Anda di halaman 1dari 24

Pahlawan Sejati adalah Pahlawan Islam

Sahabat Smart Teens yang Dimuliakan Allah SWT...


Bulan November identik dengan bulan pahlawan. Soalnya setiap tanggal 10 November
, bangsa Indonesia biasanya suka memperingati momen itu sebagai hari pahlawan. P
ahlawan kemerdekaan pembela bangsa dan Negara. Bahkan khas negara nasionalis yan
g suka mengadakan upacara bendera, mengheningkan cipta bagi arwah para pahlawan
juga menjadi menu wajib.
Terlepas dari lirik lagu mengheningkan cipta yang selalu dinyanyikan sebagai ben
tuk pemujaan terhadap para pahlawan secara berlebihan, pada faktanya jasa para p
ahlawan itu diabadikan cuma sebatas monumen dan museum.
Tidak itu saja, pahlawan juga banyak yang dibuatkan patungnya. Bukannya menghorm
ati dan menghargai, para pahlawan ini malah dipuja-puja berlebihan sehingga meng
hilangkan esensi makna kepahlawanan itu sendiri. Mereka toh tak pernah meminta u
ntuk dipuja dan dipuji sedemikian rupa. Mereka hanya ingin agar perjuangan yang
telah dilakukannya diteruskan dengan sebaik-baiknya.
Sejatinya, Islam adalah yang menjadi motivator utama perjuangan mereka ketik
a akidah dan syariah yang saat itu menjadi peraturan kesultanan-kesultanan Islam
di nusantara, diinjak-injak oleh para imperialis Belanda dan balad korawanya maca
m Portugis dan Inggris
Terlebih lagi yang membuat miris, status kepahlawanan seseorang tergantung dari
sudut pandang suatu komunitas terhadap sosok tersebut. Seseorang dipandang sebag
ai pahlawan oleh suatu komunitas, tetapi komunitas lainnya memandang orang terse
but sebagai pengkhianat atau pemberontak. Misalnya sosok Pangeran Diponegoro.
Dalam tinjauan bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah seorang pahlawan dal
am merebut dan memperjuangkan kemerdekaan nusantara. Sebaliknya, dalam tinjauan
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, Pangeran Diponegoro adalah seorang pembero
ntak, sehingga harus ditumpas. Selain itu, sosok Bung Tomo adalah salah satu pah
lawan Indonesia yang telah mengobarkan semangat jihad bangsa Indonesia melalui o
rasi dan pekikan takbirnya.
Pidato Bung Tomo menjelang 10 November 1945 itulah yang berhasil membangkitkan k
eberanian arek-arek Suroboyo, dari rasa takut yang mencekam untuk bangkit melawa
n kezaliman kaum penjajah. Namun naas, karena sejarah milik penguasa. Nasib Bung
Tomo tiada ubahnya bak pesakitan dan pengkhianat bangsa. Ia di penjara oleh rez
im yang berkuasa.
Padahal faktanya, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak D
ien, Pattimura, Sultan Hasanuddin, Fatahillah, Bung Tomo bukanlah pemberontak ta
pi berjuang melawan penjajah. Sejatinya, Islam adalah yang menjadi motivator uta
ma perjuangan mereka ketika akidah dan syariah yang saat itu menjadi peraturan k
esultanan-kesultanan Islam di nusantara, diinjak-injak oleh para imperialis Bela
nda dan balad korawanya macam Portugis dan Inggris.
Hal inilah yang seringkali disembunyikan dari kita, seolah-olah kesan yang ditim
bulkan adalah para pahlawan itu sangat nasionalis sekali perjuangannya. Pada fak
tanya, para pahlawan itu tak mengenal istilah nasionalisme ketika itu. Mereka b
erjuang karena dorongan akidah Islam karena penjajah mulai menginjak-injak harga
diri mereka sebagai manusia.
Menghargai jasa
l belaka dengan
argai jasa para
baik dan benar.

pahlawan bukan dilafalkan dimulut atau hanya berbentuk seremonia


mengheningkan cipta pada upacara bendera.Selain itu, untuk mengh
pahlawan adalah menjalankan roda pemerintahan negeri ini dengan
Baik artinya adalah dikelola oleh mereka yang memang orang baik

dibidangnya. Bukan hanya profesional namun juga berakhlak mulia sehingga jauh da
ri niat dan tindakan korupsi ataupun hal-hal yang merugikan rakyat. Benar artiny
a adalah negeri ini dikelola dengan aturan yang benar. Aturan yang benar ini sud
ah diberikan panduannya oleh Yang Maha memiliki kebenaran berupa syariat Islam d
alam segenap aspek kehidupan.
Pahlawan dalam Islam adalah orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia
dimenangkan atau mati dalam perjuangan tersebut
Islam telah menjelaskan konsep pahlawan dalam Islam. Pahlawan dalam Islam adalah
orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam pe
rjuangan tersebut. Orang-orang yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah
ia bakal mendapat penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka har
apkan adalah keridhaan dari Allah SWT.
Dalam bentangan sejarah peradaban Islam, Negara Khilafah telah banyak melahirkan
generasi-generasi pahlawan sejati seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,
Saad bin Abi Waqqash yang menjadi panglima yang menundukkan Persia, Khalid bin
Walid yang menjadi pahlawan agung dalam penaklukan di abad ke 7. Islam sangat me
naruh perhatian besar dalam melahirkan generasi islami yang berkarakter pemimpin
dan pahlawan. Itulah generasi yang berkepribadian islami (syakhshiyah islamiyah
) pahlawan sejati yang sesungguhnya.

Penulis: Eros (Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Batu)


- See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2014/11/21/34006/pahlawa
n-sejati-adalah-islam/#sthash.MTZj3Wvn.dpuf
Perlukah Gelar Pahlawan?
Oleh Fauzan Al-Anshari
Direktur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI)
Setiap tanggal 10 Nopember pemerintah Indonesia rutin memperingati apa yang dise
but Hari Pahlawan di Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, bahkan di seluruh makam pahla
wan di seluruh pelosok tanah air. Ritualnya bahkan dimulai tanggal 9 Nopember ber
upa penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada sejumlah tokoh yang dinilai berj
asa kepada republic ini. Lalu malam harinya diadakan renungan malam di kuburan p
ara pahlawan tersebut bersama ubo rampenya yang terkesan sangat magis . Upacara kenega
raan pun diadakan di halaman kuburan para pahlawan tersebut untuk memperingati sej
umlah jasa yang tak terhitung yang mereka sumbangkan demi bangsa ini. Belum lagi
beberapa tokoh pahlawan dibuatkan patung di sejumlah tempat strategis dengan angg
aran milyaran, disamping dijadikan nama-nama jalan protocol di setiap kota. Begi
tukah cara kita membalas jasa pahlawan atau mengikuti jejak mereka?
Kata
pahlawan sering dijelaskan berasal dari kata pahala dan wan yang artinya orang y
ang mendapatkan pahala (yang dalam istilah ajaran Islam merupakan reward bagi or
ang yang beramal shalih). Istilah pahlawan tergabung sebagaimana kata dermawan dari
kata derma dan wan yang artinya orang yang suka membantu meringankan kesusahan orang
lain. Pertanyaannya, apakah criteria seseorang sehingga dia berhak mendapat gel
ar pahlawan . Jika ukurannya syariat Islam maka mudah sekali, karena seseorang akan
mendapatkan pahala jika amalnya memenuhi tiga syarat yakni: iman, ikhlas, dan s
esuai dengan sunnah. Adapun criteria pemberian gelar pahlawan oleh pemerintah sang
at bias dan sering dijadikan sebagai komoditas politik .
Satu contoh pemberian gelar pahlawan kepada seorang jendral Kristen yang pernah te
rkait dengan pembantaian umat Islam, lalu dia dikubur di makam pahlawan dengan tem

bakan salvo, apakah dia sudah dijamin mendapatkan pahala ? Siapa yang akan memberik
an pahala tersebut? Jawabannya mudah, bahwa ternyata yang disebut gelar pahlawan ada
lah mereka yang mendapatkan keputusan hokum dari presiden bahwa orang ini atas ja
sa-jasanya berhak mendapatkan gelar pahlawan tanpa menjelaskan lebih lanjut apa mak
na pahala itu. Yang penting dengan selembar kertas berkop pemerintah sudah cukup me
njamin; bahwa orang tersebut adalah pahlawan .
Oleh sebab itu gelar pahlawan konsepnya bukan dari ajaran Islam yang suci murni be
rasal dari Allah swt pencipta alam semesta, tetapi berasal dari konsep nasionali
sme sempit buatan hawa nafsu segelintir manusia. Bagi Negara Indonesia, seseoran
g dianggap pahlawan tetapi oleh Negara lain bisa disebut penjahat. Sehingga gela
r kepahlawanan tersebut sesungguhnya bias dan hanya untuk kepentingan membangun
semangat nasionalisme sempit. Anak-anak sekolah diajarkan kisah-kisah kepahlawan
an yang sumbernya bias dan tidak dijamin validitasnya, bahkan banyak tulisan sej
arah bercampur dengan kepentingan politik tertentu sehingga melenceng dari keben
aran. Misalnya, ketika menceriterakan kepahlawanan pangeran Diponegoro yang paka
iannya mirip Habib Rizieq (pimpinan FPI) tidak pernah dikisahkan sebagai pahlawa
n Islam yang mengumandangkan jihad melawan penjajah kafir Belanda. Imam Bonjol,
Teungku Cik Di Tiro sampai Cut Nyak Dien, mana ada buku sejarah sekolahan yang m
enjelaskan bahwa inilah para pahlawan Islam yang berjasa besar membawa Indonesia
ke pintu kemerdekaannya. Yang ada adalah cerita bahwa mereka adalah pejuang nas
ional Indonesia (padahal Negara Indonesia belum lahir) yang cinta tanah airnya s
ehingga berani mengusir penjajah Belanda. Semua buku sejarah sekolahan menjauhka
n diri dari ideology Islam. Mereka lebih menekankan penanaman ideology nasionali
sme sekuler yang teralienasi dari ajaran Islam sehingga anak-anak sekolah mengal
ami kekeringan ideologis dalam membaca sejarah para pendahulunya. Anda boleh nge
tes anak-anak sekolah sekarang, apakah mereka mengenal kisah para pejuang Islam
yang berjihad melawan penjajah kafir Belanda? Apalagi kalau pertanyaan anda dite
ruskan, apakah mereka mengenal para sahabat Nabi saw yang gagah berani dalam sej
umlah peperangan melawan kafir Quraisy?
Ideologi nasionalisme dalam memahami makna pahlawan tidak memiliki akar historis k
eagamaan, bukan tidak ada, tetapi para penulis sejarah sengaja meniadakan kesankesan ideology Islam yang akan membangun kader-kader militant pelanjut perjuanga
n para pendahulunya yang mereka tidak biasa ingin disebut pahlawan . Karena suatu a
malan jika dimotivasi untuk mencari gelar pahlawan akan menggugurkan pahala amal
an tersebut. Maka sangat jelas berbeda titik tolak dan akhir perjalanan suatu am
al dalam pandangan Islam dan demokrasi nasionalisme yang tidak akan pernah berte
mu di titik manapun. Para sahabat pernah bertanya kepada nabi saw: siapakah yang
disebut sebagai orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt? Apakah orang yang
berperang karena ingin disebut mujahid, pemberani, pahlawan, atau ingin mendapa
tkan ghanimah (rampasan perang) layak disebut orang yang berjihad di jalan Allah
? Rasulullah saw menjawab: orang yang berperang karena ingin meninggikan Kalimat
Allah (Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah) maka mereka itulah yang disebu
t sebagai orang yang berperang di jalan Allah. Jadi bagaimana kedudukan orang ya
ng berperang di jalan demokrasi nasionalisme? Mari kita renungkan firman Allah s
wt yang menciptakan jin dan manusia:
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir ber
perang di jalan setan (thoghut), sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, kar
ena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisaa: 76)
Lalu apa hadiahnya untuk mereka yang berperang di jalan setan?
Maka mereka dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat dan bala
tentara iblis semuanya. (QS. Asy Syuara: 94-95)
Padahal mereka mengira di dunia sudah dapat gelar
ka? Allah swt menjawab pertanyaan ini:

