Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradangan kronik (menahun) folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. dengan gambaran khas
komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat predeliksinya,
biasanya pada punggung, dada dan wajah.
Acne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada
remaja dan dewasa muda diantara usia 12 dan 35 th, laki-laki dan
perempuan terkena sama banyaknya, dengan insidensi tertinggi antara usia
14 dari 17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 dan 19 tahun
untuk laki-laki (Clark, 1993).
Kelainan kulit ini semakin nyata pada pubertas dan usia remaja, dan
kenyataan tersebut mungkin terjadi karena fungsi kelenjar endokrin tertentu
yang mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai aktivitas puncaknya
pada usia ini. Acne tampaknya berakar dari interaksi faktor genetik,
hormonal dan bakterial pada sebagaian besar kasus terdapat riwayat acne
dalam keluarga.(Brunner & Suddart, 2001).
Jerawat digolongkan ringan bila bentuknya masih komedo dengan
jumlah lesi kurang dari 30. Apabila jumlah lesi berkisar antara 30-125 maka
dinamakan jerawat sedang (papule). Jerawat besar yang disebut nodul atau
kista timbul bila lesi di atas 125. Deteksi jerawat sejak dini sangat sulit
sebab sebelum masa pubertas kulit anak akan mengalami pengelupasan tiga
minggu sekali. Sedangkan ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu
sekali.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami
jerawat pada usia 12-25 tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25
tahun. Jika tidak teratasi dengan baik, gangguan jerawat dapat menetap
hingga usia 40 tahun. Selain menimbulkan bekas jerawat, efek utamanya
adalah pada jiwa seseorang, seperti krisis percaya diri atau minder dan
depresi. Pada pria, akne biasanya menghilang pada usia dewasa muda. Lima
persen pria masih memiliki acne pada usia 25 tahun. Pada wanita, 12%
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Kulit
Menurut muttaqin (2012: 2), Kulit terdiri dari tiga lapisan, yang
masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki fungsi bermacammacam.
1. Lapisan Kulit
Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutis.
1) Epidermis
Merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis tersebut
mengalami mitosis, dan berganti dengan yang baru sekitar 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan,
suhu, getaran, dan nyeri. Komponen utama epidermis adalah
protein, dihasilkan oleh sel-sel yang disebut keratinosit. Keratin
adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi, serta tidak
larut daam air.
2) Dermis
Dermis atau kutan merupakan lapisan kulit dibawah epidermis
yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan
kekuatan dan struktur pada kulit.
3) Lapisan subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri
atas lemak dan jaringan ikat dimana berfungsi untuk memberikan
bantuan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan
tulang, serta berbagaiperedam kejut dan insulator panas.
2. Kelenjar pada kulit
1) Kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut.
Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum
ke saluran sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut dan membuat
rambut ter dapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan
2)
3)
khas.
3. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.
folikel mengalami ruptur dan sebum serta bakteri keluar ke dermis dan
sebum serta bakteri keluar kedermis dan menyebabkan peradangan jaringan
dermis. Padaakne nonradang, folikel tidak pecah tetapi tetap berdilatasi.
Sebum mengalir ke ppermukaan kulit (blackhead, komedo terbuka) atau
kanalis tetap tersumbat (whitehead, komedo tertutup).
Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang
mengenai pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan paling sering
ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan
komedo tertutup (white head), komedo terbuka (black head), papula, pustul,
nodus, dan kista (Brunner & Suddarth, 2001)
Menurut Marwali (2000;35), akne vulgaris atau biasa di sebut juga
dengan jerawat adalah peradangan kronik folikel filosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung.
Akne vulgaris (jerawat) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel
pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis
berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (
Arif Mansjoer, dkk. 2000).
Menurut William (2008;1), akne vulgaris atau yang sering dikenal
dengan sebutan jerawat merupakan gangguan inflamatorik pada kelenjar
sebasea dan masalah kulit yang paling umum dialami remaja, namun lesi
juga bisa muncul saat penderita berusia 8 tahun. Walaupun lebih sering
terjadi dan lebih parah dialami anak lelaki daripada anak perempuan, akne
(jerawat) yang dialami perempuan biasanya muncul lebih awal dan
cenderung berlangsung lebih lama, kadang-kadang hingga penderita
menginjak masa dewasa. Jika ditangani dengan baik, prognosisnya baik.
