Anda di halaman 1dari 78

GANGGUAN LOKAL

Ns. Joko Munandar, S.Kep

KONSEP
FRAKTUR

DEFINISI
FRAKTUR

Fraktur adalah hilangnya atau


putusnya kontinuitas tulang

Klasifikasi klinis fraktur :


1. Fraktur greenstick
2. Fraktur fissure
3. Fraktur komplit
4. Fraktur komminutif
5. Fraktur stress
6. Fraktur impacted.
7. Fraktur avulsi
8. Faktur kompresi

Mekanisme trauma

Menentukan kerusakan yang terjadi

A
A

A. Tipe fraktur komminutif


B. Tipe fraktur obliq

Macam fraktur berdasarkan hubungan


ujung fragment fraktur dengan jaringan
sekitarnya sebagai berikut :
1.
Fraktur tertutup
2.
Fraktur terbuka
3.
Fraktur komplikata

Gaya/trauma penyebab fraktur dapat berupa


:
Gaya langsung
Gaya tidak langsung

Menyebakan tipe fraktur yg


berbeda
Informasi mekanisme injury
sangat penting

FRAKTUR

a. Gaya langsung => fraktur


transversal
b. Gaya twisting => fraktur spiral

Displacement fraktur

Bagaimana mendiagnosa fraktur ?

Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
radiologi

Anamnesa :

Identitas penderita

Keluhan nyeri lokal dengan atau tanpa


disertai penurunan fungsi

Mekanisme injury, berat ringannya


trauma

Kapan terjadinya, tempat kejadian

Apakah sudah mendapat pertolongan

Siapa yang menolong, apa yang telah


dilakukan.

Pemeriksaan fisik

Look
bengkak, deformitas (angulasi, pemendekan
dan rotasi)
luka => berhubungan dengan fraktur atau tidak
fat globule ada / tidak

Feel
Diskontinuitas , krepitasi dan false movement
NVD? => periksa pulsasi arteri, status sensorik

Movement.
pergerakan pada distal dan proksimal dari
fraktur sesuai dengan toleransi penderita
karena nyeri => untuk menilai adakah
keterlibatan sendi dan syaraf.

Pemeriksaan radiologi:
Harus meliputi dua sendi dan
dua proyeksi.
bahkan kalau diperlukan dua
sisi dan dua
waktu/kesempatan.

Dalam menggambarkan/mendiagnosa
fraktur hendaknya meliputi :
1.
Hubungan fraktur dengan dunia luar.
2.
Tempat fraktur
3.
Sisi kanan / kiri
4.
Bentuk atau tipe fraktur.
5.
Hubungan antara fragment fraktur.
6.
Komplikasi.
Contoh : Fr. Terbuka humeri 1/3 tengah (D)
buterfly tilting dengan lesi N. Radialis

Prinsip-2 Penatalaksanaan
Fraktur
Penatalaksanaan fraktur
meliputi :
Reduksi / reposisi
Immobilisasi
Rehabilitasi
Fraktur terbuka => debridemen

Reduksi / reposisi

menempatkan kembali fragment tulang


pada posisi seanatomis mungkin.
Terdapat dua cara :
=> reduksi tertutup (konservatif)
=> reduksi terbuka (operatif)

Immobilisasi

mempertahankan reduksi sampai


healing dan cukup untuk mencegah
displacement.
Terdapat 3 metoda yang lazim yaitu:
(1) fiksasi eksternal dengan cast atau
splint,
(2) traksi dan
(3) fiksasi internal dengan nail, plate &
screw.

Rehabilitasi

Mengembalikan fungsi otot, sendi dan


tendon.
=> mencegah joint stiffness & disuse
atrophy.
=> dilakukan sesegera mungkin

Bagaimana penyembuhan fraktur ?

Proses repair fraktur bermacam-macam


berdasarkan pada:

tipe tulang yang fraktur

seberapa besar pergerakan pada


tempat fraktur
Pergerakan ujung fragment diperlukan
dalam pembentukan kallus

Proses healing pada tulang tubular dan tidak


adanya fiksasi yang kaku tdp 5 fase yaitu
:
1.
Fase Destruksi jaringan dan
pembentukan hematoma
2.
Fase Inflamasi dan proliferasi seluler
3.
Fase Pembentukan kallus
4.
Fase Konsolidasi.
5.
Fase Remodeling.