pahlawan kok malah masuk ke nera

Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam keh
idupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya
. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir t
erhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tid
ak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah
balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan m
ereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (AlKahfi: 10
3-106).
Jadi dalam ajaran Islam tidak perlu gelar pahlawan bahkan ingin mendapatkan gelar
itupun haram karena akan menghancurkan pahala amalnya. Riya atau ingin mendapatka
n pujian merupakan penyakit yang paling berbahaya dalam setiap amalan kita. Maka
jika gelar tersebut terlanjur diberikan jangan kemudian disyukuri dengan potong
tumpengdan ayam bakakak tetapi justru harus disesali karena bisa menghilangkan
pahala amal sang mayit di alam sana jika perjuangannya ingin mendapatkan pahala da
ri pemerintah. Bagi yang memahami syariat Islam dan sejarah para mujahid Indones
ia sebelum kemerdekaan, mereka ikhlas berjihad mengusir penjajah kafir Belanda t
anpa keinginan mendapatkan pangkat dunia bintang gemintang yang ditempelkan di p
akaian yang menyesakkan dada. Mereka berjuang seperti para sahabat Nabi saw yang
berjubah sederhana tetapi berhati baja dan tidak takut sedikit pun kepada manus
ia. Mereka siap korbankan harta dan jiwa demi menegakkan Kalimat Allah, walaupun
hasil perjuangannya diklaim dan dinikmati oleh orang-orang yang mengingkari nik
mat kemerdekaan dari Allah swt dan menolak penerapan hokum Allah di bumi Allah s
wt. Sungguh kedurhakaan mereka ini akan menghasilkan pahala di neraka jahanam.
dakwatuna.com
Pahlawan.. Jangan menanti kedatangannya. Mereka adalah aku, kau, da
n kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya
perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka, dan dunia akan menyaksi
kan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang
menghiasi leher sejarah. Muhammad Anis Mata
Kita biasa mengartikan bahwa pahlawan itu adalah orang yang sudah berjasa dalam
mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. Dalam artian lain pahlawan merupakan orangorang yang melakukan perbuatan di atas peran yang dilakukan oleh manusia kebanya
kan. Mereka rela mengambil peran yang tidak banyak orang yang memikulnya. Pahlaw
an juga merupakan orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri sehingga ia me
mpunyai banyak waktu untuk memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Hidupnya
diisi dengan melakukan kegiatan besar dan memberikan dampak besar. Mereka berju
ang tidak untuk mencari popularitas, tidak juga ingin dikenang, apalagi hanya un
tuk mengejar tahta dan harta. Perjuangan yang dilakukan tulus untuk kemaslahatan
bangsa dan umat yang ia cintai.
Telah banyak contoh perjuangan heroik pahlawan yang berjasa dalam mengantarkan d
an mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Salah satunya perjuangan adalah perjua
ngan rakyat Surabaya. Mereka secara total berusaha berjuang untuk mempertahankan
Suarabaya dari pernguasaan sekutu. Mereka lebih memilih berjuang dengan seluruh
jiwa dan raga ketimbang harus menyerah kepada sekutu. Tak kurang ribuan nyawa m
elayang dalam pertempuran yang dahsyat itu. Untuk mengenang peristiwa itu kita j
adikan tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Dan banyak lagi pa
hlawan yang sudah berjasa untuk bangsa ini. Baik nama mereka dikenang sebagai pa
hkawan nasional ataupun mereka yang tidak dikenal, namun jasanya sudah kita rasa
kan sampai saat ini.
Untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diperjuangkan dengan titik darah jasa pahla
wan, sudah sepatutnya kita mengisi dengan hal-hal yang positif. Meruju pendapatn
ya Bung Karno, pemuda itu mempunyai kekuatan yang mampu untuk menggoncang dunia.
Namun, realitanya moral anak bangsa sudah tergerus oleh banyaknya budaya luar y
ang diserap namun bertentangan dengan budaya Indonesia, sehingga kehidupan merek
a jauh dari apa yang dicita-citakan oleh pahlawan terdahulu. Nyatanya di Indones

ia pemudanya banyak yang melakukan pergaulan bebas. Menurut data dari KPAI yang
melakukan survey di 17 kota besar di Indonesia pada tahun 2012 mendapatkan hasil
bahwa 62,7 % remaja tidak perawan lagi, bahkan 21,2 % mengaku pernah melakukan
aborsi. Hal ini membuktikan moral anak bangsa sudah semakin menurun. Bangsa ini
belum mampu memperlihatkan taringnya, padahal Indonesia merupakan negara yang be
sar, mempunyai penduduk yang besar, kekayaan alam yang berlimpah ruah. Tetapi ke
napa bangsa ini tidak maju-maju juga? Apa yang salah dari bangsa ini? Apakah mun
gkin kita sudah sulit menemukan pahlawan-pahlawan yang rela berkorban untuk bang
sa ini? Apakah benar kebanyak orang hanya berorientasi untuk dirinya sendiri saj
a? Lalu ke manakah kita harus mencari pahlawan itu?
Banyak pertanyaan yang terlontar dari benak ini, ketika kita berbicara mengenai
pahlawan. Tidak perlu banyak berpikir. Pahlawan itu masih ada, baik mereka yang
secara alamiah mempunyai sifat kepahlawanan ataupun mereka yang melatih diri aga
r bisa menjadi seorang pahlawan. Tidak ada yang salah di antara keduanya, yang t
erpenting bagaimana kita bisa memastikan diri bahwa pahlawan yang dicari itu tid
ak berada di tempat jauh. Keberdaannya dekat, dan ia adalah diri kita sendiri.
Seperti ungkapan Anis Mata di atas bahwa pahlawan tidak perlu dinanti kedatangan
nya, mereka itu adalah aku, kau dan kita semua, hanya saja kita belum memulai me
lejitkan potensi kepahlawanan kita. Untuk itu kita perlu menantang diri kita aga
r mempunyai karakter seperti seorang pahlawan. Yang terpenting dari seorang pahl
awan adalah karakter diri. Karena sejatinya seorang pahlawan itu bukan merupakan
orang yang mempunyai harta melimpah, bukan orang yang mempunyai kedudukan dan p
angkat yang tinggi serta berasal dari keluarga yang terpandang. Tapi pahlawan ad
alah orang yang mempunayai karakter dalam dirinya, sehingga dengan karakter itu
ia mampu untuk melakukan hal-hal besar. Ia mampu untuk merubah pandangan masyara
kat dan membawa masyarakat ke kehidupan yang lebih baik. Kita bisa bercermin dar
i perjuang seorang Buya Hamka dalam menemukan karakter dirinya. Hamka merupakan
anak sulung dalam keluarganya, ia terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan pas
-pasan. Sewaktu kecil ia mengalami permasalahan keluarga dimana orang tuanya ber
cerai. Dan sewaktu kecil pula ia sudah menyadari pentingnya menuntut ilmu. Hingg
a pada umur belasan tahun ia sudah merantau ke Jawa dan ke Mekah. Dengan upaya d
an kerja kerasnya, akhirnya Hamka mendapatkan buah hasil perjuangannya. Ia diken
al sebagai ulama yang disegani, sampai sekarang karya-karya nya pun masih bisa k
ita nikmati. Karakter yang tertanam dalam diri Hamka adalah sosok pekerja keras,
ulet dan tidak mudah putus asa. Sebelum menjadi ulama besar banyak orang yang m
encela dia, karena bahasa arabnya yang kurang fasih sehingga orang menyangsikan
kalau ia menyampaikan ceramah dan Hamka juga sempat ditolak untuk mengajar di se
kolah Muhammadiyah hanya karena ia tidak mempunyai gelar diploma padahal ayahnya
merupakan salah satu orang yang mendirikan sekolah itu. Segala tantangan yang d
ihadapi Hamka ia jawab dengan kerja keras menuntut ilmu. Hingga akhirnya ia menj
adi ulama terkenal dan mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.
Kita bisa menjadi seorang pahlawan dengan mengambil peran besar di mana tidak ba
nyak orang yang mau mengambil peran itu. Seorang pahwalan adalah orang yang wakt
unya disibukan untuk melakukan hal-hal besar dan tidak gampang menyerah dengan s
egala tantangan yang ada. Mulai sekarang kita persepsikan dalam diri, bahwa kita
akan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal besar yang memberikan kebermanf
aatan luas kepada orang lain. Hingga tidak ada waktu bagi kita untuk bersantai.
Setiap detik adalah waktu untuk bekerja, untuk pembuktian diri dan pengabdian te
rbaik bagi bangsa yang kita cintai ini. Lelah itu pasti, karena tidak ada kerjakerja kepahlawanan tanpa pengorbanan dan kerja keras. Bagaimana kita berupaya me
maknai kelelahan itu sebagai hal positif yang akan membawa perubahan besar, sehi
ngga kita tidak merasakan pahitnya lelah itu, yang ada hanya manis setelah berju
ang. Untuk itu jangan gampang menyerah dengan semua tantangan yang ada. Pastikan
lah kita adalah pahlawan yang dicari itu.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/04/27/67867/pahlawan-itu-adalah-aku-kau-da
n-kita-semua/#ixzz3nfzIhwzD

Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook


Makna Pahlawan, Dalam Peradaban Islam
"Pahlawan itu mengumpulkan semua kebaikan yang berserakan pada individu-indi
vidu yang ada dalam masyarakat."
-Anis Matta67 tahun yang lalu, tanggal 10 bulan November, kita tahu bahwa telah terjadi seb
uah peristiwa yang heroik luar biasa. Yang dengannya, bangsa ini bersepakat untu
k menjadikannya sebagai hari pahlawan. Sebuah hari yang membuat para penjajah te
rsadar dari mimpi, bahwa orang/bangsa yang secara kekuatan fisik lemah, tetapi s
ecara kekuatan semangat sungguh jauh melebihi angan dan akalnya. Yah itulah peri
stiwa besar yang terjadi di Surabaya puluhan tahun silam yang akan selalu dikena
ng oleh bangsa ini.
image: http://4.bp.blogspot.com/-2u2on_dUST4/UJ2zVE_sIFI/AAAAAAAAAqU/5zTol9_4W0c
/s320/pahlawan.jpg
memaknai pahlawan
Pahlawan, bagi saya memiliki ragam makna. Bisa dalam arti yang sangat luas, bisa
juga diartikan secara lebih sempit. Mereka yang segenap tenaga memberikan kebai
kan dan pertolongan bagi orang lain yang membutuhkan, bisa disebut sebagai pahla
wan.
Tak harus dalam level negara kita menjadi pahlawan, dalam tataran masyarakat ber
tetangga dan dalam keluarga, kitapun bisa jadi pahlawan. Menebarkan kebaikan leb
ih dibanding kebaikan orang rata-rata dengan tentu selalu mengharap ridho Allah
adalah jiwa pahlawan. Pahlawan adalah mereka yang berbuat kebaikan dan andil bes
ar tanpa bermaksud mendapatkan imbalan, kecuali berasal dari Allah.
Maka seperti saya sendiri, selalu berusaha menjadi pahlawan bagi keluarga. Menja
dikan istri dan anak tetap dalam jalan lurus menuju surga. "Qu anfusakum wa ahli
kum naro", sangat bisa menjadi pegangan.
Bagi saya, orang tua yang bisa menjadikan anak keturunannya mampu bertaqwa kepad
a Allah adalah seorang pahlawan. Mereka pahlawan dunia akhirat. Mereka membentuk
lingkungan iman di dalam keluarga. Kemudian masing-masing individu dalam keluar
ga itu bergaul di dalam masyarakat dengan modal kepribadian yang sudah terbentuk
. Maka dengan sendirinya, wajah peradaban akan sedikit demi sedikit berubah.
"Generasi akhir umat tidak akan membaik, melainkan dengan mengikuti konsep d
an metode yang menjadikan ummat terdahulu baik". -Al Imam Malik bin Anas Rahimah
ullahMenurut saya, bagaimana memperbaiki sebuah bangsa adalah dengan membenahi dari s
ektor keluarga. Membenahi kepribadian generasi penerus. InsyaAllah, peradaban Is
lam yang sudah dikabarkan Rosulullah yang akan kembali tegak akan segera terwuju
d. Tsumma takuunu khilafatan 'ala minhajin nubuwwah.
Menjadikan anak didik generasi keturunan kita sebagai individu yang kuat dan kok
oh imannya, itulah jiwa pahlawan. Pahlawan peradaban.
Pahlawan sejati tidak membuang energi mereka untuk memikirkan apakah ia akan
ditempatkan dalam sejarah manusia, atau apakah ia akan ditempatkan dalam liang
lahat Taman Pahlawan. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana meraih posisi paling
terhormat di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
-Anis Matta

Read more at http://www.inspirasicoffee.com/2012/11/makna-pahlawan-dalam-peradab


an-islam.html#oJ9652ewZpJfJy70.99
PAHLAWAN ISLAM VS PAHLAWAN SEKULER
28 06 2010
by sumi
Pahlawan adalah gelar untuk orang yang dianggap berjasa karena telah berbudi bai
k terhadap orang banyak. Namun makna ini terbatas untuk negara yang menganut ide
ologi sekuler. Maka dari itu mudah sekali bagi institusi tertentu memperjuangkan
seseorang agar diberi gelar pahlawan asalkan orang tersebut berkontribusi apapu
n (tidak dibatasi hukum syara) maka akan diberi penghormatan luar biasa karena o
rang tersebut dianggap oleh orang banyak telah menebar kebaikan saat menduduki s
uatu jabatan yang cukup berpengaruh. Meskipun sebenarnya yang ditebarkan adalah
ide yang merusak dan bertentangan dengan hukum agama. Seperti itulah kalau siste
m yang dipakai adalah sekuler, tidak ada hukum agama yang dipakai, caranya melal
ui pendapat orang banyak jadi mirip dengan pemilu. Berbeda halnya dengan konsep
pahlawan dalam Islam. Pahlawan dalam Islam adalah orang yang berani memperjuangk
an Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam perjuangan tersebut. Orang-orang
yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia bakal mendapat penghargaan a
tau tidak dari institusi manapun, yang mereka harapkan adalah keridhaan dari All
ah SWT. Sehingga para pahlawan tersebut benar-benar ikhlas dalam perjuangannya.
Dalam sejarah pemerintahan Islam terdapat beberapa contoh pahlawan-pahlawan luar
biasa, sebagai contoh pada masa kekhalifahan Imam Ali as sebagai pemerintahan t
eladan dan sikap beliau dalam menghadapi para penentangnya, merupakan ihwal yang
patut dikaji. Kendati, situasi dan kondisi sosial politik di masa pemerintahan
Imam Ali as berbeda dengan kenyataan di era sekarang, namun prinsip dan tindakan
yang diterapkan Amirul Mukminin as dalam menyikapi lawan-lawan politiknya bisa
dijadikan sebagai pelajaran bagi setiap pemerintahan di sepanjang sejarah. Amiru
l Mukminin berupaya menahan diri dan tidak mengijinkan pasukannya untuk memulai
pertempuran. Ironisnya, kesabaran dan kearifan yang ditunjukkan Imam Ali as itup
un tak digubris. Pertempuran yang lantas dikenal dengan Perang Jamal itu akhirny
a berkobar juga. Dan pasukan Thalhah dan Zubair menelan kekalahan besar. Meski s
ebagai pihak pemenang, namun Amirul Mu minin as memaafkan pasukan musuh yang tersi
sa bahkan beliau pun masih bersikap baik kepada mereka. Marwan bin Hakam, salah
seorang pemimpin pemberontak kepada sahabat-sahabatnya berkata, Kita telah bersik
ap zalim terhadap Ali dan memutus baiat kita kepadanya tanpa alasan. Namun ketik
a ia berhasil menundukkan kita, tak ada seorang pun yang lebih mulia dan pemaaf
yang bisa kita temui setelah Nabi saw kecuali dia (Imam Ali as) .
SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Mu
slim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sej
arah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan
tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa. Konon g
una membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat it
u telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan
oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya ke
lahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksat
ria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui Siratun Nabawiyah .
Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya Jarang sekali dunia men
yaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat . perikemanus
ian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terh
adap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam di kalangan umat muslimi
nmenghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan
akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tenta
ra dibawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.

Definisi pahlawan dalam konsep Islam tersebut diambil dari penegasan al-Quran: p
erangilah mereka sehingga tidak ada lagi penindasan, dan yang ada hanya keadilan
dan keimanan kepada Allah (QS, 2:193) Seluruhnya dan dimana saja (QS, 8:39). Da
n kenapa kamu tidak berperang di jalan Allah. Dan untuk mereka yang lemah laki-l
aki, perempuan, dan anak-anak yang berkata Tuhan, keluarkanlah kami dari kota ini
yang penduduknya zalim; dan berilah kami dari pihak-Mu orang yang dapat menjadi
pelindung, dan berilah kami dari pihak-Mu penolong. (QS, 4:75). Jadi pahlawan me
nurut konsep Islam adalah orang yang berjuang mempertahankan kebenaran dan menol
ong umat manusia dari penjajahan fisik maupun pemikiran.
dakwatuna.com
Westerling adalah tokoh yang dianggap pahlawan oleh masyarakat Be
landa, sebaliknya ia adalah penjahat besar untuk bangsa Indonesia. Gorge W Bush
adalah pahlawan, setidaknya bagi 85% rakyat Amerika, tetapi dianggap penjahat ol
eh sebagian rakyat Irak, setidaknya 900.000 keluarga korban tewas akibat pembant
aian.. Xanana Gusmao adalah seorang tokoh pahlawan bagi masyarakat Timor Leste,
sebaliknya pernah dipenjara oleh pemerintah Indonesia. Begitu pula Presiden per
tama RI Bpk Ir. Soekarno adalah tokoh proklamator sekaligus pahlawan, tetapi ol
eh Belanda telah berkali-kali dipenjarakan.
Perbedaan pandangan itu karena memakai kacamata Nasionalisme masing masing. Nas
ionalisme itu bersumber dari sebuah padangan masyarakat kumpulan manusia yang pa
sti punya cara pandang masing-masing, maka hasilnya menjadi relatif.
Pahlawan Dalam Arti Sempit
Bagi seorang yang sedang sakau maka pahlawan bagi mereka adalah para pemasok da
n pengedar narkoba. Bagi seorang pemabuk, maka boss yang mentraktir minuman itul
ah yang jadi pahlawan. Bagi orang-orang miskin maka orang semodel Robinhood itu
juga bisa manjadi pahlawan. Bagi para mucikari/germo, juga pengusaha diskotik, m
aka para pembacking yang biasanya terdiri dari aparat itu sebagai pahlawan. Seo
rang pemuda yang menampung uneg-uneg seorang gadis ketika terjadi masalah keluar
ga, sehingga sang gadis bertambah dendam terhadap orang tuanya dan semakin sejuk
dengan sang pemuda, itu bisa dianggap pahlawan bagi si gadis (lihat status-stat
us di BBM).
Maka pengertian pahlawan di sini adalah siapa saja yang menjadi pembela kepentin
gan seseorang itulah dia, terlepas bentuk kepentingan apa saja, tidak perlu liha
t halal haram lagi.
Sebaliknya perbuatan sebaik apapun jika ada orang lain yang merasa kepentinganny
a terancam, akan ada saja yang memusuhi bahkan dianggap penjahat atau lebih dar
i itu. Sebaik apapun akhlak yang telah ditunjukan oleh Rasulullah SAW, sampai sa
mpai pujiannya langsung datang dari Allah SWT: Sesunggguhnya Engkau (wahai Muhamm
ad) memang memiliki akhlaq yang sangat Agung , tetap saja ada yang memusuhi, bahk
an dari kalangan keluarganya sendiri. Karena ada orang yang merasa kepentinganny
a terancam. Apalagi kita yang bukan nabi, lebih wajar kalau yang membenci itu l
ebih banyak lagi.
Resiko yang dihadapi oleh Rasulullah SAW adalah berbagai teror mental, dituduh o
rang gila, tukang sihir sampai upaya penganiyaan fisik. Berbagai ujian cobaan, t
antangan, rintangan, hambatan, gangguan, silih berganti bertubi-tubi silih berga
nti tak pernah berhenti menimpa diri Nabi. Mulai dari peleparan kotoran unta, pe
nimpaan batu besar, pengeroyokan, upaya pemboikotan, sampai upaya-upaya pembunuh
an.
Soal Kepentingan dan Standar Nilai
Kalau ukuran berjasa, membantu dan menolong menurut kepentingan perorangan, kelo
mpok, suku, sampai pada bangsa dan negara, bisa dipastikan akan menemukan hasil
yang relatif. Sehingga harus ada standar yang universal. Sementara sentdar unive

