Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari
satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu
yang tidak bersamaan.Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi
atau ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi
penyakit tertentu (Diabetes Mellitus).Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat
bawaan), karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun
dewasa.1
Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada
usia 55 tahun atau lebih. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat diklasifikasikan
menjadi katarak kongenital (katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun), katarak juvenil (katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun) dan katarak
senilis (katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun).2 Dari ketiga jenis katarak
tersebut katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai dan
merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia saat
ini. Berdasarkan kekeruhan pada lensa maka katarak senil dibedakan
atas:katarak insipien, katarak imatur,katarak matur,katarak hipermatur.4
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan
dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan.
Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya
penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan
yang berperingkat (progresif). Menurut Istiantoro, katarak hampir tidak bisa
dicegah karena merupakan proses penuaan sel..5
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di
dunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai
1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar
karena katarak senilis/ ketuaan.3

Terapi definitif katarak senilis adalah pembedahan. Beberapa jenis


pembedahan yang dikenal saat ini antara lain Intracapsular Cataract Extraction
(ICCE), Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) dan fakoemulsifikasi. Operasi
katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan orang.
Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan
komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang
memerlukan pembedahan lebih lanjut. 3
Kecepatan dan ketepatan tindakan sangat diperlukan dalam menangani
kasus katarak senilis agar pasien dapat ditolong sejak awal saat belum terjadi
komplikasi. Oleh karena itu sebagai tenaga medis diperlukan pemahaman
mengenai katarak senilis sehingga dapat mengenal secara dini dan dapat
memberikan perawatan terhadap pasien katarak senilis.

1.2 Rumusan Masalah


-

Apakah definisi katarak senilis?

Apakah etiologi katarak senilis?

Bagaimanakah patofisiologi terjadinya katarak senilis?

Bagaimanakah cara menegakkan diagnosa katarak senilis?

Bagaimanakah penatalaksanaan katarak senilis?

1.3 Tujuan
-

Mengetahui definisi katarak senilis

Mengetahui etiologi katarak senilis

Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak senilis

Mengetahui cara menegakkan diagnosa katarak senilis

Mengetahui penatalaksanaan katarak senilis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fungsi Mata
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi
1. Kornea
Merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk
dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea

cembung

dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar


yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 . 2
2. Iris
Iris merupakan bagian yang memberi warna pada mata, warna
coklat pada iris yang akan menghalangi sinar masuk kedalam
mata,iris juga mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam pupil
melalui besarnya pupil. 2

3. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk
kedalam bola mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila
berkontraksi akan

mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil


yang bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil
(midriasis). 2
4. Corpus siliaris
Berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus2
5. Lensa
Lensa dapat membiaskan sinar 20 % atau 10 dioptri dan berperan
pada saat

akomodasi. 65 % lensa mengandung air dan 35

% protein2
6. Retina
Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa
bayangan benda sebagai rangsangan elektrik ke otak sebagai
bayangan yang dikenal. Pada Retina terdapat sel batang sebagai
sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.
2

7. Nervus Optikus

Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata


ke korteks

2.1.2

visual

untuk dikenali bayangannya. 2

Anatomi Lensa
Definisi lensa mata adalah suatu struktur bikonveks seperti
cakram, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan yang terletak di
dalam bilik mata belakang,dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. 2 Di
anterior lensa terdapat iris dan humor aquaeus, sedangkan di sebelah
posteriornya

terdapat

ligamentum

yang

vitreus.

dikenal

Lensa

sebagai

ditahan
zonula

di

tempatnya

(Zonula

Zinii),

oleh
yang

menghubungkannya dengan korpus siliare. Kapsul lensa adalah suatu


membran semi-permeabel yang memungkinkan masuknya air dan
elektrolit.6

Gambar 1. Anatomi lensa7

2.1.3

Fungsi Lensa
Lensa mata mempunyai fungsi utama untuk memfokuskan
cahaya pada retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh,
otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan zonula Zinii dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya minimal. Dalam posisi
ini daya refraksi lensa adalah minimal sehingga berkas cahaya sejajar
terfokus pada retina. Sedangkan untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula Zinii berkurang
dan lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya bias nya.
Kerjasama fisiologis antara korpus siliaris, zonula Zinii dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai proses akomodasi.5

2.2
2.2.1

Katarak
Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris
Cata-ract dan bahasa Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia disebut bular di mana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
katarak mengenai kedua mata dan berjalan progresif, tetapi kadangkadang juga dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak pada umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi
dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata lokal
menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan
katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.2

Gambar 2. Lensa normal dan lensa katarak


2.2.2 Etiologi
a.

Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi,


yang mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak
Senilis)

b.

Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet,


alkohol, kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi
asap motor/pabrik karena mengandung timbal

c.

Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang


tinggi, bahan kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)

d.

Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan


(Katarak Kongenital)

e.

Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes


mellitus (Katarak komplikata)

f.

Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin,


ergotamine, pilokarpin). 12

2.2.3 Klasifikasi
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi1:
a. Katarak kongenital
Yaitu katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan
bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital dapat
diklasifikasikan lagi menjadi katarak kapsulolentikuler dam katarak
lentikuler. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi prematur
dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental
b. Katarak juvenilis

Yaitu katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun.
Katarak juvenilis dapat merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.
Kasus katarak juvenilis biasanya merupakan penyulit dari penyakit
lainnya seperti gangguan metabolik, distrofia miotonik, trauma, radiasi
maupun pengaruh obat-obatan.
c. Katarak senilis
Semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut (diatas 50
tahun) dapat dikategorikan sebagai katarak senilis. Kondensasi pada
nukleus lensa menyebabkan sklerosis nukleus setelah usia paruh
baya4

Menurut morfologinya, klasifikasi katarak senilis adalah sebagai


berikut1
d. Katarak subkapsular
I.

Katarak subkapsular anterior

Katarak terjadi dibawah kapsula lensa dan berhubungan dengan


metaplasi fibrosis dari epitel lensa

II.

Katarak subkapsular posterior

Katarak terjadi didepan kapsula posterior dan bermanifestasi sebagai


bentukan

semacam

vakuola,

granuler

ataupun

plak.

Karena

lokasinya, opasitas subkapsular posterior memiliki efek yang lebih


besar daripada katarak nuclear dan kortikal. Pasien seringkali
mengalami miosis dan rasa silau. Penglihatan jarak dekat lebih sering
terganggu daripada penglihatan jarak jauh, dan gangguan penglihatan
lebih cepat terjadi dibanding katarak jenis lain
e. Katarak nuklear
Katarak nuklear terjadi sebagai hasil eksagerasi dari proses penuaan
normal yang melibatkan nukleus. Kondisi ini seringkali berkaitan
dengan myopia karena kenaikan indeks refraksi pada nukleus lensa
dan kenaikan aberasi sferis. Sklerosis nuclear ditandai dengan

tampakan awal berupa awan kekuningan sebagai hasil deposisi


pigmen urokrom. Pada fase lanjut nukleus menjadi kecoklatan
(brunescent) dengan konsistensi padat
f.

Katarak kortikal

Katarak tipe kortikal melibatkan korteks bagian anterior, posterior dan


ekuator. Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan
komposisi ion pada korteks lensa dan adanya perubahan hidrasi
serabut lensa. Kekeruhan bermula sebagai cekungan (cleft) ataupun
vakuola diantara serabut lensa karena hidrasi korteks. Kekeruhan
selanjutnya berlanjut dari kekeruhan kuneiformis (bentuk baji) ataupun
radial, yang seringkali bermula dari kuadran inferonasal. Baik katarak
kortikal maupun subkapsular tampak putih pada iluminasi oblik dan
tampak hitam dengan siluet kemerahan pada retroiluminasi.
g. Katarak Christmas tree
Katarak jenis ini tidak banyak ditemukan, ditandai dengan adanya
sapuan polikromasi seperti jarum yang terdeposisi jauh di dalam
kosteks dan nukleus. Lesi ini dapat berupa lesi tunggal atau disertai
kekeruhan di tempat lain.

Secara klinis, katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium, yaitu1


h. Katarak insipiens
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
atau ke area subkapsular. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia
karena indeks refraksi yang tidak sama pada bagian-bagian lensa.
i.

Katarak imatur

Lensa mengalami kekeruhan namun belum mengenai seluruh bagian


lensa. Volume lensa akan bertambah karena tekanan osmotik lensa
yang bertambah sehingga lensa akan mencembung. Hal ini dapat
menimbulkan blokade pupil sehingga terjadi glaucoma sekunder
j.

Katarak matur

Lensa mengalami kekeruhan secara merata di seluruh bagian. Cairan


dalam lensa dapat keluar sendiri sehingga ukuran lensa dan
kedalaman bilik mata depan akan kembali normal
k. Katarak hipermatur
Pada kondisi ini protein korteks mencair. Kapsul anterior tenggelam
dan lensa mengkerut karena pengeluaran cairan dari lensa. Jika
berlanjut maka hubungan dengan Zonula Zinn menjadi kendor.
Proses lanjut dari kondisi ini adalah kapsul tebal dengan korteks yang
berdegenerasi dan mencair namun tidak dapat keluar sehingga
nampak gambaran seperti sekantong susu dengan nukleus yang
terbenam dalam korteks lensa (katarak Morgagni)
2.3

Katarak Senilis

2.3.1

Definisi
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat
pada usia lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis adalah jenis
katarak yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab utama
kebutaan di dunia saat ini.3

2.3.2

Prevalensi
Sampai dengan saat ini, katarak merupakan penyebab utama
kebutaan di dunia. Di negara berkembang, katarak tetap merupakan
penyebab paling sering dari kebutaan. Pada tahun 1990 diperkirakan 37
juta orang buta di seluruh dunia dan 40% diantaranya disebabkan
katarak. Setiap tahun terjadi peningkatan 1 2 juta orang menjadi buta.3
Di Amerika Serikat sekurangnya 300.000-400.000 kasus katarak
terjadi setiap tahun. Pada Framingham Eye Study yang dilaksanakan
tahun 1973-1975 katarak senilis terjadi pada 15,5% dari 2.477 pasien
yang diteliti.3

2.3.3

Etiologi

Pada prinsipnya katarak senilis merupakan proses penuaan.


Meskipun patogenesisnya masih belum diketahui secara pasti, terdapat
beberapa faktor resiko yang diduga terlibat dalam terjadinya katarak
senilis, antara lain :3
1. Herediter
Herediter mempunyai peran penting pada insidensi, usia muncul
dan maturasi katarak senilis pada beberapa keluarga.
2. Radikal bebas dan Glutation
Radikal bebas oksigen (oxidant) adalah molekul yang diproduksi
oleh proses kimia alami di dalam tubuh. Racun, merokok, radiasi
ultraviolet, infeksi dan banyak faktor lain dapat menciptakan reaksi yang
memproduksi radikal bebas secara berlebihan. Oxidant adalah molekul
yang kehilangan satu elektron sehingga tidak stabil dan cenderung akan
terikat secara kimia dengan molekul lain dalam tubuh. Apabila terjadi
overproduksi oxidant, reaksi kimia yang terjadi dapat sangat merugikan
untuk semua sel tubuh. Reaksi tersebut bahkan dapat berpengaruh pada
materi genetik dalam sel.
Pembentukan katarak adalah salah satu dari banyak perubahan
destruktif yang dapat terjadi karena overproduksi oxidant yang mungkin
berhubungan dengan defisiensi glutation yang merupakan antioksidan
protektif yang penting. Glutation terdapat pada mata dalam level yang
tinggi dan membantu membersihkan radikal bebas tersebut. Salah satu
teori menyatakan bahwa pada mata tua berkembang barier yang
mencegah glutation dan antioksidan lain mencapai inti lensa, sehingga
lensa lebih mudah teroksidasi.
3. Radiasi ultraviolet
Paparan yang berlebihan terhadap sinar ultraviolet dari sinar
matahari memi-liki implikasi pada onset dini dan maturasi katarak senilis
ditunjukkan pada banyak studi epidemiologis. Paparan jangka panjang
sinar UVB dapat menyebabkan perubahan pada lensa diantaranya
perubahan pigmen lensa yang memiliki kontribusi terjadinya katarak.
Sedangkan mekanisme UVA diduga karena memudahkan terlepas dan
terbentuknya radikal bebas.

4. Faktor makanan
Kekurangan beberapa protein, asam amino, vitamin (riboflavin,
vitamin E, vitamin C) dan elemen-elemen esensial dalam makanan juga
memiliki pengaruh terhadap onset dini dan maturasi katarak senilis.
5. Krisis dehidrasi
Diduga terdapat hubungan antara krisis dehidrasi yang parah
(terkait dengan diare, kolera, dan lain-lain), usia saat munculnya katarak
senilis dan maturasi katarak senilis.
6. Merokok
Merokok juga pernah dilaporkan memiliki pengaruh pada usia saat
muncul-nya katarak senilis. Merokok menyebabkan akumulasi molekul
berpigmen (3-hydroxykynurinine dan chromphores) yang menyebabkan
proses penguni-ngan. Cyanates pada rokok menyebabkan karbamilasi
dan denaturasi protein.
2.3.4

Patofisiologi
Patofisiologi

katarak

senilis

kompleks

dan

masih

belum

sepenuhnya dimengerti. Patogenesisnya melibatkan interaksi yang


kompleks dari bermacam-macam proses fisiologis. Semakin tua lensa,
berat dan ketebalannya semakin meningkat sedangkan kemampuan
akomodasinya semakin menurun.3
Banyak

mekanisme

yang

berpengaruh terhadap

hilangnya

transparansi lensa. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan karena


usianya, khususnya dalam hal berkurangnya densitas sel epitel lensa dan
diferensiasi yang menyimpang dari serat lensa. Meskipun sel epitel lensa
yang katarak mengalami apoptosis dalam jumlah sedikit, di mana akan
terjadi pengurangan secara signifikan dari densitas sel, akumulasi
kehilangan epitel dalam skala kecil dapat berakibat pada perubahan
formasi dan homeostasis serat lensa sehingga menyebabkan hilangnya
transparansi lensa. Lebih jauh lagi, semakin tua lensa akan terjadi
pengura-ngan kecepatan transport air, nutrien dan antioksidan ke dalam
nukleus lensa. Akibatnya akan terjadi proses kerusakan oksidatif yang
progresif pada lensa yang berujung pada terjadinya katarak senilis.

Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi (seperti


glutation teroksidasi) dan penurunan vita-min antioksidan dan enzim
superoksid dismutase memiliki peran penting dalam proses oksidatif pada
terjadinya katarak (cataractogenesis).3
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan
penyera-pan oksigen, peningkatan kandungan air di awal lalu diikuti
dengan terjadinya dehidrasi, peningkatan kandungan natrium dan
kalsium, serta penurunan kandungan kalium, asam askorbat dan protein.6
Mekanisme

lain

yang

terlibat

adalah

perubahan

protein

sitoplasmik lensa yang larut air dan memiliki berat molekul rendah
menjadi agregat yang larut air dan memiliki berat molekul tinggi, fase
tidak larut dan matriks protein membran yang tidak larut. Hasil dari
perubahan protein menyebabkan fluktuasi mendadak dari indeks refraksi
lensa, menyebarkan sinar dan mengurangi transparansi. Hal lain yang
diteliti

meliputi

peran

nutrisi

pada

terjadinya

katarak,

khusunya

keterlibatan glukosa dan trace mineral serta vitamin.3

2.3.5

Klasifikasi
Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, antara lain
katarak nuklear, katarak kortikal dan katarak subkapsuler posterior.
Katarak nuklear dihasilkan dari sklerosis nuklear (proses tertekan dan
mengerasnya nukleus ketika terjadi penambahan lapisan kortikal baru)
dan proses penguningan yang berlebihan dengan akibat terjadinya
kekeruhan lensa bagian sentral. Pada beberapa kasus, nukleus dapat
menjadi sangat keruh dan berwarna coklat,dan kemudian menjadi
kehitam-hitaman disebut katarak nuklear Brunesen atau nigra. Perubahan
komposisi ionik dari korteks lensa dan perubahan hidrasi serat lensa
sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopia akibat perubahan
indeks refraksi lensa dan mengakibatkan katarak kortikal. Sedangkan
pembentukan granula dan kekeruhan seperti plak pada bagian posterior
korteks subkapsuler disebut katarak subkapsuler posterior.3

Gambar 3. Katarak Nuklear8

Gambar 4. Katarak Kortikal8

Gambar 5. Katarak

subkapsuler
posterior8

Klasifikasi lainnya adalah klasifikasi Burrato:

Grade I

Grade II

Grade III

Grade IV

Grade V

-Refleks

-Refleks

-Refleks

-Refleks

-Refleks

fundus

fundus

fundus

fundus

fundus

positif

positif

negative

negative

negative

-Visus

-Visus 6/12

-Visus 6/30

-Visus 3/60

-Visus

lebih dari

hingga 6/30

hingga 3/60

hingga

kurang dari

6/12

-Nukleus

-Nukleus

1/300

1/300

-Nukleus

sedikit

agak keras,

-Nukleus

-Nukleus

lunak

keras,

warna

keras,

sangat

-Lensa

tampak

kekuningan

warna

keras,

nampak

sedikit

-Korteks

kuning

warna

sedikit

kekuningan

berwarna

kecoklatan

kecoklatan

keruh dan

-Gambaran

abu-abu

-Usia lebih

hingga

warnanya

seperti

dari 65

kehitaman

agak

katarak

tahun

(brunescent

keputihan

subkapsular

cataract

-Usia

posterior

black

kurang dari

cataract)

50 tahun

-Usia lebih
dari

65

tahun

2.3.6

Stadium
Katarak senilis secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu
insipien, imatur, matur, dan hipermatur.2
1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang

tidak teratur

seperti bercak-bercak yang

membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk

gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.


Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior.
Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan positif.

Gambar
Katarak Insipien
2) Katarak Imatur
Pada stadium yang

lebih

6.

lanjut,

terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih
pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit. Pada stadium
intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan
iris pada keadaan ini positif.

Gambar
Katarak Imatur

3) Katarak Matur

7.

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi


pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di
dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong
ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih
akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan terlihat negatif.

Gambar

8.

Katarak Matur
4) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks
mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak
morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata
menjadi

dalam.

Uji

bayangan

iris

memberikan

gambaran

pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat
menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

Ga

mbar 9. Katarak

Hipermatur

Kekeruhan

Insipien
Ringan

Imatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Cairan Lensa
Iris
Bilik Mata Depan
Sudut Bilik Mata
Shadow Test
Penyulit

Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma

Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis + Glaukoma

Jadwal 1. Ciri cirri perbedaan berdasarkan stadium katarak

2.3.7

Diagnosis
Untuk menegakkan Diagnosis katarak senilis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2.3.7.1 Anamnesa
Pada

anamnesis

bisa

didapatkan

adanya

gejala

dari

pembentukan katarak, yaitu :


1.

Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara


progresif.

2.

Visus mudur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya


kekeruhan,

Bila

:Kekeruhan

tipis,kemunduran

visus

sedikit

atau

sebaliknya. dan kekeruhan terletak diequator, tak ada keluhan apa-apa.


3.

Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.

4.

Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan


oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat
penderita akan menyebabkan silau.

5.

Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena
proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan
refraksi power mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.9

2.3.7.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan tanda dari pembentukan
katarak, antara lain:
1. Berkurangnya ketajaman visual
Pemeriksaan

ketajaman

visual

akan

membuat

pemeriksa

mempertimbangkan kemungkinan adanya katarak sebagaimana kelainan

mata yang lainnya. Pemeriksa harus selalu melakukan pemeriksaan ini


pada setiap mata secara terpisah.10
2. Opasifikasi lentikular
Pemeriksaan dari red reflex dengan oftalmoskopi direk yang diatur pada
+5 D kurang lebih 20 cm dari pasien sering menampakkan opasitas hitam
pada lensa yang menghalangi reflek warna jingga kemerahan. Cara ini
merupakan metode yang sangat sensitif untuk mendeteksi adanya
katarak. Bila saat oftalmoskop didekatkan opasitas lensa berkurang,
kekeruhan berada pada se-bagian posterior lensa, sebaliknya bila
opasitas bertambah berarti kekeruhan berada pada sebagian anterior
lensa atau pada kornea.11
3. Leukokoria
Pupil yang berwarna putih terlihat pada katarak matur. Pada katarak
imatur, pada daerah pupil terlihat bercak keputihan.11
4.Tes bayangan iris (iris shadow) Ketika sinar diberikan secara oblik melalui
pupil, bayangan iris akan terbentuk pada opasitas lensa yang berwarna
abu-abu, selama terdapat korteks yang

jernih antara opasitas dan tepi

pupil. Jika lensa benar-benar transparan atau benar-benar buram, tidak


akan didapatkan bayangan iris. Oleh karena itu keberadaan bayangan iris
merupakan tanda katarak imatur.11
2.3.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang

yang

dapat

dikerjakan

untuk

menegakkan diagnosa katarak antara lain:


1. Visus tanpa atau dengan koreksi
Penglihatan jauh dan dekat dengan atau tanpa koreksi sebaiknya
diperiksa. Jika pasien mengeluhkan silau, pemeriksaan dilakukan di
tempat dengan cahaya yang cukup terang.10,3
2. Pemeriksaan lensa dan pupil dengan flashlight
Reflek pupil tidak dipengaruhi oleh kekeruhan lensa. Jika digunakan
flashlight yang redup, respon yang terjadi lebih lambat ketika menyinari
mata dapat menunjukkan adanya katarak yang tebal. Pemeriksaan ini
juga dapat menyebabkan kekeruhan pada bagian anterior lensa lebih
terlihat jika ukuran pupil tidak mengecil dengan cepat.10

4. Slitlamp biomicroscopy
Pemeriksaan ini memungkinkan pemeriksaan yang paling detail terhadap
bagian anterior mata. Luas, ketebalan, tipe dan lokasi dari katarak
dengan mudah dapat diketahui. Pemeriksaan dengan slitlamp juga
membantu dalam mengetahui posisi lensa dan integritas zonula Zinnii.
Dekatnya jarak lensa dengan tepi pupil dapat merupakan tanda adanya
subluksasi.10
5. Evaluasi fundus
Baik

oftalmoskopi

direk maupun indirek

dapat

digunakan

untuk

mengevaluasi segmen posterior mata. Pemeriksaan fundus dengan


dilatasi penting untuk mengevaluasi makula, saraf optik, vitreus,
pembuluh darah retina dan retina perifer. Perhatian khusus ditujukan bila
terdapat degenerasi makula, retinopati diabetik, edema makula, iskemia
retina, traksi vitreoretina, neovaskularisasi, peningkatan C/D rasio dan
ruptur kapsul posterior karena kondisi ini dapat menghambat rehabilitasi
visual setelah pembedahan katarak.10
6. USG A-scan dan B-scan
Pemeriksaan ini adalah teknik untuk mengukur ketebalan dan lokasi dari
katarak. Teknik USG A-scan untuk mengukur sumbu aksial bola mata dan
kelengkungan kornea sehingga dapat ditentukan kekuatan lensa
intraokular yang dibutuhkan secara tepat, sehingga meminimalisir
kesalahan koreksi postoperatif. Teknik B-scan terutama bermanfaat untuk
mengevaluasi adanya dislokasi parsial maupun total dari lensa, juga
untuk mengetahui kondisi anatomis mata di belakang lensa.10
2.3.8 Diagnosis Banding
Diagnosa banding katarak senilis, antara lain :
1.

Katarak traumatik.

2.

Katarak komplikata, seperti akibat radang bola mata.

3.

Kelainan bola mata bagian belakang seperti tumor intraokular, retinal


detachment yang sudah lama.3

2.3.9

Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum

ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat


menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak.3
2.3.9.1 Indikasi Operasi
Indikasi operasi pada katarak antara lain:11
1. Perbaikan visus
Sejauh ini perbaikan visus merupakan indikasi yang paling umum untuk
dilakukan ekstraksi katarak. Indikasi ini berbeda pada setiap orang
tergantung dari kebutuhan seseorang terhadap penglihatannya.
2. Indikasi medis
Kadang-kadang pasien merasa nyaman dengan kondisi penglihatannya,
tetapi dapat disarankan untuk menjalani operasi dengan alasan medis
seperti:
-

Glaukoma sekunder karena lensa

Fakoanafilaktik endoftalmitis Penyakit retina seperti retinopati diabetik


atau retinal detachment

3. Indikasi kosmetik
Kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta untuk dilakukan
operasi

ekstraksi

katarak

(walaupun

tidak

ada

harapan

untuk

mendapatkan penglihatan yang normal) untuk mendapatkan pupil yang


hitam.
2.3.9.2 Tehnik Operasi
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat
lensa yang mengalami katarak. Hal ini dapat dilakukan intrakapsular yaitu
mengeluar-kan lensa bersama dengan kapsul lensa, atau ekstrakapsular
yaitu mengeluar-kan isi lensa (korteks dan nukleus) melalui kapsul
anterior yang dirobek (kapsulo-tomi anterior) dengan meninggalkan
kapsul posterior. Tindakan bedah ini pada saat ini dianggap lebih baik
karena mengurangi beberapa penyulit.2
1. Extracapsular Catarac Extraction (ECCE)
Metode ECCE dilakukan pada lensa yang katarak di mana
dilakukan insisi limbus superior dan mengeluarkan isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior (kapsulotomi anterior)

sehingga masa lensa dan koteks lensa dapat keluar melalui robekan
tersebut. Tindakan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa aspirasi.2
Saat ini ECCE telah menggantikan prosedur ICCE (Intracapsular
Cataract Extraction) sebagai jenis bedah katarak yang paling sering.
Alasan utamanya adalah bahwa apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah
dapat memasukkan lensa intraokuler ke dalam kamera okuli posterior.2
Selain itu terdapat beberapa kelebihan ECCE dibanding ICCE :
a. ECCE merupakan sebuah operasi universal dan dapat dikerjakan
pada semua usia, kecuali jika zonula tidak intak, sedangkan ICCE
tidak dapat dikerjakan pada pasien di bawah usia 40 tahun.
b. Intra Ocular Lens (IOL) di kamera okuli posterior dapat
diimplantasikan setelah ECCE, di mana hal ini tidak dapat
dikerjakan pada ICCE.
c. Masalah terkait dengan vitreus postoperatif (seperti herniasi di
kamera okuli anterior, blok pupil dan vitreous touch syndrome)
yang berhubungan dengan ICCE tidak ditemukan setelah ECCE.
d. Insiden komplikasi postoperatif seperti endoftalmitis, cystoid
macular edema dan retinal detachment lebih jarang terjadi setelah
ECCE dibanding setelah ICCE.
e. Astigmatisme postoperatif lebih jarang terjadi, karena insisi yang
dilakukan lebih kecil.11
Komplikasi yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
beberapa pasien mengalami katarak sekunder di kapsul posterior dan
memerlukan disisi dengan laser neodymium : ytrium, alumunium, garnet
(YAG).2
Secara umum, teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular adalah
sebagai
berikut :8
a.

Sebuah insisi vertikal dibuat di tepi kornea. Kemudian


cystotome dimasukkan kedalam kamera okuli anterior dan
potongan kecil radial yang multipel dibuat di kapsul anterior
hingga 360o. Metode alternatif untuk melakukan kapsuloto-mi
adalah dengan melakukan kapsulotomi d dengan kapsulorhexis

yang melibatkan pembuatan lapisan sirkular terkontrol pada


kapsul. Setelah terlepas, kapsula anterior diangkat.
b. Insisi dengan ketebalan penuh pada kornea dibuat didengan
gunting.
c. Nukleus lensa dikeluarkan dengan tekanan dari atas dan bawah.
d. Ujung dari kanula aspirasi dimasukkan ke dalam kamera anterior
dan melewati iris pada arah jam 6. Bagian dari kortek kemudian
diaspirasi. Kemudian manuver ini dilakukan beberapa kali hingga
seluruh bagian dari korteks dikeluarkan. Hal yang penting adalah
untuk tidak mengaspirasi kapsul posterior secara tiba-tiba karena
hal ini dapat menyebabkan ruptur, dan pemasangan lensa
intraokular pada kamera posterior gagal. Tanda dari ruptur yang
mengancam adalah terlihatnya garis tajam saat dilakukan
aspirasi.
e. Jika perlu, kapsul posterior dapat dibilas untuk memindahkan
segala plak residual subkapsular kecil. Substansi viskoelastik
dimasukkan ke dalam kapsular untuk memfasilitasi insersi lensa
intraokular.
f.

Lensa intraokular kemudian dipegang dengan menggunakan


instrumen.

g. Haptik anterior dimasukkan melalui bibir insisi dan kemudian


melewati iris pada jam 6.
h. Ujung dari haptik superior kemudian dijepit dengan menggunakan
forsep dan dimajukan kedalam kamera anterior. Sementara kutub
superior dari haptik memperjelas batas dari pupil, lengan
kemudian di pronasikan untuk meyakinkan lepasnya haptik akan
kembali kebentuknya di bawah iris dan tidak keluar dari insisi.
Lebih disukai lagi bila haptik ditempatkan pada capsular bag dan
tidak pada sulkus silier.
i.

Lensa intraokular diposisikan horizontal dengan menautkan


lubang pemandu dengan kait khusus.

j.

Pupil kemudian dikonstriksikan dengan menginjeksikan asetilkolin


pada kamera anterior dan kemudian insisi ditutup

Gambar 10. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)

2. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)


Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) yang sekarang jarang
dilakukan lagi adalah mengangkat lensa in toto, melalui insisi limbus
superior 140 hingga 160 derajat. Dapat dilakukan pada zonula zinnii yang
telah rapuh atau berdege-nerasi dan mudah diputus.2
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder. Pembedahan ini
dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat
khusus sehingga penyulitnya tidak banyak. ICCE dikontraindikasikan
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular.2
Penyulit yang dapat terjadi pada ICCE antara lain astigmatisme,
glaukoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan.2
3. Fakoemulsifikasi
Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi
(atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular dengan menggunakan
getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks

melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah


penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital dan traumatik. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis
yang padat dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang jika
dimasukkan lensa intraokuler meskipun sekarang lebih sering digunakan
lensa intraokuler fleksibel yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil
seperti itu.6
Langkah-langkah melakukan fakoemulsifikasi adalah sebagai
berikut:10
a. Dibuat insisi berukuran antara 1-1,5 mm.
b. Teknik dari kapsulotomi sama seperti pada ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
c. Insisi diperbesar dan nukleus ditipiskan dari korteks dengan
menggunakan cystitome.
d. Emulsifikasi nukleus melibatkan tiga langkah :

Memahat kubah superior dan bagian tengan dari nukleus

Memindahkan nukleus dengan memanipulasi instrumen


yang dipegang dengan tangan lain

Mengemulsifikasi nukleus yang tersisa beberapa kali.

e. Korteks yang tersisa diaspirasi dengan seperti pada ekstraksi


katarak ekstra-kapsular.
f.

Insisi diperbesar bergantung pada tipe dari lensa intraokular yang


diimplantasikan. Insisi yang diperlukan lensa ocular yang fleksibel
lebih kecil daripada lensa intraokular standar.

g. Operasi

diselesaikan

ekstrakapsular.

sebagaimana

ekstraksi

katarak

Gambar 11. Fakoemulsifikasi 8

2.3.10Komplikasi
Berikut adalah komplikasi katarak yang tidak dioperasi
Nystagmus
Strabismus
Glaukoma sekunder
Uveitis
Dislokasi lensa
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif(selama operasi) yang
ditemukan selama operasi katarak, yaitu :
Kamera okuli anterior dangkal atau datar
Ruptur kapsul
Edem kornea
Perdarahan atau efusi suprakoroid
Perdarahan koroid yang ekspulsif
Tertahannya material lensa
Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka
Iridodialisis
Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan
segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari
atau minggu setelah operasi, yaitu :
Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek
Terlepasnya koroid
Hambatan pupil
Hambatan korpus siliar

Perdarahan suprakoroid
Edem stroma dan epitel
Hipotoni
Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea
sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE)
Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten
Perdarahan koroid yang lambat
Hifema
Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya
viskoelastis)
Edem makular kistoid
Terlepasnya retina
Endoptalmitis akut
Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)
Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat
dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak :
Jahitan yang menginduksi astigmatismus
Desentrasi dan dislokasi IOL
Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia
Uveitis kronis
Endoptalmitis kronis
Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

2.3.11 Prognosis
Secara umum, jika tidak ada penyakit mata penyerta sebelum
pembedahan, yang mempengaruhi penglihatan secara signifikan seperti
degenerasi makula atau atrofi saraf optik, ECCE standar yang
berlangsung

sukses dan tanpa komplikasi

atau fa-koemulsifikasi

menjanjikan perbaikan visus minimal 2 garis pada kartu Snellen.


Penyebab utama dari morbiditas visual postoperatif adalah cystoid
macular edema. Faktor resiko utama yang mempengaruhi prognosis
visual adalah adanya diabetes mellitus dan retinopati diabetik.
2.4 Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Komunikasi, informasi dan edukasi pada pasien harus termasuk
penjela-san lengkap akan resiko potensial dan manfaat dari pembedahan
dan anestesi, juga cara penggunaan tetes mata dan salep dan perawatan
postoperatif lainnya.10
Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pascaoperasinya biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada
hari operasi itu ju-ga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati

dan menghindari perega-ngan atau mengangkat benda berat selama


sekitar satu bulan. Matanya dapat di-balut selama beberapa hari, tetapi
kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama
postoperasi dan matanya dilindungi dengan kacama-ta atau dengan
pelindung seharian. Perlindungan pada malam hari dengan pelin-dung
logam diperlukan selama beberapa minggu. Kacamata sementara dapat
di-gunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat
dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen (biasanya 6-8 minggu setelah operasi).6

BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama
Register
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Pekerjaan

:
:
:
:
:
:
:

Tn sarimin
11110587
Laki-laki
62 tahun
Jl LA sucipto Rt 03/03 Blimbing Malang
Islam
-

3.2. Anamnesa (Autoanamnesis)


Keluhan utama : mata kiri kabur
Pasien mengeluh mata kiri kabur sejak 2 tahun yang lalu. Pasien ke
Puskesmas untuk periksa mata dan langsung disuruh periksa ke RSSA.Pasien
mula memakai kaca mata semenjak 2 tahun yang lalu karena sulit buat untuk
membaca dan melihat dan semenjak dari itu mata kiri pasien mula kabur dan
sekarang cuma bisa melihat/persepsi cahaya. Cekot-cekot (-), kemeng (-), mual
(-), muntah (-), pusing (+), silau (-), mata merah (-), nrocoh (-), riwayat trauma (-).
Riwayat penyakit dahulu :
-

Didapatkan riwayat penyakit sistemik ( DM (+), Hipertensi (+))>


Pasien baru mengetahui dia mempunya DM dan Hipertensi(170/
) periksa darah 1 bulan kemarin

Riwayat keluarga:
-

Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang serupa


(katarak)

Riwayat pengobatan:
-

Tidak didapatkan riwayat pemakaian jamu-jamuan, ataupun obat


sistemik

3.3. Pemeriksaan Fisik


Status Oftalmologi

Tanggal Pemeriksaan

: 13 Mei 2013

Oculi Dextra

Oculi Sinistra
Posisi Bola Mata
(orthophoria)
Gerak Bola Mata

5/60 PH (+)5/7.5

Visus

1/300

spasme (), edema ()


CI (), PCI ()
Jernih
Dalam
rad. line (+)
Round, RP (+)
keruh tipis
5/5.5

Palpebra
Conjungtiva
Cornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
TIO

spasme (), edema ()


CI (), PCI ()
Jernih
Dalam
rad. line (+)
Not round, RP (+)
Keruh rata
5/5.5

Diagnosa
OS Katarak Br gr IV
OD Katarak Br gr I

Rencana Terapi
Pro OS CE + IOL/LA (Selasa, 14/5/2013)
Kontrol Gula Darah
Kontrol Tekanan Darah

Rencana Monitoring

KIE

Visus
Kekeruhan lensa
TIO
Komplikasi
Fundus Okuli
Gula Darah
Hipertensi

Pengertian katarak
Penanganan pada katarak
Komplikasi yang bisa terjadi pada katarak

Prognosis
Visam : dubia ad bonam
Kosmetik : dubia ad bonam

Gambar
11. Sebelum

Operasi

Gambar 12. Setelah Operasi

Follow Up(15/5/23)

Oculi Dextra

Oculi Sinistra
Posisi Bola Mata
(orthophoria)
Gerak Bola Mata

4/60 PH (+)5/7.5
spasme (), edema ()
CI (), PCI ()
Jernih
Dalam
rad. line (+)
Round, RP (+)
keruh tipis
5/5.5

Visus
Palpebra
Conjungtiva

20/100 PH(+) 20/80


spasme (), edema ()
CI (), PCI (),

Cornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
TIO

sch(+),Erosi (+)
Jernih
Dalam
rad. line (+)
round, RP (+)
IOL on place
5/5.5

Follow Up(16/5/2013)

Oculi Dextra

Oculi Sinistra
Posisi Bola Mata
(orthophoria)
Gerak Bola Mata

4/60 PH (+)5/7.5
spasme (), edema ()
CI (), PCI ()
Jernih
Dalam
rad. line (+)
Round, RP (+)
keruh tipis
5/5.5

Visus
Palpebra
Conjungtiva
Cornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
TIO
BAB IV

20/100 PH(+) 20/50


spasme (), edema ()
CI (), PCI (),Erosi (+)
Jernih
Dalam
rad. line (+)
round, RP (+)
IOL on place
5/5.5

PEMBAHASAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling
sering dijumpai dan merupakan penyebab utama kebutaan di dunia saat ini.
Pada makalah ini dilaporkan kasus Tn Sarimin, usia 62 tahun, pasien mengeluh
mata kabur sebelah kiri sejak 2 tahun yang lalu. Cekot-cekot (-), kemeng (-),
mual (-), muntah (-), pusing (-), silau (-), mata merah (-), nrocoh (-), riwayat
trauma (-).

Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap pasien didapatkan pada mata kiri
visus LP(+),fundus refleks (-) pupil not round, reflex pupil (+). Tidak didapatkan
kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris dan tekanan intra okuler
mata kiri. Sedangkan dari pemeriksaan fisik mata kanan didapatkan visus 5/60
PH (+) menjadi 5/7.5, lensa keruh tipis dan fundus refleks (+). Tidak didapatkan
kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil dan tekanan intra
okuler mata kanan.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap pasien disimpulkan
diagnosa kerja OS Katarak Buratto Grade IV dan OD Katarak Buratto Grade I
dengan alasan didapatkan penurunan visus secara bertahap dan kekeruhan
lensa mata kiri, serta fundus refleks (+) pada mata kanan dan dan (-) pada mata
kiri.
Penurunan visus bertahap kemungkinan terjadi karena gangguan pada
proses akomodasi lensa yang mengalami katarak dan perubahan daya biasnya
akibat hilangnya transparasi lensa. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan
karena usianya, khususnya dalam hal berkurangnya densitas sel epitel lensa dan
diferensiasi yang menyimpang dari serat lensa. Lensa yang keruh dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya. Fundus refleks sulit dilihat atau sama sekali tidak dapat
dilihat dikarenakan terdapatnya lensa yang keruh yang dapat menghalangi saat
dilakukan pemeriksaan funduskopi. Biasanya pada pasien katarak akan
didapatkan keluhan silau karena ketika pasien melihat sumber cahaya terjadi
difusi dari warna putih yang terang dan cahaya warna lain di sekitarnya secara
drastis mampu mengurangi ketajaman visual, efeknya sama dengan ketika
melihat cahaya mobil dari kaca yang kotor, namun pada pasien tidak didapatkan
keluhan silau kemungkinan karena beberapa pasien masih mampu mentolerir hal
tersebut.
Katarak pada pasien ini dikategorikan sebagai Grade IV (OS) menurut
klasifikasi dari Burrato yaitu Grade IV dengan visus kurang dari 1/300, nukleus
sangat keras warna kecoklatan. Manakala pada mata kanan(OD) dikategorikan
Grade I menurut klasifikasi Burrato yaitu dengan visus lebih dari 6/12, nucleas
lunak dan lensa tampak agak sedikit keruh. Katarak hanya dapat diatasi melalui
prosedur operasi. Operasi dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Akan tetapi jika

gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,
makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan
seseorang dari gangguan katarak. Indikasi utama tindakan operasi pada pasien
ini adalah perbaikan visus.
Pada pasien Tn Sarimin dilakukan terapi ekstraksi katarak ekstraokuler
dan implantasi lensa intraokuler pada mata kiri karena terapi utama terhadap
katarak adalah operasi. Menurut Langston (2002), operasi katarak dilakukan atas
indikasi perbaikan visus, indikasi medis (bila terjadi komplikasi katarak) dan
indikasi kosmetik. Pada pasien Tn Sarimin operasi diindikasikan untuk
memperbaiki visus karena terjadi gangguan penglihatan dan gangguan dalam
aktivitas sehari-hari, serta indikasi kosmetik .
Keberadaan katarak sebenarnya tidak cukup menjadi alasan untuk
dilakukan ekstraksi. Sebelum dilakukan ekstraksi penting ditentukan kebutuhan
penglihatan spesifik pasien. Jika katarak terjadi uniokular, ekstraksi dapat ditunda
sampai katarak menjadi matur selama fungsi visual pada mata lainnya cukup
untuk kebutuhan pasien. Jika katarak bilateral, ekstraksi katarak dilakukan dari
mata dengan visus yang paling buruk sehingga dapat digunakan untuk
membantu aktivitasnya.
Ekstraksi katarak yang dipilih adalah ekstraksi katarak ekstraokuler
(ECCE) dengan alasan bila dibandingkan dengan ekstraksi katarak intrakapsular
(ICCE), ECCE dapat dilakukan pada semua usia, kecuali ketika zonula Zinniinya
tidak intak. Lensa intraokular posterior dapat diimplantasikan setelah ECCE,
sementara pada ICCE tidak. Komplikasi postoperatif yang berhubungan dengan
vitreus (seperti herniasi pada kamera okuli anterior, blok pupil dan Vitreus Touch
Syndrome), ablasi retina dan edema makula sistoid lebih kecil pada ECCE.
Selain itu insiden terjadinya astigmatisme postoperatif berkurang karena lebih
kecilnya insisi.9
Pada pasien ini terdapat riwayat Diabetes Mellitus yang baru saja
diketahuinya 1 bulan yang lalu dimana penyakit ini bisa mempercepatkan
terjadinya proses katarak. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi
dalam karena dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia yang nyata. Pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi

lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi
dan kadar gula normal kembali. 2

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan
gangguan pada penglihatan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan
menjadi katarak congenital, katarak juvenile, dan katarak senilis. Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu
usia di atas 50 tahun. Katarak senilis pada prinsipnya merupakan proses
penuaan. Patofisiologi katarak senilis kompleks dan belum sepenuhnya
dimengerti. Banyak mekanisme yang berpengaruh terhadap hilangnya
transparansi lensa. Diduga berhubungan dengan perubahan epitel lensa
karena usia. Penegakan diagnosa katarak senilis berdasarkan anamnesis
(penurunan visus, silau, perubahan persepsi warna, distorsi, bercak gelap di
mata, halo), pemeriksaan fisik (berkurangnya ketajaman visual, opasifitas

lentikular,

leukokoria,

iris

shadow)

dan

pemeriksaan

penunjang

(oftalmoskopi, slitlamp biomicroscopy, USG A-scan dan B-scan, biometri).


Penatalaksanaan katarak senilis meliputi terapi operatif dengan indikasi dan
kontraindikasi masing-masing. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur
operasi.
Dari semua data yang ada, meliputi data anamnesis, pemeriksaan fisik
serta

pemeriksaan penunjang (laboratorium, oftalmoskopi, USG) yang

mendukung dari pasien ini, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa
pasien ini menderita penyakit katarak immatur pada mata sebelah kanan
dan mata kiri Pseudofakia. Katarak immature ini disebabkan karena usia tua.
Katarak pada pasien ini dikategorikan sebagai Grade III (OD) menurut
klasifikasi dari Burrato yaitu Grade III dengan visus 6/30 hingga 3/60,
nukleus keras sedang warna kuning. Dan pada mata kanan katarak
immature akan mendapat terapi pembedahan yaitu Small Incision Cataract
Surgery dan penanaman Intra Ocular Lens. Setelah operasi diberikan terapi
Xitrol ed 6x1 OS, asam mefenamat 3x500 mg dan Methyl prednisolone 3x8
mg
5.2 Saran
1.Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang pencegahan penyakit
katarak senilis dengan modifikasi faktor-faktor resiko
2.Perlu penelitian lebih lanjut tentang medikamentosa dalam preventif
maupun kuratif katarak

Anda mungkin juga menyukai