Fase pembentukan kallus:

Sekitar 4 minggu setelah cidera fraktur


menyatu.
Fase konsolidasi :
=> Membutuhkan waktu sekitar 6 bulan

Berapa lama fraktur akan


menyatu/konsolidasi?
Tidak ada jawaban yang tepat

Mengapa
?
banyak faktor yang berpengaruh
misalnya : umur, aliran darah, tipe
fraktur, status gizi, keadaan umum
dan lain-lain

KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi
sistemik.
Shock
Koagulopati diffusa
Disfungsi respirasi

Komplikasi local yang


awal: infeksi, robeknya otot/
tendon, cidera vaskuler
termasuk kompartemen
sindroma, cidera syaraf,
cidera visceral, cidera
ligament dan

haemathrosis.
Komplikasi local yang lambat : avascular necrosis,
deleyed union, non-union, malunion, miositis
ossifikan, tendonitis, kompresi atau terputusnya
syaraf, kontraktur Volkmann, ketidak stabilan sendi,
dan kekakuan sendi.

DISLOKASI

Komponen sendi
Permukaan sendi
Kapsul sendi
Ligamentum
Sinovial
Cairan sinovial

TRAUMA SENDI
Disebabkan o/ gaya memilin / membengkok
=> meregangkan ligamentum & kapsul
sendi
Dapat berakibat :
Ligamentum robek / fraktur avulsi
Gangguan stabilitas sendi
Kerusakan permukaan sendi
Fraktur intraartikuler

STABILITAS
SENDI

Tiga faktor struktural yang bertanggung


jawab untuk memberikan stabilitas sendi
:
1. Kontur permukaan sendi yang saling
berlawanan
2. Integritas dari kapsul fibrosa dan
ligamentum
3. Kekuatan protektif otot yang
menggerakkan sendi
Adanya defek faktor struktural di atas
=> gangguan stabilitas sendi

Pentingnya faktor-faktor stabilitas ini


berbeda-beda pada masing-masing tipe
sendi.
Sebagai contoh :
Sendi ball and socket seperti sendi pinggul,
kontur sendi adalah faktor yang amat penting
Sendi engsel seperti pada sendi lutut,
ligamentum adalah faktor yang amat penting
Sendi yang bergerak bebas seperti sendi
bahu, stabilitas sendi sangat tergantung pada
integritas dari kapsul fibrosa dan kekuatan
protektif otot otot sekitarnya.

Derajat ketidak stabilan


sendi:
Ketidak stabilan sendi yang tersembunyi
(occult joint instability): ketidakstabilan
sendi yang hanya tampak jika sendi
dilakukan penekanan/diberikan stress.
Subluksasi yaitu permukaan sendi hilang
dari hubungan normal tetapi masih tetap
kontak satu sama lainnya.
Dislokasi (luksasi) yaitu kontak antara
permukaan sendi hilang secara lengkap
dengan kata lain tidak ada kontak sama
sekali antara kedua permukaan sendi.

Gambaran klinis
dislokasi :

Sendi sangat nyeri, pergerakan nyeri dan


terbatas.
Penderita berusaha memposisikannya pada
posisi yang nyaman dan menghindari
semua gerakan.
Tungkai seringkali dibantu atau diposisikan
pada posisi yang khas.
Bentuk sendi abnormal dan terkadang
teraba penonjolan tulang yang bergeser.

Radiologi :
Pemeriksaan radiologi dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis.
Apakah hanya dislokasi / subluksasi atau
disertai dengan fraktur => fraktur
dislokasi .

Terapi :
Reposisi sesegera mungkin setelah
diagnosa ditegakkan dengan anestesi
umum (GA) dan mungkin diperlukan
pelemas otot (muscle relaxant).
Setelah reposisi, sendi diimmobilosasi
sampai kurang lebih 3 - 4 minggu untuk
menunggu penyembuhan jaringan lunak
(soft-tissue healing) terjadi
Jika ligamentum ruptur maka harus
direpair.