Menurut Wikipedia.org (2013), jerawat adalah penyakit kulit yang
cukup besar jumlah penderitanya. Kligmann, seorang peneliti masalah
jerawat ternama dunia berpendapat, "Tak ada satu orang pun di dunia yang
melewati masa hidupnya tanpa sebuah jerawat di kulitnya".
Akne vulgaris (jerawat) adalah penyakit peradangan menahun folikel
pilosebasea yang umumnya terjadi pada mada remaja dan dapat sembuh
sendiri.
sebum
(minyak)
yang
berfungsi
melembabkan
dan
3.
Fotografi
Cook dkk membagi tingkat berat-ringannya akne secara garis besar
berdasarkan fotografi yang diperkirakan lebih objektif dan teliti. Dibuat
foto pada tiap tingkat kekerasan akne untuk dokuentasi dari keadaan
masing-masing penderita.
Ada yang membagi akne berdasarkan:
1. Akne Sejati (True Acne)
1) Erupsi terbatas pada folikel kelenjar palit.
2) Erupsi dimulai dengan komedo kemudian pada fase yang lebih
lanjut timbul keradangan.
Ada tiga macam akne sejati:
a. Akne vulgaris
Varian
b. Akne venenata
Varian
c. Akne fisik
adalah
yang
berasal
dari
kelenjar
hipofisis.
Hormon
terdiri
dari
komedo
tertutup
dengan
beberapa
lesi
9. Bahan-bahan kimia
Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang
mirip dengan akne, seperti yodida, kortikosteroid, I.N.H, obat anti
konvulsan.
10. Reaktivitas
Di samping faktor-faktor diatas masih ada faktor X pada kulit
yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne.
Menurut Corwin (2009;109), pembentukan sebum dirangsang oleh
androgen, terutama testosteron. Peningkatan tajam androgen pada remaja
putri dan remmaja putra selamma pubertas merupakan penyebab munculnya
akne dengan tingkat keperahannya. Terdapat sedikit riset yang mendukung
bahwa diet atau membersihkan wajah berkontribusi terhadap akne walaupun
infeksi P. Acne terhadap folikel yang tersumbat diperparah oleh gizi buruk.
Sebagian individu mungkin secara genetis rentan terhadap akne, yang
mungkin berkaitan dengan sensitivitas berlebihan kelenjar sebasea terhadap
adrogen atau berada dilingkungan yang mendukung proliferasi bakteri.
Kontribusi lain terhadap tumbuhnya akne bisa sangat penting dan beragam
padasetiap individu. Hormon yang protektif terhadap akne adalah estrogen,
yang melawan aktivitas androgen pada kelenjar sebasea dan mengurangi
pembentukan akne. Pada wanita dewasa, perkembangan akne dapat
berhubungan dengan kondisi sistemik atau dapat terjadi karena kadar
testosteron mulai meninggi relatif terhadaop estrogen pada tahun
perimenopouse awal.
Akne rosasea adalah suatu kondisi kulit kemerahan (eritema), disertai
papul dan pustul terutama pada dahi, hidung, pipi, dan dagu. Akne ini
biasanya terjadi selama masa dewasa peretengahan baik pada pria maupun
wanita. Meskipun penyebab spesifiknya tidak diketahui pasti, akne rosasea
berhubungan dengan sensisitivitas yang tinggi terhadap sinar matahari.
Kondisi tersebut dapat timbul dan hilang terutama diperburuk oleh minuman
panas dan beralkohol. Akne rosasea dapat menyebabkan hipertropi kelenjar
sebasea, disertai penebalan hidung (rinofima) yang muncul permanen.
Terdapat juga kecendrungan genetis pada populasi berkulit terang
khususnya yang retan, mengalami aknne rosasea.
2.5 Manifestasi Klinis
11
12
1.
2.
bahu.
Pada wanita, akne dapat meningkat sebelum atau selama periode haid
3.
2.6 Patofisiologi
Menurut Marwali (2000;37), ada 4 hal penting yang berhubungan
dengan terjadinya akne:
1. Kenaikan Akskresi Sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak.
Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi sebum.
Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum ada di bawah
pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan
konversi hormon androgen yang normal beredar dalam darah ke bentuk
metabolic yang lebih aktif. Hormon ini mengikat reseptor androgen si
sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya prosuksi sebum pada penderita akne si sebabkan oleh
respon organ akhir yang berlebihan pada kelenjar palit terdapat kadar
normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan
penderita, lesi pada akne hanya ditemukan si beberapa tempat yang
kaya akan kelenjar palit.
Akne juga mungkin berhibungan dengan perubahan komposisi
lemak. Sebum yang bersifat komedogenik tersusun dari campuran
skualen, lilin, ester dari sterol, kolesterol, lipid polar, dan trigeliserida.
Pada penderita akne, terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen
dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak,
terutama asam linoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungannya
dengan terjadinya hyperkerainisasi pada saluran pilosebasea.
2. Adanya Keratinisasi Folikel
13
peranan
14
A,
retin
A)
digunakan
untuk
mengeringkan
dan
dan
mengontrol
menyembuhkannya.
17
aknenya
dan
bukan
sabun
bakteriostatik
dan
detergen
tak
18
d. Diet
Menurut teori yang baru, efek makanan terhadap akne
diragukan oleh banyak penyelidik maka diet khusus tak
dianjurkan pada penderita akne.
e. Emosi dan faktor psikosomatik
Pada orang-orang yang mempunyai predisposisi akne stress
dan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi atau aknenya
bertambah hebat. Perlu pula dianjurkan untuk tidak memegangmegang,
memijit,
dan
menggosok
akne,
sebab
dapat
19
Yang paling banyak dipakai adalah benzoid perosida vit A asam, dan
antibiotika topical.Sulful dan resorsinol telah dipakai selama bertahuntahun sebagai bahan yang dapat mengadakan pengelupasan kulit atau
mengeringkan jerawat.
1. Tretinoin (vit A asam); Tretinoin adalah suatu obat keras yang dapat
menyebabkan eritema hebabt dengan pengelupasan kulit, biasanya
disertai dengan rasa seperti tersengat atau terbakar. Pada permulaan,
penderita dianjurkan untuk memakai obat sekali pada malam hari.
Bila tak terjadi eritema dan deskuaminasi setelah 5 hari, obat dapat
dipakai 2 kali sehari. Efeknya tergantung pada konsentrasi, bahan
dasar yang dipakai, jenis Kulit yang diobati, dan umur penderita.
Pada umumnya hasil terapi baru tampak setelah 8 minggu
pengobatan. Cara kerja tretinoin:
a) Komedolitik: mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain
dengan menghambat pembentukan tonofilamen dan mengurangi
ikatan antara sel-sel keratin.
b) Mempercepat pergantian sel epitel folikel.
c) Epitel folikel yang membentuk mikro komedo menjadi lebih
permeabel, sehingga bahan-bahan toksik dapat lebih mudah
keluar dan komedo akan pecah.
d) Sebagai counter-iritan, karena menyebabkan vaskularisasi
bertambah dan membantu resorbsi papula dan nodul yang sukar
hilang.
Pada pemakaian tretinoin dianjurkan:
a.
b.
c.
d.
20
laun diganti dengan dosis tinggi. Efek samping pada pemakaian lama
adalah sensitisasi secara kontak (2,5% dari kasus).
Cara kerja:
a) Anti bakteri yang kuat.
b) Komedolitik.
c) Counter-iritan.
Di bandingkan dengan vitamin A asam Benzoil peroksida:
a. Kurang menyebabkan iritasi dan rasa tak menyenagkan bagi
penderita.
b. Tidak menyebabkan bertambah hebatnya ( flate up) akne pada
bulan pertama pengobatan
c. Mengeringkan pustule lebih cepat pada tretinoin.
d. Pada bentuk komedo kurang efektif dibandigkan dengan
tretinoin.
Kombinasi Vitamin A asam dengan Benzoil Peroksida. Bila
vitamin Asam dan Benzoal peroksida digunakan bersama- sama
diperoleh efek sinergestik tetapi yang sayang keduanya tidak
dapat dipakai bersama- sama dalam satu bahan dasar. Vitamin A
asam dapat menyebabkan kulit lebih permeable sehingga
meningkatkan konsentrasi benzoal peroksida dalam jaringan.
3. Antibiotika topikal; Pemakaian bahan antimikroba dapat dibenarkan
bila mengurangi populasi C Acne atau hasil metabolismenya, seperti
lipase atau porifirin. Tetapi tak satupun bahan- bahan yang memiliki
efek seperti ini terdapat dalam bentuk krem, larutan, gel dan sabun.
Antibiotika yang sering dipakai:
a) Klindamisin 1% : relatif stabil, kecuali pada beberapa kasus,
terjadi kolitis pseudo membranosa.
b) Eritromisin 2 % : tak stabil, tidak mengadakan iritasi dan dapat
menyebabkan suatu dermatitis kontak.
c) Tretrasiklin % - 5% : sekarang jarang di pakai karena
menyebabkan kulit berwarna kuning.
4. Asam aselik; Suatu dikarbolik yang dapat mengurangi jumlah C
acme. Efeknya :
a) Sama dengan benzoil peroksida vitamin A asam, eritromisin
topikal dan tetrasiklin oral.
b) Mengurangi granula keratohialin pada saluran pilosebase
c) Sifat iritasinya lebih kecil dan dapat ditolerir dengan baik.
21
Pengobatan Oral
1) Antibiotika oral; Karena obat- obatan ini digunakan untuk jangka
waktu lama, tosistansinya harus rendah. Dalam hal ini tetrasiklin
merupakan obat antibiotik primer sebab sudah diketahui afektivitas
dan toksisitasnya. Nampaknya eritromisin juga mempunyai efek
terapi yang sama dan cukup aman. Indikasi primer antibiotika oral
adalah akne bentuk papulopustural sedang sampai berat dan akne
konglobata. Antibiotika tak pernah dipakai sendiri tetapi bersamasama dengan obat yang dapat mengadakan pengelupasan kulit.
a) Tetrasiklin yang paling dikenal adalah tetrasiklin HCL,
Dosisiklin dan Minosiklin.
Efektif terhadap Corynebacterium Acnes in Vitro
Dapat menghambat lipase ekstraseluler yang dikeluarkan
oleh bakteri.
Terkonsentrasi pada tempat peradangan
Dosis konvesional : tetrasiklin 1 gr/hari diberikan jam
sebelum makan. Minoksiklin : diabsorbsi lebih bagus dan tidak
dipengaruhi oleh makanan akan tetapi mahal. Dosis 50- 100
mg/hari, demeklosiklin 600 mg/dl.
b) Eritromisin adalah obat pilihan untuk penderita yang sensitive
terhadap tetrasiklin atau wanita hamil. Eritromisin dan
eritromisin stearat adalah bentuk yang dapat diterima
Mempunyai efek bakteresida terhadap C, Acnes.
Tak menghambat limpase C,Acnes, dosis 1 gram/hari.
c) Likomisin dan klidamisin, keduanya merupakan obat yang
paling baru dan sama evektifitasnya. Sering menyebabkan
22
23
lesu,
5.
6.
7.
8.
Injeksi kolagen
Suntikan kortikosteroid intralesi.
Laser C02
Perbaikan jaringan parut.
a. Dermabrasi
b. Pembedahan kimia
- Tretinoin
- Asam alfa Hidroksi : berguna untuk menghaluskan sikartik
yang dangkal.
2.10 Komplikasi
Menurut Corwin (2009;110)
1. Jaringan parut dapat terbentuk pada kasus yang parah.
2. Rasa percaya diri dapat terganggu meski kondisi tidak terlalu buruk.
3. pada akne rosasea, rinofima dapat muncul
2.11 Penilaian Akne
Menurut Brown (2005:62), mungkin ada gunanya untuk membagi
akne dalam tiga kelompok besar : ringan, sedang, dan berat.
Ringan. Pada akne ringan hanya terdapat komedo dan /atau lesi
papulopustular yang hanya ada beberapa dan terbatas pada wajah.
Pengobatan topical saja dapat berhasil baik. Mulailah dengan benzoil
peroksida, asam retinoat, isotreti noin atau adapalen, dan atau antibiotik
topical. Kombinasi antibiotik / benzoil peroksida dapat menjadi pilihan yang
berguna.
Sedang. Lesi papulopustular lebih banyak yang terdapat di wajah
atau pada daerah yang lebih luas lagi dan / atau kadang- kadang timbul
nodul. Pada akne sedang mulailah dengan pengobatan kombinasi yaitu obat
topical dan tetrasiklin atau eritromisin oral dengan dosis 500 mg dua kali
sehari. Lanjutkan paling tidak selama 3-6 bulan sebelum menilai ulang
hasilnya. Jenis tertrasiklin yang lain juga dianjurkan: beberapa jenis
mungkin penyerapannya lebih baik dan lebih ditolerir, tetapi kebanyakan
hargannya lebih mahal, dan umumnya tidak ada indikasi untuk
mengunakannya sebagai obat pilihan pertama.
Berat, lesi papulopustular dan/ atau lesi nodulokistik dan atau gejalagejala sistemik sangat tersebar luas atau akne derajat sedang yang gagal
diobati sesudah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan atau akne derajat
25
26
2.11.2
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan frustasi
terhadap penampilan diri.
3. Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.
4. Program terapi tidak efektif berhubungan dengan pengetahuan yang
tidak memadai mengenai penyebab, jalannya penyakit, pencegahan,
pengobatan, dan perawatan kulit.
2.11.3 Intervensi
1. Diagnosa 1 : Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi.
Intervensi :
1. Kaji adanya nyeri.
R/ Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.
2. Hindari bahan-bahan atau benda-benda yang menyebabkan nyeri.
R/ Mencegah timbulnya nyeri.
3. Instruksikan klien untuk menjauhkan tangannya dari wajah.
R/ Menghindari garukan tangan yang menyebabkan nyeri.
4. Kolaborasi medis pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Mengurangi nyeri.
27
kesempatan
kepada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
R/ Mengurangi kecemasan.
3. Anjurkan klien untuk melakukan pengobatan secara konsisten.
R/ Mempercepat proses penyembuhan.
3. Diagnosa
3:
Integritas
kulit
berhubungan
dengan
kerusakan
permukaan kulit.
1. Kaji derajat akne untuk mengetahui seberapa parah lesi pada
kulit.
R/ Mengetahui tingkat keparahan guna memberikan terapi yang
tepat.
2. Hindari keadaan kulit yang terlalu lembab.
R/ Mencegah produksi minyak yang berlebih.
3. Anjurkan klien untuk menghindari garukan pada daerah yang
terkena akne atau lesi.
R/ Mencegah kerusakan integritas kulit.
28
2.11.4 Implementasi
Implementasi/pelaksanaan pada diagnosa keperawatan penyakit
dermatitis kontak mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat.
29
30
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Menurut Corwin (2009;109), akne (jerawat) adalah penyakit
peradanga kelenjar sebasea yang sering dijumpai dan berkaitan dengan
folikel rambut (disebut unit polisebasea). Terdapat du jenis akne : meradang
dan tidak meradang. Kedua jenis akne tersebut ditandai oleh pembentukan
sebum yang berlebihan. Sebum yang berlebihan tersebut tertimbun di folikel
sehingga folikel memmbengkak.
Pada akne yang meradang, folikel tersumbat oleh sebum dan bakteri
yang berfoliferasi di kanal yang disebut Propionibacterium acnes. Akhirnya,
folikel mengalami ruptur dan sebum serta bakteri keluar ke dermis dan
sebum serta bakteri keluar kedermis dan menyebabkan peradangan jaringan
dermis. Padaakne nonradang, folikel tidak pecah tetapi tetap berdilatasi.
Sebum mengalir ke ppermukaan kulit (blackhead, komedo terbuka) atau
kanalis tetap tersumbat (whitehead, komedo tertutup).
Menurut Marwali (2000;35), akne vulgaris atau biasa di sebut juga
dengan jerawat adalah peradangan kronik folikel filosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung.
3.2
Saran
31
LAMPIRAN GAMBAR
32
33