kasihan orang
lain. caranya siswa diberi berbagai
keterampilan, seperti memotret,
memandu acara (MC).
Dari berbagai keterampilan itu,
Hana lebih menekuni bidang MC.
Akhirnya, MC menjadi salah satu
keahlian yang dapat digunakan
untuk mencari nafkah. Ia juga jadi
guru taman kanak di Rumah
Pintar itu sejak 2012.
Rumah Pintar didirikan pada
2010 oleh Baban Sarbana. Dana
awalnya diambil dari gajinya
ketika ia bekerja sebagai manajer
pemasaran di perusahaan swasta
bidang IT di Jakarta. Dia pernah
kuliah di IPB jurusan Komputer
setelah meraih S1dari Unpak
Bogor, ia dapat beasiswa S2 dari
Menpora untuk kuliah di UI. Dan
berhasil menggondol gelar S2
bidang Leadership Strategy.
Baginya, Rumah Pintar adalah
praktik atau penerapan ilmu yang
diperolehnya dari UI. Dengan ilmu
yang sama, teman teman saya
memilih bekerja di pemerintah.
Tapi, saya terpanggil untuk
membangun masyarakat dhuafa
tempat kelahiran saya, kata Baban
yang lahir 38 tahun lalu di Desa
Tamansari, Ciapus, Bogor.
Untuk mengembangkan
kegiatan sosialnya, Baban
membangun jaringan dengan
membentuk yatimonline.com. Dia
bekerja sama dengan sejumlah
donatur atau lembaga pengelola
zakat. Sejak bekerja sama dengan
BAZNAS (201I), Rumah Pintar
tumbuh. Jumlah siswanya yang
tadinya 30 orang menjadi 50
orang ditambah 16 orang siswa
taman kanak-kanak (TK), dan

bangunannya pun lebih nyaman


untuk belajar.
Menurut Baban, agar tidak
habis begitu saja dana operasional
dari BAZNAS setiap tahun
digunakan untuk membentuk
karakter para siswa, misalnya
kemandirian dan kepedulian
kepada dhuafa. Dari pendanaan
lain, ia membentuk Kelompok
Usaha Budaya Pintar Dhuafa
(Kubid) untuk para ibu anak yatim.
Mereka diberi pinjaman mulai
Rp500 ribu sampai Rp2 juta
untuk usaha-usaha kecil, seperti
berjualan ikan asin menjemur
sendiri sampai bisa membuka
warung kecil.
Usaha ini sudah berjalan
setahun dan lancar. Pinjaman
dikembalikan melalui sarana cilawi
(cicilan awi). Yaitu, cicilan sebesar
Rp2000 per hari yang dimasukkan
ke dalam bambu. Setelah dua
minggu, cilawi itu ditagih oleh
siswa Rumah Pintar. Dari
kegiatan menagih itu, para siswa
akan belajar berwirausaha karena
mereka akan bertanya langsung
ke pelaku usaha, kata Baban
Lewat Rumah Pintar ini akan
lahir siswa yang punya visi. Yang
untuk mencapainya mereka harus
melanjutkan kuliah, seperti yang
dilakukan anak kembar Yoga dan
Yogi, yang masuk ke Rumah
Pintar pada 2010 bersamaan
dengan Hana. Yoga, ingin jadi
pengusaha di bidang peternakan,
maka ia kuliah di Universitas
Sudirman (Unsoed) Purwekerto,
jurusan peternakan. Ia baru duduk
di tingkat I. Sedangkan Yogi, ingin
jadi guru olah raga kuliah di tingkat
I Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu
Penidikan (STKIP), Bandung. Yogi
pun baru duduk di tingkat I.
Yoga saat ini menjadi anak asuh
seorang donator. Dia berharap,
Yoga tidak berubah pikiran untuk