Komplikasi :
Hampir sama dengan komplikasi
fraktur.
Adapun diantaranya yaitu : cedera
vascular, cedera syaraf, Nekrosis
avaskuler, Ossifikasi heterotopik,
Kekakuan sendi, dan Osteoarthritis
sekunder.

TEKNIK HANGING ARM

METODA HIPOCRATES

METODA KOCHER

PERDARAHAN

Definisi perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari
system
kardiovascular,disertai penimbunan dalam
jaringan/ruang tubuh/disertai keluarnya
darah
dari tubuh.

1.
.
.
.
2.
.
.

Macam perdarahan
Menurut letak
perdarahan kapiler
perdarahan venous
perdarahan arterial dan jantung
Menurut jenis perdarahan
perdarahan externa
perdarahan interna

3. Menurut penyebab

perdarahan traumatik: didahului luka

perdarahan spontan: tdk didahului luka


4. Menurut ujud perdarahan: hematom,petekhie
5. Menurut letak pd organ tertentu

hemoptysis

hematemesis

melena

hematuria

Etiologi perdarahan
1. Perdarahan lokal:
- trauma : luka lecet,luka gesek,kontusio,luka
tembus,fraktur tulang
- spontan : hipertensi
2. Perdarahan sistemik: pykt yg menyebabkan pembuluh
darah menjadi rapuh/ pykt yg mengganggu sistem
penjendalan darah ( hemofilia,def.vit C, hifofibrinogenemia )
Akibat perdarahan
. Volume darah yg hilang
. Kecepatan perdarahan
. Lokasi perdarahan

Perdarahan
a.Mekanisme tubuh untuk menekan
perdarahan.
b.Peran trombosit darah:
mempertahankan integritas kap.
pembentukan sumbat trombosit dan
stabilisasi sumbat hemostasis ~~~
PD terluka

c. Menyumbat kebocoran kecil dalam


pembuluh dgn beragregasi didaerah tsb
dan
menghambat aliran kebocoran.
d. Trombosit ~~~ hemostasis dgn
mencetuskan mekanisme pembekuan
darah

Faktor-faktor koagulasi
I.
Fibrinogen
II.
Prothrombin
III.
Tromboplastin
IV.
Kalsium / ca 2+
V.
Pro accelerin
VII.
Pro convertin
VIII.
AHF ( anti hemolitik faktor )
IX. PTC ( plasma tromboplastin component )

X.
XI.
XII.
XIII.

Stuart faktor
PTA ( plasma tromboplastin antecedent )
Hageman faktor
FSF ( fibrin stabilizing faktor ) :
- fletcher faktor
- fitzgerald faktor

Mekanisme hemostasis untuk mengontrol


Perdarahan.
1. vasokontriksi sementara
2. reaksi trombosit
3. aktivasi faktor-faktor pembekuan

Catt :
1. Epistaksis : perdarahan dalam rongga
hidung
2. Hemoptysis : perdarahan dalam paruparu/saluran nafas bag.lain kemudian
dibatukkan keluar
3. Hematemesis : perdarahan dari saluran
pencernaan kemudian dimuntahkan
4. Melena : pengeluaran feses berwarna
hitam akibat adanya darah yg sdh
tercerna

5. Hematuria : pengeluaran urin bersama


darah,akibat adanya perdarahan di saluran
kencing
6. Hematochezia : berak berdarah
7. Apoplexia : penimbunan darah dalam
suatu
alat tubuh, biasanya di otak ( apoplexia
cerebri )
8. Hemarthros : perdarahan dalam rongga
sendi

9. Hematocele : darah terkumpul dalam suatu kantong ,mis


di tunika vaginalis
testis
10. Hematocolpos : penimbunan darah dalam vagina
11. Hematometra : penimbunan darah dalam rongga rahim
12. Hematosalpynx : penimbunan darah dalam tuba uterina
13. Metrorhagia : perdarahan endometrium yg terjadi
diantara massa haid
14. Menorrhagia : perdarahan endometrium yg abnormal
dan banyak yg terjadi
pada masa haid

KONSEP LUKA

Pengertian Luka

luka adalah rusak/terputusnya


kontinuitas jaringan. Yang akan
dibicarakan dalam penelitian ini
adalah luka laserasi jalan lahir
terutama perinium baik luka
yang spontan karena persalinan
maupun karena tindakan
episiotomi.