rsal itu biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Lagi-lagi jika penda
ngan kemunisaan itu menurut pribadi, kelompok dan golongan pasti akan berbeda la
gi. Sehingga tidak akan pernah menemukan kebenaran yang hakiki dalam memandang n
ilai kemanusiaa.
Bagi akal yang sehat seharusnya berpikir bahwa yang paling pantas membuat standa
r nilai kemanusiaan adalah Sang Pencipta Manusia itu sendiri. Maka nilai kemanus
iaan tidak bisa dilepas dengan setandar yang dimiliki oleh Allah SWT sebagai Pen
cipta manusia. Selanjutkan kita bisa menentukan ukurang berjasa atau tidak seseo
rang jika dia berhasil ikut mengangkat nilai-nilai kemanusian dan nilai-nilai ke
benaran.
Jadi Pahlawan itu Siapa?
Pahlawan adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata pahlawan berasal dari bahas
a Sanskerta phala , yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus BesarBahasa Indone
sia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya d
alam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepenti
ngan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang la
in, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau
umat manusia.
Jika kita memakai kata kunci Kebenaran dan Pahala maka tidak mungkin ada standar
lain keculai tata nilai yang bersumber dari Sang Pencipta (Khalik) sebagai sumbe
r kebenaran. Akal sehat kita menuntut bahwa Sang Pencipta pasti yang paling tahu
barang ciptaannya sendiri, maka Dialah yang paling pantas dan berhak menurutkan
sumber tata nilai untuk makhluk manusia sebagai ciptaannya.
Seorang pejuang dan pahlawan dalam Islam, adalah seorang yang hanya ingin cari
muka di hadapan Allah SWT, hanya ingin perhatian dan penilaian di hadapan Allah
SWT, jika hanya pandangan manusia akan sangat relatif sifatnya. Satu bilang si
fulan pahlawan semantara yang lainnya bilang si fulan itu penjahat. Berarti seo
rang pejuang harus tegar
tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela (Q.S Al
-Maidah (5) ayat: 54).
Hari ini para pejuang akan berhadapan dengan nafsu liar manusia yang dibacking o
leh penguasa dan pengusaha yang terus mengeksploitasi nafsu jalang dan liar manu
sia, sambil terus dikipas-kipas oleh syaithan laknatullah, kemudian dihias oleh
sarana dan prasarananya, serta dipercantik oleh ilmu pengetahuan dan teknologiny
a. Makin banyak orang yang terkapar tidak berdaya, tidak sedikit juga para tokoh
agama yang akhirnya ikut bungkam, entah karena takut atau karena gaptek.
Siapa yang berani mengatakan bahwa: Kuis berhadiah melalui SMS yang tarifnya di a
tas normal itu judi ..? Siapa yang berani mengatakan bahwa acara pildacil itu ada
unsur judinya..? Siapa yang berani mengatakan bahwa sekarang ini hiburan sudah
sangat Over Load..? Siapa yang mampu melihat bahwa kondisi pelajar kita sudah
sangat memprihatinkan, dari aspek orientasinya, motivasinya, visi misinya, akhla
knya, pergaulannya, serta sikap dan keperibadiannya?
Pertanyaan tersebut di atas mempunyai resiko tinggi bagi siapa saja yang mau men
jawab dengan jujur. Sebab akan berhadapan dengan banyak orang dan kepentingan,
juga mungkin tidak sedikit tokoh agama yang juga sudah terlanjur ikut menikmati,
sehingga takut Kaburo Maqtan (Q.S Asshaaf (61) ayat: 2-3).
Seorang ayah yang telah memelihara anak dari bayi, begitu menyayangi dan mencint
ai anaknya, hanya karena latar belakang pendidikan yang kurang, maka cara menge
kspresikan kasih sayang dan cintanya berbeda dengan keinginan anak. Banyaknya pe
rintah dan larangan membuat si anak salah paham, timbulah kebencian kepada oran

g tuanya. Saat itulah datang pemuda ganteng yang menampung semua uneg-unegnya,
menawarkan berbagai kebebasan, serta membuka jendela hatinya sambil bersedia m
enjadi soulmate nya. Jadilah pemuda itu sebagai pahlawan di mata gadis tersebut.
Padahal tidak sedikit laki-laki yang hanya menginginkan kecantikan dan kemolekan
tubuhnya. Pertolongan yang diberikannya pun hanya alokasi khusus kepada orang-o
rang tertentu yang menjadi sasaran tembaknya. Kepincutlah si anak jadilah si Pem
uda yang tidak pernah ngasih makan dan merawat dari kecil menjadi pahlawan sert
a arjuna bagi si gadis yang merasa nyaman terhadap pemuda tadi. Pilu hati si aya
h ketika anaknya lebih percaya kepada orang lain dari pada orang tuanya sendiri.
Tak kalah pilunya nasib guru, terlebih-lebih guru agama. Dari segi urgensi tidak
begitu dianggap oleh pemerintah terlihat dalam implementasi kurikulum, membawa
dampak pelajaran agama diremehkan oleh para siswa. Sisi lain jam pelajaran yang
kurang, sehingga berdampak kurangnya pelajaran aqidah yang begitu penting dalam
membentuk pandangan hidupnya. Sisi lain lagi pelajaran agama lah yang banyak ber
benturan dalam realitas kehidupan sehari-hari, karena apa yang ditampilkan di T
elevisi misalnya lebih banyak pertentangannya. Sementara masih ada sebagaian gur
u agama dengan keterbatasannya belum menguasi metode mengajar yang menarik. Maka
guru agamalah yang dianggap paling banyak perintah dan larangan. Paling cerewet
, ngebetein, menyebalkan dan paling banyak mengekang.
Sementara ada guru lain atau karyawan yang punya pandangan agak permisif, mempun
yai kemampuan berkomunikasi dengan baik, menjadi tempat bernaungnya anak-anak,
tempat yang dianggap menyejukkan. Jika tidak ada lingkungan yang kondusif serta
tidak ada upaya perbaikan kualitas dan keterampilan guru-guru agama, maka jadil
ah guru agama seolah seolah sperti penjahat dan guru lain yang menganut kebebasa
n seperti pahlawan, di mata para siswa.
Saat inilah dibutuhkan para pejuang bermental baja, yang punya ketegaran jiwa, k
ekokohan mental, berani tampil, tidak takut celaan manusia, karena takunya hanya
kepada Allah SWT, dan hanya ingin menjadi Pahlawan hanya di hadapan Allah SWT.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/12/05/61128/siapa-pahlawan-siapa-penjahat/
#ixzz3ng0Xrags
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Karakter Pahlawan Dalam Al Quran
Bila kita mendengar kata pahlawan, maka yang tergambar dalam pikiran kita adalah
seseorang pemberani, pejuang, dan berjasa bagi suatu komunitas bangsa. Tidak bo
leh ada karakter negatif pada seorang pahlawan. Setiap bangsa dan setiap ummat s
enantiasa membutuhkan sosok pahlawan. Pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar
adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawan, dan mampu melanjutkan p
erjuangan para pahlawan tersebut.

Di sisi lain, status kepahlawanan seseorang tergantung dari sudut pandang suatu
komunitas terhadap sosok tersebut. Seseorang dipandang sebagai pahlawan oleh sua
tu komunitas, tetapi komunitas lainnya memandang orang tersebut sebagai pengkhia
nat atau pemberontak. Misalnya sosok Pangeran Diponegoro. Dalam tinjauan bangsa
Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah seorang pejuang dan pahlawan yang memperju
angkan terusirnya penjajah dari tanah air. Sebaliknya, dalam tinjauan pemerintah
an kolonial Hindia-Belanda, Pangeran Diponegoro adalah seorang pemberontak, sehi
ngga harus ditumpas. Dalam pandangan masyarakat Palestina, para aktivis HAMAS di
Palestina adalah para pejuang yang memperjuangkan terbebasnya Palestina dari ce
ngkeraman Israel. Sebaliknya, aktivis HAMAS dalam pandangan Israel adalah para t

eroris yang harus diperangi. Demikianlah, perbedaan sudut pandang dan kepentinga
n antar komunitas menyebabkan perbedaan penilaian terhadap status seseorang atau
suatu kelompok.

Sebagai seorang muslim, kita tentu berharap dan berupaya menjadi pahlawan dalam
pandangan Alloh Subhanahu wa Ta ala. Oleh karena itu, kita perlu memahami bagaiman
a karakter pahlawan dalam pandangan Islam. Pada tulisan ini, akan dipaparkan kar
akter pahlawan dalam Al Quran. Penulis mendapatkan materi ini dari taushiyah Ust
adz Abdul Aziz Abdur Rauf dalam acara MABIT di Masjid Telkom, Jln. Supratman Ban
dung, pada Sabtu malam Ahad, tanggal 22 Nopember 2008.

Dalam Al Quran, istilah yang digunakan untuk para pendukung kebenaran, para kesa
tria atau pahlawan (dalam istilah sekarang) adalah rajul. Secara bahasa rajul be
rarti seorang laki-laki. Bentuk ganda (mutsanna) dari rajul adalah rajula-ni, se
dang bentuk jamaknya adalah rija-l. Para rijal ini ada pada setiap zaman, baik
pada setelah Rasulullah Muhammad SAW diutus, maupun pada ummat-ummat terdahulu.
Keterangan: Penulisan rija-l menunjukkan bahwa suku kata
bacaan panjang (mad).

ja

pada rija-l merupakan

Bila kita mengkaji Al Quran, karakter rijal dapat ditemukan pada beberapa surat
dalam Al Quran. Ciri-ciri (karakteristik) para rijal yang disebutkan dalam Al Qu
ran adalah:
1)
Menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (untuk
berjihad di jalan Alloh).
Alloh Subhanahu wa Ta ala berfirman:
Artinya : Di antara orang-orang mukmin itu ada rijal, yaitu orang-orang yang men
epati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yan
g gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu(**) dan mereka tid
ak merobah (janjinya) (Al Quran surat Al Ahzab [33]: 23).
Keterangan: (**) Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.

2)

Mendukung kebenaran, dan berani mengingatkan penguasa tiran.

Alloh Subhanahu wa Ta ala mengisahkan rijal pada masa Firaun melalui firman-Nya:
Artinya: Dan seorang rajul yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir aun yang
menyembunyikan imannya berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karen
a Dia menyatakan: Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan m
embawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. dan jika ia seorang pendusta maka dia
lah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya
sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu . Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (Al quran surat
Al Mu min [40]: 28).

3)

Takut kepada Alloh, dan mengingatkan kaumnya untuk berjihad

di jalan Alloh. Alloh Subhanahu wa Ta ala mengisahkan rijal pada masa Bani Israil
melalui firman-Nya:
Artinya: berkatalah rajulani (dua rajul) diantara orang-orang yang takut (kepada
Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: Serbulah mereka dengan mel
alui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan mena
ng. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar ora
ng yang beriman (Al Quran surat Al Maidah [5]: 23).

4)
Para rijal senantiasa mengingat Alloh, mendirikan shalat, mu
nunaikan zakat, dan mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia.
Alloh Subhanahu wa Ta ala berfirman:
Artinya:
Rijal yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membay
arkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan pengliha
tan menjadi goncang (Al Quran surat An Nur [24]: 37).
5)

Mensucikan diri dan memakmurkan masjid.

Alloh Subhanahu wa Ta ala berfirman:


Artinya: janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesunggu
hnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama ad
alah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada rijal yang
ingin membersihkan diri. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (Al
Quran surat At Taubah [9]: 108).

6)
Memberikan saran yang baik kepada utusan Alloh demi tegaknya
agama Alloh. Alloh Subhanahu wa Ta ala mengisahkan kisah seorang rajul di kalanga
n ummat Nabi Musa melalui firman-Nya:
Dan datanglah seorang rajul dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai M
usa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu
, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
memberi nasehat kepadamu (Al Quran surat Al Qashash [28]: 20).

7)
Mengingatkan kaumnya untuk menginguti agama Alloh. Alloh Sub
hanahu wa Ta ala mengisahkan rijal pada masa Bani Israil melalui firman-Nya:
Artinya: Dan datanglah dari ujung kota, seorang rajul dengan bergegas-gegas ia be
rkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu (Al Quran surat Yasin [36]: 20).

Demikianlah beberapa karakteristik rijal (pahlawan) dalam Al Quran. Semoga kita


dapat meneladani karakter para rijal tersebut.

Ya Alloh, jadikanlah kami rijal yang berjuang di jalan-Mu

Berikanlah pertolongan kepada para rijal, para pejuang, yang saat ini sedang ber
juang di bumi Palestina, juga di belahan bumi yang lain.