Baban Sarbana
Pendiri yatimonline.com

menjadi pengusaha setelah ia


menamatkan pendidikannya di
Unsoed. Sebab, Baban telah
mempersiapkan pekerjaan buat
Yoga. Saya sudah buatkan CV
Sukses Berkah Mandiri. Begitu dia
lulus, dia bisa jadi direktur utama,
katanya.
Siswa Rumah Pintar diedukasi
tidak hanya dengan teori, tapi
juga dengan keteladatan. Tiga
anak tadi, yaitu Hana, Yoga, dan
Yogi, menurut Baban, lebih efektif
mendidik siswa lainnya dari pada
sekadar teori. Selain itu, Baban
juga bisa jadi teladan. Sebab, dia
bisa jadi sarjana dari ibu seorang
tukang bakwan dan ayah seorang
petani yang tidak tamat SD.
Kalau saya lahir dari keluarga
kaya, mungkin mereka tidak terlalu
tersentuh, jelasnya.

kiprah

Bagi ayah dua anak ini, bekerja


memberdayakan yatim dan dhuafa
merupakan bekal untuk akhirat.

foto: miroslav arofich

36 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

silatu
rahim

foto: Gontor_foto gontor.ac.id

Datang ke Pesantren Gontor

Mau Cari Ilmu?

Bapak, boleh
enggak setelah
lulus, Mas
masuk Pondok
Pesantren
Gontor?

ertanyaan ini diajukan seorang


anak kelas 6 Sekolah Dasar
(SD) kepada ayahnya. Tapi,
ayahnya terdiam menanggapi
keinginan putra sulungnya itu. Usai
lulus SD, anak itu tidak diantar
ayahnya ke Gontor. Ya, anak
itu akhirnya tak bisa menggapai
impiannya untuk mondok di
pesantren yang sudah kesohor
sampai ke manca negara itu.
Itu terjadi, barangkali karena
sang ayah merasa berat melepas
anaknya yang masih terbilang
kanak-kanak untuk mondok.

Memang, tak sedikit orang


tua yang tak tega melepas
anaknya jauh-jauh ke luar kota
untuk mengecap pendidikan
di pesantren. Mereka khawatir,
anaknya menderita karena aturanaturan ketat yang ada di pesantren.
Padahal faktanya, banyak
pondok pesantren yang mampu
melahirkan generasi penerus
bangsa yang ikut serta dalam
membangun negeri tercinta ini.
Salah satunya adalah Pondok
Modern Darussalam Gontor
(PMDG). Pondok pesantren yang

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 37


didirikan 20 September 1926/
2 Rabiul Awwal 1345 itu telah
melahirkan banyak tokoh nasional.
Salah satu di antaranya Ahmad
Fuadi, seorang novelis.
Setelah lulus dari Kulliyatul
Mualimin al-Islamiyah (KMI)
PMDG pada 1992, penulis novel 5
Menara itu melanjutkan kuliah ke
Universitas Padjadjaran (UNPAD)
Bandung, jurusan Hubungan
Internasional. Lalu, ia menyabet
berbagai beasiswa di luar negeri.
Bahasa asing yang dikuasainya,
Inggris, Arab, dan Perancis.
Kalau saja ayah tersebut
mengizinkan anaknya nyantri di
pondok pesantren Gontor, bisa jadi
anak itu akan sukses menggapai
berbagai impiannya seperti Ahmad
Fuadi. Bahkan lebih dari itu.
Karena itu ada baiknya, kita
jalan-jalan ke Gontor, ke pusatnya
yang berlokasi di desa Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur.
Begitu masuk pondok,
pengunjung akan melewati
lapangan sepak bola utama,
deretan tembok asrama, menara
masjid. Baru kemudian tangga
utama masjid. Di dekat tangga
masjid, tepatnya di tembok asrama
santri baru, terpampang tulisan
besar Ke Gontor, Apa yang Kamu
Cari?
Dengan pertanyaan ini, siapa
saja yang datang ke sana, seakan
ditanya niatnya datang ke pondok.
Mau menuntut ilmu atau mau
main-main?
Untaian kata-kata itu
terpampang di beberapa gedung
di Pondok Modern Darussalam
Gontor (PMDP), baik di pondok
putra maupun putri. Meski lokasi
pondok putra putri itu tersebar,
resep belajar mengajarnya sama.
Yaitu, mulai pukul 4 dini hari
hingga pukul 10 malam. Gurunya
mengenakan jas dan atau berdasi.