Jenis-Jenis Luka
Berdasarkan tingkat kontaminasi:
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka
bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi
pada sistem pernafasan, pencernaan
genital dan urinari tidak terjadi.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih


terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu
terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka
adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka


terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi
dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna;
pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka


kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnyamikroorganisme
pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman
dan luasnya luka

a. Stadium I
b. Stadium II
c. Stadium III
d. Stadium IV

3. Berdasarkan waktu
penyembuhan luka

Luka akut
B. Luka kronik
A.


Proses Penyembuhan Luka atau
Perbaikan Luka
a. Fase Inflamatori: Fase ini terjadi segera
setelah luka dan berakhir 3 4 hari.
b. Fase Proliferatif: Fase kedua ini berlangsung
dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21
setelah pembedahan. Fibroblast
(menghubungkan sel-sel jaringan) yang
berpindah ke daerah luka mulai 24 jam
pertama setelah pembedahan.
c. Fase Maturasi: Fase maturasi dimulai hari
ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan.

Faktor yang Mempengaruhi Luka

1. Usia
2. Nutrisi
3. Infeksi
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
5. Hematoma
6. Benda asing
7. Iskemia
8. Diabetes
9. Keadaan Luka
10. Obat

Komplikasi Penyembuhan Luka

1.
2.
3.

Infeksi
Pendarahan
Dehiscence dan Eviscerasi

Tujuan Perawatan Luka


1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk
penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari
cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan
dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik
pada pasien

MERAWAT LUKA

Merawat luka untuk mencegah trauma


(injury) pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya
trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit.

Persiapan alat
1. Set steril yang terdiri atas :
a. Pembungkus
b. Kapas atau kasa untuk membersihkan
luka
c. Tempat untuk larutan
d. Larutan anti septic
e. 2 pasang pinset
f. Gas untuk menutup luka.

2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti :


extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan
lama
5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup
pasien
7. Alkohol untuk mengeluarkan bekas plester

Cara kerja

Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan


dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan
anak kecil
Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang
menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka,
gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika
perlu.
Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat
dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur.
Angkat plester atau pembalut.

Jika menggunakan plester angkat dengan cara


menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka.
Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan
jika balutan kering atau menggunakan sarung
tangan jika balutan lembab. Angkat balutan
menjauhi pasien.
Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong
plastik.
Buka set steril
Tempatkan pembungkus steril di samping luka

Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan


perhatikan jangan sampai mengeluarkan drain
atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan
pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk
mengangkat gaas dan satu untuk memegang
drain.
Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan
dan keadaan luka.
Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari
kontaminasi ujung pinset dimasukkan dalam
kantong kertas, sesudah memasang balutan
pinset dijauhkan dari daerah steril.

Membersihkan luka menggunakan pinset


jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan
dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya
labih rendah daripada pegangannya. Gunakan
satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari
insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi
dan dari tengah keluar
b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus
ulcer, bersihkan dari tengah luka kearah luar,
gunakan pergerakan melingkar.

Ulangi pembersihan sampai semua


drainage terangkat.
Olesi zalf atau powder. Ratakan powder
diatas luka dan gunakan alat steril.
Gunakan satu balutan dengan plester atau
pembalut
Amankan balutan dengan plester atau
pembalut
Bantu pasien dalam pemberian posisi yang
menyenangkan.

Angkat peralatan dan kantong plastik yang


berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan
buang sampah dengan baik.
Cuci tangan
Laporkan adanya perubahan pada luka atau
drainage kepada perawat yang
bertanggung jawab.
Catat penggantian balutan, kaji keadaan
luka dan respon pasien.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai