Bab I

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradangan kronik (menahun) folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. dengan gambaran khas
komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat predeliksinya,
biasanya pada punggung, dada dan wajah.
Acne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada
remaja dan dewasa muda diantara usia 12 dan 35 th, laki-laki dan
perempuan terkena sama banyaknya, dengan insidensi tertinggi antara usia
14 dari 17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 dan 19 tahun
untuk laki-laki (Clark, 1993).
Kelainan kulit ini semakin nyata pada pubertas dan usia remaja, dan
kenyataan tersebut mungkin terjadi karena fungsi kelenjar endokrin tertentu
yang mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai aktivitas puncaknya
pada usia ini. Acne tampaknya berakar dari interaksi faktor genetik,
hormonal dan bakterial pada sebagaian besar kasus terdapat riwayat acne
dalam keluarga.(Brunner & Suddart, 2001).
Jerawat digolongkan ringan bila bentuknya masih komedo dengan
jumlah lesi kurang dari 30. Apabila jumlah lesi berkisar antara 30-125 maka
dinamakan jerawat sedang (papule). Jerawat besar yang disebut nodul atau
kista timbul bila lesi di atas 125. Deteksi jerawat sejak dini sangat sulit
sebab sebelum masa pubertas kulit anak akan mengalami pengelupasan tiga
minggu sekali. Sedangkan ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu
sekali.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami
jerawat pada usia 12-25 tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25
tahun. Jika tidak teratasi dengan baik, gangguan jerawat dapat menetap
hingga usia 40 tahun. Selain menimbulkan bekas jerawat, efek utamanya
adalah pada jiwa seseorang, seperti krisis percaya diri atau minder dan
depresi. Pada pria, akne biasanya menghilang pada usia dewasa muda. Lima
persen pria masih memiliki acne pada usia 25 tahun. Pada wanita, 12%

masih memiliki acne di usia 25 tahun, sedangkan 5% masih memiliki acne


di usia 45 tahun. Rata-rata prognosis orang dengan acne adalah baik.
Akne vulgaris (jerawat) menjadi masalah pada hampir semua remaja.
Akne minor adalah suatu bentuk akne yang ringan, dan dialami oleh 85%
para remaja. Gangguan masih dianggap sebagai proses fisiologik. Lima
belas persen remaja menderita ini. Biasanya akne vulgaris mulai timbul
pada masa pubertas. Pada wanita insidens terbanyak terdapat pada usia 14
17 tahun, sedangkan pada laki-laki 16 19 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi
fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu tentang Bagaimana konsep
dasar dan asuhan keperawatan akne vulgaris ?
1.3

Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat
mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan akne vulgaris.
1.3.2 Tujuan Khusus
Pembaca dapat lebih memahami tentang.
1. Konsep dasar akne vulgaris.
2. Asuhan keperawatan akne vulgaris.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu sebagai tambahan bahan bacaan,
khususnya bagi mahasiswa kesehatan uuntuk lebih memahami dan
mendalami tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan akne vulgaris.
Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai konsep yang ada,
tidak merugikan klien, dan memberikan asuhan yang efektif dan efisien.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Kulit

Menurut muttaqin (2012: 2), Kulit terdiri dari tiga lapisan, yang
masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki fungsi bermacammacam.
1. Lapisan Kulit
Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutis.
1) Epidermis
Merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis tersebut
mengalami mitosis, dan berganti dengan yang baru sekitar 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan,
suhu, getaran, dan nyeri. Komponen utama epidermis adalah
protein, dihasilkan oleh sel-sel yang disebut keratinosit. Keratin
adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi, serta tidak
larut daam air.
2) Dermis
Dermis atau kutan merupakan lapisan kulit dibawah epidermis
yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan
kekuatan dan struktur pada kulit.
3) Lapisan subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri
atas lemak dan jaringan ikat dimana berfungsi untuk memberikan
bantuan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan
tulang, serta berbagaiperedam kejut dan insulator panas.
2. Kelenjar pada kulit
1) Kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut.
Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum
ke saluran sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut dan membuat
rambut ter dapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan
2)

melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak, serta lentur.


Kelenjar keringat. Ditemukan pada kulit di sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak

3)

tangan dan kaki.


Kelenjar apokrin. memproduksi keringat yang keruh seperti susu
dan diuraikan oleh bakteri untuk menghasilkan bau ketiak yang

khas.
3. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.

1). Proteksi. Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki


ketebalan sekitar 1-2 mm yang memberikan perlindungan yang
sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis dan
invansi bakteri.
2) Sensasi. Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit yang
memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus-menerus
keadaan lingkungan di sekitarnya.
3) Termogulasi. Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai
penyekat tubuh, vasokontriksi (yang memengaruhi aliran darah dan
hilangnya panas ke kulit), dan sensasi suhu.
4) Metabolisme. Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak
sel-sel epitel dan jaringan, tetapi sinar matahari dengan jumlah
yang dapat ditoleransi sangat diperlukan tubuh manusia.
5) Keseimbangan Air. Stratum korneum memiliki kemampuan untuk
menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan.
6) Penyerapan Zat atau Obat. Berbagai senyawa lipid dapat diserap
lewat stratum korneum, termasuk (vitamin A dan D) yang larut
lemak dan hormon-hormon steroid.
7) Fungsi Respon Imun. Hasil-hasil penelitian terakhir menunjukkan
bahwa beberapa sel dermal merupakan komponen penting dalam
sistem imun.
8) Pertimbangan Gerontologik. Secara fisiologis sistem integument
akan mengalami perubahan yang signifikan akibat proses penuaan.
2.2 Definisi
Menurut Corwin (2009;109), akne (jerawat) adalah penyakit
peradanga kelenjar sebasea yang sering dijumpai dan berkaitan dengan
folikel rambut (disebut unit polisebasea). Terdapat du jenis akne : meradang
dan tidak meradang. Kedua jenis akne tersebut ditandai oleh pembentukan
sebum yang berlebihan. Sebum yang berlebihan tersebut tertimbun di folikel
sehingga folikel memmbengkak.
Pada akne yang meradang, folikel tersumbat oleh sebum dan bakteri
yang berfoliferasi di kanal yang disebut Propionibacterium acnes. Akhirnya,
4

