Abstract
Congenital heart disease (CHD) is a heart failure that happened since birth. CHD can be
categorized into two which is cyanotic and acyanotic. Some disease can cause blood from the
systemic vein mixed in the circulation. Cyanosis happened because of the blood does not
become oxygenated in the lungs. Because of the shunts from the veins to the artery or known
as right to left shunts. Teratology of Fallot is a CHD with four well known symptom which is
the ventricle septum defect, pulmonal stenosis, overriding aorta dan right ventricle
hiperthrophy. TOF frequency almost 10% and degree of pulmonal stenosis will determine the
clinical presentation to the baby.
Key words : Congenital heart disease, cyanotic, right to left shunt, Teratology of Fallot
Pendahuluan
Tetralogi of fallot (ToF) adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan suatu
bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan
perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan Defek Septum Ventrikel
(VSD), stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta.1
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum
atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit bawaan, 1 dan
merupakan penyebab utama diantara penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian
besar bayi dengan kelainan jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor
juga turut berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor
lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam rentang 8
10 per 1000 kelahiran hidup.1 Kelainan ini lebih sering muncul pada laki laki daripada
perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga
stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini.
Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak anak sangat penting dilakukan sebelum
komplikasi yang lebih parah terjadi.
Skenario 5
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ibunya ke IGD RS karena tiba-tiba
membiru lebih dari biasanya setelah menangis. Keluhan serupa pernah terjadi sebelumnya
saat pasien habis BAB kurang lebih saat berusia 2 tahun. Saat itu, ibu segera melarikan
anaknya ke puskesmas terdekat dan setelah diperiksa dokter mendiagnosis anak menderita
kebocoran jantung, namun sampai saat ini anak belum pernah mendapat pemeriksaan
lengkap. Keluhan sering batuk pilek sejak kecil tidak ada, namun saat bayi bila menyusui
hanya sebentar-sebentar dan cepat lelah. Pasien lahir spontan, ditolong oleh bidan, langsung
menangis dan tidak biru.
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien atau warga yang menjadi saksi terhadap apa yang
berlaku, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus diketahui adalah
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dulu, riwayat kesihatan
keluarga, riwayat peribadi dan riwayat ekonomi.
Anamnesis dapat dibagikan kepada 2 jenis yaitu:2
a.
Alloanamnesis : riwayat penyakit didapat dari orang tua atau sumber lain.
b.
pasien sendiri yang menemui dokter dan memberitahu sendiri riwayat penyakit dan keluhan
yang mereka hadapi.
Berdasarkan kasus, anamnesis dilakukan secara alloanamnesis karena pasien masih bayi dan
tidak bisa berbicara. Wawancara dilakukan dengan bertanya kepada ibu bayi tersebut yang
merupakan orang paling dekat dengan bayi sejak lahir.
Anamnesis harus dilakukan secara teliti, teratur, dan lengkap karena sebagian besar
data yang diperlukan diperoleh dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis.
Untuk mengendalikan suatu wawancara hal-hal yang perlu diperhatikan :3
berbicara bertele-tele
-
Pemeriksaan
I.
Pemeriksaan Fisik2
a. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukandengan mengambil suhu tubuh,
tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi anak. Pemeriksaan ini
adalah pemeriksaan rutin yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan
lain yang berkaitan.
Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan:
i. Nadi: 150 x/min
ii. Frekuensi nafas: 52 x/min
iii.
Suhu: 36,3oC
b. Pemeriksaan fisik jantung2,3
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari ada tidaknya kelainan pada
jantung anak. Pemeriksaan fisik dapat dibagikan seperti dibawah:
4
i. Inspeksi
Memeriksa bentuk thoraks sama ada terdapat pectus excavatum, pectus
carinatum atau barrel chest. Selain itu, turut diamati pergerakan dada
saat statis dan dinamis waktu bernafas serta melaporkan jika terdapat
retraksi sela iga. Pada hasil inspeksi didapatkan anak sianosis dan
diaphoretic.
ii. Palpasi
Palpasi dilakukan pada bagian dada hadapan dan belakang secara acak
dan terstruktur. Semua sela-sela iga diraba dan dilaporkan sama ada
normal atau terdapat kelainan. Pemeriksaan thoraks diraba pada saat
statis dan dinamis bagi mengetahui jika ada bagian dada yang
tertinggal saat inspirasi atau expirasi. Pemeriksaan vokal premitus turut
dilakukan.
iii. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui jika terdapat kelainan pada paru
dengan mengenal bunyi thoraks paru yang terjadi akibat perkusi.
iv. Auskultasi
Auskultasi dapat membedakan bunyi jantung patologis dan fisiologis.
Kelainan bunyi pada jantung saat diastolic dan sistolik akan dapat
memberi petunjuk penyakit yang dideritai pasien. Hasil auskultasi
didapatkan bunyi murmur ejeksi 2/6 ICS 2 LUSB.
c. Pemeriksaan fisik umum
Dilakukan juga pemeriksaan inspeksi umum untuk melihat adanya kelainan
pada bagian tubuh lain. Hasilnya ditemukan clubbing finger.3
II.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan
sianotik untuk menilai perkembangan penyakit.
a. Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat
hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematocrit ini merupakan mekanisme
kompensasi akibat saturasi oksigen yangrendah. Pada umumnya hemoglobin
Ventricle septum defect (VSD), yaitu lubang pada sekat antara kedua ventrikel.
Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari
2.
kedua ventrikel.
Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
3.
menimbulkan penyempitan.
Aorta overriding, di mana letak muara aorta selain dari ventrikel kiri juga dari
ventrikel kanan, sehingga darah dari ventrikel kanan maupun kiri masuk ke aorta
4.
bersamaan.
Karena jantung bagian kanan harus memompa lebih keras agar dapat melewati
katup pulmonal yang menyempit, sehingga otot ventrikel kanan akan hipertrofi.
Selain itu, ventrikel kanan akan memompa darah lebih banyak karena mendapat
aliran darah dari ventrikel kiri melalui VSD dan ventrikel kanan akan memompa
sejumlah besar darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi. Komponen yang
paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis
pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif ,
makin lama makin berat.
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati paru
sehingga tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke jantung
dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi.
TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I
2. Derajat II
3. Derajat III :sianosis waktu istirahat, kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV
Diagnosis Banding
Penyakit
1. Atresia
Definisi
Ostium trikuspid mengalami
Manifestasi klinis
Sianosis
Trikuspid1,4
Poor feeding
sambungan atrioventricular
Takipnea selama 2
minggu pertama
Oedema, asites
Pertumbuhan jelek
Holosystolic murmur
Deviasi sumbu
hipertrof ventrikel
PDA.4
2.Trunkus
Arteriosus1,6
Poor feeding
Dispnea
Tidur berlebihan
Aritmia
Diaforesis
Pertumbuhan jelek
3. Atresia
(i)Dengan VSD
Clubbing
Sianosis berat
Pulmonal7
Poor feeding
-Katup pulmonal
Dyspnea
atresiacurah ventrikel
Takipnea
Penurunan
vaskularisasi paru.
PDA.
(ii)Sekat ventrikel utuh
-Daun katup pulmonal
membentuk membran, VSD
tidak ada Tekanan atrium
kanan bertambahshunt
darah melalui foramen ovale
ke dalam atrium kiri. Sumber
aliran darah pulmonal melalui
PDA.
4.Transposisi Arteri-
Sianosis.
arteri besar(TGA)1,4,8
a.pulmonalis.
Clubbing
Dyspnea
Pertumbuhan jelek.
ventrikel kiri.
Etiologi
1. Faktor Lingkungan (eksogen)
Riwayat kehamilan ibu, apakah sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obatobatan tanpa resep dokter (jamu, thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, dan
amethopterin).Ibu menderita penyakit infeksi seperti penyakit rubella. Pajanan terhadap
sinarX.1,8
10
11
Tetralogi Fallot juga dijumpai pada mamalia lain, termasuk kuda dan tikus.9
Patofisiologi
Lesi awal adalah kegagalan relatif penyejajaran anterocephalad septum bagian luar
terhadap septum otot. Hal ini dikaitkan dengan pembagian trunkus arteriosus yang tidak
seimbang menjadi komponen arteri pulmoner dan aorta besar. Kegagalan penyejajaran
tersebut bersamaan dengan hipertrofi otot sekunder membentuk tempat obstruksi primer
aliran darah dalam infundibulum atau jalur keluar ventrikel kanan, tapi katup pulmonal sering
mengalami stenosis dan annulus katup pulmonal mengalami hipoplastia. Pada kasus yang
berat(Tetralogi Fallot dengan atresia pulmonal, sering disebut pseudotruncus), jalur keluar
infundibulum bagian distal dan katup pulmonal sering atresia, dan arteri pulmonal dan
cabang utamanya mungkin hipoplastik dan atresia berat. Struktur pembuluh darah pulmonal
secara keseluruhan mungkin mengalami hipoplastik sedang dan seringkali sebagian besar
paru diasup oleh aorta-pulmonal yang kolateral. Defek septal ventrikel biasanya besar,
perimembranous dengan pembesaran lubang keluar dan dekat dengan katup aorta dan
tricuspid.1
Anulus katup pulmonalis mungkin berukuran hampir normal atau mungkin sangat
sempit.Katup sendiri seringkali bikuspid dan kadang-kadang merupakan satu-satunya tempat
stenosis. Lebih sering, ada hipertrofi muskulus subpulmonal, krista supraventrikularis, yang
turut menyebabkan stenosis infundibuler dan menimbulkan berbagai ukuran dan kontur ruang
infundibuler. Bila saluran keluar aliran ventrikel kanan tersumbat sempurna(atresia
pulmonal), anatomi cabang arteria pulmonalis sangat bervariasi, mungkin ada segmen batang
12
arteria pulmonalis yang berlanjut dengan aliran keluar ventrikel kanan, dipisahkan oleh katup
pulmonal fibrosa tetapi tidak berlubang, atau seluruh batang segmen arteria pulmonalis
mungkin tidak ada. Kadang-kadang, cabang arteria pulmonalis dapat terputus. Pada kasus
yang lebih berat, aliran darah pulmonal dapat dipasok oleh patent duktus arteriosus(PDA) dan
oleh arteria kolateral aortopulmonal besar( major aortopulmonary collateral arteries =
MAPCA) yang keluar dari aorta.8
13
Akibatnya,desaturasi arteria dan sianosis menetap. Aliran darah pulmonal, bila sangat
dibatasi oleh penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan, dapat ditambah dengan sirkulasi
kolateral bronchial (MAPCA) dan, terutama pada masa dekat neonatus oleh PDA.8
Tekanan sistolik dan diastolik puncak pada setiap ventrikel sama, dan pada jajaran
sistemik terjadi perbedaan tekanan besar di sebelah saluran aliran keluar ventrikel kanan yang
tersumbat, dan tekanan arteria pulmonalis biasanya lebih rendah dari normal. Tingkat
penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan menentukan waktu mulainya gejala, keparahan
sianosis, dan tingkat hipertrofi ventrikel kanan. Bila penyumbatan pada aliran keluar
ventrikel kanan ringan sampai sedang dan ada keseimbangan shunt di sebelah VSD, penderita
mungkin tidak tampak sianosis.8
Ringkasan patofisiologi:
Stenosis
Pulmonal
VSD
Volume
ventrikel
kanan ,
pressure
Ventrikel
kanan
hipertrof
Darah dari
ventrikel
kanan
kiriaorta
Overriding
aorta
14
darah
beroksigen
ke tubuh
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang umum pada tetralogy of fallot adalah:
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak
kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Cyanosis
Merupakan suatu keadaan kekurangan darah pada sirkulasi bayi yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat. Cyanosis
biasanya timbul antara hari pertama sampai usia minggu kedua.
3.
4.
5.
6.
7.
Penatalaksanaan
I.
Medika mentosa
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
a) Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusatpernafasan
dan mengatasi takipneu.
b) Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.
c) Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitutepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapikarena aliran darah ke
15
II.
16
Untuk bayi yang berumur 6 12 bulan, koreksi total dengan menutup VSD
sepenuhnya dan melebarkan stenosis pulmonal merupakan alternatif pertama yang masuk
akal bila arteria pulmonalis ukurannya cukup dan tidak ada komplikasi kelainan pembuluh
darah besar lain. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun.4,8
Shunt Blalock-Taussig yang dimodifikasikan merupakan prosedur shunt aorta
pulmonal yang paling sering dilakukan dan terdiri atas saluran Gore-Tex yang dianastomosis
sisi sama sisi dari arteria subklavia ke cabang homolateral arteria pulmonalis. Kadang-kadang
saluran dibuat langsung dari aorta asendens ke batang arteria pulmonalis disebut shunt
sentral. Operasi Blalock Taussig dapat dilakukan dengan berhasil pada masa neonatus
dengan menggunakan shunt berdiameter 4-5mm dan telah digunakan secara berhasil pada
bayi premature.4,8
Prosedur paliatif intrakardial pengganti pada beberapa bayi dengan arteri pulmonalis
hipoplastik berat adalah membuka dan memperbesar saluran keluar ventrikel kanan dan
mengurangi stenosis pulmonal dengan membuka pintas kardiopulmonal. VSD dibiarkan
terbuka sampai arteri pulmonalis tumbuh dengan cukup untuk memungkinkan penutupan
defek dengan aman. Akhir-akhir ini,percobaan untuk melebarkan saluran keluar dengan
menggunakan kateter balon telah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan.1
Terapi bedah yang dipilih untuk Tetralogi fallot adalah operasi korektif tunggal,
dengan penghilangan langsung obstruksi saluran keluar ventrikel kanan dan penambahan
defek sekat ventrikel. Mengurangkan resiko operatif tambahan pada prosedur stadium kedua
untuk menutup anastomosis paliatif dan menyempurnakan perbaikan intrakranial.1
Sesudah koreksi total yang berhasil , penderita biasanya tidak bergejala dan mampu
hidup tidak dibatasi.
17
Pencegahan
1. Kaunseling Genetik9
nasehat berkenaan dengan kemungkinan malformasi jantung yang terjadi pada anak
berikutnya.
Sekitar 0.8% penyakit jantung konegnital pada populasi normal, dan insiden ini
bertambah sampai 2-6% pada kehamilan kedua pasca melahirkan anak dengan penyakit
jantung kongenital.
Bila dua saudara menderita penyakit jantung kongenital, saudara ketiga brisiko 20-
Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.
Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk
Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti
Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan
20
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dan gejala klinis, hipotesis diterima. Anak 4 bulan,
tampak biru saat menangis keras, hanya dapat minum susu sebentar saja, batuk pilek,dan
pada rontgen terdapat penurunan corakan paru diduga menderita Penyakit jantung kongenital
tipe sianosis yaitu Tetralogi Fallot.
Daftar Pustaka
1. Hoffman J.Penyakit jantung kongenital. Buku Ajar Pediatri Rudoplh. Vol.III. 20th ed.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2007.
2. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health; 2009.
21
Diunduh
dari
http://www.mayoclinic.com/health/truncus-
WebMDLLC;2011.
22