foto: Gontor_foto gontor.ac.id

Santrinya bercelana panjang dan


kemeja. Ketika shalat saja mereka
bersarung dan berkopiah (berpeci).
Mata ajarannya selain agama,
juga pengetahuan umum.
Kedua ilmu ini diberikan secara
berimbang. Pelajaran agama
dan bahasa (Arab dan Inggris)
disampaikan dengan bahasa
pelajaran (tidak diterjemahkan).
Dalam kesehariannya, santri
diwajibkan berbahasa Arab atau
Inggris, bergantian setiap minggu.
Bahasa Indonesia dilarang
digunakan oleh santri. Untuk santri
baru, mereka masih dibolehkan
berbicara dalam bahasa Indonesia
selama beberapa bulan pertama.
Setelah itu, mereka wajib
membiasakan diri berbicara dalam
bahasa Inggris/Arab.
Hal yang menarik lainnya yaitu,
santri selalu antri dan lari. Mau ke
kelas atau ke masjid , mereka lari
atau jalan rapi berduyun-duyun.
Lalu, kakak kelasnya bertepuk
tangan memberikan aba-aba agar
mereka bersemangat dan cepat
berkumpul di masjid atau kelas.
Kalau mau makan juga begitu.
Mereka lari ke dapur, dan antri.
Santri bisa makan di Dapur

Umum atau Dapur Keluarga (yang


dikelola oleh pendiri pondok yang
menyebar di kawasan pondok).
Kalau makan di Dapur Umum,
santri harus membawa piring
sendiri-sendiri. Yang diketahui
pinjam piring akan dihukum. Piring
sudah disediakan, bila mereka
makan di Dapur Keluarga.
Menu makannya sederhana,
bukan aneka fast food. Menu
sehari-hari para santri, kelakar
seorang ustaz di Gontor, tak
pernah lepas dari sajian sate,
yaitu sayur tewel (nangka muda),
sayur tempe, dan sayur telo
(ketela).
Hal-hal seperti itu saja diatur
ketat apalagi soal menghadapi
ujian pelajaran. Pondok membuat
aturan sedemikian rupa sehingga
para santri sulit mencontek. Pada
semua ujian yang diadakan di
pondok diatur secara baku, mejameja dipasang secara terbalik,
yaitu lacinya menghadap ke depan.
Karena begitu disiplinnya,
biasanya pimpinan pondok
minta kepada orang tua yang
mengantarkan anak-anaknya ke
pondok untuk mengikhlaskannya
dididik di pondok pesantren
Gontor.

silatu
rahim

38 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

ANDA BERTANYA
KAMI MENJAWAB
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc
Ketua umum BAZNAS

25%
20%

tanya
jawab

investasi

2,5%
ZAKAT

operasional

10%
35%
gaji

bahan baku

7.5%
hutang

ZAKAT
& REZEKI

Saya adalah seorang pengusaha yang


Alhamdulillah sampai saat ini telah
menzakatkan 2,5% dari total order. Apakah
menzakatkan 2,5% dari pendapatan kotor
per bulan sudah benar? Bagaimanakah
dampak zakat tersebut kepada usaha
yang dijalankan? Adakah dalil-dalil yang
menjelaskan tentang hubungan zakat
dengan rezeki seseorang?
Kusuma Widyaka, Purwokerto

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 39

Yang Bapak lakukan dengan mengeluarkan zakat 2,5%


dari pendapatan kotor sudah benar dan termasuk
perbuatan utama, meskipun menurut ketentuan syara
zakat itu dikeluarkan setelah dikurangi kebutuhan pokok
Bapak beserta keluarga yang menjadi tanggungan Bapak.