folikel mengalami ruptur dan sebum serta bakteri keluar ke dermis dan
sebum serta bakteri keluar kedermis dan menyebabkan peradangan jaringan
dermis. Padaakne nonradang, folikel tidak pecah tetapi tetap berdilatasi.
Sebum mengalir ke ppermukaan kulit (blackhead, komedo terbuka) atau
kanalis tetap tersumbat (whitehead, komedo tertutup).
Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang
mengenai pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan paling sering
ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan
komedo tertutup (white head), komedo terbuka (black head), papula, pustul,
nodus, dan kista (Brunner & Suddarth, 2001)
Menurut Marwali (2000;35), akne vulgaris atau biasa di sebut juga
dengan jerawat adalah peradangan kronik folikel filosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung.
Akne vulgaris (jerawat) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel
pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis
berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (
Arif Mansjoer, dkk. 2000).
Menurut William (2008;1), akne vulgaris atau yang sering dikenal
dengan sebutan jerawat merupakan gangguan inflamatorik pada kelenjar
sebasea dan masalah kulit yang paling umum dialami remaja, namun lesi
juga bisa muncul saat penderita berusia 8 tahun. Walaupun lebih sering
terjadi dan lebih parah dialami anak lelaki daripada anak perempuan, akne
(jerawat) yang dialami perempuan biasanya muncul lebih awal dan
cenderung berlangsung lebih lama, kadang-kadang hingga penderita
menginjak masa dewasa. Jika ditangani dengan baik, prognosisnya baik.
Menurut Wikipedia.org (2013), jerawat adalah penyakit kulit yang
cukup besar jumlah penderitanya. Kligmann, seorang peneliti masalah
jerawat ternama dunia berpendapat, "Tak ada satu orang pun di dunia yang
melewati masa hidupnya tanpa sebuah jerawat di kulitnya".
Akne vulgaris (jerawat) adalah penyakit peradangan menahun folikel
pilosebasea yang umumnya terjadi pada mada remaja dan dapat sembuh
sendiri.

Jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat berlebihnya minyak di


wajah, sehingga menyumbat pori-pori di wajah dan menjadi suatu benjolan
bernanah. Jerawat biasanya tumbuh di muka, punggung dan dada. Sebelum
menjadi benjolan, jerawat masih berbentuk komedo. Apabila sumbatan
membesar, komedo akan terbuka dan muncul sehingga terjadi interaksi
dengan bakteri jerawat. Bakteri yang menyebabkan jerawat adalah
propionibacterium acnes.
Jerawat atau acne adalah kelainan kulit karena penyumbatan saluran
kelenjar sebasea. Kulit mengandung ribuan kelenjar sebasea yang
memproduksi

sebum

(minyak)

yang

berfungsi

melembabkan

dan

melindungi kulit. Sebum yang diproduksi kelenjar sebasea disalurkan


melalui folikel rambut (pori-pori) ke permukaan kulit. Jerawat terjadi ketika
sebum yang biasanya keluar ke permukaan kulit itu tersumbat. Kulit wajah
memiliki kerapatan kelenjar sebasea yang tinggi, khususnya di daerah
hidung, dahi dan pipi. Kelenjar sebasea paling besar terdapat di pertengahan
dada dan punggung. Oleh karena itu, jerawat paling sering muncul di wajah,
dada dan punggung.
Jerawat (acne) adalah keadaan dimana kelenjar pilosebaseus
mengalami over stimulasi oleh hormone androgen yang bersirkulasi dan
sebum yang berlebihan terperangkap oleh sumbatan keratin, yaitu salah satu
unsur protein yang membentuk rambut manusia. Bakteri kulit kemudian
menguasai kelenjar tersebut dan mengubah sebum yang terperangkap ini
menjadi asam-asam lemak iritan yang menyebabkan pembengkakan dan
inflamasi (pustul) yang terjadi kemudian. Akne juga ditandai oleh adanya
komedo, papula, dan kista pada daerah predileksinya, seperti muka, bahu,
dada, dan punggung.
2.3 Klasifikasi
Menurut Marwali (2000;39), sampai saat ini belum ada keragaman
klasifikasi akne yang memuaskan. Klasifikasi yang ada terutama digunakan
untuk evaluasi obat baru atau menilai hasil dari sesuatu pengobatan.
Klasifikasi secara klinik dapat berdasarkan:
1.
Tingkat Keseluruhan (Overall Grading)

Ada beberapa metode, tetapi yang sering digunakan adalah metode


Pillsbury, Shelly dan Kligman. Pillsbury dan kawan-kawan membagi
2.

berat ringannya akne berdasarkan ada/tidaknya peradangan.


Penghitungan Lesi
Dalam usaha mengukur kuantitatif, Witkowski dan Simon
menghitung lesi yang ada dan jumlah lesi tersebut dianggap sebagai
suatu skor. Michaelson dan kawan-kawan membagi derajat keberhasilan
pengobatan akne dengan cara menghitung semua lesi yang ada dan
membandingkan skor total sesudah dan sebelum terapi. Skor ini didapat
dengan cara mengalikan jumlah masing-masing tipe lesi dengan derajat
kekerasan (severity index) dan kemudian menjumlahkan semua hasil
perkalian tersebut.
Untuk penafsiran akne, baik secaara kualitatif maupun kuantitatif,
plewig dan kligman membagi akne (dimuka)menjadi tiga tipe:
1. Akne tipe komedo
2. Akne tipe populopustular
3. Akne konglobata
Akne tipe komedo dan populopustular dibagi menjadi 4 tingkatan
sedang akne konglobata selalu merupakan suatu akne yang berat.

3.

Fotografi
Cook dkk membagi tingkat berat-ringannya akne secara garis besar
berdasarkan fotografi yang diperkirakan lebih objektif dan teliti. Dibuat
foto pada tiap tingkat kekerasan akne untuk dokuentasi dari keadaan
masing-masing penderita.
Ada yang membagi akne berdasarkan:
1. Akne Sejati (True Acne)
1) Erupsi terbatas pada folikel kelenjar palit.
2) Erupsi dimulai dengan komedo kemudian pada fase yang lebih
lanjut timbul keradangan.
Ada tiga macam akne sejati:
a. Akne vulgaris

: terdapat pada pubertas.

Varian

: akne topikalis, akne mekanika, akne


fulminans, fioderma fasial, dan akne pada
pungggung laki-laki dewasa.

b. Akne venenata
Varian

: karena bahan-bahan dari luar


: akne kosmetik, akne minyak rambut, akne
klor, akne pekerjaan

c. Akne fisik

: akne yang ditandai dengan lesi beradang


berupa popula atau pustule.

3) Komedo jarang, dan bila ada biasanya menyertai suatu pustula.


4) Penyebab : selalu obat-obatan Yodida dan Bromida (paling sering),
INH, kortikosteroid, Vitamin B12, Difenilhilantion, Trimetadion,
Fenobarbital.
2. Erupsi yang mirip akne (acneiform eruption)
Menurut Brown (2005;55) macam akne yaitu:
1. Jerawat klasik (jerawat biasa): tampilannya mudah dikenali yaitu
tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan , kulit memproduksi
minyak yang menjadi tempat berkembang biaknya bakteri akibatnya
pori-pori tersumbat karena terinfeksi oleh bakteri.
2. Cystic acne (jerawat batu) Bentuknya besar dengan tonjolan yang
meradang hebat, berkumpul hampir diseluruh area wajah , ini terjadi
karena kelenjar minyak yang over aktif yang membanjiri pori-pori
dengan minyak

dan terjadi penyumbatan pada duktus pilosebaseus

yang menyalurkan sebum.


3. Acne dibagi menjadi beberapa derajat :
a. Derajat I: memiliki komedo , papula atau pustula yang kurang dari
10 buah pada salah satu sisi wajah.
b. Derajat II: 10 hingga 20 buah komedo, papula atau pustula.
c. Derajat III:25 hingga 5
d. Derajat IV:lebih dari 50
4. Komedo terdiri atas 2 jenis:
a. Komedo yang terbuka (blookhead) terlihat seperti pori-pori yang
membesar dan menghitam (yang berwarna hitam tersebut adalah

penyumbatan pori-pori yang berubah warna karena akumulasi lipid,


bakteri serta debris epitel).
b. Komedo yang tertutup (whitehead) :adanya penumpukan sebum
dibawah kulit sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil.
2.4 Etiologi
Menurut Marwali (2000;35), penyebab yang pasti belum diketahui,
tetapi banyak faktor yang mempengaruhi.
1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne
yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.
2. Bakteria
Mikroba yang terlihat pada terbentuknya akne

adalah

corynebacterium acnes, staphylococcus epidermidis, dan pittyrosporum


ovale. Dari ketiga mikroba ini, yang penting yakni C. acnes, yang
bekerja secara tidak langsung.
3. Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas
kelenjat palit. Apabila kedua orang tua mempunyai bekas parut akne,
kemungkinan besar anaknya menderita akne.
4. Hormon
Hormon androgen, ini ini memegang peranan yang penting karena
kelenjar palit sangat sensitive terhadap hormon ini. Hormon androgen
berasal dari testes dan kelenjar anak ginjal. Hormone ini menyebabkan
kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat.
Estrogen, pada keadaan fisiologik, estrogen tidak berpengaruh
terhadap produksi sebum. Esterogen dapat menurunkan kadar
gonadotropin

yang

berasal

dari

kelenjar

hipofisis.

Hormon

gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.


Progesterone, dalam jumlah fisiologik, tak mempunyai efek
terhadap aktivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus
menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan
akne premenstrual.
Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis, pada tikus hormon
tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis
dioperlukan untuk aktivitas kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas
kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum

lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum


diduga sisebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal
dari baga tengah kelenjar hipofisis.
5. Diet
Beberapa pengarang terlalu membesar-besarkan pengaruh makanan
terhadap akne, akan tetapi dari penyelidikan terakhir ternyata diet
sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. Pada penderita yang
makan banyak karbohidrat dab zat lemak, tak dapat dipastikan akan
tetapi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena
kelenjar lemak bukan alat pengeluaran untuk lemak yang kita makan.
6. Iklim
Di daerah yang mempunyai 4 musim, biasanya akne bertambah
hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan akan membaik pada
musim panas.
Sinar UV mempunyai efek yang membunuh bakteri pada
permukaan kulit. Selain itu juga sinar UV juga dapat menembus
epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga perpengaruh
pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit. Menurut
Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak
ada perubahan, dan 20% bertambah hebat.
7. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat
menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini
belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi
aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding
folikel dan timbul lesi beradang yang baru.
8. Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus-menerus
dalam waktu lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang
terutama

terdiri

dari

komedo

tertutup

dengan

beberapa

lesi

papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan


akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti bedak kasar,
pelembab, krempenahan sinar matahari, dan krem malam, yang
mengandung bahan-bahan, seperti lanolin, petrolatum, minyak tumbuhtumbuhan dan bahan-bahan kimia murni.
10

9. Bahan-bahan kimia
Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang
mirip dengan akne, seperti yodida, kortikosteroid, I.N.H, obat anti
konvulsan.
10. Reaktivitas
Di samping faktor-faktor diatas masih ada faktor X pada kulit
yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne.
Menurut Corwin (2009;109), pembentukan sebum dirangsang oleh
androgen, terutama testosteron. Peningkatan tajam androgen pada remaja
putri dan remmaja putra selamma pubertas merupakan penyebab munculnya
akne dengan tingkat keperahannya. Terdapat sedikit riset yang mendukung
bahwa diet atau membersihkan wajah berkontribusi terhadap akne walaupun
infeksi P. Acne terhadap folikel yang tersumbat diperparah oleh gizi buruk.
Sebagian individu mungkin secara genetis rentan terhadap akne, yang
mungkin berkaitan dengan sensitivitas berlebihan kelenjar sebasea terhadap
adrogen atau berada dilingkungan yang mendukung proliferasi bakteri.
Kontribusi lain terhadap tumbuhnya akne bisa sangat penting dan beragam
padasetiap individu. Hormon yang protektif terhadap akne adalah estrogen,
yang melawan aktivitas androgen pada kelenjar sebasea dan mengurangi
pembentukan akne. Pada wanita dewasa, perkembangan akne dapat
berhubungan dengan kondisi sistemik atau dapat terjadi karena kadar
testosteron mulai meninggi relatif terhadaop estrogen pada tahun
perimenopouse awal.
Akne rosasea adalah suatu kondisi kulit kemerahan (eritema), disertai
papul dan pustul terutama pada dahi, hidung, pipi, dan dagu. Akne ini
biasanya terjadi selama masa dewasa peretengahan baik pada pria maupun
wanita. Meskipun penyebab spesifiknya tidak diketahui pasti, akne rosasea
berhubungan dengan sensisitivitas yang tinggi terhadap sinar matahari.
Kondisi tersebut dapat timbul dan hilang terutama diperburuk oleh minuman
panas dan beralkohol. Akne rosasea dapat menyebabkan hipertropi kelenjar
sebasea, disertai penebalan hidung (rinofima) yang muncul permanen.
Terdapat juga kecendrungan genetis pada populasi berkulit terang
khususnya yang retan, mengalami aknne rosasea.
2.5 Manifestasi Klinis
11

1. Acne tanpa adanya peradangan :


a. Komedo : berupa bintik-bintik hitam yang timbul pada kulit,
dikarenakan adanya proses oksidasi udara terhadap produksi
kelenjar pilosebasea.
b. Milia : berupa bintik-bintik putih yang timbul pada kulit,
dikarenakan penyumbatan saluran kelenjar pilosebasea (udara tidak
mengenai produksi kelenjar pilosebasea), sering disebut juga closed
comedo.
2. Acne dengan adanya peradangan (disertai rasa sakit saat tersentuh dan
kemerahan):
a. Papula : tipe peradangan yang paling ringan, berupa bintik-bintik
kecil yang agak menonjol di permukaan kulit.
b. Pustula : berupa bintik-bintik kecil seperti papula tapi disertai
adanya nanah dalam bintik-bintik tersebut. Tampak kemerahan
dengan adanya warna kuning atau putih di tengahnya, yang
merupakan nanah.
c. Nodula atau Kista : Nodula merupakan papula ukuran besar, sangat
nyeri. Timbul jika isi dari komedo menjalar ke kulit sekitarnya dan
memicu sistem imunitas tubuh yang nantinya dapat menghasilkan
nanah. Untuk keadaan yang berat, kelainan acne ini dapat bertahan
hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, yang akhirnya
dapat mengeras untuk membentuk Kista di bawah permukaan kulit.
Baik Nodula maupun Kista seringkali menimbulkan jaringan parut
yang dalam.
3. Acne Konglobata : Jarang tapi merupakan kelainan Acne yang serius,
berupa pustula dan nodula yang disebabkan infeksi bakteri yang berat.
Menurut Marwali (2000;39), bentuk lesi akne vulgaris adalah
polimorf. Lesi yang khas ialah komedo. Bila terjadi peradangan akan
terbentuk popula, pustule, nodul, dan kista. Bila sembuh, lesi dapat
meninggalkan eritema dan hiperpigmentasi pascaimflamasi, bahkan dapat
terbentuk sikatrik seperti cetakan es yang atrofik dan keloid. Lesi terutama
timbul didaerah yang banyak mempunyai kelenjar palit, seperti muka,
punggung dan dada.

12

1.

Menurut Corwin (2009;110), manifestasinya adalah:


Pada seorang individu dapat timbul dengan bermacam-macam lesi. Lesi
dapat berupa komedo terbuka, komedo tertutup, nodus, pustul, kista,
dan jaringan parut. Lesi biasanya terdapat diwajah, punggung, dan

2.

bahu.
Pada wanita, akne dapat meningkat sebelum atau selama periode haid

3.

sewaktu kadar estrogen rendah.


Pada akne rosasea, wajah dapat kembali merafh terang, bahkan bila
terpajan sedikit sinar matahari atau alkohol, dan papul serta pusul dapat
timbul.

2.6 Patofisiologi
Menurut Marwali (2000;37), ada 4 hal penting yang berhubungan
dengan terjadinya akne:
1. Kenaikan Akskresi Sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak.
Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi sebum.
Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum ada di bawah
pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan
konversi hormon androgen yang normal beredar dalam darah ke bentuk
metabolic yang lebih aktif. Hormon ini mengikat reseptor androgen si
sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya prosuksi sebum pada penderita akne si sebabkan oleh
respon organ akhir yang berlebihan pada kelenjar palit terdapat kadar
normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan
penderita, lesi pada akne hanya ditemukan si beberapa tempat yang
kaya akan kelenjar palit.
Akne juga mungkin berhibungan dengan perubahan komposisi
lemak. Sebum yang bersifat komedogenik tersusun dari campuran
skualen, lilin, ester dari sterol, kolesterol, lipid polar, dan trigeliserida.
Pada penderita akne, terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen
dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak,
terutama asam linoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungannya
dengan terjadinya hyperkerainisasi pada saluran pilosebasea.
2. Adanya Keratinisasi Folikel

13

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya


penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat
disebabkan oleh:
a. Bertambahnya produksi korneosit pada saluran pilosebasea.
b. Pelepasan korneosit yang tidak adekuat.
c. Kombinasi kedua faktor diatas.
Bertambahnya produksi korneosit dari sel karetinosir merupakan
salah satu sifat komedo.Terapat hubungan terbalik antara sekresi sebum
dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum. Menurut Downing, akibat
dari meningkatnya sebum

pada penderita akne, terjadi penurunan

konsentrasi asam linoleik. Hal ini dapat menyebabkan defisisansi asam


linoleik, yang akan menimbulkan hyperkeratosis folikuler dan
penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah
ditembus bahan-bahan yang dapat menimbulkan perdangan. Walaupun
asam linolik merupakan unsure penting dalam seramaid-1, lemak lain
mungkin juga berpengaruh pada pathogenesis akne. Kadar sterol bebas
juga berpengaruh pada pathogenesis akne. Kadar sterol bebas juga
menurun pada komedo sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
kolesterol bebas dengan kolesterol sulfat, sehingga adhesi korneosit
pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi retensi hyperkeratosis
folikel.
3. Bakteri
Tiga macam mikroba yang terlibat petogenesis akne adalah
Corynebarterium Acnes (Proprionibacterium Acnes), staphylococcus
epidermidis dan Pityrosporum ovale (Malassezia furfur). Adanya
sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah
Corynebactirium Acnes, tetapi tidak hubungan antara jumlah bakteri
pada permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat
hebatnya akne. Tampaknya ketiga macam bakteri ini bukanlah
penyebab primer pada proses patologis akne. Beberapa lesi mungkin
timbul tanpa ada mikroorganisme mungkin memegang

peranan

penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi.


Apakah bakteri yang berdiam pada folikel mengadakan eksaserbasi
tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut. Menurut

14

hipotesis Saint-Lager skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit


dioksidasi di dalam folikel dan hasil oksidasi ini menjadi penyebab
terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang dan
akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium Acnes. Bakteri ini
memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel akan menjadi
katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam
folikel tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan
tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel.
Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi
pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal.
4. Keradangan
Faktor yang menimbulkan peradangan pada akne belumlah
diketahui dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan
produk sel yang dihasilkan oleh corynebacterium acnes, seperti lipase,
hialuronidase, protease, lesitinase dan neuramidase, memegang peranan
penting pada proses peradangan.
Faktor kemotatik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan
komplemen untuk berjalan aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik
leukosit nukleur polimorfi dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel,
PMN dapat mencerna corybacterium acnes dan mengeluarkan enzim
hidrolitik yang bisa kmenyebabkan kerusakan dari folikel pilosebasea.
Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.
Bahan keratinyang sukar larut, yang terdapat dalam sel tanduk,
serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik,
yang disertai oleh makrofag dan sel-sel raksasa.
Pada fase permulaan peradangan dapat ditimbulkan oleh
corynebacterium acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik
dan alternative. Respon pejamu terhadap mediator juga amat penting.
Selain itu antibody terhadapcorybacterium acnes juga meningkat pada
penderita akne hebat.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis.
a. Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau
hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien
15

dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron totalnya.


Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S,
luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone
(FSH).
b. Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat
diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat
perbaikan tidak tercapai.
2. Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a
plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression)
penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu
komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek
(rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa
follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a
foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju
dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan
parut (scarring).

2.8 Penatalaksanaan Medis


Menurut Corwin (2009;110), penatalaksanaan yang dilakukan adalah:
1. Obat-obat topikal misalnya benzoil peroksida dan asam retinoat
(vitamin

A,

retin

A)

digunakan

untuk

mengeringkan

dan

mengelupaskan kulit. hal ini meningkatkan pergantian kulit dan


membuka folikel serta mempermudah keluarnya sebum ke permukaan
kulit.

Benzoil peroksida juga bekerja mengeliminasi P, acnes. Retin A

dapat menyebabkan kekeringan berlebihan dan kemerahan pada kulit,


dan individu yang menggunakannya harus menghindari pajanan pesinar
matahari. Wanita hamil disarankan tidak menggunakan retin A.
2. Sabun antibakteri dapat mengurangi kontaminasi bakterio di kulit
3. Terapi antibiotik topikal sering diberikan dengan kombinasi benzoil
peroksida dan dapat diresepkan satu atau dua kali per hari. Antibiotik
(biasanya tetrasiklin, eritromisin atau klindamisin) dapat di berikan
16

untuk mengurangi proliverasi P, acnes. Terapi antibiotik memerlukan


waktu sekurang-kurangnya 4 minggu untuk menunjukkan hasil
maksimal.
4. Terapi antibiotik dosis rendah oral (cth, tetrasiklin, dosisiklin) dapat
diberikan untuk mengurangi proliverasi bakteri pada folikel. Terapi
antibiotik memerlukan waktu beberapa minggu agar efektif dan dapat
menginduksi fotosensitivitas. Tetrasiklin oral merusak gigi yang sedang
tumbuh, sehingga merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil atau
wanita yang berencana hamil. Tetrasiklin juga merupakan obat yang
digunakan untuk mengatasi akne rosasea.
5. Pil antihamil yang mengandung esterogen dapat menekan pembentukan
sebum dan dapat menggunakan untuk mengobati akne pada gadis dan
wanita.
6. Asam 13 sis retinoat (isotretinoin) sistemik dapat diberikan pada kasus
yang parah (akne kistik nodular). Obat ini dapat menyebabkan cacat
lahir yang parah dan tidak boleh digunakan pada wanita muda yang
sedang atau mungkin hamil. Pria sebaiknya tidak berhubungan intim
dengan pasangan ketika menggunakan obat ini.
2.9 Pengobatan
Menurut Marwali (2000;40), tujuan pengobatan akne adalah
mencegah timbulnya sikastrik serta mengurangi frekuensi dan kerasnya
eksaserbasi akne. Untuk itu, selain diperlukan kerja sama yang baik antara si
penderita dan dokter yang merawatnya.
1. Nasehat Umum Dan Dorongan Mental
1) Penerangan
a. Pada penderita harus diterangkan bahwa akne disebabkan oleh
kulit dan perubahan hormone pada masa pubertas, yang
menyebabkan timbulnya sebore dan bertambahnya peroduksi
bahan tanduk didalam saluran kelenjar palit karena reaksi
kelenjar palit yang berlebihan terhadap kadar hormone seks
yang normal.
b. Sifat akne adalah kumat-kumatan dan kita hanya bisa
mengurangi

dan

mengontrol

menyembuhkannya.

17

aknenya

dan

bukan

c. Pengobatan akne didasarkan pada tipe, kerasnya, lokasi dan


macam lesi. Pengobatan membutuhkan waktu lama dan
kemungkinan disertai efek samping.
d. 92% penderita akne akan memberikan respon terhadap
pengobatan.
2) Perawatan
a. Perawatan Kulit Muka
Pemakaian

sabun

bakteriostatik

dan

detergen

tak

dianjurkan, bahkan pemakaian sabun berlebihan bersifat


adnegenik dan dapat menyebabkan akne bertambah hebat (akne
venenata).
Menurut Plewig dan Kligman tak terbukti bahwa kalau
muka kurang dicuci akne akan bertambah hebat atau terlalu
sering mencuci muka hanya menghilangkan lemak yang ada di
permukaan kulit, tetapi tak mempengaruhi lemak yang ada di
dalam folikel.
b. Perawatan Kulit Kepala Dan Rambut
Seperti halnya pembersihan muka, perawatan kulit kepala
juga tidak bepengaruh pada akne. Walaupun menurut banyak
pengarang ketombe dan dermatitis seborioka lebih banyak
terdapat pada penderita akne, penyelidikan Plewig dan Kligman
gagal membuktikan hal itu. Pemakaian shampoo yang
mengandung obat, untuk penderita akne dengan ketombe,
sebaiknya dilarang sebab dapat memperhebat akne dan
ketombenya dapat kumat kembali dalam beberapa minggu.
c. Kosmetika Dan Bahan-Bahan Lain
Bahan-bahan yang bersifat aknegenik lebih berpengaruh
pada penderita akne. Bahan ini dapat membentuk komedo lebih
cepat dan lebih banyak pada kulit penderita akne. Sebaiknya
pasien dianjurkan untuk menghentikan pemakaian kosmetik
yang tebal dan hanya memakai kosmetik ringan, yang tidak
berminyak serta tidak mengandung obat (nonmedicated).

18

d. Diet
Menurut teori yang baru, efek makanan terhadap akne
diragukan oleh banyak penyelidik maka diet khusus tak
dianjurkan pada penderita akne.
e. Emosi dan faktor psikosomatik
Pada orang-orang yang mempunyai predisposisi akne stress
dan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi atau aknenya
bertambah hebat. Perlu pula dianjurkan untuk tidak memegangmegang,

memijit,

dan

menggosok

akne,

sebab

dapat

menyebabkan keadaan yang disebut akne mekanika


2. Obat-Obatan
Ada tiga hal yang penting pada pengobatan akne
a. Mencegah timbulnya kome3do: biasanyadigunakan bahan-bahan
pengelupasan kulit.
b. Mencegah pecahnya mikro komedo atau meringankan reaksi
keradangan. Dalam hal ini, antibiotika mempunyai pengaruh.
c. Mempercepat resolusi lesi beradang.
Tiap-tiap bahan kimia atau iritan fisik yang dapat menambah aliran
darah dapat mempercepat regresi lesi yang beradang, karena dapat
mempercepat hilangnya keradangan dan bahan-bahan toksik:
1) Iritan fisik:
1. Sinar UV
2. Cryo alush: CO2 padat, nitrogen cair, Freon.
2) Iritan kimiawi:
Resorsinol, sulful, fenol, asam salisilat dan lain-lain.
Pengobatan akne memerlukan waktu yang lama, berbulan-bulan
bahkan sampai bertahun-tahun, untuk mengontrol penyakitnya dan
mencegah terjadinya sikatrik.
Akne ringan hanya membutuhkan ter api tropical, sedanfkan penderita
akne sedang berat membutuhkan terapi oral dan topical. Penderita mungkin
membutuhkan antibiotika oral secara berjala selama 6 bulan, sedangkan
terapi topical diperlukan selama perjalanan penyakit.
1. Pengobatan topikal

19

Yang paling banyak dipakai adalah benzoid perosida vit A asam, dan
antibiotika topical.Sulful dan resorsinol telah dipakai selama bertahuntahun sebagai bahan yang dapat mengadakan pengelupasan kulit atau
mengeringkan jerawat.
1. Tretinoin (vit A asam); Tretinoin adalah suatu obat keras yang dapat
menyebabkan eritema hebabt dengan pengelupasan kulit, biasanya
disertai dengan rasa seperti tersengat atau terbakar. Pada permulaan,
penderita dianjurkan untuk memakai obat sekali pada malam hari.
Bila tak terjadi eritema dan deskuaminasi setelah 5 hari, obat dapat
dipakai 2 kali sehari. Efeknya tergantung pada konsentrasi, bahan
dasar yang dipakai, jenis Kulit yang diobati, dan umur penderita.
Pada umumnya hasil terapi baru tampak setelah 8 minggu
pengobatan. Cara kerja tretinoin:
a) Komedolitik: mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain
dengan menghambat pembentukan tonofilamen dan mengurangi
ikatan antara sel-sel keratin.
b) Mempercepat pergantian sel epitel folikel.
c) Epitel folikel yang membentuk mikro komedo menjadi lebih
permeabel, sehingga bahan-bahan toksik dapat lebih mudah
keluar dan komedo akan pecah.
d) Sebagai counter-iritan, karena menyebabkan vaskularisasi
bertambah dan membantu resorbsi papula dan nodul yang sukar
hilang.
Pada pemakaian tretinoin dianjurkan:
a.
b.
c.
d.

Menghindar dari sinar matahari.


Tidak mencuci muka terlalu sering.
Tidak memakai obat terlalu banyak.
Hati-hati pemakaian di sudut mulut, hidung, dan mukosa.
Isotretinoin. Disbanding dengan tretinoin, sifat komedolitiknya

80% dari tretinoin, anti-inflamasi lebih baik dan kurang iritatif.


2. Benzoil Peroksida; Zat ini tidak saja membunuh bakteri, melainkan
juga menyebabkan deskuamasi dan mencega timbulnya gumpalan di
dalam folikel. Pada permulaan pengobatan, pasien merasa seperti
terbakar. Gejala ini akan berkurang dalam beberapa minggu.
Sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dahulu, kemudian lambat

20

laun diganti dengan dosis tinggi. Efek samping pada pemakaian lama
adalah sensitisasi secara kontak (2,5% dari kasus).
Cara kerja:
a) Anti bakteri yang kuat.
b) Komedolitik.
c) Counter-iritan.
Di bandingkan dengan vitamin A asam Benzoil peroksida:
a. Kurang menyebabkan iritasi dan rasa tak menyenagkan bagi
penderita.
b. Tidak menyebabkan bertambah hebatnya ( flate up) akne pada
bulan pertama pengobatan
c. Mengeringkan pustule lebih cepat pada tretinoin.
d. Pada bentuk komedo kurang efektif dibandigkan dengan
tretinoin.
Kombinasi Vitamin A asam dengan Benzoil Peroksida. Bila
vitamin Asam dan Benzoal peroksida digunakan bersama- sama
diperoleh efek sinergestik tetapi yang sayang keduanya tidak
dapat dipakai bersama- sama dalam satu bahan dasar. Vitamin A
asam dapat menyebabkan kulit lebih permeable sehingga
meningkatkan konsentrasi benzoal peroksida dalam jaringan.
3. Antibiotika topikal; Pemakaian bahan antimikroba dapat dibenarkan
bila mengurangi populasi C Acne atau hasil metabolismenya, seperti
lipase atau porifirin. Tetapi tak satupun bahan- bahan yang memiliki
efek seperti ini terdapat dalam bentuk krem, larutan, gel dan sabun.
Antibiotika yang sering dipakai:
a) Klindamisin 1% : relatif stabil, kecuali pada beberapa kasus,
terjadi kolitis pseudo membranosa.
b) Eritromisin 2 % : tak stabil, tidak mengadakan iritasi dan dapat
menyebabkan suatu dermatitis kontak.
c) Tretrasiklin % - 5% : sekarang jarang di pakai karena
menyebabkan kulit berwarna kuning.
4. Asam aselik; Suatu dikarbolik yang dapat mengurangi jumlah C
acme. Efeknya :
a) Sama dengan benzoil peroksida vitamin A asam, eritromisin
topikal dan tetrasiklin oral.
b) Mengurangi granula keratohialin pada saluran pilosebase
c) Sifat iritasinya lebih kecil dan dapat ditolerir dengan baik.

21

d) Mempunyai efek anti- inflamasi


5. Asam asam Alfa Hidroksi ( AAAH)
Mekanisme kerja
1. Konsentrasi rendah : mengurangi kohensi korneosit berguna
untuk lesi yang tidak beradang.
2. Konsentrasi tinggi : Epidermolosis sub mkorneal atap pusutula
pecah, Dermis : mensintesa kolagen baru. Efek asam alfa
hidroksi tergantung pada macam, konsentrasi, vehikulum, waktu
pajanan, dan kondisi- kondisi lain.
6. Iritasi fisik
2.

Pengobatan Oral
1) Antibiotika oral; Karena obat- obatan ini digunakan untuk jangka
waktu lama, tosistansinya harus rendah. Dalam hal ini tetrasiklin
merupakan obat antibiotik primer sebab sudah diketahui afektivitas
dan toksisitasnya. Nampaknya eritromisin juga mempunyai efek
terapi yang sama dan cukup aman. Indikasi primer antibiotika oral
adalah akne bentuk papulopustural sedang sampai berat dan akne
konglobata. Antibiotika tak pernah dipakai sendiri tetapi bersamasama dengan obat yang dapat mengadakan pengelupasan kulit.
a) Tetrasiklin yang paling dikenal adalah tetrasiklin HCL,
Dosisiklin dan Minosiklin.
Efektif terhadap Corynebacterium Acnes in Vitro
Dapat menghambat lipase ekstraseluler yang dikeluarkan
oleh bakteri.
Terkonsentrasi pada tempat peradangan
Dosis konvesional : tetrasiklin 1 gr/hari diberikan jam
sebelum makan. Minoksiklin : diabsorbsi lebih bagus dan tidak
dipengaruhi oleh makanan akan tetapi mahal. Dosis 50- 100
mg/hari, demeklosiklin 600 mg/dl.
b) Eritromisin adalah obat pilihan untuk penderita yang sensitive
terhadap tetrasiklin atau wanita hamil. Eritromisin dan
eritromisin stearat adalah bentuk yang dapat diterima
Mempunyai efek bakteresida terhadap C, Acnes.
Tak menghambat limpase C,Acnes, dosis 1 gram/hari.
c) Likomisin dan klidamisin, keduanya merupakan obat yang
paling baru dan sama evektifitasnya. Sering menyebabkan

22

kolitis pseudomembranosa. Klidamisin : Efektif untuk akne


yang berbentuk kistik, absorbsinya tak dipengaruhi makanan,
dapat mengahambat lipase C Acnes.
d) Trimotripin; Obat ini sama efektif dengan tetrasiklin, dapat
diberikan pada pada penderita yang tidak respon /toleran
terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Berguna untuk folikulitis
gram negative.
2) D.D.S ( Diamino difenil sulfon); Seperti sulfonamide,DDS dapat
menghambat pemakaian PABA (Para Amino Benzoik Acid) oleh
bakteri. Obat ini hanya digunakan untuk akne dengan keradangan
yang sangat hebat, seperti akne konglobata dan papulopustural
yang sukar diobati. DDS tidak pernah dipakai sendiri, biasanya
bersama- sama dengan antibiotik dan obat yang dapat mengadakan
pengelupasan kulit.
Cara kerja DDS:
Anti inflamasi seperti kortikosteroid
Menstabilisir lisosom
Efek samping leukopeni, agranulositosis, nausea, muntah,
kepala pusing dan reaksi pada kulit.
3) Hormon
a. Kortikosteroid intralesi berguna untuk lesi nodulo-kistik besar
sinus pada akne konglobata. Cepata dapat mengurangi
keradangan dan mencegah timbulnya sikatriks. Dipakai larutan
dengan konsentrasi 2,5 mg/ml dan penyuntikan dapat diulangi
tiap 1-2 minggu. Kortiskoteroid secara sistemik hanya
digunakan akne tipe nodulo-kistik dengan sikartiks yang hebat
dan diberikan dalam jangka waktu pendek.
b. Ekstrogen dan pil anti hamil; Diperlukan dosisi estrogen relative
besar sehingga dapat menimbulkan efek feminisasi pada lakilaki dan gangguan menstruasi pada wanita. Hormone ini lebih
baik diberikan dalam bentuk pil anti hamil yang mengandung
estrogen dan progesteron, terutama untuk akne pre- menstrual.
Kadang-kadang terlihat efek paradoksal dan terlihat postula
bertambah dalam bulan pertama samapi kedua.

23

c. Anti androgen; Homon ini dapat mencegah kelenjar palit


mengadakan reaksi terhadap testosteron. Siproteron asetat
bersama sama estrogen hanya digunakan pada wanita dengan
akne dan sebore yang hebat, akne papoplu pustular yang resisten
dan akne konglobata yang refraktef. Akhir- akhir ini sudah
diproduksi suatu piul anti hamil dengan kadar eskstrogen rendah
yang mengandung 2mg siproteron asetat,dan 35 mg etinil
estradiol. Efek sampingnya berupa penurunan libido

lesu,

nausea, penigkatan berat badan, dan perdarahan tak teratur.


4) Vitamin A;Bila diberikan per oral bersama- sama dengan antibiotik
oral dan topikal, vitamin A asam sangat efektif untuk akne bentuk
nodul dan kistik yang hebat. Diduga vitamin mempengaruhi
produksi atau metbolisme amdrogen dosis 50.000- 100.000 i.u/ hari
5) Isotretinoin; Suatu bentuk 13 cis- asam retinoit digunakan untuk
pengobatan akne bentuk kistik dan konglobata. Pada kebayakan
kasus obat ini memberikan remisi sempurna selama berbulanbulan sampai bertahun- tahun. Dosis 1 mg/kg/hari.Efek samping
gangguan selaput lendir dan kulit seperti keilitis, serosis dan
pendarahan hidung. Isotretinoin bersifat tertagonik.
6) Seng (Zink); Efeknya belum diketahui dengan pasti, tetapi diguna
mempunyai efek anti- inflamasi. Unsur ini berpengaruh terhadap
epitelisasi, aktivitas enzim pada metabolism vitamin A dan
memperbaiki gangguan kemotaksis leukosit. Dosis 3x200 mg/hari.
7) Diuretik; Sering terjadi eksaserbasi akne 7-10 hari sebelum
menstruasi. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya retensi
cairan sebelumnya menstruasi yang disertai dengan hidrasi dermis
dan juga edema pada keratin. Kebanyankai 1 penyelidikan
memberikan diuretic 1 minggu sebelum haid. Cunliff dan
menganjurkan kurang dari 1 minggu sebelum haid, tetapi Kligman
sama sekali tak menganjurkan pemberian diuretic itu.
3. Tindakan Khusus
1. Ektraksi komedo
2. Insisi dan drainase
3. Eksis
4. Krio terapi
24

5.
6.
7.
8.

Injeksi kolagen
Suntikan kortikosteroid intralesi.
Laser C02
Perbaikan jaringan parut.
a. Dermabrasi
b. Pembedahan kimia
- Tretinoin
- Asam alfa Hidroksi : berguna untuk menghaluskan sikartik
yang dangkal.

2.10 Komplikasi
Menurut Corwin (2009;110)
1. Jaringan parut dapat terbentuk pada kasus yang parah.
2. Rasa percaya diri dapat terganggu meski kondisi tidak terlalu buruk.
3. pada akne rosasea, rinofima dapat muncul
2.11 Penilaian Akne
Menurut Brown (2005:62), mungkin ada gunanya untuk membagi
akne dalam tiga kelompok besar : ringan, sedang, dan berat.
Ringan. Pada akne ringan hanya terdapat komedo dan /atau lesi
papulopustular yang hanya ada beberapa dan terbatas pada wajah.
Pengobatan topical saja dapat berhasil baik. Mulailah dengan benzoil
peroksida, asam retinoat, isotreti noin atau adapalen, dan atau antibiotik
topical. Kombinasi antibiotik / benzoil peroksida dapat menjadi pilihan yang
berguna.
Sedang. Lesi papulopustular lebih banyak yang terdapat di wajah
atau pada daerah yang lebih luas lagi dan / atau kadang- kadang timbul
nodul. Pada akne sedang mulailah dengan pengobatan kombinasi yaitu obat
topical dan tetrasiklin atau eritromisin oral dengan dosis 500 mg dua kali
sehari. Lanjutkan paling tidak selama 3-6 bulan sebelum menilai ulang
hasilnya. Jenis tertrasiklin yang lain juga dianjurkan: beberapa jenis
mungkin penyerapannya lebih baik dan lebih ditolerir, tetapi kebanyakan
hargannya lebih mahal, dan umumnya tidak ada indikasi untuk
mengunakannya sebagai obat pilihan pertama.
Berat, lesi papulopustular dan/ atau lesi nodulokistik dan atau gejalagejala sistemik sangat tersebar luas atau akne derajat sedang yang gagal
diobati sesudah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan atau akne derajat

25

manapun yang menimbulkan dampak psikologis yang nyata. Apabila


hasilnya tidak memuaskan maka sebaiknya akne ditangani sebagai mana
dibawah ini. Akne berat dapat dikendalikan dengan menambahkan antibiotik
sistemik, namun akne berderajat ini membutuhkan penganan yang lebih
agresif. Pada anak perempuan akne dapat diobati dengan siproteron asetat
dengan atau selama 6 bulan bila ingin berhasil. Banyak gadis dan sebagian
besar pemuda penderita akne berat atau persisten pada akhirnya
membutuhkan 13- cis-asam retinoat, biasanya selama 4-6 bulan. Dosis
harian dapat dimulai dengan 0,5 mg/kg BB dan dapat dinaikan sampai 1
mg/kg BB.
Steroid intralesi bermanfaat bila dilakukan pada lesi dengan
peradangan akut. Pada kedaan yang jarang sekali, terutama pada akne
fulminans diperlukan pemberian steroid sistemik. Tindakan bedah mungkin
diperlukan untuk mengatasi kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan oleh
akne derajat ini.

2.12 Manajemen Keperawatan


2.11.1 Pengkajian
1. Aktivitas istirahat
Tanda: perasaan klien gelisa akan keadaan kulitnya
2. Integritas ego
Gejala: ansietas, emosi, kesal,factor stress.
Tanda: menolak perhatian terhadap sekitarnya, Depresi karena
memikirkan akan proses penyembuhan
3. Makanan
Pembatasan makanan sepert coklat, yang berkola dan makanan yang
dihasilkan dari susu serta mengandung yodium karena dapat
memicu peningkatan intensitas acne semakin parah
4. Neurosensori
Gejala: dapat meningkatkan emosional seperti rasa tidak nyaman dan
gatal.
Tanda: perubahan diri,orientasi dan prilaku ,
5. Nyeri
Tanda : klien mengeluh nyeri pada akne
6. Interaksi social
Gejala: hubungan dengan orang lain kurang terbina Tanda: adanya
lesi pada kulit,kemerahan dan edema.

26

2.11.2

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan frustasi
terhadap penampilan diri.
3. Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.
4. Program terapi tidak efektif berhubungan dengan pengetahuan yang
tidak memadai mengenai penyebab, jalannya penyakit, pencegahan,
pengobatan, dan perawatan kulit.

2.11.3 Intervensi
1. Diagnosa 1 : Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi.
Intervensi :
1. Kaji adanya nyeri.
R/ Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.
2. Hindari bahan-bahan atau benda-benda yang menyebabkan nyeri.
R/ Mencegah timbulnya nyeri.
3. Instruksikan klien untuk menjauhkan tangannya dari wajah.
R/ Menghindari garukan tangan yang menyebabkan nyeri.
4. Kolaborasi medis pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Mengurangi nyeri.

27

2. Diagnosa 2: Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan


frustasi terhadap penampilan diri.
Intervensi :
1. Berikan motivasi dan harapan kepada klien bahwa penyakit akne
dapat diobati.
R/ Mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri.
2. Beri

kesempatan

kepada

klien

untuk

mengungkapkan

perasaannya.
R/ Mengurangi kecemasan.
3. Anjurkan klien untuk melakukan pengobatan secara konsisten.
R/ Mempercepat proses penyembuhan.
3. Diagnosa

3:

Integritas

kulit

berhubungan

dengan

kerusakan

permukaan kulit.
1. Kaji derajat akne untuk mengetahui seberapa parah lesi pada
kulit.
R/ Mengetahui tingkat keparahan guna memberikan terapi yang
tepat.
2. Hindari keadaan kulit yang terlalu lembab.
R/ Mencegah produksi minyak yang berlebih.
3. Anjurkan klien untuk menghindari garukan pada daerah yang
terkena akne atau lesi.
R/ Mencegah kerusakan integritas kulit.

28

4. Anjurkan klien untuk menghindari pemakaian kosmetik yang


mengandung bahan kimia.
R/ Mencegah kerusakan permukaan kulit.
5. Kolaborasi : pemberian terapi topikal dan sistemik.
R/ Mempercepat proses penyembuhan.
4. Diagnosa 4 : Program terapi tidak efektif berhubungan dengan
pengetahuan yang tidak memadai mengenai penyebab, jalannya
penyakit, pencegahan, pengobatan, dan perawatan kulit.
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan tentang akne (jerawat) secara umum.
R/ Menambah pengetahuan klien.
2. Libatkan pasien dalam proses perawatan di rumah.
R/ Pasien dapat mengatasi penyakit yang dideritanya secara
minimal.
3. Motivasi pasien untuk meningkatkan kepatuhan dan pemahaman
terhadap terapi.
R/ Mempercepat proses penyembuhan.
4. Evaluasi tingkat pemahaman klien tentang akne.
R/ Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang akne.

2.11.4 Implementasi
Implementasi/pelaksanaan pada diagnosa keperawatan penyakit
dermatitis kontak mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat.

29

Pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar


kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Implementasi merupakan
komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan.
2.11.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Nyeri hilang atau berkurang.
2. Pasien tidak merasa malu lagi.
3. Kerusakan integritas kulit teratasi.
4. Program terapi efektif.

30

BAB III
PENUTUP
3.1

Simpulan
Menurut Corwin (2009;109), akne (jerawat) adalah penyakit
peradanga kelenjar sebasea yang sering dijumpai dan berkaitan dengan
folikel rambut (disebut unit polisebasea). Terdapat du jenis akne : meradang
dan tidak meradang. Kedua jenis akne tersebut ditandai oleh pembentukan
sebum yang berlebihan. Sebum yang berlebihan tersebut tertimbun di folikel
sehingga folikel memmbengkak.
Pada akne yang meradang, folikel tersumbat oleh sebum dan bakteri
yang berfoliferasi di kanal yang disebut Propionibacterium acnes. Akhirnya,
folikel mengalami ruptur dan sebum serta bakteri keluar ke dermis dan
sebum serta bakteri keluar kedermis dan menyebabkan peradangan jaringan
dermis. Padaakne nonradang, folikel tidak pecah tetapi tetap berdilatasi.
Sebum mengalir ke ppermukaan kulit (blackhead, komedo terbuka) atau
kanalis tetap tersumbat (whitehead, komedo tertutup).
Menurut Marwali (2000;35), akne vulgaris atau biasa di sebut juga
dengan jerawat adalah peradangan kronik folikel filosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung.

3.2

Saran

31

Diharapkan sebagai tenaga kesehatan harus memahami terlebih


dahulu tentang konsep asuhan keperawatan sebelum memberikan asuhan
keperawatan, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
konsep yang ada, efektif dan efesien.

LAMPIRAN GAMBAR

32

33

Anda mungkin juga menyukai