Bandung, Jawa Barat


Selasa, 13 Januari 2009 (16 Muharram 1430 H)
PAHLAWAN MASA KINI
PERTEMPURAN Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Ind
onesia dan pasukan Belanda-Inggris yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 di
Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indone
sia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Dengan pekikan Allahu Akbar yang dikumandangkan Bung Tomo, dan Resolusi Jihad yang
dikeluarkan oleh pimpinan NU, mampu membakar semangat para kiai, santri, para p
emuda, dan seluruh komponen umat Islam berbondong-bondong menuju Surabaya (yang
kemudian disebut dengan Arek-arek Suroboyo) untuk berjihad melawan keangkuhan pa
ra penjajah.
Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut, telah
menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan
mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang
menjadi korban pada hari 10 November ini, kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawa
n oleh bangsa Indonesia hingga sekarang. Dengan meneladani jasa-jasa para pahlaw
an pada masa itu, apakah kita bisa menjadi pahlawan masa kini yang melawan segal
a bentuk penjajahan?
Arti pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia, berasal dari bahasa sangseke
rta, terdiri dari dua kata, pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan ber
makna sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dulu gelar pahlawan diberikan kepada
siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan n
egaranya maupun agamanya.
Laporkan iklan?
Namun di era modern ini gelar pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan
yang jelas. Misalnya para Tenaga Kerja Wanita (TKW) disebut sebagai para pahlawa
n devisa. Guru yang mengajar disekolah diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa. K
arena tidak adanya batasan dari makna pahlawan ini, sempat terjadi perdebatan di
kalangan tokoh negeri ini tentang layak kah soeharto, presiden kedua republik in
i diberi gelar pahlawan nasional?
Secara umum dapatlah disimpulkan bahwa pahlawan adalah gelar untuk orang yang di
anggap berjasa karena telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi k
ebaikan orang banyak. Namun makna ini terbatas untuk negara yang menganut ideolo
gi sekuler. Maka dari itu mudah sekali bagi institusi tertentu memperjuangkan se
seorang agar diberi gelar pahlawan asalkan orang tersebut berkontribusi pada ora
ng banyak. Seperti itulah kalau sistem yang dipakai adalah sekuler, tidak ada hu
kum agama yang dipakai.
Berbeda halnya dengan konsep pahlawan dalam Islam. Pahlawan dalam Islam adalah o
rang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam perj
uangan tersebut. Orang-orang yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia
bakal mendapat penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka harap
kan adalah keridhaan dari Allah SWT. Sehingga para pahlawan tersebut benar-benar
ikhlas dalam perjuangannya.

PAHLAWAN SALAF

Oleh: Shalih Hasyim*


KETIKA seorang memproklamirkan dirinya sebagai seorang Muslim, pada saat yang be
rsamaan ia dituntut sebagai muhajir (berhijrah secara maknawi
spiritual
dan atau
makani teritorial
dari lingkungan social yang gelap menuju cahaya iman dan mujah
id (memperjuangkan kesadaran barunya). Hijrah dan jihad merupakan satu rangkaian
yang tak terpisahkan. Allah SWT akan menurunkan pertolongan-Nya berupa bonus (p
ahala) berbanding lurus dengan kualitas kelelahan kita (al Ujratu ala qadril masy
aqqati). Bahkan, kenikmatan Islam yang kita rasakan hari ini efek dari tetesan d
arah dan air mata pendahulu kita (salafus shalih).
Jika kita menengok ke belakang, sesungguhnya madrasatul Islam telah meluluskan p
ara pahlawan dalam berbagai aspek kehidupan. Pahlawan ilmu, pahlawan spiritual,
pahlawan harta dan pahlawan di medan laga. Mengerahkan pikiran (ijtihad), hati (
mujahadah) dan pisik (jihad) untuk mengharumkan nama Allah SWT memiliki nilai ya
ng sama pentingnya dalam timbangan Islam. Bahkan, indicator penting generasi sah
abat adalah mereka laksana pendeta di malam hari dan singa di siang hari (rahibu
n fillail wa farisun finnahar).
Pengorbanan monumental yang diperagakan oleh Ibrahim as dan Ismail as merupakan
uswah dan qudwah bagi kita wujud kongkrit kecintaan dan ketaatan sejati dan kesi
apan berkorban untuk Allah SWT. Berkorban disini tidak sekedar menyembelih hewan
korban, tetapi berkorban dalam arti yang luas.
Katakanlah, Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kel
uargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerug
iannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya, dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, Dan Allah tidak member petunjuk kepada
orang-orang fasik. (QS. At Taubah (9) : 24).
Ayat ini mengandung pelajaran yang cukup penting, yaitu menomorsatukan kecintaan
kita hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Di saat pengorbanan harta, ilmu, jiwa da
n seluruh potensi diminta untuk kepentingan Allah dan Rasul-Nya, maka kita menge
depankan sikap sami na wa atha na, tanpa ada rasa keberatan dan pertimbangan. Disinil
ah kunci pembuka pertolongan, kemenangan, dan kemuliaan citra diri kita.
Kemuliaan itu hanyalah bagi Allah SWT bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang berima
n (Al Munafiqun ( ) : 8).
Islam bukan sekedar rumusan abstrak yang mengendap di otak, tetapi menuntut bukt
i perjuangan, pengorbanan pemeluknya. Islam bukan sebatas kaya serimonial tetapi
miskin aplikasi. Islam adalah gabungan iman dan amal shalih. Iman bagaikan poho
n, amal shalih adalah buahnya.
Rekamlah kehidupan perjuangan para nabi dan rasul hingga junjungan kita Rasulull
ah SAW para sahabat, para syuhada, mujahidin dan shalihin. Tak seorangpun dianta
ra mereka yang sepi dari perjuangan dan pengorbanan, baik dalam bentuk moril mau
pun material, spiritual dan finansial, jiwa dan harta. Mereka telah menyerahkan
secara all out seluruh potensi yang mereka miliki untuk kejayaan Islam dan kaum
Muslimin.
Khadijah mengorbankan jiwa dan hartanya untuk mensupport misi suaminya, Abu Baka
r menyerahkan seluruh hartanya untuk Islam, Ali bin Abi Thalib berani mempertaru
hkan nyawanya untuk meniduri ranjang Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah. Pa
da malam harinya dikeluarkan keputusan akan membunuh Nabi SAW oleh para pemuda p

ilihan dari setiap kabilah.


Imam Malik dipenjara, diikat, dan dicambuk oleh penguasa yang zhalim hingga ruas
-ruas tulangnya nyaris putus. Imam Syafii dimasukkan di balik jeruji karena fitn
ah ulama jahat, bahkan beliau diperintah berjalan kaki diterik padang pasir dua
bulan lamanya, dari Yaman ke Baghdad. Imam Nawawi penyusun kitab hadits Arbain d
an Riyadhus Shalihin diusir dari tanah kelahirannya Syam, karena berpegang teguh
pada aturan Allah dan menentang kebijakan penguasa yang serakah dan represif.
Imam Abu Hanifah tewas karena dipaksa minum racun, setelah sebelumnya dipenjara
dalam keadaan dirantai besi yang berat pada lehernya. Imam Ahmad Ibnu Hambal dis
iksa dan dipenjara bertahun-tahun lamanya karena keteguhan sikapnya dalam memper
tahankan aqidah, beliau menolak Al Quran disebut makhluk (ciptaan) karena firman
Allah Al Khaliq adalah Allah SWT.
Hasan Al Banna yang membentuk milisi Mujahidin yang memerangi Yahudi dan penjaja
h Inggris di Mesir, syahid diberondong peluru. Sayid Qutub yang terkenal di Indo
nesia dengan karya spektakulernya Tafsir Fi Zhilalil Quran dan Abdul Aziz Badri ya
ng terkenal karyanya Ulama dan Penguasa keduanya syahid di tiang gantungan.
Pahlawan Yang Lahir Dari Rahim Pertiwi
Di Indonesia pula ditulis dalam tinta emas sejarah para pejuang kemerdekaan. Yan
g mengobarkan semangat jihad, perlawanan terhadap kezhaliman, membekali dirinya
dengan pemahaman agama (tafaqquh fiddin) sebelum terjun bebas dalam dunia milite
r untuk seterusnya aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kedaula
tan negeri. Memulai karir militernya sebagai seorang dai muda yang giat berdakwa
h di era 1936-1942 di daerah Cilacap dan Banyumas. Hingga pada masa itu Soedirma
n adalah muballigh masyhur yang mengakar di benak public.
Ia lahir dari keluarga petani kecil, di desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahanya hanya
lah seorang mandor tebu pada pabrik gula di Purwokerto. Sejak bayi Soedirman dia
ngkat anak oleh asisten wedana (camat) di Rembang, R. Tjokrosunaryo.
Bakat dan jiwa perjuangannya mulai terlihat sejak dari kepanduan Hizbul Wathon i
ni, juga peningkatan kemampuan pisik dan penggemblengan mental. Bakat kemilitera
nnya ditempa melalui organisasi berbasis dakwah. Bahkan semangatnya berjihad tel
ah mengantarkan Soedirman menjadi orang nomor satu dalam sejarah militer Indones
ia.
Sebagai kader Muhammadiyah, Panglima Besar Jendral Soedirman dikenal sebagai san
tri atau jamaah yang cukup aktif dalam halaqah pengajian malam Selasa yaitu pengaj
ian yang diadakan di oleh PP Muhammadiyah di Kauman berdekatan dengan Masjid Bes
ar Yogyakarta. Seorang Panglima yang istimewa, dengan kekuatan iman dan keislama
n yang melekat kuat dalam dadanya. Sangat meneladani kehidupan Rasulullah SAW da
lam kesederhanaan, sehingga perlakuan khusus dari jamaah pengajian yang rutin di
ikutinya dipandang terlalu berlebihan dan ditolaknya secara halus.
Seorang jendral yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam r
angka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wujud nyat
a pelaksanaan jihad fi sabilillah. Spirit inilah yang diwariskan kepada anak bua
hnya bahwa mereka yang gugur di medan laga tidaklah mati melainkan gugur sebagai
syuhada. Untuk mensosialisasikan gelora jihad, baik di kalangan internal tentar
a maupun rakyat secara umum, Jendral Besar ini menyebarkan pamphlet/selebaran ya
ng berisi seruan kepada seluruh rakyat dan tentara untuk terus melawan Belanda d
engan mengutip tarjamah hadits Rasulullah SAW.
Insjaflah ! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnya) beloem pernah toeroet
berperang (membela kebenaran dan keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen

tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafikan .


Perang gerilya yang dilakukan, tak lepas dari usaha mencontoh apa yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW sewaktu berada di desa Karangnongko, setelah sebelumnya men
etap di desa Sukarame, Panglima Jendral Soedirman yang memiliki naluri seorang p
ejuang, mempersepsikan desa tersebut tidak aman bagi keselamatan pasukannya. Mak
a beliau mengambil keputusan untuk meninggalkan desa dengan taktik penyamaran, s
ebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta Abu Bakar saat akan hijrah
ke Madinah.
Sebuah perjuangan yang penuh dengan keteladanan, patut dijadikan pelajaran dan c
ontoh kita semua, sebagai anak bangsa. Perjalanan panjang seorang mujahid dakwah
yang tidak lagi memikirkan tentang dirinya melainkan berbuat untuk bangsanya ya
ng tercinta. Penyakit TBC yang diderita, tidak menyurutkan langkah perjuangannya
. Sampai akhir usianya 38 tahun, Soedirman kembali kepada-Nya pada tanggal 29 Ja
nuari 1950, hari Ahad. Bangsa Indonesia mencatat satu lagi pejuang yang lahir da
ri rahim ummat, untuk ummat dan selalu berjalan seiring dengan kepentingan ummat
.
Kisah-kisah perjuangan yang sangat menarik banyak lahir dalam setiap kali terjad
i aksi pertempuran, dan ini bukti dari pertolongan Allah kepada para tentara-Nya
yang rela berkorban lahir dan batin demi menegakkan nilai-nilai immaterial. Seb
agaimana yang dialami Bung Tomo dalam perang gerilya, bersama pasukannya saat su
dah tidak bisa lagi berbuat apa-apa karena pesawat Belanda telah mengepung dari
atas dan tidak ada lagi tempat berlindung. Namun, atas kekuasaan Allah SWT, gump
alan awan menutupi Bung Tomo beserta pasukannya yang berada dalam sasaran tembak
pesawat-pesawat tempur Belanda, sehingga beliau selamat.
Fenomena nashrullah inilah yang semakin mengokohkan jiwa perlawanan Bung Tomo. S
pirit jihadnya semakin berstamina. Dan secara berkesinambungan ia injeksikan kep
ada teman-temannya. Terjadilah peristiwa 10 Nopember 1945. Bung Tomo berhasil me
nggerakkan arek-arek Suroboyo hanya dengan membawa senjata bamboo runcing. Denga
n pekikan Allahu Akbar beliau berubah menjadi pahlawan yang gagah berani. Maka, Bu
ng Tomo menjadi orang yang paling diinginkan Belanda. Bagi yang dapat menagkapny
a atau membunuhnya hidup-hidup akan dijanjikan hadiah besar.
Muhasabah
Demikianlah keteladanan yang dipentaskan oleh wali-wali Allah SWT dalam berjuang
dan berkorban. Sangat kontradiktif dengan kondisi kaum Muslimin sekarang. Misal
nya, bila memasukkan uang di kotak masjid, tangannya tidak seringan mengeluarkan
uang untuk membeli karcis sepak bola. Ke mall, tempat-tempat perbelanjaan dan t
empat-tempat rekreasi. Ummat Islam kurang tertarik pergi ke majlis ilmu dan majl
is shalat jamaah, tetapi semangat pergi ke matahari shopping center. Hadiah-hadi
ah untuk berbagai hiburan, konser musik mencapai ratusan juta rupiah, sedangkan
dana untuk para pengungsi dan relawan, guru ngaji, muballigh, berjumlah sangat m
inim.
Sekedar mengorbankan sedikit saja dari apa yang kita anggap milik kita, rasanya
berat untuk Allah SWT semata. Kita perlu berbagai kiat dan rekayasa dalam memoti
vasi diri kita hanya untuk sekedar merelakan sebagian kecil milik kita. Untuk berk
orban kita terlalu mempertimbangkannya dari berbagai sudut, terutama dari sisi e
konomi, dari aspek untung-rugi. Seringkali setelah pertimbangan yang njelimet, a
khirnya tidak jadi berkorban. Kalaupun terpaksa berkorban, kita memasang harapan
pahala yang berlipat-ganda.
Sudahkah kita mempertaruhkan kehidupan kita di jalan Allah SWT secara all out ?.
Jika sudah, berapa bagian harta yang telah kita nafkahkan di jalan-Nya, dibandi
ngkan yang kita keluarkan untuk anggaran BBM dan belanja rokok setiap harinya ?.
Berapa banyak waktu, tenaga, pikiran yang telah kita habiskan di jalan Allah di

bandingkan dengan yang telah kita habiskan di jalan syetan dan hawa nafsu demi u
ntuk memenuhi syahwat perut dan syahwat farji ?. Sudahkah kita membalas kebaikan
Allah SWT yang tidak terhitung dengan balasan yang setimpal ? Nikmat Allah SWT
mana lagi yang engkau dustakan ?
Karenanya, Hassan al Banna pernah mengatakan, Jadilah engkau mangga, ketika engka
u melempar, ia menjatuhkan dirinya kepada yang melempar.
*)Penulis adalah kolumnis hidayatullah, kini tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Pahlawan Masuk Neraka
Alfian Muhammad
11:01 AM
Kisah Teladan
Suatu hari pada satu pertempuran telah berlangsung dengan dahsyat antara pihak I
slam dan musyrik. Kedua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan satu
sama lain. Suatu ketika pertempuran tersebut diberhentikan seketika dan kedua b
elah pihak pulang ke markas masing-masing.
Di sana Nabi Muhammad saw dan para sahabat telah berkumpul membincangkan pertemp
uran yang telah berlangsung. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayan
g-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah
seorang sahabat yaitu, Qutzman. Ketika bertempur dengan musuh, dia kelihatan se
perti seekor singa lapar menerkam mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah
menjadi buah bibir ketika itu.
Tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qutzman, kata
salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah menjawab, Sebenarnya dia itu adalah golongan
penduduk neraka .
Para sahabat heran mendengar jawaban Rasulullah itu. Bagaiman seorang yang telah
berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam bisa masuk neraka. Para sahabat b
eradu pandangan antara satu sama lain ketika mendengar Rasulullah mengatakan yan
g demikian.
Rasulullah sadar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas b
aginda berkata, Semasa Qutzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qu
tzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipen
uhi dengan darah. Dengan segera Qutzman meletakkan pedangnya di atas tanah, seme
ntara mata pedang dihadapkan ke dadanya.
Dia melakukan perbuatan itu karena dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat lu
ka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan karena berlawanan dengan musuh, teta
pi membunuh dirinya sendiri. Melihat keadaan yang parah, banyak orang yang menya
ngka dia akan masuk surga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk
neraka.
Menurut Rasulullah Saw lagi, sebelum dia mati, Qutzman mengatakan, Demi Allah aku
berperang bukan karena agama tetapi hanya sekedar menjaga kehormatan kota Madin
ah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalan untuk memb
ela kehormatan kaumku. Kalau tidak karena itu, aku tidak akan berperang
PAHLAWAN ZAMAN INI
sepuh, kaya pengalaman dan pensiun. Sudah mempunyai anak dan cucu sebagai peneru
s. Dalam usianya yang ke-69 tahun Indonesia masih harus selalu berjuang untuk bi
sa menyejahterakan rakyatnya. Meskipun sudah menjadi negara maju dan melakukan p
embangunan di berbagai bidang, tetapi permasalahan bangsa ini masih banyak. Kese
jahteraan rakyatnya masih belum merata, polah pejabatnya yang korup juga masih b

erderet, ketergantungan pada BBM juga membuat stabilitas perekonomian beberapa k


ali terguncang. Belum lagi tuntutan kenaikan gaji buruh.
Sejak merdeka sampai sekarang, ternyata persoalan bangsa tetap datang silih berg
anti hanya beda bentuknya. Dengan demikian, sebenarnya setiap generasi punya per
soalan dan perjuangan sendiri untuk mengatasinya. Setelah merdeka, tidak berhent
i! Akan selalu datang masalah-masalah baru yang harus dihadapi dan diselesaikan
oleh bangsa Indonesia. Jika demikian, maka setiap generasi membutuhkan pahlawan
di zamannya. Pahlawan yang kita kenal sebagai orang-orang yang berjasa memperjua
ngkan kemerdekaan bangsa dan tercatat dalam sejarah adalah sekelompok orang yang
menjadi pahlawan di zamannya. Para pahlawan yang dikenal dan dikenang secara me
luas.
Sesungguhnya masih ada pahlawan-pahlawan lain yang sesudah kemerdekaan kurang me
ndapat julukan lagi. Sebutan pahlawan yang diangkat di zaman ini seperti pahlawa
n tanpa tanda jasa sebagai julukan untuk guru dan pahlawan devisa untuk TKI. Pah
lawan yang lainnya masih banyak, hanya belum dijuluki. Menyambut Hari Pahlawan t
ahun 2014, saya tergugah untuk menuliskan tentang pahlawan zaman sekarang. Untuk
menjadi pahlawan apakah harus mendapat pengakuan? Menurut saya tidak.
Di zaman yang makin terdesak oleh era globalisasi, ketika segala sesuatu bergera
k dengan cepatnya, sebenarnya siapapun bisa menjadi pahlawan di posisinya masing
-masing. Hal-hal kecil dan sederhana yang dilakukan sepenuh hati dan dengan niat
baik, tekun dan berada pada garis kebenaran adalah bentuk kepahlawanan yang tid
ak terkuak, tetapi sangat dirasakan manfaatnya oleh orang-orang di sekitarnya.
Siapa saja yang bisa jadi pahlawan?
Seorang ibu yang mengurus rumah tangganya dengan baik, mengasuh anak-anaknya men
jadi orang yang berguna dan sukses. Seorang ayah yang bertanggung jawab dan meny
ayangi keluarganya. Seorang pegawai yang bekerja tekun, jujur dan loyal. Seorang
polisi yang menegakkan kebenaran. Seorang pebisnis yang fairplay. Seorang pemim
pin yang bijaksana. Seorang pejabat yang mau melayani rakyat, yang tidak aji mum
pung atas jabatannya. Seorang murid yang belajar dengan giat, seorang anak yang
berbakti kepada orang tuanya, dan lain-lain. Siapapun bisa jadi pahlawan, tak ha
rus menunggu menjadi sosok yang berpengaruh di masyarakat, tak harus menduduki j
abatan penting dan terhormat?
Seperti kita tahu, apa saja sifat-sifat kepahlawanan itu? Rela berkorban, pantan
g menyerah, berani membela kebenaran, berjuang sampai titik darah penghabisan, i
khlas menolong siapa saja. Sejak kecil kita dikenalkan pada para pahlawan bangsa
dengan teladan-teladannya, tetapi seringkali semua itu hanya sebagai ilmu yang
terlewatkan setelah kita ulangan. Nilai-nilai luhur kepahlawanan justru mulai lu
ntur karena kita merasa sudah merdeka dan kita disibukkan dengan upaya-upaya mem
enuhi kebutuhan hidup dan memperkaya diri.
Indonesia masih butuh pahlawan
Apa kita masih perang, sehingga butuh pahlawan? Ya. Perang di zaman ini memang b
eda bentuknya. Kita masih berperang melawan ketidakadilan, kurangnya pemerataan,
perang melawan korupsi, perang melawan bobroknya birokrasi, perang melawan sist
em pengelolaan keuangan negara yang masih sering bocor dan tidak hemat. Kita jug