Apa yang telah Bapak lakukan insya


Allah termasuk ke dalam kategori
tathawwakhairan (yang mengerjakan
kebajikan dengan melebihkan dari
ketentuan berdasarkan kerelaan dan
kesadaran), sebagaimana dalam firman
Allah surat Al-Baqarah:158 dan 184 ,
dan barangsiapa yang berbuat kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya
Allah Swt Maha Pembalas kebaikan dan
Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 158).
Adapun dampak zakat terhadap usaha
yang Bapak lakukan, insya Allah akan
banyak memberikan dampak positif, antara
lain sebagai berikut:
1. Sesuai dengan namanya, zakat
yang berarti bersuci, bersih, berkah,
dan berkembang, maka insya Allah
usaha dan penghasilan Bapak akan
menjadi bersih, memberi berkah, dan
berkembang dari waktu ke waktu.
Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya). (QS. arRum: 39)
Ambilah zakat dari sebagian harta mereka.
Dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka (QS. at-Taubah:
103)

tanya
jawab

Dalam sebuah hadis (Mukhtir


Ahaadits, hlm. 72 73), Rasulullah
Saw. bersabda, Dan sedekah
itu tidaklah menambah harta
kecuali akan menambah banyak.
Karena itu, bersedekahlah kamu
sekalian, semoga Allah Swt akan
melimpahkan rahmat kepada kamu
sekalian.
2. Dengan berzakat secara
teratur, insya Allah Bapak akan
mendapatkan ketenangan dan
kekuatan batin, yang dengan
sendirinya akan meningkatkan
produktivitas di dalam bekerja
dan berusaha. Dalam sebuah
hadis riwayat Thabrani dan Abu
Darda (Badaius-Shanami. II:11),
Rasulullah Saw. Bersabda:

Bayarlah zakat kekayaan kamu


sekalian, yang dengannya
(dengan berzakat) kamu akan
mendapatkan ketenangan batin.

Panduan BERZAKAT
SESUAI SYARIAH

40 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

kitabah

Potensi dana zakat yang


belum dihimpun masih
besar. Dari Rp217 triliun,
menurut riset terbaru
BAZNAS dan Fakultas
Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian
Bogor ( FEM IPB), baru
dihimpun Rp1,7 triliun
oleh BAZNAS dan
lembaga amil zakat (LAZ).
Maka,tak mengherankan
kalau kemudian
bermunculan LAZ-LAZ
baru.

tu suatu hal yang menggembirakan.


Sebab, lewat kerja LAZ itu akan
banyak dana zakat yang dihimpun dan
didistribusikan ke mustahiknya. Dengan
demikian, kemiskinan di Indonesia yang
masih jadi persoalan besar bisa segera
dapat diatasi.
Moga-moga mereka ikhlas
berkiprah di dunia zakat karena
ingin membantu para dhuafa. Bukan
karena mereka punya ambisi untuk
mendapatkan bagian (penghasilan) dari
aktivitas itu. Kalau itu terjadi, itu yang
tidak dibolehkan, seperti yang dibahas
dalam buku ini.
Pada Bab Bagian Amil Zakat
(hal 354) Utsamin, penulis buku ini,
membahas hadis yang diriwayatkan
dari Salim bin Abdullah bin Umar,
dari ayahnya, Bahwa Rasulallah Saw.

memberi Umar bin Al-Khattab


sebuah pemberian, namun
ia berkata,Berikan saja
kepada orang yang lebih fakir
dariku. Beliau bersabda,
Ambillah, lantas kelolalah
atau sedekahkanlah. Apa
yang diberikan kepadamu
dari harta ini sedang kamu
tidak berambisi, tidak pula meminta, maka ambillah ia ,
dan yang tidak demikian maka jangan perturutkan jiwamu
kepadanya. (HR Muslim).
Menurut Utsaimin, pemberian pada hadis itu adalah
pemberian atas pekerjaan Umar sebagai amil zakat karena
Rasulullah Saw mengutus Umar r.a untuk mengurusi
zakat. Sedangkan tidak berambisi dan tidak meminta
maksudnya tidak sangat menginginkan dan tidak
menuntut.
Pada bagian kandungan hadis, Utsaimin menjelaskan,
soal bagian zakat ini ada yang berpendapat sebagai suatu
kewajiban, maksudnya wajib menerimanya asal tidak
berambisi untuk itu. Ada juga yang berpendapat sebagai
anjuran karena Umar menolaknya.
Selain soal Bagian Zakat, buku ini juga mengulas
panjang lebar soal makna zakat, fungsi dan manfaat zakat,
kapan dan dimana zakat diwajibkan, hukum zakat, harta
benda yang wajib dizakati, kadar dan waktu mengeluarkan
zakatnya berdasarkan hadis-hadis sahih.
Hadis-hadis itu dijelaskan maknanya secara perkata
atau perkalimat. Kemudian dijelaskan syarah hadis secara
umum. Dan akhirnya, dijelaskan intisari atau kandungan
hadisnya. Karena itu, buku ini perlu dibaca oleh siapa saja
yang mau berzakat atau para pengelola zakat.

Spesifikasi Buku
Judul Buku : Sifat Zakat Nabi Saw
Penulis
: Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin
Penerbit : Darus sunnah Press
Harga
: Rp70.000

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 41

Mas Zaki

komik: cho-cco

42 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

SANG Pemberani
yang Murah Hati
AZ-ZUBAIR BIN AL-AWWAM

sirah

Usianya masih muda ketika ia masuk Islam, 16 tahun. Tapi, keimanannya


luar biasa kokoh. Meski disiksa dengan cara badannya diikat dan disulut
api oleh pamannya karena ia masuk Islam, ia tetap pada keislamannya.
Aku tidak akan kembali kepada kekufuran selama-lamanya, tegasnya.

foto: miroslav arofich

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 43

tulah dia Az-Zubair bin al Awwam.


Dia memang memegang erat
keislammannya hingga akhir
hayatnya. Ia mati syahid dibunuh
pada perang Jamal dalam usia
75 tahun. Ada yang menyatakan
60-an tahun.
Sebelum hijrah, Zubair
dipersaudarakan oleh Rasulullah
Saw. dengan Thalhah di Mekah.
Maka, setiap nama Thalhah
disebut, nama Zubair juga disebut
bersamanya. Begitu pula sebaliknya.
Sama seperti Thalhah, Zubair
juga seorang pemberani dalam
membela Islam. Keberaniannya itu
telah hadir sejak kecil. Dia dikenal
sangat piawi dalam memainkan
pedangnya di atas tunggangan
kudanya. Maka, ahli sejarah
menyebutnya, pedang pertama
yang dihunuskan untuk membela
Islam adalah pedang Az-Zubair.
Suatu ketika, tersiar kabar
bahwa Rasulullah Saw. terbunuh.
Kaum muslimin lainnya, karena
jumlahnya masih sangat sedikit,
kurang berani meneliti kebenaran
kabar itu. Mereka sering
bersembunyi di rumah Al-Arqam.
Tapi, Zubair tidak begitu. Ia malah
menghunus pedangnya. Ia acungacungkan pedangnya itu. Lalu ia
berjalan di jalan-jalan kota Mekah
laksana badai. Padahal, ia masih
sangat muda. Ia bertekad, bila
berita itu benar ia akan menebas
pembunuh Rasulullah Saw.itu.
Pokoknya, ia berpikir bahwa ia
akan menebas semua pundak
orang Quraisy hingga ia dapat
mengalahkannya. Atau sebaliknya,
ia tewas dibunuh musuh umat
Islam itu.
Ia terus berjalan dengan
pedangnya itu hingga ia sampai
di suatu dataran tinggi Mekah.
Rasulullah Saw. yang dikabarkan
terbunuh itu ternyata masih
hidup. Beliau mendatangi Zubair
dan menanyakan alasan dia

berada di tempat itu. Zubair


menjelaskan bahwa dirinya ada
di situ karena mendapat berita
Nabi Saw. terbunuh. Mendengar
hal itu, kemudian Rasulullah Saw.
mendoakan kebaikan untuk Zubair
dan keampuhan bagi pedang
Zubair.
Pedangnya memang ampuh.
Pada perang Khandak, dengan
pedangnya Zubair bin Awwam
menebas kepala Utsman bin
Abdullah bin al-Mughirah beserta
tutup kepalanya yang terbuat
dari besi. Karena pembelaannya
yang besar pada Islam, ia tak
pernah ketinggalan dari satu
pertempuran pun. Ia tidak pernah
jera atau takut dengan luka itu,
meski perang yang ia hadapi
selalu mendatangkan luka pada
tubuhnya. Banyaknya bekas-bekas
luka pada tubuhnya menandakan
kepahlawanan dan keperkasaan
dirinya.
Dengan kondisinya yang seperti
itu betapa tinggi kecintaannya
kepada Rasululllah Saw. Rasulullah
Saw. juga mencintainya.
Beliau sangat membanggakan
sahabatnya ini. Sampai-sampai
beliau bersabda, Setiap nabi itu
mempunyai pengikut setia. Dan
pengkikut setiaku adalah Az-Zubair
bin al Awwam.
Karena kesetiaannya itu,
Rasulullah Saw. jauh-jauh hari
sudah menyebut bahwa Az-Zubair
termasuk orang yang mati syahid.
Dengan syahidnya Zubair
bukan berarti ia membela Islam
hanya dengan nyawanya. Selain
pemberani, ia juga seorang
pemurah. Kemurahan hati dan
keberaniannya ini seimbang
seperti dua kuda yang sepadan.
Sebagai seorang yang sukses
dalam mengelola perniagaannya,.
kekayaan Zubair melimpah.
Namun, semua itu dibelanjakannya
untuk membela Islam, sehingga ia

mati dalam kondisi memiliki utang.


Zubair itu tidak hanya kaya
dari pernigaannya saja, tapi juga
dari upeti para penguasa yang
ditaklukkannya. Tentang hal ini
Mughit bin Sumarya r.a bercerita:
Az-Zubair mempunyai seribu orang
mamluk (penguasa-penguasa
yang daerahnya ditaklukkan oleh
kepemimpinan Zubair). Setiap
mamluk itu mengirimkan upeti
kepada Zubair secara rutin.
Namun, tidak ada satu pun upeti
para penguasa itu yang masuk ke
rumah Zubair. Hal ini karena Zubair
menyedekahkan semua harta
tersebut.
Dia mampu menyerahkan
nyawa dan hartanya demi
membela Islam, karena tawakalnya
kepada Allah Swt sangat kuat. Ia
pernah berwasiat kepada anaknya,
Abdullah, agar melunasi utangutangnya. Bila aku tidak mampu
membayar utang, mintalah kepada
Tuanku, wasiat Zubair.
Abdullah menanyakan
kepadanya, Maulana mana yang
Ayah maksud?
Ia pun menjawab, Allah,sebaikbaik pelindung dan pemberi
pertolongan.
Setelah mendapat pesan itu,
Abdullah sering mengatakan,
Maka demi Allah, setiap aku
terjatuh ke dalam kesukaran
karena utangnya, aku selalu
memohon, Wahai penolong
Zubair, lunasilah utangnya. Maka,
utang itu lunas berkat pertolongan
Allah Swt.
Melihat keutamaannya ini,
maka wajarlah bila Az-Zubair bin
al-Awwam adalah salah satu dari
10 orang sahabat Rasulullah
yang dijamin masuk surga . Ia
juga salah seorang dari enam
ahli syura (orang-orang yang ikut
bermusyawarah dalam pemilihan
khalifah pengganti Umar bin
Khaththab.

sirah

44 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Kemanfaatan dan Keadilan


dalam Pengelolaan Zakat

Teten Kustiawan
Direktur Pelaksana Baznas

Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat menetapkan bahwa asas dalam pengelolaan


zakat adalah Syariat Islam, Amanah, Kemanfaatan, Keadilan, Kepastian Hukum, Terintegrasi,
dan Akuntabilitas. Asas Kemanfaatan dan Keadilan merupakan asas yang secara khusus
hanya terkait dengan pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

