Anda di halaman 1dari 4

Sudden Shift

Saat ini keadaan ekonomi dunia menunjukkan gejala sudden shift (tiba-tiba berpindah).
Gejala perubahan mendasar ini disebut 3S: sudden shift (perpindahannya seakan tiba-tiba), speed
(sangat cepat), dan surprise (membuat kita terkaget-kaget). Fenomena ini terjadi di berbagai
bidang (Kasali, 2015).
Misalnya, di bidang pertambangan. Lima tahun yang lalu, data mengenai shale gas
menunjukkan bahwa jika sampai kongres Amerika Serikat (AS) mengizinkan untuk diekspor dan
diekspor, maka harga gas dunia akan turun. Data tersebut segera direspon para pemain saham
yang mengakibatkan harga-harga saham perusahaan tambang batubara Indonesia anjlok. Costnya sangat rendah begitu pula harga jualnya, yaitu seperempat dari harga jual gas konvensional.
Diprediksikan, begitu informasi tersebut beredar, maka pemakai minyak (oil) akan beralih
sehingga harga minyak menjadi terguncang. Kemudian pada akhirnya tambang energy lain,
batubara, akan terganggu (Kasali, 2015).
Di luar dugaan, batubara terkena imbas terlebih dahulu sebelum minyak. Hal tersebut
dapat dimaklumi karena harga sahamnya telah lama dijadikan bubble, juga dikarenakan ia sangat
merusak lingkungan. Saat ini harga minyak dunia baru turun 50-60%, masih sekitar 47 dolar AS
per barel. Para ahli memperkirakan penurunan ini masih akan berlangjut hingga sekitar 10 dolar
AS (Kasali, 2015).
Dulu saat harga minyak di bawah 10 dolar AS per barel, biaya produksinya 6 dolar AS
per barel. Namun ketika harga pasarnya 120 dolar AS per barel, biaya produksi naik menjadi 100
dolar AS per barel. Jika para pengusaha minyak tidak merevolusi biaya-biaya fasilitas pelengkap
yang tidak diperlukan bagi para pegawai, penurunan harga minyak tentu akan sangat merugikan
bagi para pengusaha minyak (Kasali, 2015).
Tidak hanya pada bidang tersebut saja terjadi perpindahan yang terkesan tiba-tiba. Data
penjualan ritel Indonesia dilaporkan menurun besar-besaran. Industry ritel konvensional
melaporkan penurunan 3-4%. Akan tetapi pada saat yang sama, Zalora, sebuah situs belanja

online justru menyebutkan kenaikan omzet sebesar 240%. Bahkan disebutkan bahwa dalam
dunia online, tumbuh di bawah 100% telah dinyatakan sebagai kegagalan (Kasali, 2015).
Pergeseran konsumsi juga terjadi di dalam segala bentuk kehidupan kita. Misalnya
konsumen perbankan mulai meninggalkan kunjungan ke loket-loket bank dan beralih ke mobile
banking. Pemakaian voice dalam berkomunikasi beralih ke cara-cara baru yaitu menggunakan
data. Begitu juga tukang-tukang ojek pangkalan yang mengalami persaingan sengit dengan GoJek dan Grab-Bike, atau taksi biasa dengan Uber. Surat kabar berbasis kertas mengalami
kesulitan karena hadirnya media-media online. Bahkan kampus-kampus sekarang ditantang
dunia untuk belajar online (Kasali, 2015).
Indonesia-X baru saja meluncurkan situs belajar bebas biaya (massive online course).
Kelak diperkirakan akan muncul situs belajar online lainnya yang murah atau gratis sehingga
memiliki switching cost yang rendah (Kasali, 2015).
Gelar akademis kini mulai dikesampingkan para kaum terpelajar dunia karena para
pemberi kerja mulai melirik mereka yang tak bergelar. Dunia manajemen mulai beralih dari apa
gelar akademismu pada apa yang bisa kamu lakukan. Hal ini mengakibatkan kaum muda
beralih dari membeli degree (gelar formal) menjadi membeli keahlian dari paket-paket kursus
yang dirancangnya sendiri. Bukan lagi rancangan akademik yang dibuat pemerintah karena
mereka ingin membangun keahlian unik yang tidak massal dan siap pakai. Semua mengalami
gejala shifting (Kasali, 2015).
Gejala sudden shift memunculkan beberapa pertanyaan. Fakta menunjukkan konsumen
tetap ada, populasi tetap besar (8 miliar jiwa), dan semuanya membutuhkan makan, minum,
transportasi, gadget, hiburan, dan sebagainya. Lalu siapa yang diuntungkan dengan adanya
perpindahan tersebut (Kasali, 2015)?
Apalagi, perpindahan terjadi secara mengejutkan. Mengapa? Karena kita mengabaikan,
menyangkal, dan sebagainya, berpura-pura seakan-akan masalahnya berada di tempat lain. Krisis
ekonomi dunia berdampak pada semua usaha, dan kali ini terjadi luas di seluruh dunia. Hal yang
jauh lebih penting adalah respon kita terhadap usaha yang kita jalani, dan apa respon kita untuk
mempersiapkan masa depan menghadapi dunia yang baru ini. Jika didiamkan saja, bukan krisis