a perang melawan rusaknya mental bangsa, melawan kemacetan, melawan sikap hedoni
sme. Kita juga berperang melawan usaha-usaha sebagian kelompok masyarakat yang i
ngin menggerogoti ideologi negara, Pancasila. Masih banyak persoalan bangsa yang
harus kita perangi. Belum lagi perang melawan diri sendiri terhadap kemalasan,
mau menang sendiri, ketidakpedulian dan lain-lain.
69 tahun setelah merdeka ternyata sikap-sikap kepahlawanan itu mulai luntur, sem
angat yang berkobar di dada pahlawan dengan perjuangan tanpa kenal lelah sampai
kehilangan nyawa tak lagi merebak di dada orang Indonesia masa kini. Mereka masi
h berpedoman bahwa pahlawan adalah sosok yang memegang bambu runcing, memakai ik
at kepala merah putih dan berperang dengan penjajah. Tak sadar bahwa dirinya sen
diri saat ini juga menghadapi penjajah dalam bentuknya yang berbeda. Tidak ada ben
tuk fisik lawannya, tetapi tanpa disadari telah menggerogoti bangsa ini.
Penjajah yang paling sulit dilawan adalah ego diri. Kita tak lagi dijajah oleh b
angsa lain. Kita dijajah oleh bangsa kita sendiri karena sulitnya mengatasi perb
edaan pendapat. Bangsa Indonesia berhenti, jalan di tempat ketika elite politikn
ya saling ngotot dan tidak bisa mengatasi perbedaan yang terjadi. Bangsa Indones
ia sudah terjajah oleh kebijakan yang salah selama bertahun-tahun dalam pengelol
aan kekayaan negara. Kita ini katanya kaya akan sumber daya alam, tetapi kita ju
ga sekaligus miskin karena terjerat oleh harga BBM. Kita juga terjajah oleh kesa
lahan sistem dalam pengambilan kebijakan yang selalu berganti-ganti karena penge
lolanya ganti. Banyak biaya besar yang terbuang percuma dan rakyat tak bisa berb
uat apa-apa. Dengan demikian perjuangan para pahlawan di negara ini masih harus
diteruskan, dan masih dibutuhkan pahlawan-pahlawan untuk berperang melawan penjaj
ah baru .
Tantangan pahlawan masa kini
Pahlawan masa kini tak perlu atribut, pahlawan masa kini cukup dimulai dengan ni
at dan tindakan. Siapa saja bisa menjadi pahlawan di posisinya masing-masing den
gan meneladan sikap para pahlawan. Menjadi generasi yang tidak membebani negara
karena bersikap yang kurang terpuji, menjadi generasi yang lebih suka mendahuluk
an kewajibannya daripada memperjuangkan tuntutannya. Menjadi generasi yang bisa
memberi solusi dan bukan pintar mengkritisi saja. Perjuangan bangsa Indonesia ma
sih banyak dan panjang, setiap generasi membutuhkan pahlawan. Bukankah untuk men
jadi pahlawan, tak harus selalu dicatat sejarah. Hal yang terpenting adalah kipr
ah sang pahlawan mempunyai nilai manfaat nyata, meskipun itu bukan sesuatu yang
besar hingga menggemparkan jagad atas upaya perjuangannya dan tidak membuatnya j
adi orang terkenal.
Bersyukur, saat ini mulai muncul sosok-sosok yang berani beda dalam berkiprah. M
ereka adalah pahlawan masa kini yang aksinya dapat menginspirasi banyak orang me
lalui tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya. Semoga ma
kin bermunculan pahlawan masa kini yang dapat menumpas penjajah baru dan dapat mem
bawa pencerahan kepada bangsa Indonesia.
Selamat Hari Pahlawan
Melacak Konsep Pahlawan Di Jaman Modern
by hmipeternakanugm
2013_man_of_steel_movie-wide (Medium)
Indonesia adalah negara yang banyak sekali memiliki pahlawan, tercatat sampai ta

hun 2014 ada 147 pahlawan yang terdaftar sebagai pahlawan nasional [kemensos ].
Jumlah pahlawan yang banyak itu, disebabkan oleh proses kemerdekaan yang berdara
h-darah dan memakan banyak korban. Sosok pahlawan yang muncul ketika itu adalah
mereka yang berani berjuang demi Indonesia, mempertaruhkan segalanya untuk kemer
dekaan negara ini. Jaman itu, pahlawan adalah sosok yang kental dengan jiwa nasi
onalisme dan patriotisme. Saat ini, Indonesia sudah merdeka 69 tahun lamanya, ba
hkan sudah berada di jaman serba modern. Konsep kepahlawanan pun pasti berubah,
seiring perubahan pola masyarakat modern yang cenderung individualis-pragmatis.
Pahlawan Dalam Konteks Jaman Pahit
Istilah pahlawan dalam literatur barat adalah hero yang merujuk pada sosok manusia
setengah dewa. Hero adalah sosok dalam mitologi kuno yang diberi karunia luar b
iasa berupa kekuatan dan keberanian, dan selalu membela kebenaran dan kaum yang
lemah. Sedangkan menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena kebera
nian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Secara etimologis, pahlawan ber
asal dari bahasa Sanskerta, yakni phala yang berarti buah atau hasil. Sederhanan
ya, pahlawan adalah seseorang yang menghasilkan atau membuahkan sesuatu.
Menilik kembali sejarah kemerdekaan Indonesia, sosok seperti hero dan pahlawan m
enurut KBBI banyak sekali ditemukan. Pengorbanan mereka dalam membela kebenaran,
yakni kemerdekaan bagi bangsanya dan membebaskan bangsa ini dari tangan penjaja
h, menjadikan mereka lekat dengan sosok pahlawan. Masyarakat saat itu pun memang
dalam kondisi tertindas dan lemah secara nyata. Apa yang mereka cita-citakan se
ragam, yakni merdeka, yang benar adalah yang hidup layak tanpa penjajahan, sehin
gga orang-orang yang menonjol, yang berani memperjuangkan yang benar, entah deng
an mengorbankan pikiran, tenaga, darah dan uang, layak mereka sebut sebagai pahl
awan.
Penganugerahan gelar pahlawan nasional pertama kali dilakukan pada tahun 1959. O
rang pertama yang terdaftar adalah Abdul Muis[ http://www.tempointeraktif.com/hg
/kesra/2010/11/10/brk,20101110-290887,id.html%5D. Kita mungkin hanya mengenal be
liau melalui novelnya yang berjudul Salah Asuhan (1928), namun beliau ternyata p
ernah memimpin demonstrasi besar-besaran pada tahun 1922 di Yogyakarta, dan akhi
rnya ditangkap oleh Belanda sebelum dibuang ke Garut. Penganugerahan gelar kepah
lawanan ini mempertimbangkan berbagai macam aspek yang linier, yakni konsensus (
kesepakatan bersama), kontekstualitas (jaman dan perjuangannya), dan diferentiat
if (apa yang membedakan pahlawan-bukan pahlawan).
Pahlawan nasional yang terdaftar saat ini hidup di masa-masa sulit Indonesia unt
uk meraih kemerdekaan, jaman yang teramat pahit untuk dilalui. Mereka yang menja
di pahlawan adalah mereka yang memiliki jiwa patriot-nasionalis, rela sengsara u
ntuk negaranya. Pahlawan yang muncul saat itu sangat erat kaitannya dengan konte
ks penjajahan. Mungkinkah muncul pahlawan baru, ketika konteks penjajahan terseb
ut sudah hilang di jaman modern ini?
Pahlawan Dalam Masyarakat Modern : Mungkinkah?
Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun, bahkan telah memasuki era modern. Masya
rakat modern yang cenderung individualistis-pragmatis ini tentu merubah konsep k
epahlawanan yang sudah ada. Misalnya kasus sontek massal yang terjadi di Surabay
a yang lalu. Seorang ibu yang membela kebenaran, bahwa menyontek itu adalah sesu
atu yang tidak benar, malah menjadi sasaran caci maki warga. Pola masyarakat sep
erti ini bisa jadi mengikis sikap-sikap ke-pahlawan-an yang tumbuh, dan bahkan b
isa membuat definisi atas sikap ke-pahlawan-an yang baru. Seorang ibu di Surabay
a tadi yang terang-terang membela kebenaran, bisa jadi kalah simpatik oleh Batma
n, Spiderman, Superman yang membela kebenaran dalam layar televisi. Jangankan pe
nganugerahan, penghargaan dari masyarakat atas sikap ibu tadi saja tidak ada.
Sikap masyarakat modern ini membunuh pahlawan-pahlawan yang mungkin muncul. Istila
h yang muncul untuk merespon pahlawan itu sendiri, seperti sok pahlawan dan pahl
awan kesiangan adalah akibat dari hilangnya konsep pahlawan dalam masyarakat mod

ern. Terlebih saat ini, masyarakat modern cenderung melihat popularitas sebagai
sesuatu yang harus dikejar. Sehingga orang-orang yang menunjukan sikap ke-pahlaw
an-an dalam bentuk perbuatan, hanya dianggap mencari popularitas semata. Kasus b
alita bernama Yue-yue di China baru-baru ini adalah contoh riil bagaimana respon
masyarakat modern terhadap orang yang bisa disebut sebagai pahlawan.
Ada yang berubah dalam melihat konsep ke-pahlawan-an di jaman modern ini. Dahulu
ketika Indonesia berjuang meraih kemerdekaan, mereka yang berjiwa patriot dan n
asionalis bisa disebut sebagai pahlawan. Namun, saat ini ketika masih ada orangorang yang memiliki jiwa patriot dan nasionalis hanya berhenti pada istilah akti
vis. Pun ketika ada beberapa orang yang akhirnya mati karena keyakinannya atas a
pa yang benar, dianggap mati konyol. Perubahan-perubahan ini mungkin memunculkan
konsep ke-pahlawan-an baru, menggantikan konsep yang lama. Konsep ke-pahlawan-a
n memang harus melihat kontekstualitas jaman. Jaman serba praktis dan canggih in
i tentu memiliki konsep ke-pahlawan-an baru yang bisa diterima oleh masyarakat m
odern itu sendiri.
Melihat gejala-gejala modernitas, yang berpengaruh terhadap perubahan pola dan p
erilaku masyarakat modern, pahlawan-pahlawan yang muncul tidak melulu harus berj
uang dan berdarah-darah. Tidak melulu harus mendedikasikan jiwa raganya untuk ke
pentingan orang banyak dan negara. Pahlawan-pahlawan masa kini, sangat mungkin m
uncul dari televisi, bahkan jejaring sosial. Pemain sinetron, atlet sepakbola, m
usisi, pemenang kontes kecantikan, kontes bakat, bisa dianggap sebagai pahlawan
sesuai dengan perubahan pola pikir masyarakat dalam memaknai definisi pahlawan.
Pahlawan di jaman modern tidak lagi harus memiliki jiwa patriot, rela berkorban,
dan berani membela yang benar, namun lebih kepada kepopuleran dan berpengaruh t
erhadap dinamika kehidupan masyarakat modern. Seperti itukah konsep pahlawan di
jaman modern?
________________________________________
menyambut hari pahlawan 10 november 2014
MENCARI PAHLAWAN INDONESIA
Published by Umul Salim on November 2nd, 2013 01:18 PM | Artikel
Asslamu alaikum wr.wb
O, Pahlawan, dimana kah dirimu kami meridukan kehadiranmu. yang dulu
gagah berani membela kami yang tertindas, kini engkau pergi entah kemana, apaka
h wanita negeri ini tidak mampu lagi melahirkan pahlawan.? ataukah seperti wanit
a arab yang tidak mampu melahirkan pahlawan seperti Khalik bin Walid.? atau biar
lah kepada diriku saja berkata jadilah pahlawan itu.
Munculkanlah Naluri k
epahlawanan didalam dirimu karena pekerjaan-pekerjaan besar hanya dapat diselesa
ikan oleh mereka yang mimiliki naluri kepahlawanan. pahlaman bukan hanya di kagu
mi tetapi juga di teladani. Saudaraku yang paling dekat dari naluri kepahlwanan
adalah Keberanian. Naluri kepahlawan adalah akar dari pohon kepah-lawanan. Akan
tetapi, Keberanian adalah batang yang menegakkannya.
Namun tidak ada Keberanian yang sempurna tanpa Kesabaran. Sebab Kesa
baran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dala
m diri seorang pahlawan. Maka, ulama kita dulu mengatakan, Keberanian itu sesungg
uhnya hanya-lah kesabaran sesaat.
Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh mengala
hkan timbangan ke-burukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya.
Akan tetapi, kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan
merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia
. Maka, Rasulullah saw ber-kata,
Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain. Maka keempat makna sifat ini rasa tanggung jaw