P
catatan
zakat

enjelasan UU menguraikan
bahwa kemanfaatan berarti
pengelolaan zakat dilakukan
untuk memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi mustahik.
Dan yang dimaksud dengan
keadilan adalah pengelolaan
zakat dalam pendistribusiannya
dilakukan secara adil.
Realitas saat ini menunjukkan
bahwa dana zakat yang berhasil
dihimpun badan/lembaga
pengelola zakat masih sangat
kecil dibandingkan jumlah
fakir miskin dan potensi yang
ada. Oleh karena itu, para
pengelola zakat harus dapat
merumuskan, menyepakati, dan
melaksanakan secara bersamasama kebijakan pendistribusian
dan pendayagunaan yang
mencerminkan kemanfaatan dan
keadilan.
Adalah tidak adil, bila salah
satu mustahik, misalnya fakir di
suatu daerah, tidak mendapatkan
bagian dana zakat. Sedangkan,
ada mustahik lain yang juga fakir
mendapatkan bagian zakat, bahkan
lebih dari satu kali dari para
pengelola zakat yang berbeda.
Adalah tidak bermanfaat, bila
zakat diberikan terus menerus
kepada mustahik yang sebenarnya
tergolong mustahik sementara,
bukan mustahik permanen.

Misalnya, seorang miskin yang dari


segi fisik masih kuat untuk bekerja.
Dia tidak harus terus menerus
diberi zakat. Dalam rentang waktu
tertentu, dia harus bisa beralih
menjadi muzaki/munfik.
Ketidakadilan dan
ketidakmanfaatan itu bisa terjadi
karena tidak adanya sistem yang
mampu memetakan wilayah dan
klasifikasi asnaf mustahik dalam
penyaluran zakat. Katakanlah, tidak
ada petanya. Bisa diibaratkan,
seorang yang tengah mencari
saudaranya di suatu kota yang
asing baginya. Kalau tidak
punya peta, ia akan salah alamat,
menyasar kemana-mana. Ya, bisa
jadi zakat itu hanya diberikan
kepada mustahik yang berani
meminta (assaail), sementara
mustahik yang tak minta-minta
(al-mahrum), seumur hidupnya tak
pernah diberi zakat.
Karena itu, demi keadilan
dan kemanfaatan dalam
pendistribusian zakat, dibutuhkan
sebuah sistem yang mampu
memetakan wilayah dan klasifikasi
asnaf mustahik. Dengan dukungan
Information Technology (IT) dalam
bentuk Geographic Information
System (GIS), perlu dibangun
data based yang menggambarkan
peta wilayah dan klasifikasi
asnaf mustahik yang jelas dan

terintegrasi.
Dalam hal peta wilayah, data
based itu harus bisa menjelaskan
secara detail tentang nama dan
alamat (by name by address)
mustahik. Sedangkan dalam hal
peta klasifikasi asnaf mustahik,
data based itu harus mampu
menjelaskan tentang kategori
atau kelompok mustahik, yaitu
permanen, semi permanen, dan
temporer. Bahkan lebih dari itu,
harus jelas, sifat-sifatnya, apakah
dia seorang yang berani meminta,
atau yang tak berani meminta.
Nah, data based ini harus
berada di BAZNAS kabupaten/
kota. Sebab, secara struktural,
kabupaten/kota adalah
koordinator pengelolaan zakat
yang memiliki wilayah di mana
mustahik berdomisili. Selain itu,
bicara mustahik adalah bicara
siapa dan di mana. Maka, dengan
sistem pengelolaan zakat yang
terintegrasi inilah diharapkan
nantinya tidak ada duplikasi
mustahik di seluruh Indonesia.
Dan sistem inilah yang
saat ini tengah dikembangkan
dan diaplikasikan di BAZNAS
sebagai upaya perwujudan asas
pengelolaan zakat yang adil dan
bermanfaat.

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 45

46 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Anda mungkin juga menyukai