yang menghantam, melainkan persaingan baru melalui business model yang benar-benar berbeda
(Kasali, 2015).
Daripada tenggelam dalam rasa takut yang besar bahwa PHK besar-besaran akan terjadi,
lebih baik kita belajar dari kejadian di tahun 1998 saat semua orang dicekam rasa takut akibat
gelombang PHK. Investor asing hengkang, dan para ekonom berpikir keras bagaimana
menciptakan iklim yang kondusif agar investasi asing kembali (Kasali, 2015). Mendorong
lahirnya entrepreneur lokal dapat menjadi alternatif solusi. Bukan saatnya lagi mengabaikan
kemampuan bangsa ini berwirausaha.
Membaca artikel Bapak Rhenald Kasali mengenai sudden shift membuat saya berpikir
berbagai kesempatan terbuka semakin lebar. Misalnya, orang-orang yang tidak punya cukup
biaya untuk kuliah bisa mengikuti kursus online gratis dan kemampuannya itu pun dihargai oleh
para pemberi kerja. Orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dapat berwirausaha secara
online. Konsumen juga dapat memenuhi kebutuhannya dengan mudah karena dapat memilih
sesuai dengan kebutuhannya.
Tidak hanya kesempatan menimba ilmu dengan biaya murah dan peluang usaha, akan
tetapi berbagai perubahaan ini juga menciptakan peluang untuk menjalankan tridharma
perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
13% wilayah di Indonesia belum teraliri listrik (Lestari & Rachman, 2015), menunjukkan
juga belum semua masyarakat Indonesia mengenal teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Akan sangat bermanfaat ketika misalnya diadakan berbagai penelitian guna memanfaatkan
sumber energi alternatif sebagai pembangkit listrik. Dibuat pembangkit listrik menggunakan
sumber energi alternatif di daerah-daerah yang belum dialiri listrik. Hal ini dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Misalnya para pelajar dapat belajar di bawah cahaya yang cukup di
malam hari, serta alat peraga pendidikan yang menggunakan listrik dapat dimanfaatkan.
Program pengabdian masyarakat juga dapat ditambahkan dengan pengadaan komputer
serta pelatihan TIK bagi masyarakat. Hal tersebut dapat mempermudah aktivitas, meningkatkan
kualitas masyarakat dan menjadi bekal untuk menghadapi persaingan. Misalnya masyarakat
dapat belajar secara online dan memasarkan produk mereka secara online.

Referensi

Kasali, R. (2015, August 24). Kompas. Retrieved August 30, 2015, from Kompas.com:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/24/054110726/Hatihati.Sudden.Shift.Fenomena.Perubahan.Abad.21?page=all
Lestari, D., & Rachman, R. A. (2015, August 30). Viva.co.id. Retrieved August 30, 2015, from
Berita Hari Ini: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/667434-2-500-desa-di-indonesiabelum-dapat-aliran-listrik

Anda mungkin juga menyukai