ab, Naluri Kepahlawanan, beranian jiwa, kesabaran serta semangat pengorbanan seb
agai kata kunci kepahlawanan seseorang.
Para pahlawan mukmin sejati tidak akan membuang energi mereka untuk
memikirkan seperti apa ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia. Yang mereka pi
kirkan adalah bagaimana mereka meraih posisi paling terhormat di sisi Allah SWT.
Pahlawan selalu berpikir besar dan mempunyai keyakinan dalam memecahkan suatu p
ersolan dan berusaha keluar dari urusan itu. Para pahlawan mukmin sejati me-nya
dari dengan baik bahwa mereka lahir untuk sebuah misi besar maka dibutuhkan Opti
misme yang tinggi bahwa mereka akan memperoleh kemenangan dari Allah SWT. Pahlaw
an sejati tidak membeda-bedakan pekerjaan besar dan kecil mereka hanya fokus apa
yang bisa mereka berikan karena Ia sadar hidup dan matinya hanya untuk Allah. R
asulullah saw pernah bersabda, Jangan pernah meremehkan suatu kebaikan, walaupun
itu kecil! . Pahlawan sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan semangat h
idup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mer
eka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, di balik kelembutan si
kap mereka.
Pahlawan selalu mengetahui kadar kepahlawanan dari setiap perbuatan
dan karyanya. kapan seseorang menjadi pahlawan.? kita tidak mengetahui kapan d
atangnya momentum itu. mereka tidak pernah mempersoalkan secara berlebihan masal
ah peluang sejarah. yang ada hanyalah bagaimana mencapai kematangan pribadi kare
na dari situ memeperoleh peluang sejarah.
Jangan pernah menyangka bahwa seorang pahlawan selalu meraih prestas
i-prestasinya dengan mulus, atau bahkan tidak pernah mengenal kegagalan. Bahkan
teman bisa menjadi musuh dalam selimut. Sejarah mencatat pembebaskan Konstantino
pel bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang pemuda berusia 23 tahun setangguh Muha
mmad AI-Fatih,. Bentuk lain dari rintangan yang menghadang seorang pahlawan adal
ah Musibah. Misalnya, kematian orang terdekat seperti yang dialami Rasulullah sa
w saat meninggalnya Khadijah ra dan Abu Thalib. Namun para pahlawan selalu menem
ukan celah dibalik kebuntuan , justru dari keterbatasan memberikan fokus pada ar
ah dan target serta konsentrasi yang kuat. Didalam diri pahlawan terdapat Ruh, r
uh itu adalah perlawanan. Ketika Hekmatyar bersama tiga puluh orang Mujahidin A
fghanistan dikepung tentara Uni Soviet, mereka memutuskan untuk tidak menyerah.
Mereka tidak mau sia-sia. Mereka harus melawan tank-tank sadis itu, walaupun han
ya dengan batu. Jihad pun dimulai, sampai empat belas tahun kemudian mereka mena
ng, Adapun Bangsa Indonesia mengusir penjajah Belanda dan Jepang hanya dengan ba
mbu runcing.
Didalam diri Sesorang harus memiliki Imajinasi, mimpi, firasat serta
harga diri. Seorang pahlawan harus tau kondisi medan jihad serta mimpi sebagai
motivasi yang akan dicapai serta firasat akan kemenangan sehingga melahirkan sol
iditas dalam struktur jiwa kita yang kokoh. pendengaran jiwa yang sangat peka. l
a dapat menangkap semua panggilan kepahlawanan, dari mana pun datangnya panggila
n itu dan sekecil apa pun suara panggilan itu.
Meskipun biasanya para pahlawan muncul dari keluarga pahlawan, tetap
i selalu ada pengecualian. Kepahlawanan ternyata tidak selalu terwariskan kepada
anak cucu. Namun Allah Swt melakukan pergiliran tokat kepahlawanan sebagai bukt
i Keadilan-Nya. Maka bangkitlah pahlawan itu ada disini, Masih mungkin. Dengan s
atu kata: para pahlawan. Tapi jangan menanti kedatangannya atau menggodanya untu
k hadir ke sini. Sekali lagi, jangan pemah menunggu kedatangannya, seperti orang
-orang lugu yang tertindas itu; mereka menunggu datangnya Ratu Adil yang tidak p
emah datang. Mereka tidak akan pemah datang. Mereka bahkan sudah ada di sini. Me
reka lahir dan besar di negeri ini. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mere
ka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perIu. berjanji un
tuk merebut takdir kepahlawanan mereka; dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau
pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher se
jarah.

Itulah Resensi buku Mencari Pahlawan Indonesia yang lebih ditekankan


kepada sosok Umar bin Khatab dengan ketegasannya sampai setan takut, Khalik bin
Walid pejuang yang gagah berani yang dalam sejarah peperanganya tidak pernah ka
lah berani serta Muhammad AI-Fatih yang menaklukan benteng konstatinopel di umur
23 tahun dan Rasululah berkata sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang membebas
kannya dan sebaik-baik komandan adalah komandan yang memimpin pembebasan itu.
Menurut Anis, sejarah sesungguhnya merupakan industri para pahlawan.
Dalam skala peradaban setiap bangsa bergiliran merebut piala kepahlawanan. . dan sala
h satu kelemahan umat islam adalah umat Islam tidak pernah belajar dari sejarah
masa lalu.
wassalam.
Resume buku Mencari Pahlawan Indonesia, karya ustadz ANIS MATTA, Lc.
Rasulullah SAW memberitahukan bahwa di akhir zaman sebelum munculnya Al-Mahdi,
umat akan ditimpa musibah besar, seperti cobaan dan siksaan berat yang dilakukan
oleh para pemimpin dan hakim yang zalim. Mereka mempersempit ruang gerak orang
beriman sehingga seseorang akan berharap dapat menempati seperti tempat saudaran
ya yang sudah meninggal agar terbebas dari cobaan, siksaan, kejahatan, dan kezal
iman para pemimpin tersebut. Kondisi itu akan terus berlangsung hingga munculnya
Al-Mahdi untuk menghukum mereka. Ia memenuhi bumi ini dengan kabaikan dan keadi
lan, sebagaimana sebelumnya bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman dan pembunu
han.
Dari Abu Sa id Al-Khudri ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Akan turun kepada umatku
di akhir zaman nanti cobaan yang dahsyat dari pemimpin mereka. Belum pernah te
rdengar cobaan yang lebih dahsyat darinya sehingga bumi yang luas itu terasa sem
pit bagi mereka karena bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Seorang muk
min tidak mendapatkan tempat berpindah dari kezaliman itu. Kemudian, Allah Azza
wa Jalla mengutus seseorang dari keturunanku. Dia akan memenuhi bumi dengan kead
ilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Penduduk bumi dan
langit ridha dengannya, dan bumi tidak menyimpan sesuatu pun dari bijinya, kecu
ali mengeluarkannya. Begitu juga dengan langit, kecuali Allah menuangkannya ke
bumi. Ia hidup di tengah-tengah mereka selama tujuh, delapan, atau sembilan tahu
n agar semua yang hidup dan mati menikmati apa yang tellah diperbuat Allah Azza
wa Jalla terhada penduduk bumi dari kebaikan-Nya. (HR Hakim)
Kondisi ini merupakan rangkaian dari bencana sebelumnya. Kezaliman mengakibatkan
kondisi seperti ini. Begitu juga dengan berbagai fitnah, kejahatan, kezaliman p
emimpin terhadap rakyatnya, dan sedikit rezeki serta kebajikan. Semua itu mengak
ibatkan kebimbangan manusia antara beriman dengan kufur.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Kiamat tidak akan terjadi hin
gga seseorang yang melewati kuburan dan mengatakan, seandainya aku dapat menempa
ti tempatnya. (HR Asy-Syaikhoni)
Renungkanlah! Bukankah hal-hal ini sudah terjadi di depan mata kita? Bukankah ba
nyak pemimpin yang dzalim kepada rakyatnya di zaman sekarang? Dan tidak hanya it
u, kebodohan pun menyebar di zaman sekarang, dimana berita-berita fitnah banyak
tersebar, sementara kebenaran sengaja ditutup-tutupi dan orang-orang cendrung me
ndengarkan perkataan orang-orang bodoh, dibandingkan perkataan para ulama. Inila
h pertanda bahwa kita hidup di akhir zaman.
Semoga Allah melindungi kita dan menjauhkan kita dari fitnah di akhir zaman ini.

Ketika seorang muslim telah merdeka secara aqidah, terbebas dari segala bentuk p
enghambaan terhadap makhluk. Maka akan muncul rasa kebencian terhadap segala ben
tuk kesyirikan yang terjadi di sekitarnya. Ketika kemerdekaan dari sisi aqidah d
itunjang dengan kekuatan keimanan maka akan muncul sebuah tindakan untuk menghan
curkan segala kesyirikan yang terjadi di sekitarnya. Sama halnya seperti seorang
yang benci terhadap segala bentuk penjajahan yang menimpa bangsanya. Maka orang
yang merdeka secara aqidah juga akan berusaha memerdekakan aqidahnya serta aqid
ah saudara-saudaranya dari segala bentuk kesyirikan.
Seseorang yang memiliki kemerdekaan dari sisi aqidah akan berjuang sekuat tenaga
, mengeluarkan segala daya dan upaya yang bisa ia lakukan serta tidak segan-sega
n untuk mengorbankan diri dan harta yang dimilikinya agar orang-orang lain dapat
merdeka juga dari sisi aqidah. Selain itu seseorang yang memiliki kemerdekaan d
ari sisi aqidah, aktivitas-aktivitas kebaikan yang dilakukannya tidak akan mampu
dihalangi atau dihambat oleh manusia atau yang lainnya.
Halangan yang datang dari luar dirinya akan mampu dilewatinya dengan baik ketika
seseorang memiliki kemerdekaan dalam aqidah. Karena seseorang yang memiliki kem
erdekaan dalam aqidah, hanya menggantungkan hidupnya kepada Allah swt. Semua yan
g terjadi pada dirinya, baik ataupun buruk semuanya sudah diatur oleh Allah swt.
La hawwala walla quwwata illa billah. Tidak daya upaya melainkan pertolongan Al
lah. Itulah prinsip yang dipakai oleh seseorang yang merdeka secara aqidah.
Jadi tahapan pertama yang harus dan mesti dilewati seseorang agar mampu menjadi
pahlawan bagi agama Islam adalah dia harus memerdekakan dirinya terlebih dahulu.
Memiliki kemerdekaan dari sisi aqidah. Merdeka dari segala bentuk penghambaan t
erhadap makhluk, merdeka dari segala bentuk penyembahan selain kepada Allah swt.
Karena hanya Allah swt satu-satunya Dzat yang pantas, layak dan seharusnya kita
sembah. Dan hanya kepada Allah swt kita seharusnya menghambakan diri.
Wallahu a lam bissawwab.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/01/04/26263/menjadi-pahlawan-islam-menjadi
-pribadi-yang-merdeka-2/#ixzz3ng6nbJ23
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai